Anda di halaman 1dari 10

SMK KESEHATAN KARYA

ADI HUSADA

MAKALAH
KEPULAUAN
SUMATRA
OLEH :
1. Cici Widiyastuti
2. Septia Ramdani
3. Juita Sari
4. Natasya Manda Aeni
LATAR BELAKANG
Sumatra adalah pulau keenam terbesar di dunia. terletak di
Indonesia. Pulau ini dikenal pula dengan nama lain yaitu
Pulau Percha,terletak di Indonesia. Pulau ini dikenal pula
dengan nama lain yaitu Pulau Percha, Andalas, atau
SuwarnadwipaAndalas, atau Suwarnadwipa (bahasa
Sanskerta, berarti “pulau emas”).

Pulau Sumatera sendiri dibelah oleh garis khatulistiwa, hampir


dalam ukuran sama besar. Pulau ini pernah dianggap pulau
terbesar di dunia oleh kalangan ahli ilmu bumi kuno. Luas
Sumatera bersama pulau-pulau kecil di sekelilingnya, kira kira
474.000 km persegi. Di sini mengalir beberapa sungai besar
dan kecil, seperti Barumun, Rokan, Kampar, Batang Kuantan,
Batanghari, Musi, dan Sekampung.
BAB II PEMBAHASAN
A. Sumatra Pada Zaman Prasejarah
Pulau Sumatera telah lama dihuni manusia purba. Berdasarkan sisa-sisa sampah dapur berupa
cangkang kerang (kjökkenmöddiger) yang ditemukan bersama kapak genggam (pebble) di
Sumatera Timur, hunian di tempat tersebut sudah ada sejak 11.000 tahun yang lampau, pada
sekitar awal Holosen. Beberapa pakar menduga bahwa permukiman di daerah ini dihuni oleh
manusia Papua-Melanesoid pada rumah-kolong yang dibangun di tepi pantai. Mereka
menggunakan alat-alat batu. Makanan utama mereka adalah siput laut.

Kelompok manusia Papua-Melanesoid yang lain tinggal di gua-gua dan ceruk-ceruk pada
dinding batu. Sisa-sisa hunian dalam gua ditemukan di Jambi (Gua Tiangko Panjang) dan di
Sumatera Selatan (Gua Silabe, Gua Pandan, Gua Karang Pelaluan, Gua Karang Beringin, dan
Gua Harimau). Dari dalam gua ditemukan alat-alat batu dan kayu yang pertanggalannya
mengacu pada 5700-9000 tahun yang lampau. Khusus pada Gua Harimau, pada dindingnya
terdapat lukisan dari bahan oker. Alat-alat batu dari gua-gua tersebut berasal dari masa
preneolitik – neolitik. Di samping itu ditemukan juga alat dari logam perunggu dan barang-
barang tembikar.
Di wilayah Pagaralam (kaki Gunung Dempo) banyak ditemukan tinggalan megalitik yang berupa arca-arca batu dan bilik-
bilik batu. Ketika ditemukan bilik batu tersebut dalam keadaan tertimbun tanah. Sebagai tanda pada permukaan “pintu” yang
tertimbun terdapat sebongkah batu. Beberapa di antara bilik batu yang sudah terbuka, pada bagian dindingnya terdapat
lukisan yang dibuat dari bahan oker.

Sebuah kompleks megalit ditemukan di Situs Tinggihari berupa batu-batu menhir. Batu-batu menhir ini diberi bentuk yang
menggambarkan manusia dan binatang, didirikan sepanjang jalan yang mendaki ke puncak bukit yang tingginya 700—1.000
meter dpl. Tanah pegunungan ini mempunyai kontur yang bervariasi. Bagian tengahnya dipotong oleh Sungai Lematang
yang pada akhirnya bermuara di Sungai Musi. Situs ini terletak mulai dari tepi jalan yang menghubungkan Pulau Pinang dan
Tinggihari, sekitar 4 km dari tepi jalan raya yang menghubungkan Lahat dan Pagaralam.

Seluruh tinggalan budaya dari masa prasejarah tersebut memberikan informasi kepada kita bahwa pada masa lampau, di
daerah hulu Musi sudah terdapat hunian manusia. Hunian awal ini mengambil lokasi di daerah tepian-tepian sungai pada
bidang tanah yang tinggi. Hunian yang sedikit lebih maju ditemukan di daerah kaki Gunung Dempo di sekitar kota
Pagaralam sekarang. Dari tempat ini banyak ditemukan arca-arca megalit dan bilik-bilik batu yang berhiaskan lukisan dari
bahan oker.

