Anda di halaman 1dari 14

TARIKH TASYRI’ PERIODE MASA MODERN

Mata Kuliah : Tarikh Tasyri’


Dosen Pengampu Mata Kuliah : Mahyudin Munthe, SH.I, MM

D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
 Afreyeni (2019101046)
 Lispa (2019101098

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SYEKH ABDUR RAUF


( STAISAR )
LIPAT KAJANG – ACEH SINGKIL
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah rasa syukur ini senantiasa penulis ucapkan kepada Allah swt.
Berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat
dan salam penulis sampaikan kepada junjungan alam Nabi Muhammad SAW yang
membawa umat manusia dari dunia yang tidak berilmu pengetahuan ke dunia yang
berilmu pengetahuan.
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini banyak pihak-pihak yang
sangat besar jasanya dalam memberikan bimbingan dan arahan sehingga makalah ini
mempunyai nilai positif dan bermanfaat.
Penulis berharap agar makalah ini dapat berguna bagi pembaca, serta pihak-
pihak yang membutuhkan dan menambah wawasan dan ilmu. Penulis berharap kritik
dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Demikan, atas segala kekurangan penulis mengucapkan mohon maaf dan
terima kasih.

Lipat Kajang, 25 Februari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ i


DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii
BAB I (PENDAHULUAN) ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Manfaat Penulisan ....................................................................................... 1
BAB II (PEMBAHASAN) ........................................................................................ 2
A. Situasi Sosial Budaya Periode Modern ......................................................... 2
B. Terbukanya Pintu Ijtihad dan Kebangkitan Islam Periode Modern.............. 3
C. Tokoh-Tokoh Muslim Periode Modern ........................................................ 4
BAB III (PENUTUP) ............................................................................................... 10
A. Kesimpulan .................................................................................................. 10
B. Saran ............................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam sejarah Islam periode modern disebut dengan kebangkitan dunia Islam
karena ditandai banyaknya bermunculan pemikiran pembaharuan dalam dunia Islam.
Lahirnya ide pembaharuan Islam dimulai dengan mulai sadarnya umat Islam akan
tidur panjang dan mimpi indahnya, kemudian bangun dan membenahi diri serta
bangkit kembali menjadi suatu kekuatan yang setidaknya setara dengan kekuatan
Barat. Pada waktu itu, umat Islam sudah terpecah-pecah ada yang masih terhimpun
dalam tiga kerajaan Islam, yakni Turki Usmani, Mughol dan Safawi, ada yang lepas
dari tiga kekuatan itu dengan mendirikan kerajaan-kerajaan kecil, ada juga yang tidak
termasuk dari kedua kategori tersebut.

B. Rumusan Periodelah
1. Bagaimana Situasi Sosial Budaya Periode Modern?
2. Bagaimana Terbukanya Pintu Ijtihad dan Kebangkitan Periode Modern?
3. Bagaimana tokoh-tokoh Muslim pada Periode Modern?

C. Manfaat Penulisan
1. Untuk Mengetahui Situasi Sosial Budaya Periode Modern
2. Untuk mengetahui tentang Terbukanya Pintu Ijtihad dan Kebangkitan
Periode Modern
3. Untuk Memahami Tokoh-Tokoh Muslim pada Periode Modern

