Anda di halaman 1dari 42

Perkembangan Penanganan Situs

dan Kawasan

Materi Perkuliahan
Pengantar Manajemen Sumber Daya Budaya
Program Studi Arkeologi FIB UI
2023
Tinjauan terhadap empat Kawasan Arkeologi

• Pasemah, Pagar Alam, Sumatra Selatan

• Batujaya, Karawang, Jawa Barat

• Gunung Penanggungan (Pawitra), Jawa Timur

• Banda, Maluku
Situs Pasemah, Pagar Alam, Sumatra Selatan
• Telah lama diketahui oleh para peneliti bangsa Belanda, setelahdibuka
menjadi perkebunan kopi. Kawasan situs di wilayah lereng
pegunungan Bukit Barisan dan Gunung Dempo (3.142 m), merupakan
kawasan arkeologi yang dipenuhi oleh berbagai bentuk monumen dan
arca megalitik.
• Pada tahun 1932 terbitlah buku yang berjudul Megalithic Remains in
South Sumatra, disusun oleh Dr.A.N.J.Th.A.Th.van Der Hoop.
• Terdapat figur misterius yang menggambarkan seseorang memakai
helm, membawa pedang besar, dan menggendong nekara di
punggungnya.
Tanah Basemah
Gunung Dempo,
gunung keramat bagi
Tanah Besemah,
Pagar Alam
BATU GAJAH SIMBOL KEBUDAYAAN BESEMAH KUNO, SEKARANG
DISIMPAN DI MUSEUM BALAPUTRADEWA, PALEMBANG
Pasemah, Pagar Alam

Megalitik yang menggambarkan


seseorang lelaki berkelahi dengan
ular, kepala pria itu digigit ular, tangan
si pria berusaha menarik ular dari
kepalanya.
utara
Puncak
G.Dempo

Situs-situs megalitik

barat
Masih belum banyak dilakukan perkembangan penanganan
Kawasan Arkeologi Pasemah

Penemuan dan eksplorasi,


oleh para peneliti Belanda Pelestarian, kajian terbatas,
pemanfaatan dan pengembangan
belum dilakukan secara baik.

What
next ?
Situs Batujaya, Karawang
• Ditemukan tahun 1985—1986 oleh tim ekskavasi arkeologi Program
Studi Arkeologi FIB UI.
• Merupakan Kawasan arkeologi yang berupa unur-unur (gundukan
tanah) yang tersebar di hamparan persawahan di DAS Citarum.
• Kajian yang dilakukan dapat diketahui merupakan struktur dengan
susunan bata.
• Latar belakang agama Buddha Mahayana
• Kronologi diperkirakan sekitar abad ke-5—7 M (masa akhir Kerajaan
Tarumanagara)
Hipotetis jalur pelayaran para Pelaut India di antai utara
P.Jawa

G.Meru (Muria)
UNUR GUNDUL
SEBAGAI SIMBOL
GUNUNG MAHAMERU

12
Dua candi penting di Batujaya

Candi Jiwa

Candi Blandongan
Candi Jiwa:
Stupa utama di Batujaya
REKONSTRUKSI yasthi
BENTUK C.JIWA
harmika

anda

medhi (lapik)
Salah satu tangga
Candi Blandongan

Bagian kaki Candi


Blandongan
Unur (tanah membukit ARCHAEOLOGICAL CONTEX
di Tengah persawahan)

Tahun 1984—1986 FIB UI

Sebelum Tahun 1984

ARCHAEOLOGICAL DATA &


CONSERVATION
ARCHAEOLOGICAL
RESEARCH
Gunung Penanggungan
• Ditemukan secara tidak sengaja ketika terjadi kebakaran hebat pada
padang ilalang yang semula menutupi lereng baratnya, dalam tahun
1925.
• Peneliti pertama adalah W.F.Stutterheim yang melakukan kunjungan
dan laporan ringkas tentang banyaknya kepurbakalaan dari balok batu
terutama di lereng barat.
• Bentuk kepurbakalaan yang ditemukan di Gunung Penanggungan antara
lain punden berundak (candi meru), altar-altar persajian, goa pertapaan
buatan dan alami, arca-arca, anak tangga mendaki bukit, bongkahan
batu yang dipahati, ribuan pecahan gerabah, dan lain sebagainya.
Mitos Gunung Penanggungan
 Gunung Penanggungan (Pawitra) dipandang
sebagai gunung paling suci oleh masyarakat
Majapahit.
 Banyak komunitas keagamaan (para pertapa,
kaum Rsi, dan kaum wanaprastha) yang tinggal di
lerengnya, mereka mendirikan bangunan suci,
membuat goa pertapaan, dan menyusun altar-
altar persajian untuk melakukan ritual keagamaan
mereka.
 Pawitra dipandang sebagai Rajanya Gunung-
gunung di Tanah Jawa (Parwatarajadewa), dewa
gunung itu menjelma pada Gunung Penanggungan
(S.Supomo 1972:292—295).
Kawasan arkeologi Pawitra (Gunung Penanggungan)
Pembagian tiga kawasan (Tri Loka)
dalam Hinduisme

