Anda di halaman 1dari 9

Nama : Rizky Wahyudi

NIM : 3193121012

Kelas : Reg C 2019

Analisa Wacana Terhadap Berita “Perang Asia Timur Raya dan


Hubungannya dengan Kemerdekaan Indonesia Pada Tahun 1932”
Berdasarkan Teori Teun A. Van Dijk

Di Medan, Surat Kabar Sinar Deli menerbitkan berita yang berjudul


“Timoer Djaoeh Jang Roesoeh” yang ditulis oleh N.V Electrische Drukkerij &
Uitgevers Mij. Pada berita tersebut tertulis bahwa Jepang yang kita kenal sebagai
sebagai negara Asia Timur yang terkuat kembali terlibat masalah dengan negara
Tiongkok. Kejadian ini bermula ketika pada awal Juli 1931, Jepang tiba-tiba
menguasai daerah Mandsjoeria dimana Jepang tiba-tiba merebut kekuasaan di
Moekden, dan mengusir militer-militer serta politisi-politisi Tiongkok dari tempat
itu. Pada berita ini juga dituliskan bahwa kemarahan Jepang kepada Tiongkok
disebabkan oleh terbunuhnya seorang pembesar militer Jepang yang sampai saat itu
tidak dibawa ke pengadilan. Mesin-mesin terbang telah mendarat di Tiongkok dan
Jepang siap membalaskan dendamnya terhadap Tiongkok yang telah membunuh
pembesar militer Jepang pada peristiwa yang lalu.

Berita mengenai Timoer Djaoeh Jang Roesoeh antara Jepang dan Tiongkok
tersebut dicetak dalam surat kabar Sinar Deli yang terbit pada tahun 1932 dengan
Headline “Timoer Djaoeh Jang Roesoeh: Apakah perang Pacific bakal terdjadi
djoega?”. Sinar Deli merupakan surat kabar Sumatera Utara yang mulai terbit di
Kota Medan sekitar tanggal 4 Maret tahun 1930 yang dipimpin seorang pimpinan
redaksi yang Bernama Mangaradja Ihoetan dan sudah menerbitkan 973 edisi.
Biasanya, surat kabar Sinar Deli mengeluarkan berita yang bertema tentang
pergerakan nasional, pendidikan, perang dunia 2, hingga berita mengenai
kolonialisasi Jepang. Berita yang saya pilih ini merupakan berita luar negeri yang
berdasarkan ruang lingkupnya masuk kedalam berita internasional dan menjadi
salah satu berita yang bisa dibilang sangat unik dan cukup menarik untuk dibahas.
Analisa Wacana Pemberitaan

Melalui berita yang berjudul “Timoer Djaoeh Jang Roesoeh: Apakah perang
Pacific bakal terdjadi djoega?”, saya akan menganalisa berita tersebut dengan
menggunakan teori Van Dijk. Teori wacana Van Dijk merupakan teori yang banyak
digunakan karena teori tersebut merupakan teori yang menggabungkan seluruh
elemen wacana sehingga teori tersebut bisa digunakan secara praktis (Eriyanto,
2011). Menurut Van Dijk dalam melakukan analisa wacana secara kritis, kita harus
memproleh sebuah pengetahuan dari teks yang kita baca tersebut. Pengetahuan
tersebut kita dapat dengan cara menganalisis atau melihat bagaimana suatu teks
tersebut diproduksi sehingga dalam menganalisis berita tidak hanya sekedar
membaca dan melihat berita saja. Dalam menganalisis suatu teks, menurut Van Dijk
setiap teks memiliki elemen-elemen yang saling berhubungan dan menjadi sebuah
satu kesatuan yang mendukung.

STRUKTUR MAKRO

Makna global/umum suatu teks yang dapat diamati dari


topik/tema yang diangkat oleh suatu teks.

SUPER-STRUKTUR

Kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi, penutup,


dan kesimpulan.

STRUKTUR MIKRO
Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan
kata, kalimat dan gaya yang dipakai oleh suatu teks.

Sumber: (Eriyanto, 2011)