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Situasi Sosial Budaya Periode Modern
Lahirnya ide pembaharuan Islam dimulai sadarnya umat Islam akan tidur
panjang dan mimpi indahnya, kemudian bangun dan membenahi diri serta bangkit
kembali menjadi suatu kekuatan yang setidaknya setara dengan kekuatan Barat. Pada
waktu itu, umat Islam sudah terpecah-pecah ada yang masih terhimpun dalam tiga
kerajaan Islam, yakni Turki Utsmani, Mughol dan Safawi, ada yang lepas dari tiga
kekuatan itu dengan mendirikan kerajaan-kerajaan kecil, ada juga yang tidak
termasuk dua kategori tersebut.
Di awal fase ini, mulai bangkit semangat kebangsaan, artinya manusia lebih
cenderung untuk menghimpun diri dalam suatu kesatuan berdasarkan suku bangsa
(nation state) ketimbang terhimpun dalam suatu kesatuan berdasarkan agama
(religion state). Namun , yang menarik adalah hampir seluruh suku bangsa yang
dijajah menganut agama Islam, melakukan perjuangan yang berbarengan untuk
memperjuangkan lahirnya sebuah negara bangsa yang berdaulat di satu sisi, disisi lain
agama juga sedang giat melakukan modernisasi.
Dan tidak jarang dalam proses lahirnya sebuah negara bangsa ini tampillah
tokoh-tokoh agama sebagai pioner perjuangannya. Hal ini, disebabkan karena bangsa
Barat dianggap menginjak-injak nilai kehormatan suatu bangsa yang dikuasainya dan
mengusik agama (Islam) yang dianut oleh bangsa tersebut.
Ada dua peristiwa yang membuat umat Islam terbangun dan bangkit, yakni :
1. Perang Salib. Perang ini merupakan peperangan yang banyak memakan
waktu, biaya, dan korban baik korban jiwa maupun korban harta. Tetapi,
disamping hal yang merugikan, ada faktor positif dari Perang Salib ini, yakni
kedua belah pihak berupaya mencari tahu dan mengenal pihak lawannya
secara baik. Dan ini merupakan awal dari sebuah dialog.
2. Adanya ekspansi Barat ke Timur (ekspansi Bangsa Eropa ke Asia dan Afrika).
Diketahui bahwa Barat kebanyakan menganut agama Kristen dan Timur
kebanyakan menganut agama Islam, sehingga keduanya pun mengalami
kontak yang tidak dapat dihindarkan. Di sisi lain, Barat adalah negara-negara
yang telah mencapai kemodernan dan kemajuan di segala bidang, sedangkan
Timur adalah masih tradisional dan terbelakang. Misi yang diemban Barat
adalah melakukan tiga hal: grory, gold dan gospel.

2
Menghaadapi benturan dua peradaban (Islam-Kristen, Timur-Barat) ini
lahirlah tiga reaksi dari umat Islam, yaitu :
1. Pemahaman yang didasarkan pada anggapan bahwa Bangsa Barat adalah
bangsa yang lebih unggul dari Islam, supaya Islam pun unggul seperti mereka,
maka Islam perlu mencontoh Barat dari segala aspeknya.
2. Anggapan bahwa umat Islam harus yakin bahwa Islam itu agama yang benar
tak mungkin salah dan kalah oleh yang lain.
3. Sebagian kelompok memberikan pernyataan bahwa mereka harus yakin
bahwa Islam adalah agama yang benar, kapanpun dan dimanapun. Bahkan
pada periode lampau umat Islam pernah mencapai kejayaan yang gilang
gemilang. Namun, karena Umat Islam meninggalkan ajarannya dan merasa
puas dengan apa yang mereka dapatkan, menjadikan umat Islam terlena dan
tertidur pulas. 1

