Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Konsensus global tentang perlunya pengahapusan perkawinan dini, kawin


paksa dan perkawinan usia anak semakin mengemuka dalam beberapa tahun
terakhir. Isu perkawinan anak di bawah umur merupakan persoalan kompleks yang
bersinggugan dengan beragam aspek mulai dari hukun, agama, adat, ekonomi, sosial
dan kesehatan. Persoalan perkawinan anak di Indonesia termasuk di Sulawesi
Tengah telah berurat akar dalam rentang waktu yang panjang dan akhir akhir ini
semakin mencuat di permukaan melalui informasi media sosial, media cetak maupun
media elektronik.
Upaya untuk menghapus perkawinan usia anak merupakan respon terhadap
semakin banyaknya bukti yang menunjukan besarnya skala dan cakupan
permasalahan yang ditimbulkan dari perkawinan tersebut. Anak anak perempuan
yang menikah dini menghadapi akibat buruk terhadap kesehatan mereka sebagai
dampak melahirkan, anak yang dilahirkan berpotensi gizi buruk atau stunting,
terjadinya gangguan kesehatan seksual dan reproduksi, peningkatan risiko kekerasan
dalam rumah tangga, potensi perceraian, putus sekolah serta dampak sosial dan
ekonomi lainnya.
Dalam analisis data perkawinan anak usia dini yang dikeluarkan oleh BPS
pada tahun 2016 bahwa angka perkawinan usia anak tertinggi terjadi padsa usia
perempuan 16 dan 17 tahun. Analisis mengatakan 1 dari 4 anak perempuan menikah
sebelum usia 18 tahun. Dilaporkan bahwa Provinsi Sulawesi Tengah termasuk daerah
yang menyumbangkan angka perkawinan dini yang tinggi di Indonesia bersama
dengan Provinsi Kalimantan Tengah, Sulawesi Barat, Jawa Barat, Kalimantan Selatan
dan Babel. Berdasarkan laporan BKKBN Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2017
melaporkan bahwa angka Age Sfesifik Fertility Rate (ASFR) Provinsi Sulawesi tengah
terbilang tinggi yaitu 47,87% dengan angka kelahiran dini terjadi pada kelompok usia
15 – 19 tahun.
Perkawinan usia anak merupakan pelanggaran dasar terhadap hak anak
perempuan dan melanggar Konvensi Hak Anak. Setiap anak yang berusia di bawah

1
18 tahun berhak atas perlindungan sehinga perkawinan dini melanggar sejumlah hak
asasi manusia yang dijamin oleh Konvensi hak Anak.
Penyebab pernikahan dini pada anak bersifat kompleks sehingga
penagananya juga bersifat multisektor dan memerlukan sinkronisasi, integrasi serta
keperpaduan program dan kegiatan dari setiap organisasi perangkat daerah,
lembaga maupun organisasi lainnya dalam bentuk rencana aksi bersama pencegahan
pernikahan dini. Melalui rencana aksi ini diharapkan semua pihak mempunyai
pemahaman yang sama mengenai konsep terjadinya pernikahan dini dan upaya
upaya yang efektif dan efisien untuk mencegahnya. Pencegahan pernikahan dini ini
dibutuhkan komitmen yang tinggi dari semua pihak yang berkepentingan untuk
mempercepat penurunan angka pernikahan dini di Sulawesi Tengah sesuai yang
tertuang dalam rencana aksi tersebut.

B. TUJUAN

Untuk menekan angka pernikahan dini dalam mencapai target Age Spesifik
Fertilitry Rate (ASFR) menjadi 20/1000 kelahiran serta untuk menekan dampak yang
ditimbulkan yaitu menurunkan angka kematian ibu dan anak, menurunkan angka
kekerasan pada anak dan perempuan, menurunkan angka putus sekolah,
menurunkan angka perceraian, menurunkan angka kemiskinan serta dampak sosial
lainnya.

C. SASARAN

Pengambil kebijakan di tingkat Provinsi, Kabupaten/kota, organisasi profesi,


organisasi masyarakat dan kelompok peduli anak, perempuan dan kesehatan.