1. Struktur Makro
Struktur makro yang terdiri dari tematik dengan elemen topik/tema pada berita
“Timoer Djaoeh Jang Roesoeh: Apakah perang Pacific bakal terdjadi djoega?”
yang diterbitkan oleh surat kabar Sinar Deli ini memiliki gambaran bahwa pada
masa itu Jepang termasuk negara adidaya di Kawasan Asia Timur dimana
negara tersebut sering melakukan invasi ke beberapa negara dia Asia Timur
maupun negara Asia Tenggara. Hal tersebut dihubungkan dengan posisi Jepang
dalam dunia internasional pada saat itu yang didukung penuh oleh kekuatan dari
NAZI Jerman sebagai pihak pemenang Perang Dunia I.
2. Superstruktur
Pada bagian superstruktur ini, teks berita akan disusun berdasarkan alur/skema
yang terdiri dari pendahuluan, isi, dan penutup. Pada berita “Timoer Djaoeh
Jang Roesoeh: Apakah perang Pacific bakal terdjadi djoega?” memiliki alur
wacana seperti berikut:
1) Pada tahun 1915, Jepang mengeluarkan Dua Puluh Satu Tuntutan terhadap
Tiongkok untuk menambah kebutuhan dalam segi politik dan perdagangan
dengan Tiongkok. Setelah Perang Dunia I, Jepang merebut kekuasaan
kawasan Shandong dari Jerman. Tiongkok di bawah pemerintahan Beiyang
tetap terpecah-belah dan tidak dapat untuk melawan serbuan asing hingga
Ekspedisi Utara tahun 1926-1928, yang dilancarkan
oleh Kuomintang (KMT, atau Partai Nasionalis Tiongkok), pemerintahan
saingan yang berpusat di Guangzhou. Ekspedisi Utara meluas ke seluruh
Tiongkok hingga berakhir terhenti di Shandong. Pemimpin militer Beiyang,
Zhang Zongchang yang didukung Jepang berusaha memberhentikan gerak
maju Pasukan Kuomintang dalam menyatukan Tiongkok. Situasi ini
mencapai puncaknya ketika pasukan Kuomintang dan Jepang terlibat dalam
pertempuran yang dikata Insiden Jinan tahun 1928. Pada tahun yang sama,
pemimpin militer Manchuria, Zhang Zuolin juga dibunuh karena beliau
tidak lagi bersedia bekerjasama dengan Jepang. Setelah insiden-insiden ini,
pemerintah Kuomintang di bawah pimpinan Chiang Kai-shek berakhir
berhasil menyatukan Tiongkok pada tahun 1928. (Pendahuluan)
2) Walaupun demikian, sejumlah pertempuran selang Tiongkok dan Jepang
terus berlanjut karena meningkatnya nasionalisme Tiongkok, dan untuk
memenuhi salah satu tujuan dari Tiga Prinsip Rakyat, yaitu untuk
mengeluarkan Tiongkok dari imperialisme asing. Bagaimanapun, Ekspedisi
Utara hanya dapat menyatukan Tiongkok secara nama saja, dan perang
saudara pecah di selang para mantan pemimpin militer dan faksi saingan,
Kuomintang. Sebagai tambahan lagi, para komunis Tiongkok memberontak
terhadap pemerintah pusat setelah melaksanakan pembersihan terhadap
anggotanya. Karena situasi-situasi demikian, pemerintahan pusat Tiongkok
mengalihkan banyak perhatian pada perang-perang saudara dan mengikuti
kebijakan "pendamaian internal didahulukan sebelum melawan pihak
asing". Situasi ini memberikan kesempatan yang mudah untuk Jepang untuk
melanjutkan serangannya. Pada tahun 1931, Jepang
menginvasi Manchuria segera setelah Insiden Mukden. Setelah bertempur
selama lima bulan, pada tahun 1932, negara boneka Manchukuo dibuat
susunan dengan kaisar terakhir Tiongkok, Puyi, dinaikkan sebagai kepala
negara. Tidak bisa menantang Jepang secara langsung, Tiongkok memohon
bantuan kepada Liga Bangsa. Investigasi liga ini menerbitkan Laporan
Lytton, yang mengutuk Jepang karena telah menyerang Manchuria, dan
mengakibatkan Jepang mengundurkan diri dari Liga Bangsa. Sejak
belakang tahun 1920-an dan selama tahun 1930-an, ketenangan adalah dasar
dari komunitas internasional dan tidak berada satu negara pun yang bersedia
menunjukkan pendirian secara aktif, melainkan hanya mengeluarkan
kecaman-kecaman kecil. Jepang menganggap Manchuria sebagai sebuah
sumber bahan baku yang tidak terbatas dan juga sebagai sebuah negara
penyangga terhadap ancaman Uni Soviet. (Isi)
3) Konflik yang terjadi menyusul Insiden Mukden tidak terhenti. Pada tahun
1932, tentara Tiongkok dan Jepang bertempur dalam sebuah pertempuran
singkat pada Insiden 28 Januari di Shanghai. Pertempuran ini menghasilkan
demiliterisasi Shanghai, yang melarang Tiongkok untuk menempatkan
tentara di kota mereka sendiri. Di Manchukuo, terdapat sebuah kampanye
yang masih berlanjut untuk mengalahkan tentara sukarelawan yang
bangung karena kekecewaan terhadap kebijakan yang tidak menentang
Jepang. Pada tahun 1933, Jepang menyerang wilayah Tembok Akbar, dan
setelah itu, Gencatan Senjata Tanggu ditandatangani, yang memberi Jepang
kendali atas provinsi Rehe dan sebuah zona demiliterisasi selang Tembok
Akbar dan wilayah Beiping-Tianjin. Jepang mempunyai tujuan untuk
menciptakan wilayah penyangga yang lain, kali ini selang Manchukuo dan
pemerintah Nasionalis Tiongkok yang ketika itu beribukota di Nanjing.
Selain itu, Jepang lebih memperalat konflik internal selang faksi-faksi
Tiongkok untuk mengurangi daya mereka satu demi satu. Hal ini
diakibatkan karena fakta bahwa beberapa tahun setelah Ekspedisi Utara,
daya politik pemerintah Nasionalis hanya meluas di lebih kurang Delta
Sungai Panjang (Yangtze), dan wilayah lain Tiongkok yang memang berada
dalam daya regional. Jepang sering membeli atau menciptakan hubungan
khusus dengan kekuatan-kekuatan regional ini untuk merusak usaha
pemerintah Nasionalis pusat untuk menyatukan Tiongkok. Untuk itu,
Jepang mencari berbagai pengkhianat Tiongkok untuk bekerjasama dan
membantu mereka memimpin beberapa pemerintahan otonomi yang
berteman dengan Jepang. Kebijakan ini dikata Pengkhususan Tiongkok
Utara (Tionghoa: 華北特殊化; pinyin: húaběitèshūhùa), atau yang lebih
sering diketahui sebagai Gerakan Otonomi Tiongkok Utara. Provinsi
anggota utara yang terlibat dalam kebijakan ini adalah Chahar,
Suiyuan, Hebei, Shanxi, dan Shandong. (Isi)
4) Pada tahun 1935, di bawah tekanan Jepang, Tiongkok menandatangani
Kontrak He-Umezu, yang melarang KMT untuk menjalankan keaktifan
partainya di Hebei dan secara langsung mengakhiri kekuasaan Tiongkok
atas Tiongkok Utara. Pada tahun yang sama, Kontrak Chin-Doihara
ditandatangani dan mengakibatkan KMT disingkirkan dari Chahar. Dengan
demikian, pada belakang 1935, pemerintahan pusat Tiongkok telah
disingkirkan dari Tiongkok Utara. Sebagai tukarnya, Majelis Otonomi
Hebei Timur dan Majelis Politik Hebei-Chahar dibuat susunan oleh Jepang.
(Penutup)