B. Terbukanya Pintu Ijtihad dan Kebangkitan Islam Periode Modern


Setelah mengalami kelesuan, kemunduran beberapa abad lamanya, pemikiran
Islam bangkit kembali. Ini terjadi pada bagian kedua abad ke-19. Kebangkitan
kembali pemikiran Islam timbul sebagai reaksi terhadap sikap taqlid yang membawa
kemunduran hukum Islam. Muncullah gerakan-gerakan baru yang disebut gearkan
salaf (salafiyah) diantara gerakan para ahli hukum yang menyarankan kembali kepada
Al-Qur’an dan Sunnah, dan ingin kembali kepada kemurnian ajaran Islam di zaman
salaf (permulaan), generasi awal dahulu.
Sebagai reaksi terhadap sikap taqlid, sesungguhnya pada periode kemunduran
itu sendiri telah muncul beberapa ahli yang ingin tetap melakukan ijtihad, untuk
menampung dan mengatasi persoalan-persoalan dan perkembangan masyarakat.
Pada abad ke-14 telah timbul seorang mujtahid besar yang menghembuskan
udara baru dan segar dalam dunia pemikiran agama dan hukum. Namanya Ibnu
Taimiyyah (1263-1328) dan muridnya Ibnu Qayyim al-Jauziah (1292-1356). Pola
pemikiran mereka dilanjutkan pada abad ke-17 oleh Muhammad Ibnu Abduk
Wahhab (1703-1787) yang terkenal dengan gerakan Wahabi yang mempunyai
pengaruh pada gerakan Padri di Minangkabau (Indonesia). Usaha ini kemudian
dilanjutkan oleh Jamaluddin Al-Afghani (1839-1897) terutama di lapangan politik.
Dialah yang memasyhurkan ayat Al-Qur’an yang mengatakan bahwa “ Allah tidak

1
Yayan Sopyan, Tarikh Tasyri’ Sejarah Pembentukan Hukum Islam, (Jakarta: Gramata
Publishing, 2010) hlm. 155-157.

3
akan mengubah nasib suatu bangsa kalau bangsa itu sendiri tidak (terlebih dahulu)
berusaha mengubah nasibnya sendiri. Ayat ini dipakainya untuk menggerakkan
kebangkitan umat Islam yang pada umumnya dijajah oleh bangsa Barat pada waktu
itu. Ia menilai kemunduran umat Islam disebabkan antara lain karena penjajahan
Barat. Karena itu, agar umat Islam dapat maju kembali, penjajahan Barat harus
dilenyapkan terlebih dahulu. Untuk itu ia menggalang persatuan seluruh umat Islam
yang terkenal dengan nama Pan Islamisme.
Mengenai mazhab, Abduh mengatakan bahwa aliran-aliran pikiran yang
berbeda dalam suatu masyarakat adalah biasa. Namun kefanatikan terhadap salah satu
aliran atau mazhab itulah yang keliru karena dapat membahayakan persatuan dan
kesatuan umat Islam. Karena itu (setelah ia mempelajari aliran-aliran yang ada) ia
tidak memberikan penilaian dan kecenderungan kepada salah satu diantaranya.
Semua aliran-aliran pemikiran itu, menurut Abduh-adalah pendapat atau pandangan
saja, paham terhadap dasar-dasar ajaran Islam. Dan setiap pendapat atau pemahaman
tentang sesuatu, bisa salah bisa juga benar. Karena itu, katanya, tidaklah seyogyanya
pengikut suatu mazhab mengklaim aliran pemikiran dalam mazhabnya saja yang
mutlak benar.
Dengan mengemukakan ini Mohammad Abduh bermaksud hendak
menghapuskan dinding pemisah antarmazhab, sekurang-kurangnya mengurangi kalau
tidak dapat menghapuskan kefanatikan mazhab sekaligus dan menganjurkan agar
umat Isalm yang memenuhi syarat kembali lagi menggali hukum Islam dari
sumbernya yang asli, yakni Al-Qur’an dan Sunnah Muhammad SAW.
Dan dengan mengajak seorang muslim membebaskan diri dari kefanatikan
mazhab, ia bermaksud pula mengembalikan fungsi akal pikiran ke tempatnya yang
benar dan mempergunakannya secara baik untuk memecahkan berbagai periodelah
dalam hidup dan kehidupan manusia pada zamannya. Ia menyerukan kepada umat
Islam yang memenuhi syarat untuk berijtihad, berusaha mengkaji dan memecahkan
berbagai periodelah dalam masyarakat yang terus berkembang. Ia menganjurkan
orang berijtihad dan menolak taqlid. 2