2
BAB II

ANALISIS SITUASI

A. DEFENISI

Pernikahan dini adalah pernikahan yang biasanya dilakukan oleh pasangan


muda mudi di bawah umur 16 tahun. Menurut Nukman (2009) pernikahan dini
adalah pernikahan dini yang dilakukan di bawah yang seharusnya serta belum siap
dan matang untuk melaksanakan pernikahan dan menjalankan kehidupan rumah
tangga. Pernikahan menurut Islam adalah pernikahan yang dilakukan oleh pasangan
yang belum baligh. Menurut WHO pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan
oleh pasangan atau salah satu pasangan masih dikategorikan anak anak atau remaja
yang berusia di bawah 19 tahun. Hal ini sesuai dengan Undang Undang Perlindungan
Anak no 23 tahun 2002 menyatakan pernikahan dui usia 18 tahun ke bawah
termasuk pernikahan dini. Sedangkan menurut Undang-undang nomor 1 tahun 1974
tentang perkawinan, bab 11 pasal 7 ayat 1 menyebutkan bahwa usia minimal
pernikahan bagi laki laki adalah 19 tahun dan perempuan usia minimal 16 tahun.
Pernikahan dini dimana salah satu atau kedua calon pengantin berusia di bawah 19
atau 16 tahun. Pernikahan di bawah usia minimal diperbolehkan oleh negara dengan
syarat dan ketentuan tertentu.

Kesehatan memandang pernikahan dini merupakan pernikahan yang


dilakukan sebelum kedua calon pengantin memiliki kematangan fisik untuk menikah
terutama untuk perempuan dimana organ organ reproduksinya belum siap dan
matang untuk hamil dan melahirkan sehingga sangat berisiko dari segi kesehatan
baik ibunya maupun anak yang dilahirkan.. Walaupun ketika seorang mengalami
menstruasi berarti ia sudah bisa hamil, akan tetapi pertumbuhanya belum sempurna
seperti pertumbuhan tulang, panggul sehingga berisiko saat melahirkan. Dari segi
mental dan sosial suatu pernikahan dikatakan pernikahan dini ketika kedua calon
pengantin belum memiliki kematangan emosi dan cara berpikir. Tanpa hal tersebut
sebuah pernikahan rentan terhadap percekcokan, kekerasan sampai pada
perceraian.

3
B. SITUASI PERNIKAHAN DINI DI SULAWESI TENGAH

Di Indonesia prevalensi perkawinan anak masih merupakan yang tertinggi di


kawasan Timur dan Pasifik. BPS melaporkan hasil (SDKI, 2012) bahwa di antara
perempuan pernah kawin umur 20 – 24 tahun 25% menikah sebelum usia 18 tahun.
Hasil Susenas mencatat 11,13% perempuan menikah di usia 10 – 15 tahun dan
sekitar 32,1% kawin di usia 16 – 18 tahun. Hasil Riset kesehatan daerah (2013)
bahwa jumlah perempuan muda di Indonesia bersusia 15 – 19 tahun yang menikah
11,7% lebis besar dibandingkan dengan laki laki muda berusia 15 – 19 tahun sebesar
1,6%. Provinsi dengan persentase perkawinan dini (15-19 tahun) tertinggi adalah
Kalimantan Tengah 52,1%, Jawa barat 50,2%, Kalsel 48,4%, Babel 47,9% dan Sulawesi
Tengah 46,3%. Berdasarkan laporan BKKBN (2015) perkawinan anak di Sulawesi
Tengah sudah mencapai 31,91%. Persentase anak yang kawin dan pernah kawin
jauh lebih tinggi di pedesaan dibanding perkotaan. Pada daerah pedesaan sekitar
7,99% dan perkotaan 3.09%. Hal ini memberikan gambaran bahwa perkawinan anak
di Provinsi Sulawesi tengah umumnya terjadi daerah pedesaan. Data BPS Sulawesi
Tengah (2016) daerah penyumbang tertinggi perkawinan usia dini di Sulawesi tengah
adalah Kabupaten Tojo Una Una sebesar 23% dan Parigi Moutong sebanyak 22%.,
Banggai Laut 15,83%, Banggai Kepulauan 15,73%, Sigi 13,77%, Kota Palu 6,9%.
Memperhatikan angka angka tersebut di atas maka Pemerintah Provinsi
Sulawesi Tengah perlu secara serius untuk menekan angka usia pernikahan dini
dengan melakukan intervensi yang tepat sasaran melalui suatu penyusunan program
dan kegiatan yang diringi dengan suatu regulasi.

C. PENYEBAB DAN DAMPAKNYA

Berdasarkan penelitian Pusat Studi kebijakan kependudukan Universitas


Gajahmada (UGM) Tahun 2014 setidaknya ada 5 faktor utama penyebab perkawinan
usia anak, yaitu :

1. Kemiskinan
Ternyata probabilitas keluarga miskin untuk mengawinkan anaknya di usia dini
3X lebihh tinggi daripada keluarga tidak miskin.

4
2. Tingkat Pendidikan Orang Tua
Ada hubungan yang signifikan antara status ekonomi keluarga, pendidikan orang
tua dan pekerjaanya terhadap anak anak yang dikawinkan lebih dini.
3. Tradisi Setempat
Ternyata adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan masyarakat dalam hal
perkawinan berpengaruh terhadap pernikahan usia anak.
4. Perubahan Tata Nilai Dalam Masyarakat
Anak anak sekarang lebih permisif terhadap calon pasangannya (seks bebas dan
kehamilan yang tidak diokehendaki). Penelitian di Wonogiri dan Pasuruan 70%
perkawinan anak terjadi akibat seks bebas dan kehamilan yang tidak dikehendaki
5. Kurangnya Kesadaran dan Pemahaman Anak Perempuan & Pengarush Sosial
Media
Sekitar 31,9% anak yang menikah di bawah umur tidak tahu jika sekali
berhubungan seksual dapat hamil, begitu juga informasi dari media sosial
tentang penduidikan seks/masalah kesehatan yang kurang komprehensif yang
dapat memicu perilaku menyimpang dan berujung pada perkawinan di usia
sekolah.

5
Akibat Pernikahan Dini

Lanjut
Sekolah
Rendah
Drop Out Sub Ordinasi
Sekolah Keluarga

Pernikahan
Dini
Peluang
Kematian Ibu Hak Kespro
&Anak Rendah

KDRT

Kerangka Pemikiran

Penyebab Aspek Sosial Ekonomi

Pendidikan Rendah Respon Kebijakan Aspek


Publik Kebijakan

Kemiskinan
Budaya,Kebiasaan & Aspek
Budaya Pernikahan Prakteknya Budaya
Dini
Pernikahan Yg Diatur Aksessibilitas
Kesejahteraan Aspek
Seks Bebas Keterbukaan
Kesempatan

Kesetaraan
Akibat

Kematian Ibu KDRT Kespro Sub Ordinasi Drop Out


Pendidikan Rendah

RT

Berdasarkan fakta yang ada saat ini, terdapat permasalahan sosial, ekonomi
dan kesehatan keluarga dan masyarakat yang semakin kompleks. Masalah tersebut
timbul akibat dari faktor lingkungan dalam masyarakat yaitu hasil interaksi sosial
dengan individu, antara individu kelompok atau antara kelompok dengan kelompok
lain yang tidak memenuhitujuan yang diharapkan. Masalah sosial, ekonomi,
kesehatan yang muncul dalam suatu keluarga menunjukkan adanya ketidak sesuaian

6
anggota keluarga dalam menata hidupnya sehari hari. Masalah dalam keluarga akan
menjadi benih timbulnya masalah dalam masyarakat. Dilaporkan oleh DP3A Provinsi
Sulawesi Tengah tahun 2017 terdapat 677 kasus kekerasan pada perempuan dan
anak. Hal tersebut akibat persoalan ekonomi, kematangan sosial dalam berumah
tangga yang kemungkinan diakibatkan karena pernikahan anak.
Hasil penelitian bahwa aksi pornografi pada remaja yang menakses muatan
pornografi sebanyak 24% , membaca cerita porno 39% serta sering mengakses
muatan tidak sopan dari teman teman media sosial sebesar 80%. Faktor faktor
tersebut merupakan salah satu pemicu pada remaja untuk melakukan hubungan
seks pra nikah sebagai benih untuk melahirkan yang tidak diinginkan, melakukan
abortus atau melakukan pernikahan dini. Pada tahun 2016 Dinas Pendidikan dan
Pengajaran Provinsi Sulawesi Tengah melaporkan bahwa jumlah anak yang putus
sekolah sebanyak 1.546 tingkat SD, 803 tingkat SMP, 425 tingkat SMA dan 747
tingkat SMK. Sedangkan BPS Sulteng (2016) melaporkan angka harapan lama sekolah
pada kisaran sekitar 12,92 tahun dan rata rata lama sekolah 8,12 tahun. Belum ada
data yang pasti berapa persentase anak yang putus sekolah tersebut akibat
pernikahan dini atau melakukan hubungan seks pranikah atau karena masalah
kesehatan reproduksi lainnya. Dalam analisis data perkawinan usia dini yang
dikeluarkan oleh BPS pada tahun 2016 bahwa usia anak tertinggi yang menikah
terjadi pada perempuan berusia 16 dan 17 tahun artinya mereka berada pada usia
sekolah menegah pertama dan menengah atas.
Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI,2012) dilaporkan bahwa
angka kematianh ibu melahirkan di Provinsi Sulawesi Tengah sekitar 379/100.000 KH
dan kekurangan gizi kronis atau stunting sekitar 41%. Angka tersebut merupakan
salah daerah yang tertinggi di Indonesia. Jika memperhatikan angka pernikahan dini,
angka kematian ibu, angka putus sekolah, angka stunting, angka kemiskinan atau
angka capaian IPM Provinsi Sulawesi Tengan kemungkinan saling berkorelasi sesuai
dengan kerangka pemikiran gambar 2. Hasil penelitian UGM tahun 2005 tentang
kematian ibu dan anak di kabupaten Donggala ternyata salah satu faktor
penyebabnya adalah masalah usia pernikahan dini.

7
D. HAK HAK ANAK

Perkawinan dini merupakan pelanggaran dasar terhadap hak anak


perempuan. Perkawinan usia anak melanggara Konvensi Hak Anak. Konveksi tentang
penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan. KHA mendefinisikan
setiap orang di bawah 18 tahun sebagai anak dan berhak atas semua perlindungan.
Perkawinan usia anak melanggarr sejumlah hak asasi manusia di antaranya :

1. Hak Atas Pendidikan


2. Hak Untuk Hidup bebas dari Kekerasan
3. Hak Atas Kesehatan
4. Hak Untuk Dilindungi dari Eksploitasi
5. Hak Untuk Tidak Dipisahkan dari Orang Tua

Untuk hak anak perempuan tersebut di atas, maka diperlukan adanya


kepastian bahwa anak perempuan tidak menikah ketika dia masih anak anak.
Perkawinan usia anak mengakhiri masa remaja anak perempuan yang seharusnya
masa bagi perkembangan fisik, emosional dan sosial. Masa anak anak adalah masa
dimana mereka dapat mempersiapkan diri untuk memasuki masa dewasa.

8
BAB III

RENCANA AKSI DAERAH

A. TUJUAN

Mempercepat penurunan angka pernikahan dini pada anak di Provinsi Sulawesi


Tengah

B. TANTANGAN, STRATEGI DAN PROGRAM UTAMA

Dalam upaya mempercepat penurunan angka pernikahan dini ada beberapa


tantangan yang akan dihadapi adalah sbb:

1. Aspek Sosial Budaya


Nilai sosial budaya pada masyarakat khususnya pada suku tertentu berupa
legitimasi sistem patriarki dan pembentukan makna nilai seorang anak
perempuan. Adanya pemaknaan negatif terhadap gadis remaja yang belum
kawin sebagi suatu aib atau hanya menjadi beban keluarga.
2. Aspek Ekonomi
Rendahnya pendapatan keluarga menjadi salah satu faktor pemicu untuk
menikahkan anak perempuannya secara dini dan sengaja dengan alasan untuk
meringankan beban keluarga.
3. Aspek Sosial Media
Mudahnya masyarakat terutama para anak dan remaja dalam mengakses
informasi dan tayangan bersifat pornografi melalui media sosial.
4. Aspek Pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat khususnya di pedesaan yang masih kurang
mendukung dalam memahami pentingnya menunda atau mencegah perkawinan
anak di bawah umur.
5. Aspek Regulasi
Adanya regulasi yang saling bertolak belakang yaitu Undang Undang
Perlindungan anak dilarang menikahi anak di bawah 20 tahun sedangkan Undang
Undangan Perkawinan menyatakan umur minimal perempuan adalah 16 tahun.
Sedangkan regulasi membolehkan atau dapat memberikan izin negara untuk

9
menikah di bawah umur. Beberapa pendapat dari ahli Agama menyatakan bahwa
pernikahan dini tidak dilarang oleh agama.