A
SUDARSAN
SVARLOKA

BHUVARLOKA

BHURLOKA
Relief Panji di Kepurbakalaan No.XXII (Candi Gajah) di
Pawitra (sekarang sudah hilang)
Sisa Karsyan Pawitra
Gunung Penanggungan (Pawitra)
sebagai titik absolut
ASAL MATA AIR
SUNGAI
BRANTAS
KEMUNCAK
MAHAMERU

PUSAT KEGIATAN
KEAGAMAAN PARA
PERTAPA DAN KAUM
RSI

PETIRTHAAN ACUAN KOTA


JALATUNDA & MAJAPAHIT
BELAHAN
Kitab Tantu Panggelaran: Puncak Mahameru yang
dipindahkan ke Jawadwipa Pawitra (Penanggungan)
Pawitra Pawitra
dalam konteks dalam kajian
arkeologi (Abad ke- kolonial Belanda Penanggungan
16—20) (1925—1940) (Pawitra) setelah dikenal
kembali timbul berbagai
permasalahan keamanan
Pawitra dan pelestariannya
zaman Majapahit
(abad ke-14—15)
Banda, Maluku
• Adalah kepulauan yang sangat terkenal di masa VOC-Belanda dahulu,
karena kepulauan Banda adalah penghasil pala dan rempah lainnya
dengan mutu tinggi.
• Di kepulauan banda terdapat banyak peninggalan bangunan dan
monumen dari masa VOC dan era penjajahan Belanda.
• Kepulauan Banda terdiri dari pulau Banda Besar, Banda Api, Bandaneira,
Pulau Ai dan Pisang.
• Merupakan situs arkeologi kolonial yang kaya, karena berbagai kegiatan
menyisakan benda/fitur/monumen arkeologis di Banda. Terdapat jejak
kegiatan perekonomian, keagamaan, perkebunan, politik, militer,
pelayaran dan hubungan laut, dan peperangan (banyak kapal layar
tenggelam di dasar Laut Banda).
Kepulauan Banda, Maluku
Pelabuhan di Pulau Banda Besar

Keadaan masa sekarang

Gambaran Abad ke-17


Pembagian wilayah perkebunan
dalam masa VOC di Kepulauan Banda
Kota Bandaneira,
dikelilingi pulau lainnya

Pemandangan dari Benteng


Belgica ke arah laut
Perkebunan pala, di pedalaman
Pulau Banda Besar
Bekas “Istana Mini”
Gubernur Jendral VOC di
Bandaneira.
Bekas Kantor
perdagangan
zaman Belanda
Gereja dan Tugu
Berdirinya Republik Indonesia
Serikat tahun 1949 di Banda
Besar
Denah Benteng NASSAU dalam
keadaan sekarang

BENTENG NASSAU
Gerbang Benteng
NASSAU

Gambar sketsa Benteng Nassau pada


masa berfungsinya dalam zaman VOC
BENTENG BELGICA
Pintu Benteng BELGICA

Dinding bergerigi dan Menara


tembak benteng BELGICA
Kepulauan Banda Perkembangan Riwayat Kawasan
dalam masa
kejayaan VOC
(abad ke-17—18)
Kepulauan Banda

Kepulauan Banda Kepulauan Banda


masa Penjajahan dalam awal
Kerajaan Belanda kemerdekaan RI
(abad ke-19—20) (abad ke-20)

Kepulauan Banda
dalam masa
Indonesia Modern
Beberapa catatan yang perlu diperhatikan

• Kepulauan Banda pada masanya merupakan kawasan ramai dan


tersibuk di Nusantara akibat perdagangan rempah, sekarang menjadi
kepulauan dengan penduduk terbatas dan sepi.
• Berbagai peninggalan arkeologi kolonial di Kepulauan Banda belum
mendapat perhatian secara maksimal.
• Arkeologi Pulau Banda adalah warisan kejayaan Kolonial ketika
menjajah Nusantara, apakah perlu dilestarikan dan dikembangkan
oleh bangsa Indonesia setelah merdeka?
• Apakah peluang dalam kajian arkeologis?
Terima kasih…

Anda mungkin juga menyukai