C. Tokoh-Tokoh Muslim pada Periode Modern


1. Muhammad Rasyid Ridha
Nama lengkap Rasyid Ridha adalah Al-Sayyid Muhammad Rasyid ibn Ridha.
Ia dilahirkan pada hari Rabu tanggal 17 Jumadil Ula 1282 H/18 Oktober 1865 M di

2
Mohammad Daud Ali, Hukum Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 197-201.

4
Qalamun, sebuah desa yang terletak didaerah pantai Laut Tengah, kira-kira tiga mil
jauhnya dari kota Tripoli, Libanon. Beliau adalah keturunan Al Husain, cucu
Rasulullah. Ayahnya adalah seorang ulama dari ahli Tariqad Syaziliyah.
Pendidikannya bermula dimadrasah al-Kitab di Al-Qalamun, di sini beliau mendapat
pelajaran menulis, berhitung, dan membaca Al-Quran. Setelah dewasa beliau dikirim
oleh ayahnya untuk belajar Al-Madrasah Al-Wathaniyah Al-Islamiyah, di bawah
asuhab Al-Syekh Husain, dan Ja’far Al-Shadiq dengan Jadduna (nenek moyang
kami). 3
Keluarga Rasyid Ridha adalah keluarga terhormat. Ayah dan kakeknya
merupakan orang terpandang di masyarat Qalamun. Menurut Rasyid Ridha, ketika
masih remaja ia sering melihat para pendeta dan pemuka Kristen Tripoli datang
mengunjungi ayahnya di Qalamun, terutama pada hari-hari raya. Ayahnya
menyambut mereka dengan penuh penghormatan sebagaimana ia menyambut para
ulama dan penguasa muslim lainnya.
Adapun pemikiran Pembaharuan Rasyid Ridha yaitu :
• Pemikiran Pembaharuan Rasyid Ridha dalam Bidang Keagamaan
Menurut Rasyid Ridha, yang mendorongnya untuk melakukan pembaharuan
dibidang agama adalah karena adanya kesalah pahaman sebagian besar umat
islam terhadap ajaran Islam yang sebenarnya. Kesalah pahaman itu menjadi
faktor penyebab kemunduran umat islam dalam berbagai bidang kehidupan.
Menurut Rasyid Ridha, kebanyakan cerita tentang Zuhud Rasulullah saw. yang
kemudikan dijadikan dalil bagi ajaran-ajaran mereka adalah maudlu’ dan tidak
ada dasarnya. Rasyid Ridha juga menjelaskan bahwa salah satu faktor penyebab
kemunduran umat islam adalah berkembangnya paham jabariyah (fatalis).
Sebaliknya, diantara faktor kemajuan bangsa Barat adalah membudayannya
paham ikhtiyar (dinamis). Ajaran tersebut termuat dalam kata jihad, yang berarti
berusaha keras, bersungguh-sungguh mencurahkan segenap pikiran, kekuatan,
dan kemampuan untuk mencapai kekuatan yang luhur, dan berani berkurban,
baik dengan harta benda maupun dengan jiwa raga untuk mencapai tujuan
pertjuangan.
Menurut Rasyid Ridha, ijtihad hanya diperlukan untuk hal-hal yang berkenaan
dengan mu’amalat dan kemasyarakatan, namun tidak diperlukan lagi untuk hal-
hal yang berkenaan dengan ibadah.