3. Struktur Mikro
Terdiri dari:
1) Analisis Semantik, menurut Van Dijk bagian ini merupakan bagian dari
strategi wartawan dalam mendukung topik yang ingin disampaikan
(Eriyanto, 2011). Analis Semantik terdiri atas:
a. Latar: Pada berita ini, wartawan menyampaikan pembenaran akan
berita “Timoer Djaoeh Jang Roesoeh: Apakah perang Pacific bakal
terdjadi djoega?” yang ditulisnya dengan cara menampilkan kebiasaan
negara Jepang untuk mendapatkan pengakuan negara lain dan Tiongkok
berusaha keras pendirian kerajaan Manchu ini tidak ada campur tangan
siapapun.

b. Detail: “Selanjutnya Lo Wen Kan menerangkan, bahwa siapa yang


mengakui akan sahnya berdiri pemerintahan Manchu, adalah itu
sebuah pengakuan yang bodoh. Sebab berdirinya pemerintahan
Manchu Kwo bukanlah dengan sebab kehendak hati rakyat
Manchu sendiri, melainkan dari sebab mendapatkan hasutan-
hasutan dari Jepang”. Pada bagian ini wartawan menampilkan
informasi secara detail dan implisit mengenai kebenaran dari Jepang
yang mencanangkan pendirian pemerintahan Manchu yang jelas
dilarang oleh Tiongkok karena mereka tahu maksud dari Jepang
membantu mendirikan pemerintahan tersebut.
c. Maksud: “Pertentangan ini kelihatan semakin memanaskan api
perselisihan antara Jepang dengan Tiongkok”. Elemen maksud pada
berita ini sangat menunjukkan langsung pada fakta bahwa menurut surat
kabar yang beredar, Jepang kembali bersiap-siap dengan menghimpun
seluruh kapal-kapal perangnya di daerah Sanghai. Termasuk mesin-
mesin terbang dan kawat-kawat telpon militer yang telah dipasang di
Hongkew.

