PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
18 tahun berhak atas perlindungan sehinga perkawinan dini melanggar sejumlah hak
asasi manusia yang dijamin oleh Konvensi hak Anak.
Penyebab pernikahan dini pada anak bersifat kompleks sehingga
penagananya juga bersifat multisektor dan memerlukan sinkronisasi, integrasi serta
keperpaduan program dan kegiatan dari setiap organisasi perangkat daerah,
lembaga maupun organisasi lainnya dalam bentuk rencana aksi bersama pencegahan
pernikahan dini. Melalui rencana aksi ini diharapkan semua pihak mempunyai
pemahaman yang sama mengenai konsep terjadinya pernikahan dini dan upaya
upaya yang efektif dan efisien untuk mencegahnya. Pencegahan pernikahan dini ini
dibutuhkan komitmen yang tinggi dari semua pihak yang berkepentingan untuk
mempercepat penurunan angka pernikahan dini di Sulawesi Tengah sesuai yang
tertuang dalam rencana aksi tersebut.
B. TUJUAN
Untuk menekan angka pernikahan dini dalam mencapai target Age Spesifik
Fertilitry Rate (ASFR) menjadi 20/1000 kelahiran serta untuk menekan dampak yang
ditimbulkan yaitu menurunkan angka kematian ibu dan anak, menurunkan angka
kekerasan pada anak dan perempuan, menurunkan angka putus sekolah,
menurunkan angka perceraian, menurunkan angka kemiskinan serta dampak sosial
lainnya.
C. SASARAN
2
BAB II
ANALISIS SITUASI
A. DEFENISI
3
B. SITUASI PERNIKAHAN DINI DI SULAWESI TENGAH
1. Kemiskinan
Ternyata probabilitas keluarga miskin untuk mengawinkan anaknya di usia dini
3X lebihh tinggi daripada keluarga tidak miskin.
4
2. Tingkat Pendidikan Orang Tua
Ada hubungan yang signifikan antara status ekonomi keluarga, pendidikan orang
tua dan pekerjaanya terhadap anak anak yang dikawinkan lebih dini.
3. Tradisi Setempat
Ternyata adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan masyarakat dalam hal
perkawinan berpengaruh terhadap pernikahan usia anak.
4. Perubahan Tata Nilai Dalam Masyarakat
Anak anak sekarang lebih permisif terhadap calon pasangannya (seks bebas dan
kehamilan yang tidak diokehendaki). Penelitian di Wonogiri dan Pasuruan 70%
perkawinan anak terjadi akibat seks bebas dan kehamilan yang tidak dikehendaki
5. Kurangnya Kesadaran dan Pemahaman Anak Perempuan & Pengarush Sosial
Media
Sekitar 31,9% anak yang menikah di bawah umur tidak tahu jika sekali
berhubungan seksual dapat hamil, begitu juga informasi dari media sosial
tentang penduidikan seks/masalah kesehatan yang kurang komprehensif yang
dapat memicu perilaku menyimpang dan berujung pada perkawinan di usia
sekolah.
5
Akibat Pernikahan Dini
Lanjut
Sekolah
Rendah
Drop Out Sub Ordinasi
Sekolah Keluarga
Pernikahan
Dini
Peluang
Kematian Ibu Hak Kespro
&Anak Rendah
KDRT
Kerangka Pemikiran
Kemiskinan
Budaya,Kebiasaan & Aspek
Budaya Pernikahan Prakteknya Budaya
Dini
Pernikahan Yg Diatur Aksessibilitas
Kesejahteraan Aspek
Seks Bebas Keterbukaan
Kesempatan
Kesetaraan
Akibat
RT
Berdasarkan fakta yang ada saat ini, terdapat permasalahan sosial, ekonomi
dan kesehatan keluarga dan masyarakat yang semakin kompleks. Masalah tersebut
timbul akibat dari faktor lingkungan dalam masyarakat yaitu hasil interaksi sosial
dengan individu, antara individu kelompok atau antara kelompok dengan kelompok
lain yang tidak memenuhitujuan yang diharapkan. Masalah sosial, ekonomi,
kesehatan yang muncul dalam suatu keluarga menunjukkan adanya ketidak sesuaian
6
anggota keluarga dalam menata hidupnya sehari hari. Masalah dalam keluarga akan
menjadi benih timbulnya masalah dalam masyarakat. Dilaporkan oleh DP3A Provinsi
Sulawesi Tengah tahun 2017 terdapat 677 kasus kekerasan pada perempuan dan
anak. Hal tersebut akibat persoalan ekonomi, kematangan sosial dalam berumah
tangga yang kemungkinan diakibatkan karena pernikahan anak.
Hasil penelitian bahwa aksi pornografi pada remaja yang menakses muatan
pornografi sebanyak 24% , membaca cerita porno 39% serta sering mengakses
muatan tidak sopan dari teman teman media sosial sebesar 80%. Faktor faktor
tersebut merupakan salah satu pemicu pada remaja untuk melakukan hubungan
seks pra nikah sebagai benih untuk melahirkan yang tidak diinginkan, melakukan
abortus atau melakukan pernikahan dini. Pada tahun 2016 Dinas Pendidikan dan
Pengajaran Provinsi Sulawesi Tengah melaporkan bahwa jumlah anak yang putus
sekolah sebanyak 1.546 tingkat SD, 803 tingkat SMP, 425 tingkat SMA dan 747
tingkat SMK. Sedangkan BPS Sulteng (2016) melaporkan angka harapan lama sekolah
pada kisaran sekitar 12,92 tahun dan rata rata lama sekolah 8,12 tahun. Belum ada
data yang pasti berapa persentase anak yang putus sekolah tersebut akibat
pernikahan dini atau melakukan hubungan seks pranikah atau karena masalah
kesehatan reproduksi lainnya. Dalam analisis data perkawinan usia dini yang
dikeluarkan oleh BPS pada tahun 2016 bahwa usia anak tertinggi yang menikah
terjadi pada perempuan berusia 16 dan 17 tahun artinya mereka berada pada usia
sekolah menegah pertama dan menengah atas.
Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI,2012) dilaporkan bahwa
angka kematianh ibu melahirkan di Provinsi Sulawesi Tengah sekitar 379/100.000 KH
dan kekurangan gizi kronis atau stunting sekitar 41%. Angka tersebut merupakan
salah daerah yang tertinggi di Indonesia. Jika memperhatikan angka pernikahan dini,
angka kematian ibu, angka putus sekolah, angka stunting, angka kemiskinan atau
angka capaian IPM Provinsi Sulawesi Tengan kemungkinan saling berkorelasi sesuai
dengan kerangka pemikiran gambar 2. Hasil penelitian UGM tahun 2005 tentang
kematian ibu dan anak di kabupaten Donggala ternyata salah satu faktor
penyebabnya adalah masalah usia pernikahan dini.
7
D. HAK HAK ANAK
8
BAB III
A. TUJUAN
9
menikah di bawah umur. Beberapa pendapat dari ahli Agama menyatakan bahwa
pernikahan dini tidak dilarang oleh agama.
10
a. Perubahan perlaku masyarakat melalui suatu gerakan sadar hukum
perlindungan anak, perkawinan anak dan hak hak anak.
1. Peningkatan penyuluhan hukum dan peraturan
2. Peningkatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi
b. Peningkatan Manajemen dan Adminitrasi Perkawinan
1. Pendaftaran dan pencatatan perkawinan yang secara ketat
2. Peningkatan kerjasama dengan pihak yang terkait dalam persiapan
administrasi perkawinan (Kelurahan/desa,KUA,Puskesmas)
c. Advokasi dan Sosialisasi Pendidikan Seks, Kesehatan Reproduksi dan
Persiapan Pranikah.
1. Peningkatan pengetahuan anak sekolah melalui Pendidikan seks,
kesehatan reproduksi dan persiapan pranikah dimasukkan dalam kurikum
sekolah.
2. Penyusunan pesan pesan pendidikan seks, kesehatan repoduksi dan pra
nikah melalui audio visual, poster, buku maupun kleaflet.
3. Kerjasama dengan media massa untuk penyampaian pesan pesan risiko
perkawinan.
d. Perluasan Akses Pendidikan dan Keterampilan
1. Penyediaan layanan pelatihan, keterampilan bagi anak anak yang kurang
mampu.
2. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan bagi anak anak maupun
calon pengantin tentang tata cara pola asuh anak.
11
2. Rencana AksI
Rencana Program dan Aksi Kegiatan Pencegahan Pernikahan Dini
Provinsi Sulawesi Tengah
12
KIE, Kesehatan reproduksi
secara berjenjang dari
Provinsi, Kabupaten,
kecamatan dan
kelurahan/desa
4 Perwakilan 1. Advokasi dan soialisai 2. Pemilihan Duta Genre
BKKBN Provinsi tingkat kabupaten, Provinsi
dan nasional
3. GenReXplore, ajang
eksplorasi bakat seni
remaja bebasis Generasi
Berencana
4. Sosialisasi pendewasaan
Usia Perkawinan (PUP)
melalui aksi simpatik
GenRe
5. KIE PUP dan Kespro melalui
media cetak dan elektronik
(Radio, Televisi, koran,
leafleat, brosur dan buku
saku)
6. Sosialisasi PUP di sekolah
Menengah Kab/Kota
7. Pembentukan dan
pengembangan puysat
informasi dan konseling
(PIK) pada SMA/SMK,
Mahasiswa di kampus dan
PIK Masyarakat
8. Pembentukan aksi forum
GenRe Sulawesi Tengah
9. Sosialisasi PUP pada
pembekalan KKN
10. Sosialisasi PUP di lokasi
KKN
11. MOU dengan Kopertis IX
dan UNTAD tentang 1000
HPK
5 Kanwil Agama 1. Kursus pra nikah 1. Memberlakukan kursus pra
Provinsi 2. Sosialisasi undang- nikah kepada calon
undang perkawinan pengantin sebelum akad
No. 1 Tahun 1974 nikah disetiap Kantor
Urusan Agama (KUA)
Kecamatan
2. Melaksanakan workshop
bimbingan perkawinan bagi
remaja dan dampak negatif
13
perkawinan di usia dini
3. Deklarasi pencegahan
perkawinan usia dini di
Pondok Pesanren
14
dengan lintas sektor untuk
pelayanan kesehatan
reproduksi
11 Komisi Sosialisasi dan Advokasi 1. Sosialisasi peraturan
Perlindungan perundang-undangan yang
Anak berkaitan dengan
perlindungan anak
15
BAB IV
A. INDIKATOR KEBERHASILAN
B. MEKANISME MONITORING
16
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan
karunianya Rencana Aksi Gerakan Terpadu Pencegahan Pernikahan Dini dapat disusun dan
diselesaikan. Rencana aksi tersebut dilatarbelakangi hasil analisis masalah pada tugas dan
fungsi Program Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga Dinas Pengendalian Penduduk dan
Keluarga Berencana Provinsi Sulawesi Tengah, dimana salah satu permasalahan yang
dihadapi saat ini adalah tingginya angka pernikahan dini pada anak di Provinsi Sulawesi
Tengah. Pernikahan dini pada anak sangat merugikan dan memberikan dampak sosial yang
sangat besar di masyarakat. Berangkat dari permasalahan tersebut maka di buat suatu
proyek perubahan untuk menggagas pembentukan Gerakan Terpadu Pencegahan
Pernikahan Dini (Gardu-P2D) dengan melibatkan seluruh organisasi perangkat daerah,
stakeholder untuk secara terpadu dan terkoordinasi melaksanakan pencegahan pernikahan
dini di Provinsi Sulawesi Tengah.
Kami sadari rencana aksi ini masih terdapat kekurangan dan diharapkan kepada
seluruh pihak yang berkepentingan untuk dapat memberikan masukan dan saran untuk
kesempurnaan dalam melaksanakan intervensi pencegahan pernikahan dini pada anak.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
memberikan saran atas tersusunnya rencan aksi tersebut semoga dapat memberikan
manfaat bagi kemajuan Pengendalian Penduduk, Keluarga berncana, Ketahanan dan
Pembangunan Keluarga di Provinsi Sulawesi Tengah.
17
18