C. Kebijakan dan Strategi

a. Pemerintah Provinsi, Pemerintah daerah Kabupaten/Kota sampai ke tingkat


Kecamatan dan Desa membuat komitmen bersama dan pernyataan yang
tegas untuk menghentikan praktek atau tradisi yang menikahkan anak secara
dini.
b. Pemerintah bersama ulama, pemuka agama, tokoh masyarakat, organisasi
masyarakat dan lembaga adat untuk melakukan kesepahaman yang sama
terhadap peraturan yang berkaitan dengan perlindungan anak dan
perkawinan anak serta hak hak anak.
c. Perlu dilakukan pemetaan wilayah atau daerah daerah yang mempunyai
angka perkawinan anak yang tinggi khususnya di desa desa yang miskin.
d. Peningkatan jangkauan kualitas pendidikan dan kualitas pelayanan kesehatan
dalam meningkatkan keterampilan, pengetahuan untuk meunumbuhkan
kepercayaan masyarakat.
e. Perlunya penelitian dan kajian mendalam terhadap masalah perkawinan
anak.
f. Perlunya integrasi kurikulum sekolah mulai dari tingkat sekolah dasar,
sekolah menengah pertama sampai sekolah menegah atas tentang hak hak
anak terutama masalah kesehtan reproduksi.
g. Penyediaan program program pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan
UKM khususnya bagi keluarga Miskin.
h. Mendorong pemerintah kabupaten/kota untuk menyusun perda atau
peraturan bupati untuk pencegahan perkawinan anak.

D. Program, Kegiatan dan Rencana Aksi

1. Program dan Kegiatan


Beberapa program dan kegiatan penanganan masalah perkawinan anak di bawah
umur adalah sbb :

10
a. Perubahan perlaku masyarakat melalui suatu gerakan sadar hukum
perlindungan anak, perkawinan anak dan hak hak anak.
1. Peningkatan penyuluhan hukum dan peraturan
2. Peningkatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi
b. Peningkatan Manajemen dan Adminitrasi Perkawinan
1. Pendaftaran dan pencatatan perkawinan yang secara ketat
2. Peningkatan kerjasama dengan pihak yang terkait dalam persiapan
administrasi perkawinan (Kelurahan/desa,KUA,Puskesmas)
c. Advokasi dan Sosialisasi Pendidikan Seks, Kesehatan Reproduksi dan
Persiapan Pranikah.
1. Peningkatan pengetahuan anak sekolah melalui Pendidikan seks,
kesehatan reproduksi dan persiapan pranikah dimasukkan dalam kurikum
sekolah.
2. Penyusunan pesan pesan pendidikan seks, kesehatan repoduksi dan pra
nikah melalui audio visual, poster, buku maupun kleaflet.
3. Kerjasama dengan media massa untuk penyampaian pesan pesan risiko
perkawinan.
d. Perluasan Akses Pendidikan dan Keterampilan
1. Penyediaan layanan pelatihan, keterampilan bagi anak anak yang kurang
mampu.
2. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan bagi anak anak maupun
calon pengantin tentang tata cara pola asuh anak.

11
2. Rencana AksI
Rencana Program dan Aksi Kegiatan Pencegahan Pernikahan Dini
Provinsi Sulawesi Tengah

No Dinas/Lembaga/ Program Sub Kegiatan


Organisasi
1 Dinas Peningkatan 1. Pembukaan call center
Pengendalian Advokasi,Sosialisasi layanan kesehatan
Penduduk dan Kesehatan Reproduksi reproduksi & KB.
Keluarga 2. Penguatan kelembagaan
Berencana melalui MOU dengan lintas
terkait.
3. Pemetaan daerah/wilayah
angka pernikahan dini
4. Penyebar luasan informasi
melalui KIE.
2 Dinas 1. Peningkatan 1. Sosialisasi perlindungan
Pemberdayaan perlindungan dan terhadap pekerja anak
Perempuan dan kesejahteraan 2. Konseling kesehatan
Perlindungan perempuan dan anak reproduksi bagi perempuan
Anak 2. Peningkatan 3. Pojok literasi dan
pemenuhan hak anak konsultasi Three Ends
4. PATBM
5. Sosialisasi percepatan
kepemilikan akta kelahiran
6. Pembinaan dan
pemantauan tumbuh
kembang anak
7. Pembinaan anak daerah
yang memiliki wawasan
kebangsaan
8. Fasilitasi pemenuhan hak
anak berkebutuhan khusus
3 Dinas Kesehatan Sosialisasi dan orientasi, 1. Pertemuan orientasi KIE
Komunikasi, Informasi Kesehatan reproduksi
(KIE) calon penganti bagi
KesehatanReproduksi penyuluh pernikahan dan
calon pengantin petugas kesehatan Provinsi
Kab/kota
2. Penguatan kelembagaan
hasil tindak lanjut MOU
antara Dinas Kesehatan
Provinsi, Kab/kota dengan
Kementerian Agama
Provinsi, Kab/kota
3. Penyebar luasan informasi

12
KIE, Kesehatan reproduksi
secara berjenjang dari
Provinsi, Kabupaten,
kecamatan dan
kelurahan/desa
4 Perwakilan 1. Advokasi dan soialisai 2. Pemilihan Duta Genre
BKKBN Provinsi tingkat kabupaten, Provinsi
dan nasional
3. GenReXplore, ajang
eksplorasi bakat seni
remaja bebasis Generasi
Berencana
4. Sosialisasi pendewasaan
Usia Perkawinan (PUP)
melalui aksi simpatik
GenRe
5. KIE PUP dan Kespro melalui
media cetak dan elektronik
(Radio, Televisi, koran,
leafleat, brosur dan buku
saku)
6. Sosialisasi PUP di sekolah
Menengah Kab/Kota
7. Pembentukan dan
pengembangan puysat
informasi dan konseling
(PIK) pada SMA/SMK,
Mahasiswa di kampus dan
PIK Masyarakat
8. Pembentukan aksi forum
GenRe Sulawesi Tengah
9. Sosialisasi PUP pada
pembekalan KKN
10. Sosialisasi PUP di lokasi
KKN
11. MOU dengan Kopertis IX
dan UNTAD tentang 1000
HPK
5 Kanwil Agama 1. Kursus pra nikah 1. Memberlakukan kursus pra
Provinsi 2. Sosialisasi undang- nikah kepada calon
undang perkawinan pengantin sebelum akad
No. 1 Tahun 1974 nikah disetiap Kantor
Urusan Agama (KUA)
Kecamatan
2. Melaksanakan workshop
bimbingan perkawinan bagi
remaja dan dampak negatif

13
perkawinan di usia dini
3. Deklarasi pencegahan
perkawinan usia dini di
Pondok Pesanren

6 Dinas Penguatan kelembagaan 1. Peningkatan peran


Pemberdayaan Desa lembaga desa untuk
Masyarakat Desa mendukung perlindungan
dan pencegahan
pernikahan anak
7 Dinas Sosial 1. Peningkatan SDM 1. Pengembangan Database
pemuda dan kependudukan
kelembagaan sosial 2. Pemberdayaan keluarga
2. Peningkatan fakir miskin
pelayanan kepada 3. Sosialisasi HIV/Aids dan
penduduk miskin dan Narkoba pada remaja
penyandang masalah 4. Pengembangan bakat dan
kesejahteraan sosial keterampilan anak
terlantar
8 Dinas Pendidikan Peningkatan dan 1. Menyebar luaskan
& Pengajaran pemantapan siswa informasi tentang
SMA/SMK tentang pendidikan karakter sesuai
pendidikan karakter dengan kurikulum K13 yang
sesuai kurikulum K13 dikaitkan dengan
pernikahan dini
2. Melakukan penyuluhan
disekolah jenjang
SMA/SMK tentang dampak
pernikahan usia dini
3. Menanamkan nilai budaya
kepada anak siswa tentang
adat istiadat warisan dari
nenek moyang yang
berkaitan dengan usia
pernikahan dini
9 Pendidikan dan Penguatan kelembagaan 1. Meningkatkan kerja sama
Kesejahteraan PKK dengan organisasi melalui
Keluarga (PKK) MOU untuk peningkatan
ketahanan keluarga
2. Sosialisasi 10 program PKK
di Kab/Kota
10 Ikatan Bidan Sosialisasi kesehatan 1. Mendirikan Posyandu
Indonesia reproduksi ikatan Bidan
2. Penyuluhan kesehatan
reproduksi remaja
3. Penguatan kerja sama

14
dengan lintas sektor untuk
pelayanan kesehatan
reproduksi
11 Komisi Sosialisasi dan Advokasi 1. Sosialisasi peraturan
Perlindungan perundang-undangan yang
Anak berkaitan dengan
perlindungan anak

15
BAB IV

MONITORING DAN EVALUASI

A. INDIKATOR KEBERHASILAN

Untuk mengukur keberhasilan program dan kegiatan Pencegahan Pernikahan Dini


pada anak dapat dilakukan dengan melihat capaian beberapa indikator sbb :
1. Menurunnya angka pernikahan dini pada anak
2. Menurunnya Angka Spesifik Fertility Rate (ASFR)
3. Menurunnya angka kekerasan pada anak perempuan akibat perkawinan dini
4. Menurunnya angka perceraian di usia dini
5. Menurunnya angka putus sekolah akibat perkawinan dini.

B. MEKANISME MONITORING

1. Untuk mendapatkan laporan dapat dilakukan dengan sistem integrasi pencatatan


dan pelaporan dari masing masing organisasi perangkat daerah yang
dikumpulkan secara rutin oleh sekretariat Gerakan Terpadu Pencegahan
Pernikahan Dini.
2. Analisa laporan yang dilaksanakan secara rutin yang dikumpulkan dari masing
masing organisasi perangkat daerah yang melaksanakan intervensi pencegahan
pernikahan dini.
3. Desiminasi informasi secara periodik mengenai perkembangan hasil intervensi
pencegahan pernikahan dini.
4. Supervisi secara berjenjang yang dilaksanakan secara tim atau oleh masing
masing /organisasi perangkat daerah sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya.
5. Rapat tim yang dilaksanakan secara terpadu dengan lintas program dan lintas
sektor.
6. Pertemuan tim untuk penyusunan rencana kegiatan tahun yang akan datang.

16
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan
karunianya Rencana Aksi Gerakan Terpadu Pencegahan Pernikahan Dini dapat disusun dan
diselesaikan. Rencana aksi tersebut dilatarbelakangi hasil analisis masalah pada tugas dan
fungsi Program Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga Dinas Pengendalian Penduduk dan
Keluarga Berencana Provinsi Sulawesi Tengah, dimana salah satu permasalahan yang
dihadapi saat ini adalah tingginya angka pernikahan dini pada anak di Provinsi Sulawesi
Tengah. Pernikahan dini pada anak sangat merugikan dan memberikan dampak sosial yang
sangat besar di masyarakat. Berangkat dari permasalahan tersebut maka di buat suatu
proyek perubahan untuk menggagas pembentukan Gerakan Terpadu Pencegahan
Pernikahan Dini (Gardu-P2D) dengan melibatkan seluruh organisasi perangkat daerah,
stakeholder untuk secara terpadu dan terkoordinasi melaksanakan pencegahan pernikahan
dini di Provinsi Sulawesi Tengah.

Untuk mendukung terlaksananya Gerakan Terpadu Pencegahan Pernikahan Dini


(Gardu P2D) secara optimal pada semua tingkatan, maka perlu di susun Rencana Aksi
sebagai bentuk pelaksanan gerakan pencegahan pernikahan dini. Rencana aksi tersebut
disusun berdasarkan masukan dari berbagai lintas sektor dan lintas program yang
diharapkan dapat digunakan sebagai acuan oleh tim dalam melaksanakan gerakan terpadu
pencegahan pernikan dini.

Kami sadari rencana aksi ini masih terdapat kekurangan dan diharapkan kepada
seluruh pihak yang berkepentingan untuk dapat memberikan masukan dan saran untuk
kesempurnaan dalam melaksanakan intervensi pencegahan pernikahan dini pada anak.

Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
memberikan saran atas tersusunnya rencan aksi tersebut semoga dapat memberikan
manfaat bagi kemajuan Pengendalian Penduduk, Keluarga berncana, Ketahanan dan
Pembangunan Keluarga di Provinsi Sulawesi Tengah.

Palu, Juli 2018


Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana
Provinsi Sulawesi Tengah

Faridah Lamarauna, SE, M.Si


Pembina Utama Muda
Nip: 19650517 199203 2 006

17
18

Anda mungkin juga menyukai