2) Analisis Sintaksis (Kalimat)


a. Koherensi sebab-akibat: Pada elemen ini wartawan mencoba
menghubungkan dua fakta dengan menggunakan konjungsi sehingga
kalimat pada berita tersebut membentuk sebuah kalimat berhubungan
sebab akibat. Pada berita yang saya pilih, koherensi sebab akibat tertuju
pada kalimat: Dengan Jepang ikut campur atas pendirian
pemerintahan Manchu, sehingga Pertentangan ini kelihatan
semakin memanaskan api perselisihan antara Jepang dengan
Tiongkok. Wartawan menghungkan fakta dengan menggunakan kata
hubung “hingga/sehingga”. Jepang kembali bersiap-siap dengan
menghimpun seluruh kapal-kapal perangnya di daerah Sanghai.
Termasuk mesin-mesin terbang dan kawat-kawat telpon militer yang
telah dipasang di Hongkew. Selain itu ada juga kalimat: Selanjutnya
Lo Wen Kan menerangkan, bahwa siapa yang mengakui akan
sahnya berdiri pemerintahan Manchu, adalah itu sebuah
pengakuan yang bodoh. Sebab berdirinya pemerintahan Manchu
Kwo bukanlah dengan sebab kehendak hati rakyat Manchu sendiri,
melainkan dari sebab mendapatkan hasutan-hasutan dari Jepang.
Pada kalimat tersebut wartawan menggunakan kalimat penghubung
“sebab” dalam menunjukkan sebab akibat dari dua fakta didalam berita
tersebut.
3) Analisis Leksikon (Makna Kata)
Pada elemen ini, wartawan dapat dilihat dari pemilihan kata yang
digunakannya dalam menunjukkan sikap dan ideologinya. Dalam pemilihan
kata, wartawan bisa saja menggunakan kata-kata yang berbeda didalam
penulisan peristiwa yang sama. Seperti contoh pada berita ini:
“Pertentangan ini kelihatan semakin memanaskan api perselisihan
antara Jepang dengan Tiongkok”.
“Lo Wen Kan menerangkan, bahwa siapa yang mengakui akan sahnya
berdiri pemerintahan Manchu, adalah itu sebuah pengakuan yang
bodoh. Sebab berdirinya pemerintahan Manchu Kwo bukanlah
dengan sebab kehendak hati rakyat Manchu sendiri, melainkan dari
sebab mendapatkan hasutan-hasutan dari Jepang yang mengajak
kepada perselihan dengan Tiongkok”.
Pada kalimat terlihat bahwa dalam berita ini wartawan berulang kali
menggunakan kata “perselisihan” yang ingin menggambarkan bahwa
negara Tiongkok dengan negara Jepang tengah berselisih karena sebab
suatu hal antara kedua negara tersebut.

Kesimpulan

1. Dengan menggunakan teori Van Dijk dalam menganalisis berita “Timoer


Djaoeh Jang Roesoeh: Apakah perang Pacific bakal terdjadi djoega?” dapat
ditemukan bahwa struktur makro pada berita tersebut adalah orang-orang
Jepang dan orang Tiongkok sedang berselisih karena suatu hal terkait
kewilayahan dan pemerintahan.
2. Wartawan ingin menggambarkan bagaimana keadaan di daerah Asia Timur
Raya dimana Jepang kembali bersiap-siap dengan menghimpun seluruh
kapal-kapal perangnya di daerah Sanghai. Termasuk mesin-mesin terbang
dan kawat-kawat telpon militer yang telah dipasang di Hongkew.
3. Pada berita tersebut wartawan sangat menonjolkan sisi negative dari
pemerintahan militer Jepang yang menghasut orang-orang Manchu agar
meminta lepas dari Tiongkok.
DAFTAR PUSTAKA

Eriyanto. 2012. Analisis Wacana (Pengantar Analisis Teks Media). Yogyakarta.


Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKIS)

Ichwan Azhari, J. Anto, Lia Anggia Nst. 2019. Bunga Rampai Pers Sumatera Utara.
Medan. Biro Humas dan Keprotokolan Sekda Prov. Sumatera Utara

Musyafa’ah, Nurul. 2017. Analisa Wacana Kritis Model Teun A. Van Dijk “Siswa
Berprestasi Jadi Pembunuh”. 4:2. Hal : 192-202

Nasution, Karlina K. 2017. Profil Surat Kabar Sinar–Deli di Medan (1930-1932).


Skripsi. FIS. Pendidikan Sejarah. Universitas Negeri Medan. Medan.

Rahzen, Taufik. 2007. Seabad Pers Kebangsaan (1907-2007). Jakarta: I:Boekoe

Siregar, Evalisa, dkk. 2019. Bunga rampai Pers Sumatera Utara Dari Zaman
Kolonial Hingga Milenial. Medan: Biro Humas dan Keprotokolan
Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai