Anda di halaman 1dari 17

HADITS TENTANG METODE PENDIDIKAN ISLAM

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Kajian Hadits Tarbawy

Dosen Pembimbing :
Dr. H. Saiful Jazil, M. Ag
Oleh :
Moh.Hamdani (02040821018)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur selalu kami panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmat serta
nikmatnya berupa kesehatan baik jasmani maupun rohani, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas penulisan makalah ini dengan waktu yang telah ditentukan. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas mata kuliah kajian hadits tarbawy. Tidak lupa sholawat serta salam semoga
tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Rasulullah SAW yang kita harapkan syafaatnya
kelak.
Penulisan makalah berjudul “Hadits Tentang Metode Pendidikan Islam” ini dapat
diselesaikan dengan batuan beberapa referensi yang mendukung dan berharap juga bahwa
makalah ini dapat dijadikan sebuah referensi baru bagi pembaca, dan penulis menyadari bahwa
makalah ini masih memerlukan penyempurnaan terutama bagian isi, oleh karena itu kami
sebagai penulis menerima segala kritik dan saran dari pembaca untuk menyempurnaan
makalah ini. Apabila ada banyak kesalahan dalam penulisan dalam makalah ini kami sebagai
penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya. Demikian makalah ini dibuat semoga
bermanfaat.

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Tidaklah berlebihan jika ada sebuah ungkapan “aththariqah ahammu minal
maddah”, bahwa metode jauh lebih penting disbanding materi, karena sebaik apapun
tujuan pendidikan, jika tidak didukung oleh metode yang tepat, tujuan tersebut sangat
sulit untuk dapat tercapai dengan baik. Sebuah metode akan mempengaruhi sampai
tidaknya suatu informasi secara lengkap atau tidak. Oleh sebab itu pemilihan metode
pendidikan harus dilakukan secara cermat, disesuaikan dengan berbagai faktor terkait,
sehingga hasil pendidikan dapat memuaskan. 1 Apa yang dilakukan Rasulullah SAW
saat menyampaikan wahyu Allah kepada para sahabatnya bisa kita teladani, karena
Rasul saw. sejak awal sudah mengimplementasikan metode pendidikan yang tepat
terhadap para sahabatnya. Strategi pembelajaran yang beliau lakukan sangat akurat
dalam menyampaikan ajaran Islam. Rasul saw. sangat memperhatikan situasi, kondisi
dan karakter seseorang, sehingga nilai-nilai Islami dapat ditransfer dengan baik.
Rasulullah saw. juga sangat memahami naluri dan kondisi setiap orang, sehingga beliau
mampu menjadikan mereka suka cita, baik meterial maupun spiritual, beliau senantiasa
mengajak orang untuk mendekati Allah swt. dan syari’at-Nya.

B. Rumusan Masalah
Untuk mempermudah pembahasan dalam makalah ini dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana pengertian metode pendidikan islam?
2. Hadits-hadits tentang metode pendidikan islam?
Kedua pertanyaan di atas akan menjadi sasaran pembahasan kami, dengan
harapan pembahasan yang kami lakukan menjadi terarah.

1
Qamari Anwar, Pendidikan sebagai karakter budaya bangsa, Jakarta, UHAMKA Press, 2003, halaman. 42
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Metode Pendidikan Islam


Kata metode berasal dari bahasa Yunani. Secara etimologi, kata metode berasal
dari dari dua suku perkataan, yaitu meta dan hodos. Meta berarti “melalui dan hodos
berrti “jalan” atau “cara”. 2 Dalam Bahasa Arab metode dikenal dengan istilah thariqah
yang berarti langkah-langkah strategis yang harus dipersiapkan untuk melakukan suatu
pekerjaan. 3 Sedangkan dalam bahasa Inggris metode disebut method yang berarti cara
dalam bahasa Indonesia. 4
Sedangkan menurut terminologi (istilah) para ahli memberikan definisi yang
beragam tentang metode, terlebih jika metode itu sudah disandingkan dengan kata
pendidikan atau pengajaran diantaranya :
1. Winarno Surakhmad mendefinisikan bahwa metode adalah cara yang di dalam
fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. 5
2. Abu Ahmadi mendefinisikan bahwa metode adalah suatu pengetahuan tentang cara-
cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur.6
3. Ramayulis mendefinisikan bahwa metode mengajar adalah cara yang dipergunakan
guru dalam mengadakan hubungan dengan peserta didik pada saat berlangsungnya
proses pembelajaran. Dengan demikian metode mengajar merupaka alat untuk
menciptakan proses pembelajaran. 7
4. Omar Mohammad mendefinisikan bahwa metode mengajar bermakna segala kegiatan
yang terarah yang dikerjakan oleh guru dalam rangka kemestian-kemestian mata
pelajaran yang diajarkannya, cirri-ciri perkembangan muridnya, dan suasana alam
sekitarnya dan tujuan menolong murid-muridnya untuk mencapai proses belajar yang
diinginkan dan perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku mereka. 8

2
Ramayulis dan Samsu Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya,
Jakarta : Kalam mulia, 2009, halaman 209.
3
Shalih Abd. Al Aziz, at tarbiyah wa thuriq al tadris, kairo, maarif, 119 H, hal. 196 dalam Ramayulis, Metodologi
Pendidikan Agama Islam, Jakarta : Kalam Mulia, 2008, hal. 2-3.
4
John M Echol dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1995, hal. 379.
5
Surakhmad, Pengantar interaksi Belajar Mengajar, Bandung : Tarsito, 1998, hal. 96
6
Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar, Bandung : Pustaka Setia, 2005, hal. 52
7
Ramayulis, Metodologi hal. 3
8
Omar Mohammad, Falsafah Pendidikan Islam, Jakarta : Bulan Bintang, 1979, hal.553
Berdasarkan definisi yang dikemukakan para ahli mengenai pengertian metode
di atas, beberapa hal yang harus ada dalam metode adalah:
a. Adanya tujuan yang hendak dicapai
b. Adanya aktivitas untuk mencapai tujuan
c. Aktivitas itu terjadi saat proses pembelaran berlangsung
d. Adanya perubahan tingkah laku setelah aktivitas itu dilakukan.

Metode merupakan alat yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan.


Alat ini mempunyai dua fungsi ganda, yaitu polipragmatis dan monopragmatis.
Polipragmatis, bilamana metode mengandung kegunaan yang serba ganda, misalnya
suatu metode tertentu pada suatu situasi kondisi tertentu dapat digunakan membangun
dan memperbaiki. Kegunaannya dapat tergantung pada si pemakai atau pada corak,
bentuk dan kemampuan dari metode sebagai alat. Sebaliknya monopragmatis, bilamana
metode mengandung satu macam kegunaan untuk satu macam tujuan. Penggunaannya
mengandung implikasi bersifat konsisten, sistematis dan kebermaknaan menurut
kondisi sasarannya. Mengingat sasaran metode adalah manusia, maka pendidik dituntut
untuk berhati-hati dalam penerapannya.
Metode pendidikan yang tidak tepat guna akan menjadi penghalang kelancaran
jalannya proses pembelajaran, sehingga banyak tenaga dan waktu terbuang sia-sia.
Oleh karena itu, metode yang diterapkan oleh seorang guru baru berdaya guna dan
berhasil guna, jika mampu dipergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang
ditetapkan. Dalam pendidikan Islam, metode yang tepat guna adalah metode yang
mengandung nilai nilai instrinsik dan ekstrinsik, sejalan dengan materi pelajaran dan
secara fungsional dapat dipakai untuk merealisasikan nilai-nilai ideal yang terkandung
dalam tujuan pendidikan Islam. 9 Metode pendidikan Islam adalah metode dialog,
metode kisah Qur’ani dan Nabawi, metode perumpamaan Qur’ani dan Nabawi, metode
keteladanan, metode aplikasi dan pengamalan, metode ibrah dan nasihat serta metode
tarģîb dan tarhîb. 10
Berdasarkan rumusan-rumusan di atas, dapat dipahami bahwa metode
pendidikan Islam adalah berbagai cara yang digunakan oleh pendidik muslim, sebagai

9
Arifin, M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996, hal. 197
10
Nahlawi, Abdurrahman Nahlawi, Ushulut Tarbiyyah Islamiyyah Wa Asâlibiha fî Baiti wal Madrasati wal
Mujtama’ terj. Shihabuddin, Jakarta: Gema Insani Press:1996, hal. 204
jalan pembinaan pengetahuan, sikap dan tingkah laku, sehingga nilai-nilai Islami dapat
terlihat dalam pribadi peserta didik (subjek dan obyek pendidikan).

B. Hadits-hadits Tentang Metode Pendidikan Islam


1. Metode Tanya Jawab
Hadits:
‫ْث ح َوقَا َل قُت َ ْيبَة ُ َح َّدثَنَا بَك ٌْر يَ ْعنِي ا ْبنَ ُمض ََر ِك ََلهُ َما ع َْن اب ِْن ا ْلهَا ِد ع َْن‬ َ ُ‫َح َّدثَنَا قُتَيْبَةُ ْبن‬
ٌ ‫س ِعي ٍد َح َّدثَنَا لَي‬
‫علَ ْي ِه‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ ِ َّ ‫الرحْ َم ِن ع َْن أ َبِي ه َُري َْرةَ أَنَّ َرسُو َل‬
َ ‫َّللا‬ َّ ‫ع ْب ِد‬ َ ‫سلَ َمةَ ب ِْن‬
َ ‫ُم َح َّم ِد ب ِْن إِب َْرا ِهي َم ع َْن أَبِي‬
ِ ‫سلَّ َم يَقُو ُل أ َ َرأ َ ْيت ُ ْم لَ ْو أَنَّ نَه ًْرا بِبَا‬
‫ب‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫َّللا‬
ِ َّ ‫س ِم َع َرسُو َل‬َ ُ‫ث بَك ٍْر أ َ َّنه‬
ِ ‫سلَّ َم قَا َل َوفِي َحدِي‬ َ ‫َو‬
‫ت َه ْل يَ ْبقَى ِم ْن د ََرنِ ِه ش َْي ٌء قَالُوا ََل يَ ْبقَى ِم ْن د ََرنِ ِه ش َْي ٌء قَا َل‬ ٍ ‫س َم َّرا‬ ِ َ ‫أ َ َح ِدكُ ْم يَ ْغت‬
َ ‫س ُل ِم ْنهُ كُ َّل يَ ْو ٍم َخ ْم‬
َ ‫َّللاُ ِب ِهنَّ ا ْل َخ‬
.‫طايَا‬ َّ ‫ت ا ْل َخ ْم ِس يَ ْم ُحو‬ َّ ‫فَذَ ِلكَ َمث َ ُل ال‬
ِ ‫صلَ َوا‬
Artinya:
Hadis Qutaibah ibn Sa’id, hadis Lâis kata Qutaibah hadis Bakr yaitu ibn Mudhar dari
ibn Hâd dari Muhammad ibn Ibrahim dari Abi Salmah ibn Abdurrahmân dari Abu
Hurairah r.a. Rasulullah saw. bersabda; Bagaimana pendapat kalian seandainya ada
sungai di depan pintu salah seorang di antara kalian. Ia mandi di sana lima kali sehari.
Bagaimana pendapat kalian? Apakah masih akan tersisa kotorannya? Mereka
menjawab, tidak akan tersisa kotorannya sedikitpun. Beliau bersabda; Begitulah
perumpamaan salat lima waktu, dengannya Allah menghapus dosa-dosa.11
Hadis di atas tergolong syarîf marfu’ dengan kualitas perawi yang sebagian
tergolong şiqah dan şiqah şubut, sedangkan Abu Hurairah adalah sahabat Rasulullah
saw. Metode bertanya ini untuk mengajak si pendengar agar fokus dengan pembahasan.
Misalnya kata; ”bagaimana pendapat kalian?” adalah pertanyaan yang diajukan untuk
meminta informasi. Maksudnya beritahukan padaku, apakah masih tersisa?. Menurut
at-Thiiby, sebagaimana dikutip al-Asqalâni, menjelaskan lafaz ”‫ ”لو‬dalam hadis
tersebut memberi makna perumpamaan.12
Metode tanya jawab, apakah pembicaraan antara dua orang atau lebih, dalam
pembicaraan tersebut mempunyai tujuan dan topik tertentu. Metode dialog berusaha
menghubungkan pemikiran seseorang dengan orang lain, serta mempunyai manfaat

11
Shahih Muslim. Beirut: Dâr al-Fikri, 1401 H. hal.462-463
12
Ahmad ibn Ali ibn Hajar Abu al-Fâdhil Al-Asqalâni, Fâthul Bâri Syarah Shahih al-Bukhâri, Beirut: Dâr al-
Ma’rifah, 1379 H, hal. 462
bagi pelaku dan pendengarnya.13 Uraian tersebut memberi makna bahwa dialog
dilakukan oleh seseorang dengan orang lain, baik mendengar langsung atau melalui
bacaan. Nahlawi, mengatakan pembaca dialog akan mendapat keuntungan berdasarkan
karakteristik dialog, yaitu topik dialog disajikan dengan pola dinamis sehingga materi
tidak membosankan, pembaca tertuntun untuk mengikuti dialog hingga selesai. Melalui
dialog, perasaan dan emosi akan terbangkitkan, topik pembicaraan disajikan bersifat
realistik dan manusiawi. Dalam Alquran banyak memberi informasi tentang dialog, di
antara bentuk-bentuk dialog tersebut adalah dialog khitâbi, ta’abbudi, deskritif, naratif,
argumentatif serta dialog nabawiyah. Metode tanya jawab, sering dilakukan oleh Rasul
saw. dalam mendidik akhlak para sahabat. Dialog akan memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk bertanya tentang sesuatu yang tidak mereka pahami. Pada dasarnya
metode tanya jawab adalah tindak lanjut dari penyajian ceramah yang disampaikan
pendidik. Dalam hal penggunaan metode ini, Rasulullah saw. menanyakan kepada para
sahabat tentang penguasaan terhadap suatu masalah.

2. Metode Pengulangan.
Hadits:
َ ‫س ْر َه ٍد َح َّدثَنَا يَحْ يَى ع َْن بَه ِْز ب ِْن َح ِكي ٍم قَا َل َح َّدثَنِي أَبِي ع َْن أَبِي ِه قَا َل‬
‫س ِمعْتُ َرسُو َل‬ َ ‫َح َّدثَنَا ُم‬
َ ‫س َّد ُد ْبنُ ُم‬
ٌ ‫ض ِحكَ بِ ِه ا ْلقَ ْو َم َو ْي ٌل لَهُ َو ْي‬
.ُ ‫ل لَه‬ ُ ‫ِث فَيَ ْكذ‬
ْ ُ ‫ِب ِلي‬ ُ ‫سلَّ َم يَقُو ُل َو ْي ٌل ِللَّذِي يُحَد‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫َّللا‬
ِ َّ
Artinya:
Hadis Musaddad ibn Musarhad hadis Yahya dari Bahzâ ibn Hâkim, katanya hadis dari
ayahnya katanya ia mendengar Rasulullah saw bersabda: Celakalah bagi orang yang
berbicara dan berdusta agar orang-orang tertawa. Kecelakaan baginya, kecelakaan
baginya. 14
Hadis di atas tergolong syarîf marfu’ dengan kualitas perawi yang sebagian
tergolong şiqah dan şiqah hafiz, şiqah sadũq. Rasulullah saw. mengulang tiga kali
perkataan ”celakalah”, ini menunjukkan bahwa pembelajaran harus dilaksanakan
dengan baik dan benar, sehingga materi pelajaran dapat dipahami dan tidak tergolong
pada orang yang merugi.

13
Abdurrahman An-Nahlawi, Ushulut Tarbiyyah Islamiyyah Wa Asâlibiha fî Baiti wal Madrasati wal Mujtama’
terj. Shihabuddin, Jakarta: Gema Insani Press:1996, hal. 205
14
Abu Dâud Sulaiman ibn al-Asy’aş As-Sijistani, Sunan Abu Dâud. Beirut: Dâr al-Kutub al-’Ilmiyah, cet 1,
1401 H. hal. 716
Satu proses yang penting dalam pembelajaran adalah pengulangan/latihan atau
praktek yang diulang-ulang. Baik latihan mental dimana seseorang membayangkan
dirinya melakukan perbuatan tertentu maupun latihan motorik yaitu melakukan
perbuatan secara nyata merupakan alat-alat bantu ingatan yang penting. Latihan mental,
mengaktifkan orang yang belajar untuk membayangkan kejadian-kejadian yang sudah
tidak ada untuk berikutnya bayangan-bayangan ini membimbing latihan motorik.
Proses pengulangan juga dipengaruhi oleh taraf perkembangan seseorang. Kemampuan
melukiskan tingkah laku dan kecakapan membuat model menjadi kode verbal atau kode
visual mempermudah pengulangan. Metode pengulangan dilakukan Rasulullah saw.
ketika menjelaskan sesuatu yang penting untuk diingat para sahabat.

3. Metode Demonstrasi
Hadits:
‫وب ع َْن أ َ ِبي قِ ََلبَةَ قَا َل َح َّدثَنَا َما ِلكٌ أَت َ ْينَا‬
ُ ُّ‫ع ْبدُ ا ْل َو َّهابِ قَا َل َح َّدث َنَا أَي‬
َ ‫َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد ْبنُ ا ْل ُمثَنَّى قَا َل َح َّدثَنَا‬
‫شبَبَةٌ ُمتَقَ ِاربُونَ فَأَقَ ْمنَا ِع ْن َدهُ ِعش ِْرينَ يَ ْو ًما َولَ ْيلَةً َوكَانَ َرسُو ُل‬ َ ُ‫سلَّ َم َونَحْ ن‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ِ ‫إِلَى النَّ ِبي‬
َ ‫سأ َلَنَا‬
‫ع َّم ْن ت َ َر ْكنَا‬ ْ ‫شت َ َه ْينَا أ َ ْهلَنَا أ َ ْو قَ ْد ا‬
َ ‫شت َ ْقنَا‬ ْ ‫ظنَّ أَنَّا قَ ْد ا‬
َ ‫سلَّ َم َر ِحي ًما َرفِيقًا فَلَ َّما‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫َّللا‬
ِ َّ
‫شيَا َء أَحْ فَظُهَا أ َ ْو َل‬
ْ َ ‫يه ْم َوعَلِ ُموهُ ْم َو ُم ُروهُ ْم َوذَك ََر أ‬
ِ ِ‫ار ِجعُوا ِإلَى أ َ ْه ِليكُ ْم فَأَقِي ُموا ف‬ْ ‫بَ ْع َدنَا فَأ َ ْخبَ ْرنَاهُ قَا َل‬
.‫صلُّوا َك َما َرأ َ ْيت ُ ُمونِي أُص َِلي‬
َ ‫أَحْ فَظُهَا َو‬
Artinya:
Hadis dari Muhammad ibn Muşanna, katanya hadis dari Abdul Wahhâb katanya Ayyũb
dari Abi Qilâbah katanya hadis dari Mâlik. Kami mendatangi Rasulullah saw. dan kami
pemuda yang sebaya. Kami tinggal bersama beliau selama (dua puluh malam) 20
malam. Rasulullah saw adalah seorang yang penyayang dan memiliki sifat lembut.
Ketika beliau menduga kami ingin pulang dan rindu pada keluarga, beliau menanyakan
tentang orang-orang yang kami tinggalkan dan kami memberitahukannya. Beliau
bersabda; kembalilah bersama keluargamu dan tinggallah bersama mereka, ajarilah
mereka dan suruhlah mereka. Beliau menyebutkan hal-hal yang saya hapal dan yang
saya tidak hapal. Dan salatlah sebagaimana kalian melihat aku salat.15
Hadis di atas tergolong syarîf marfu’ dengan kualitas perawi yang sebagian
tergolong şiqah dan şiqah kaşir, şiqah şubut. Hadis ini sangat jelas menunjukkan tata

15
Shahih al-Bukhâri. Beirut: Dâr al-Ma’rifah, 1379 H. hal. 226
cara salat Rasulullah saw. kepada sahabat, sehingga para sahabat dipesankan oleh
Rasulullah saw. agar salat seperti yang dicontohkan olehnya.
Menurut teori belajar sosial, hal yang amat penting dalam pembelajaran ialah
kemampuan individu untuk mengambil intisari informasi dari tingkah laku orang lain,
memutuskan tingkah laku mana yang akan diambil untuk dilaksanakan. Dalam
pandangan paham belajar sosial, sebagaimana dikemukakan Grendler (1991: 369),
orang tidak dominan didorong oleh tenaga dari dalam dan tidak oleh stimulus-stimulus
yang berasal dari lingkungan. Tetapi sebagai interaksi timbal balik yang terus-menerus
yang terjadi antara faktor-faktor penentu pribadi dan lingkungannya.
Metode demonstrasi dimaksudkan sebagai suatu kegiatan memperlihatkan
suatu gerakan atau proses kerja sesuatu. Pekerjaannya dapat saja dilakukan oleh
pendidik atau orang lain yang diminta mempraktekkan sesuatu pekerjaan. Metode
demonstrasi dilakukan bertujuan agar pesan yang disampaikan dapat dikerjakan dengan
baik dan benar.
Metode demonstrasi dapat dipergunakan dalam organisasi pelajaran yang
bertujuan memudahkan informasi dari model (model hidup, model simbolik, deskripsi
verbal) kepada anak didik sebagai pengamat. Sebagai contoh dipakai mata pelajaran
Pikih kelas II pada madrasah Tsanawiyah yang membahas pelaksanaan shalat Zuhur.
Kompetensi Dasar (KD) dari pokok bahasan tersebut adalah: “Siswa dapat
melaksanaan ibadah shalat Zuhur setelah mengamati dan mempraktekkan berdasarkan
model yang ditentukan”.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran, dibutuhkan beberapa kemampuan yang
harus dikuasai anak didik dalam indikator pencapaian, yaitu:
a. Kemampuan gerakan (melakukan posisi berdiri tegak menghadap kiblat,
mengangkat tangan sejajar dengan telinga ketika takbiratul ihram,
membungkuk dengan memegang lutut ketika ruku’, melakukan i’tidal,
melakukan sujud dengan kening menempel di sajadah, melakukan duduk di
antara dua sujud, melakukan duduk tahyat akhir yang agak berbeda dengan
duduk di antara dua sujud, melakukan salam dengan menoleh ke kanan dan kiri.
b. Kemampuan membaca bacaan salat (bacaan surat al-Fatihah, bacaan ayat
Alquran, bacaan ruku’, bacaan berdiri i’tidâl, bacaan sujud, bacaan duduk antara
dua sujud, bacaan tahyat awal dan akhir.
c. Menganalisis tingkah laku yang dimodelkan. Tingkah laku yang dimodelkan
sesuai dengan bahan pelajaran adalah ‘motorik” meliputi keterampilan dalam
gerakan salat dan kemampuan membaca bacaan shalat.
d. Menunjukkan model. Gerakan dalam salat dilakukan berdasarkan urut-
urutannya (prosedural) dan bacaan dalam salat diucapkan dengan baik dan
benar berdasarkan tata cara membaca Alquran (ilmu tajwid).
e. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mempraktekkan dengan umpan
balik yang dapat dilihat, tiap anak didik mempraktekkan kembali gerakan shalat
Zuhur yang ditunjukkan oleh model seiring dengan aba-aba prosedur yang
diberikan guru. Demikian pula dengan bacaan salat dapat dipraktekkan anak
didik.
f. Memberikan reinforcement dan motivasi. Guru memberikan penguatan pada
anak didik yang telah berhasil melakukan gerakan dengan baik dan benar dan
mengarahkan serta memperbaiki gerakan dan bacaan anak didik yang belum
sesuai.
4. Metode Eksperimen
Hadits:
‫الرحْ َم ِن ب ِْن أَب َْزى ع َْن أَبِي ِه قَا َل‬
َّ ‫ع ْب ِد‬ َ ‫َح َّدثَنَا آ َدمُ قَا َل َح َّدثَنَا شُ ْعبَةُ َح َّدثَنَا ا ْل َح َكمُ ع َْن ذَ ٍر ع َْن‬
َ ‫س ِعي ِد ب ِْن‬
ِ ‫ار ْبنُ يَا‬
‫س ٍر ِلعُ َم َر ْب ِن‬ َ ‫ب فَقَا َل إِنِي أَجْ نَ ْبتُ فَلَ ْم أ ُ ِص ْب ا ْل َما َء فَقَا َل‬
ُ ‫ع َّم‬ ِ ‫طا‬ َّ ‫جَا َء َر ُج ٌل إِلَى عُ َم َر ب ِْن ا ْل َخ‬
َ َ‫سفَ ٍر أَنَا َوأ َ ْنتَ فَأ َ َّما أ َ ْنتَ فَلَ ْم تُص َِل َوأ َ َّما أَنَا فَت َ َمعَّ ْكتُ ف‬
ِ ‫صلَّيْتُ فَذَك َْرتُ ِللنَّبِي‬ َ ‫ب أ َ َما تَذْك ُُر أَنَّا كُنَّا فِي‬ َّ ‫ا ْل َخ‬
ِ ‫طا‬
َّ ‫صلَّى‬
ُ‫َّللا‬ َ ‫سلَّ َم إِنَّ َما كَانَ يَ ْك ِفيكَ َه َكذَا فَض ََر‬
َ ‫ب النَّبِ ُّي‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫سلَّ َم فَقَا َل النَّبِ ُّي‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ
….ُ‫ح ِب ِه َما َوجْ َهه‬ َ ‫يه َما ث ُ َّم َم‬
َ ‫س‬ َ ‫سلَّ َم ِب َكفَّ ْي ِه ْاْل َ ْر‬
ِ ِ‫ض َونَفَ َخ ف‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ
Artinya:
Hadis Adam, katanya hadis Syu’bah ibn Abdurrahmân ibn Abzâ dari ayahnya, katanya
seorang laki-laki datang kepada Umar ibn Khattâb, maka katanya saya sedang janabat
dan tidak menemukan air, kata Ammar ibn Yasir kepada Umar ibn Khattâb, tidakkah
anda ingat ketika saya dan anda dalam sebuah perjalanan, ketika itu anda belum salat,
sedangkan saya berguling-guling di tanah, kemudian saya salat. Saya menceritakannya
kepada Rasul saw. kemudian Rasulullah saw. bersabda: ”Sebenarnya anda cukup
begini”. Rasul memukulkan kedua telapak tangannya ke tanah dan meniupnya
kemudian mengusapkan keduanya pada wajah. 16