3
Murodi. Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah, (Semarang: PT Karya Toha
Putra,1987), hlm. 140.

5
• Pemikiran Pembaharuan Rasyid Ridha dalam Bidang Pendidikan
Menurut Rasyid Ridha, Islam datang untuk memperbaiki taraf hidup kaum
perempuan. Sebab, dengan membaiknya taraf kehidupan perempuan, akan baik
pula kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, menurut Rasyid Ridha pendidikan
perempuan harus didasarkan pada moral agama dan hukum-hukum Islam. Selain
itu kepada anak-anak gadis kita harus diajarkan bahasa Arab, sejarah umat Islam,
ilmu pendidikan, berhitung, cara mengatur rumah tangga, merawat anak,
menjaga kebersihan, dan berbagai keterampilan yang dibutuhkan, seperti
menjahit, membordir dan meperiodek.
• Pemikiran Pembaharuan Rasyid Ridha dalam bidang Politik
Menurut Rasyid Ridha, bahwa kemuduran Islam dibidang politik adalah
disebabkan perpecahan yang terjadi diantara mereka. Karena itu, jika ingin maju,
mereka harus mewujudkan persatuan dan kesatuan. Semua umat islam harus
bersatu dibawah satu keyakinan, satu sistem moral, satu sistem hukum dan
undang-undang. Hukum dan undang-undang tidak akan dapat dijalani tanpa ada
kekuasaan pemerintah. Karena itu, kekuasaan umat mengambil bentuk Negara
dengan pimpinan seorang khalifah. Khalifah itu harus memenuhi syarat-syarat
seorang mujtahid dan tidak boleh bersifat absolut. Untuk dapat melaksanakan
tugasnya itu dengan baik, ia harus dibantu oleh para ulama.

2. Muhammad Iqbal
Muhammad Iqbal dilahirkan pada tanggal 22 Februari 1873 M/ 22 Dzulhijjah
1289 H di Punjab. Leluhurnya berasal dari keluarga kasta Brahmana Kasymir yang
telah masuk Islam sekitar 3 abad sebelumnya. Muhammad Iqbal memperoleh
pendidikan awalnya di Sialkot, Punjab. Pada mulanya ia dididik ayahnya sendiri
bernama Nur Muhammad di rumah. Tetapi, kerena pendidikan di rumah dipandang
masih belum cukup, akhirnya ayahnya memasukkan Iqbal ke Kuttab untuk belajar
Al-Quran. Setelah itu, Iqbal menempuh pendidikan lanjutan ke Scottish Mission
School (SMS).
Berkat dorongan gurunya, Sir Thomas W. Arnold, pada tahun 1905 M, Iqbal
melanjutkan studinya ke Eropa. Setelah menyelesaikan studi dan pengembaraan
ilmiahnya di Eropa, akhirnya pada tahun 1908 M, Muhammad Iqbal kembali lagi ke
India. Di India ia kembali mengabdikan dirinya sebagai tenaga pengajar pada
alamamaternya, Government College untuk bidang studi filsafat, sastra Arab dan
sastra Inggris. Tetapi, Iqbal hanya bertahan setahun mengajar pada Government

6
College. Selain aktivitas politik, Iqbal juga melakukan safari intelektual dengan
memberikan ceramah-ceramah di Madras, Hiderabad, Aligarh. Kegiatan ini
dilakukannya pada tahun 1928 M. Dari berbagai kumpulan makalah seminar,
dikumpulkan dan diedit menjadi sebuah buku berjudul “The Reconstruction of
Religious Thought in Islam”. Karya ini dipandang sebagai karya terbesar Iqbal dalam
bidang filsafat.
Adapun pemikiran Pembaharuan Muhammad Iqbal yaitu :
• Pemikiran Pembaharuan dan Politik Muhammad Iqbal
Untuk memajukan umat Islam, khususnya India, Iqbal mengetengahkan beberapa
pandangan. Pertama, umat islam harus mengembangkan paham dinamisme
Islam. Kedua, umat Islam harus kembali memperhatikan cara berpikir induktif.
Lahirnya Islam, menurut Iqbal adalah lahirnya intelek induktif, kemudian
melahirkan metode-metode observasi, penyelidikan dan eksperimen. Ketiga,
perlu negara sendiri bagi umat Islam India, terpisah dari negara Hindu.
Pemikiran-pemikiran Muhammad Iqbal diatas mempengaruhi dunia Islam pada
umumnya, dan terutama pada usaha pembaharuan Islam di India. Ia
menimbulkan paham dinamisme di kalangan umat Islam India, dan menunjukkan
jalan yang harus mereka tempuh untuk periode depan agar umat Islam minoritas
di India dapat bertahan hidup dari tekanan luar, seperti terwujudnya Republik
Pakistan.
• Pemikiran Muhammad Iqbal tentang Filsafat Ego
Menurut Muhammad Iqbal, khudi atau ego manusia sebagai kesatuan intuitif atau
titik kesadaran pencerah yang menerangi pikiran, perasaan dan keinginan
manusia, merupakan hal yang diliputi rahasia dan mengorganisasi berbagai
kemampuan yang tidk terbatas dalam fitrah manusia. Dengan kata lain, Iqbal
menegaskan bahwa khudi itu merupakan ruh dan kodrat esensinya bersifat
memimpin.
Selanjutnya, Iqbal mengatakan bahwa hanya yang benar-benar wujud yang dapat
menyatakan “inilah aku”. Dari penguasaannya terhadap lingkungan (dunia
materi), ego manusia mencapai tingkat kehendak bebas. Sebagai gambaran
ringkas, kalau cinta memperkuat ego manusia, maka sual (meminta-minta)
melemahkannya. Jadi untuk memperkuat egonnya, manusia harus memupuk
cinta, yakni kemampuan bertindak asimilatif dan menghindari segala bentuk
meminta, yakni tidak bertindak apa pun.

7
3. Mustafa Kemal Attarturk
Nama asli Kemal Attartuk adalah Mustafa, yang kemudian menjadi Mustafa
Kemal Attarturk. Ia dilahirkan di Selonika pada tahun 1881 M. dan berasal dari
keluarga taat beragama. Ayahnya bernama Ali Reza, seorang pegawai pada suatu
kantor pemerintah. Ibunya bernama Zubeyde seorang wanita yang juga taat
beragama. Tampaknya kedua orang tua Kemal menginginkan agar Kemal menjadi
orang saleh dan taat beragama, serta menjadi seorang hafidz (penghapal) atau hoja
(guru/ustadz).
Mustafa Kemal baru menikah setelah ia berhasil mengapai semua cita-cita
yang diinginkannya. Ia menikah dengan Latifa Hanim, puteri Usakizade Muammer,
seorang pedagang kaya dari Izmir. Sayang sekali perkawinan ini, tidak berumur
panjang dan berakhir dengan perceraian, karena Mustafa sibuk dengan tugas dan
kewajiban sebagai kepala negara Turki yang baru lahir hingga ia meninggal dunia
pada tanggal 10 November 1938 M, dalam usia 57 tahun.
Adapun pemikiran Pembaharuan Mustafa Kemal Attarturk yaitu :
• Pemikiran Pembaharuan dalam Bidang Politik
Sebelum Mustafa Kemal diangkat menjadi Presiden Republik Turki, pada tahun
1920 M dibentuk Majlis Nasional Agung, atas usaha beliau dan teman-temannya,
dalam siding di Ankara, yang kemudian menjadi ibu Kota Republik Turki, ia
dipilih sebagai ketua serta diambil keputusan-keputusan antara lain sebagai
berikut:
 Kekuasaan tertinggi terletak di tangan rakyat Turki.
 Majlis Nasional Agung merupakan perwakilan rakyat tertinggi.
 Majlis Nasional Agung bertugas sebagai badan legislative dan badan
eksekutif.
 Majlis Negara yang anggotannya dipilih dari Majlis Nasional Agung akan
menjalankan tugas pemerintah.
 Ketua Majlis Nasional Agung menangkap jabatan Ketua Majlis Negara.
Keputusan itu menunjukkan bahwa konstitusi yang diambil merupakan bentuk
baru dan sama sekali berbeda dengan pemikiran elite birokrat tradisional yang
kedaulatannya terletak ditangan sultan dan khalifah.juga bentuk Negara baru
berdasarkan pada nasionalisme Turki yang mengharuskan diadakannya
sekularisasi, dimana pemerintahan harus dipisahkan dari negara.

8
• Pemikiran Pembaharuan dalam Bidang Hukum dan Pendidikan
Sebagai kelanjutan Sekularisannya, Kemal menghapuskan kementrian Urusan
Syari’at yang bertujuan untuk memudahkan usaha Kemal menghilangkan pasal-
pasal dalam konstitusi 1921 M yang menyatakan bahwa Islam sebagai agama
Negara yang semula dibentuk sebagai pengganti Biro Syaikh Al-Islam.
Dalam bidang pendidikan, langkah pembaharuan yang dilakukan Kemal
mengeluarkan dan memberlakukan dekrit 7 pebruari 1924 M, yang melepaskan
semua unsur keagamaan dari sekolah-sekolah asing.
Dari uraian diatas, terlihat bahwa usaha-usaha pembaharuan yang dilakukan
Kemal tidak bertujuan menghilangkan agama dari kehidupan masyarakat Turki,
akan tetapi hnya menghilangkan unsur-unsur agama dari konstitusi dan struktur
pemerintahan.
• Pemikiran Pembaharuan dalam Bidang Peradaban dan Ekonomi
Dalam bidang peradaban, pada tahun 1925 M dilarangnya pemakaian terbus
(peci) dan diganti dengan topibarat. Pakaian keagamaan dilarang dan rakyat
Turki diharuskan mengenakan pakaian Barat baik pria maupun wanita. Dalam
bidang ekonomi, Kemal membatasi diri untuk bekerja sama dengan Barat dalam
bidang ekonomi. Ia tidak menginginkan negerinya dikuasai oleh pemerintahan
sultan.

4. Ali Abdur Raziq


Nama lengkapnya adalah Syekh Ali Abd Al-Raziq salah satu seorang
keluarga yang terkenal yang berdiam di as-Sa’id yang termasuk diwilayah Al-Mania,
suatu keluarga hartawan dengan tanah-tanah pertanian yang luas (kelurga feudal)
ayahnya yang bernama Hasan Pasha atau Abdul Raziq Pasha Sr, adalah seorang
pembesar yang terpandang di daerah pinggiran dan Ali Abd Raziq lahir di pedalaman
propinsi Menia pada tahun 1888, ia keluarga feudal yang aktif dalam kegiatan politik.
Pendidikan Ali Abd Raziq menganut pendidikan Abduh meskipun ia tidak
sempat belajar banyak secara langsung darinnya, oleh karena pada Abduh wafat pada
tahun 1905, saat itu Ali baru berusia 17 tahun.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah mengalami kelesuan, kemunduran beberapa abad lamanya, pemikiran
Islam bangkit kembali. Ini terjadi pada bagian kedua abad ke-19. Kebangkitan
kembali pemikiran Islam timbul sebagai reaksi terhadap sikap taqlid yang membawa
kemunduran hukum Islam. Muncullah gerakan-gerakan baru yang disebut gearkan
salaf (salafiyah) diantara gerakan para ahli hukum yang menyarankan kembali kepada
Al-Qur’an dan Sunnah, dan ingin kembali kepada kemurnian ajaran Islam di zaman
salaf (permulaan), generasi awal dahulu.

B. Saran
Demikianlah makalah ini dibuat, kami menyadari penulisan makalah ini
masih banyak kesalahan dan kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang konstruktif
demi kesempurnaan makalah ini dan berikutnya. Besar harapan kami, semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca pada umumnya dan
khususnya bagi pemakalah.

10
DAFTAR PUSTAKA

Mohammad Daud Ali, Hukum Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009).

Murodi. Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah, (Semarang: PT Karya Toha


Putra,1987).

Yayan Sopyan, Tarikh Tasyri’ Sejarah Pembentukan Hukum Islam, (Jakarta: Gramata
Publishing, 2010).

11

Anda mungkin juga menyukai