16
Shahih al-Bukhâri. Beirut: Dâr al-Ma’rifah, 1379 H. hal. 129
Hadis di atas tergolong syarîf marfu’ dengan kualitas perawi yang sebagian
tergolong şiqah dan şiqah hafiz, şiqah şubut. Menurut al-Asqalani, hadis ini
mengajarkan sahabat tentang tata cara tayammum dengan perbuatan. 17 Sahabat
Rasulullah saw. melakukan upaya pensucian diri dengan berguling di tanah ketika
mereka tidak menemukan air untuk mandi janabat. Pada akhirnya Rasulullah saw.
memperbaiki ekperimen mereka dengan mencontohkan tata cara bersuci menggunakan
debu.

5. Metode Pemecahan Masalah


Hadits:

ُ ‫ع َم َر قَا َل قَا َل َر‬


‫سو ُل‬ ُ ‫َّللا ب ِْن دِينَ ٍار ع َْن اب ِْن‬ َ ‫س َما ِعي ُل ْبنُ َج ْعفَ ٍر ع َْن‬
ِ َّ ‫ع ْب ِد‬ َ ُ‫َح َّدثَنَا قُت َ ْي َبةُ ْبن‬
ْ ‫س ِعي ٍد َح َّدثَنَا ِإ‬
‫س ِل ِم فَح َِدثُونِي َما ِه َي‬ ْ ‫سقُطُ َو َرقُهَا َوإِنَّهَا َمث َ ُل ا ْل ُم‬
ْ َ‫سلَّ َم إِنَّ ِم ْن الشَّجَ ِر شَجَ َرةً ََل ي‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫َّللا‬
ِ َّ
‫ستَحْ يَيْتُ ث ُ َّم قَالُوا ح َِدثْنَا‬ْ ‫َّللا َو َوقَ َع فِي نَفْسِي أَنَّهَا النَّ ْخلَة ُ فَا‬ َ ‫شج َِر ا ْلبَ َوادِي قَا َل‬
ِ َّ ‫ع ْب ُد‬ َ ‫اس فِي‬ ُ َّ‫فَ َوقَ َع الن‬
.ُ‫َّللا قَا َل ِه َي النَّ ْخلَة‬
ِ َّ ‫َما ِه َي يَا َرسُو َل‬
Artinya:
Hadis Quthaibah ibn Sâ’id, hadis Ismâil ibn Ja’far dari Abdullah ibn Dinar dari Umar,
sabda Rasulullah saw. Sesungguhnya di antara pepohonan itu ada sebuah pohon yang
tidak akan gugur daunnya dan pohon dapat diumpamakan sebagai seorang muslim,
karena keseluruhan dari pohon itu dapat dimanfaatkan oleh manusia. Cobalah kalian
beritahukan kepadaku, pohon apakah itu? Orang-orang mengatakan pohon Bawâdi.
Abdullah berkata; Dalam hati saya ia adalah pohon kurma, tapi saya malu
(mengungkapkannya). Para sahabat berkata; beritahukan kami wahai Rasulullah!.
Sabda Rasul saw; itulah pohon kurma. 18
Hadis di atas tergolong syarîf marfū’ dengan kualitas perawi yang sebagian
tergolong şiqah şubut, dan şiqah, sedangkan ibn Umar ra. adalah sahabat Rasulullah
saw. Al-Asqalâni (I:147), menyebutkan dengan metode perumpamaan tersebut dapat
menambah pemahaman, menggambarkannya agar melekat dalam ingatan serta
mengasah pemikiran untuk memandang permasalahan yang terjadi. 19

17
Ahmad ibn Ali ibn Hajar Abu al-Fâdhil Al-Asqalâni, Fâthul Bâri Syarah Shahih al-Bukhâri, Beirut: Dâr al-
Ma’rifah, 1379 H, hal. 444
18
Shahih al-Bukhâri. Beirut: Dâr al-Ma’rifah, 1379 H. hal. 34
19
Ahmad ibn Ali ibn Hajar Abu al-Fâdhil Al-Asqalâni, Fâthul Bâri Syarah Shahih al-Bukhâri, Beirut: Dâr al-
Ma’rifah, 1379 H, hal. 147
Metode tanya jawab berusaha menghubungkan pemikiran seseorang dengan
orang lain, serta mempunyai manfaat bagi pelaku dan pendengarnya, melalui dialog,
perasaan dan emosi pembaca akan terbangkitkan, jika topik pembicaraan disajikan
bersifat realistik dan manusiawi. 20 Uraian tersebut memberi makna bahwa dialog
dilakukan oleh seseorang dengan orang lain, baik mendengar langsung atau melalui
bacaan.

6. Metode Diskusi
Hadits:
‫س َم ِعي ُل َوه َُو ا ْبنُ َج ْعفَ ٍر ع َْن ا ْل َع ََل ِء ع َْن أ َ ِبي ِه ع َْن‬ ْ ‫ع ِل ُّي ْبنُ حُجْ ٍر قَ َاَل َح َّدثَنَا ِإ‬ َ ُ‫َح َّدثَنَا قُتَيْبَةُ ْبن‬
َ ‫س ِعي ٍد َو‬
‫س ِفينَا َم ْن ََل‬ ُ ‫س قَالُوا ا ْل ُمفْ ِل‬ ُ ‫سلَّ َم قَا َل أَت َ ْد ُرونَ َما ا ْل ُم ْف ِل‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫َّللا‬ ِ َّ ‫سو َل‬ ُ ‫أ َ ِبي ه َُري َْرةَ أَنَّ َر‬
َ ‫س ِم ْن أ ُ َّم ِتي يَأ ْ ِتي َي ْو َم الْ ِق َيا َم ِة ِبص َََل ٍة َو ِص َي ٍام َو َزكَا ٍة َو َيأ ْ ِتي قَ ْد‬
‫شت َ َم‬ َ ‫ع َف َقا َل ِإنَّ ا ْل ُم ْف ِل‬
َ ‫د ِْر َه َم َلهُ َو ََل َمتَا‬
َ ‫س َنا ِت ِه َو َهذَا ِم ْن َح‬
‫س َنا ِت ِه‬ َ ‫طى َهذَا ِم ْن َح‬ َ ‫ب َهذَا فَيُ ْع‬ َ ‫س َفكَ َد َم َهذَا َوض ََر‬ َ ‫ف َهذَا َوأ َ َك َل َما َل َهذَا َو‬ َ َ‫َهذَا َوقَذ‬
َ ْ‫طايَاهُ ْم فَطُ ِر َحت‬
ِ َّ‫علَ ْي ِه ث ُ َّم طُ ِر َح فِي الن‬
.‫ار‬ َ ‫سنَاتُهُ قَ ْب َل أ َ ْن يُ ْقضَى َما‬
َ ‫علَ ْي ِه أ ُ ِخذَ ِم ْن َخ‬ َ ‫فَ ِإ ْن فَ ِنيَتْ َح‬
Artinya:
Hadis Qutaibah ibn Sâ’id dan Ali ibn Hujr, katanya hadis Ismail dan dia ibn Ja’far dari
‘Alâ’ dari ayahnya dari Abu Hurairah ra. bahwasnya Rasulullah saw. bersabda:
Tahukah kalian siapa orang yang muflis (bangkrut)?, jawab mereka; orang yang tidak
memiliki dirham dan harta. Rasul bersabda; Sesungguhnya orang yang muflis dari
ummatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan (pahala) salat, puasa dan
zakat,. Dia datang tapi telah mencaci ini, menuduh ini, memakan harta orang ini,
menumpahkan darah (membunuh) ini dan memukul orang ini. Maka orang itu diberi
pahala miliknya. Jika kebaikannya telah habis sebelum ia bisa menebus kesalahannya,
maka dosa-dosa mereka diambil dan dicampakkan kepadanya, kemudian ia
dicampakkan ke neraka.21
Hadis di atas tergolong syarîf marfū’ dengan kualitas perawi yang sebagian
tergolong şiqah dan şiqah şubut, şiqah hâfiz, sedangkan Abu Hurairah ra. adalah
sahabat Rasulullah saw. Menurut an-Nawâwi, Penjelasan hadis di atas yaitu Rasulullah
saw. memulai pembelajaran dengan bertanya dan jawaban sahabat ternyata salah, maka
Rasulullah saw. menjelaskan bahwa bangkrut dimaksud bukanlah menurut bahasa.

20
Abdurrahman An-Nahlawi, Ushulut Tarbiyyah Islamiyyah Wa Asâlibiha fî Baiti wal Madrasati wal Mujtama’
terj. Shihabuddin, Jakarta: Gema Insani Press:1996, hal. 205
21
Shahih Muslim. Beirut: Dâr al-Fikri, 1401 H. hal. 1997
Tetapi bangkrut yang dimaksudkan adalah peristiwa di akhirat tentang pertukaran amal
kebaikan dengan kesalahan.22

7. Metode Pujian/Memberi Kegembiraan.


Hadits:
َ ‫س ِعي ِد ب ِْن أَبِي‬
‫س ِعي ٍد‬ َ ‫ع ْن ع َْم ِرو ب ِْن أَبِي ع َْم ٍرو ع َْن‬
َ ُ‫َّللا قَا َل َح َّدثَنِي سُلَ ْي َمان‬
ِ َّ ‫ع ْب ِد‬ َ ‫َح َّدثَنَا‬
َ ُ‫ع ْب ُد ا ْلعَ ِز ِيز ْبن‬
‫عتِكَ يَ ْو َم ا ْل ِقيَا َم ِة قَا َل َرسُو ُل‬ َ ‫شفَا‬ ْ َ ‫َّللا َم ْن أ‬
ِ َّ‫سعَ ُد الن‬
َ ِ‫اس ب‬ ِ َّ ‫ا ْل َم ْقبُ ِري ِ ع َْن أَبِي ه َُري َْرةَ أَنَّه ُ قَا َل قِي َل يَا َرسُو َل‬
‫ث أ َ َح ٌد أ َ َّو ُل ِم ْنكَ ِل َما‬
ِ ‫سأَلُنِي ع َْن َهذَا ا ْل َحدِي‬
ْ َ‫ظنَ ْنتُ يَا أَبَا ه َُري َْرةَ أ َ ْن ََل ي‬
َ ‫سلَّ َم لَقَ ْد‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫َّللا‬ ِ َّ
َّ ‫عتِي يَ ْو َم ا ْل ِقيَا َم ِة َم ْن قَا َل ََل إِلَهَ إِ ََّل‬
ً ‫َّللا ُ َخا ِل‬
‫صا ِم ْن‬ َ ‫شفَا‬ ْ َ‫ث أ‬
ِ َّ‫سعَ ُد الن‬
َ ِ‫اس ب‬ َ َ‫َرأَيْتُ ِم ْن ِح ْر ِصك‬
ِ ‫علَى ا ْل َحدِي‬
ِ ‫قَ ْلبِ ِه أ َ ْو نَ ْف‬
.‫س ِه‬
Artinya:
Hadis Abdul Aziz ibn Abdillah katanya menyampaikan padaku Sulaiman dari Umar
ibn Abi Umar dari Sâ’id ibn Abi Sa’id al-Makbârî dari Abu Hurairah, ia berkata: Ya
Rasulullah, siapakah yang paling bahagia mendapat syafa’atmu pada hari kiamat?,
Rasulullah saw bersabda: Saya sudah menyangka, wahai Abu Hurairah, bahwa tidak
ada yang bertanya tentang hadis ini seorangpun yang mendahului mu, karena saya
melihat semangatmu untuk hadis. Orang yang paling bahagia dengan syafaatku ada hari
Kiamat adalah orang yang mengucapkan ”Lâilaha illa Allah” dengan ikhlas dari hatinya
atau dari dirinya. 23
Hadis di atas tergolong syarîf marfu’ dengan kualitas perawi yang sebagian
tergolong şiqah dan şiqah şubut. sedangkan Abu Hurairah adalah sahabat Rasul saw.
Ibn Abi Jamrah mengatakan hadis ini menjadi dalil bahwa sunnah hukumnya
memberikan kegembiraan kepada anak didik sebelum pembelajaran dimulai.
Sebagaimana Rasulullah saw. mendahulukan sabdanya; ’saya telah menyangka’, selain
itu ‘karena saya telah melihat semangatmu untuk hadis’. Oleh sebab itu perlu
memberikan suasana kegembiraan dalam pembelajaran. 24

22
Abu Zakaria Yahya ibn Syaraf ibn Maria An-Nawawi, Syarah an-Nawāwi ‘ala Shahih Muslim, Beirut: Dâr al-
Fikri, 1401 H, hal.136
23
Shahih al-Bukhâri. Beirut: Dâr al-Ma’rifah, 1379 H. hal. 49
24
Imâm Ibn Abi Jamrah Andalusi, Bahjât an-Nufūs wa Tahallihâ Bima’rifati mâ Lahâ wa mâ Alaihi (Syârah
Mukhtasar Shahih al-Bukhâri) Jam’u an Nihâyah fi bad’i al-Khairi wa an-Nihâyah, Beirut: Dârul Jiil, 1979,
hal.133-134
8. Metode Pemberian Hukuman
Hadits:
‫ع ْن‬ َ ِ ‫امي‬ ِ َ‫س َوا َدةَ ا ْل ُجذ‬َ ‫ب أ َ ْخبَ َرنِي ع َْم ٌرو ع َْن بَك ِْر ب ِْن‬ ٍ ‫َّللا ْبنُ َو ْه‬ َ ‫َح َّدثَنَا أَحْ َم ُد ْبنُ صَا ِلحٍ َح َّدثَنَا‬
ِ َّ ‫ع ْب ُد‬
‫س َّل َم‬َ ‫ع َل ْي ِه َو‬ َّ ‫ص َّلى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ِ ‫ب ال َّن ِبي‬
ِ ‫صحَا‬ْ َ ‫ب ب ِْن َخ ََّل ٍد قَا َل أَحْ َم ُد ِم ْن أ‬
ِ ِ‫سائ‬ َّ ‫س ْهلَةَ ال‬
َ ‫صَا ِلحِ ب ِْن َخي َْوانَ ع َْن أ َ ِبي‬
َّ ‫صلَّى‬
ُ‫َّللا‬ ِ َّ ‫سلَّ َم يَ ْنظُ ُر فَقَا َل َرسُو ُل‬
َ ‫َّللا‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ ِ َّ ‫ق فِي الْ ِق ْبلَ ِة َو َرسُو ُل‬
َ ‫َّللا‬ َ َ‫أَنَّ َر ُج ًَل أ َ َّم قَ ْو ًما فَب‬
َ ‫ص‬
….‫غ ََل يُص َِلي َلكُ ْم‬ َ ‫س َّل َم ِحينَ َف َر‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ
Artinya:
Hadis Ahmad ibn Shalih, hadis Abdullah ibn Wahhab, Umar memberitakan padaku dari
Bakr ibn Suadah al-Juzâmi dari Shâlih ibn Khaiwân dari Abi Sahlah as-Sâ’ib ibn
Khallâd, kata Ahmad dari kalangan sahabat Nabi saw. bahwa ada seorang yang menjadi
imam salat bagi sekelompok orang, kemudian dia meludah ke arah kiblat dan
Rasulullah saw. melihat, setelah selesai salat Rasulullah saw. bersabda ”jangan lagi dia
menjadi imam salat bagi kalian”…25
Hadis di atas tergolong syarîf marfū’ dengan kualitas perawi yang sebagian
tergolong şiqah hâfiz, şiqah dan şiqah azaly. memberikan hukuman (marah) karena
orang tersebut tidak layak menjadi imam. Seakan-akan larangan tersebut disampaikan
beliau tampa kehadiran imam yang meludah ke arah kiblat ketika salat. Dengan
demikian Rasulullah saw. memberi hukuman mental kepada seseorang yang berbuat
tidak santun dalam beribadah dan dalam lingkungan sosial.
Sanksi dalam pendidikan mempunyai arti penting, pendidikan yang terlalu
lunak akan membentuk pelajar kurang disiplin dan tidak mempunyai keteguhan hati.
Sanksi tersebut dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut, dengan teguran,
kemudian diasingkan dan terakhir dipukul dalam arti tidak untuk menyakiti tetapi untuk
mendidik. Kemudian dalam menerapkan sanksi fisik hendaknya dihindari kalau tidak
memungkinkan, hindari memukul wajah, memukul sekedarnya saja dengan tujuan
mendidik, bukan balas dendam. Alternatif lain yang mungkin dapat dilakukan adalah:
a. Memberi nasehat dan petunjuk.
b. Ekspresi cemberut.
c. Pembentakan.
d. Tidak menghiraukan murid.
e. Pencelaan disesuaikan dengan tempat dan waktu yang sesuai.

25
Sijistâni, Abu Dâud Sulaiman ibn al-Asy’aş Sijistani, Sunan Abu Dâud. Beirut: Dâr al-Kutub al-’Ilmiyah, cet
1, 1401 H, hal. 183
f. Jongkok.
g. Memberi pekerjaan rumah/tugas.
h. Menggantungkan cambuk sebagai simbol pertakut.
i. Alternatif terakhir adalah pukulan ringan. (al-Syalhub, Terj. Abu Haekal, 2005:
59-60).

Hal yang menjadi prinsip dalam memberikan sanksi adalah tahapan dari yang
paling ringan, sebab tujuannya adalah pengembangan potensi baik yang ada dalam diri
anak didik.
BAB III
PENUTUP

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa metode dan pendekatan dalam
pendidikan Islam mempunyai peranan yang amat penting dalam pencapaian tujuan pendidikan.
Sebaik apapun materi yang akan kita sampaikan tanpa disertai metode yang tepat dalam
pencapaiannya dikhawatirkan esensi dari materi tersebut tidak sampai dan tidak difahami oleh
peserta didik.
Demikian pembahasan hadits tentang metode dalam pendidikan Islam yang sangat
sederhana ini. Tentunya masih banyak lagi hadits-hadits yang berkaitan tentang metode
pendidikan islam yang belum kami cantumkan pada makalah ini. Dan untuk menyempurnakan
makalah ini kami berharap kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Joko Triprasetyo, 2005, Strategi Belajar Mengajar, Bandung : Pustaka setia
Al Syaibani, Omar Mohammad, 1979, Falsafah Pendidikan Islam, Jakarta : Bulan Bintang
Andalūsi, Imâm Ibn Abi Jamrah. Bahjât an-Nufūs wa Tahallihâ Bima’rifati mâ Lahâ wa mâ
Alaihi (Syârah Mukhtasar Shahih al-Bukhâri) Jam’u an Nihâyah fi bad’i al-Khairi wa
an-Nihâyah. Beirut: Dârul Jiil, 1979.
Anwar, Qamari, 2003, Pendidikan Sebagai Karakter Budaya Bangsa, Jakarta : UHAMKA
Press.
Arifin, M. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1996.
Asqalâni, Ahmad ibn Ali ibn Hajar Abu al-Fâdhil. Fâthul Bâri Syarah Shahih al-Bukhâri.
Beirut: Dâr al-Ma’rifah, 1379 H. Shahih Muslim. Beirut: Dâr al-Fikri, 1401 H.
Echol, Jhon M dan Shadily, Hasan, 1995, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama
Nahlawi, Abdurrahman. Ushulut Tarbiyyah Islamiyyah Wa Asâlibiha fî Baiti wal Madrasati
wal Mujtama’ terj. Shihabuddin. Jakarta: Gema Insani Press:1996. Nawâwi, Abu
Zakaria Yahya ibn Syaraf ibn Maria. Syarah an-Nawāwi ‘ala Shahih Muslim. Beirut:
Dâr al-Fikri, 1401 H.
Ramayulis dan Nizar, Samsu, 2009, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia
Ramayulis, 2008, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia
Shahih al-Bukhâri. Beirut: Dâr al-Ma’rifah, 1379 H.
Sijistâni, Abu Dâud Sulaiman ibn al-Asy’aş. Sunan Abu Dâud. Beirut: Dâr al-Kutub al-
’Ilmiyah, cet 1, 1401 H.
Surakhmad, Winarno, 1998, Pengantar Interaksi Belajar Mengajar, Bandung : Tarsito

Anda mungkin juga menyukai