Belum lama ini di dusun Sentang, Medak Banyulencir, Musi Banyuasin di dalam sebuah kubur, ditemukan tempayan besar
berisi tengkorak kepala manusia purba, periuk, dan mata tombak. Di sekitarnya ditemukan banyak gerabah yang merupakan
benda keperluan sehari hari. Sebelumnya benda temuan yang mirip ditemukan di situs Lebak Bandung, Jambi.

Kerangka manusia purba lain ditemukan di daerah Aceh, yaitu di kawasan gua Mendale, kecamatan Kebayakan Kabupaten
Aceh tengah. Usia manusia purba itu diperkirakan 3.500 tahun.
B. Seni Rupa asal Sumatra

Sumatera sangat terkenal dengan bordirannya, terutama pada mukena, jilbab, bajukurung, baju koko, dan lain-lain.
Bukittinggi adalah sentra industri border di wilayah ini.Bordiran daerah ini telah dipasarkan di berbagai daerah Indonesia
umumnya, Jakartakhususnya, terutama di Pasar Tanah Abang.Yang paling dikenal yaitu Bordir Kerancang halus khas
Bukittinggi adalah bordiran halus

dengan “lubang lubang” yang terbentuk dari jalinan benang bordir. Lub
ang-lubang inilahyang disebut dengan kerancang. Pembuatan kerancang ini adalah suatu proses yang rumit
serta menyita waktu. Seorang pembordir harus memperhitungkan “tarikan” benang ke kain (
bahan dasar ). Apabila tarikan benang terlalu tegang, maka kain disekitar kerancang akan
“mengkerut”.
Apabila tarikan benang kurang tegang, maka jalinan kerancang akan tidak
“padat” dan “rapat”, serta mudah putus karena ketegangan benang bordir tidak sama.
Karena kerumitan pembuatan bordir kerancang halus khas Bukittinggi ini, maka disebutorang bukan sekedar bordiran
biasa, tapi sebagai karya seni (piece of art), yang sangat layak pakai dan bisa juga digunakan sebagai hiasan rumah.
C. Sejarah Sumatera pada Periode Klasik
Kisah Sumatera pada periode klasik, sangat jarang dibahas dalam literatur-literatur sejarah nasional. Kejayaan imperium orang-orang Sumatera yang
akbar, seolah tenggelam dalam bahasan panjang sejarah Jawa. Pola pandang Jawasentris dalam banyak kajian sejarah Indonesia, telah menutup
informasi penting seputar kehidupan masyarakat Sumatera. Dengan merujuk pada catatan-catatan China, India, dan Arab, serta beberapa prasasti yang
terserak di sepanjang Pulau Sumatera, kita akan menengok sejarah bangkit dan jatuhnya orang-orang Melayu yang bermukim di pulau tersebut sejak
abad ke-7 hingga ke-15. Masa tersebut, yang dikategorikan oleh sejarawan Krom sebagai masa klasik, merujuk pada masa terbentuknya Kerajaan
Malayu hingga bangkitnya Kesultanan Malaka di tepi barat Semenanjung Malaysia.

Dalam catatan musafir-musafir mancanegara, Suwarnadwipa atau Zabag atau Sanfotsi, merupakan tempat penting dalam rute perdagangan mereka.
Pedagang-pedagang Arab dan Persia, kerap mendapatkan bumbu-bumbu masak yang dibutuhkan pasaran Eropa dari wilayah ini. Sedangkan raja-raja
China dan India membutuhkan mineral yang banyak dikandung oleh pulau emas ini. Kerajaan Kantoli di Sumatera Selatan yang mengalami keruntuhan
pada pertengahan abad ke-6, mengakhiri periode kuno Sumatera. Selanjutnya sejarah Sumatera masuk pada fase ekspansi dan kedewasaan kultural
kerajaan Hindu-Budha.

Di awal abad ke-7, persekutuan antara komunitas Batanghari dan pedagang Minangkabau yang bermukim di lereng Bukit Barisan, membentuk sebuah
kerajaan yang bernama Malayu. Kehidupan kerajaan ini, terutama disokong oleh kegiatan perdagangan emas yang banyak diusahakan oleh masyarakat
pedalaman Minangkabau. Selain melalui Batang Kampar, Siak, dan Kuantan, para pedagang Minang juga menggunakan jalur Batanghari untuk
mengangkut barang dagang mereka dari pedalaman ke pesisir timur Sumatera. Di muara Jambi, salah satu pelabuhan utama Kerajaan Malayu, mereka
menukarkan emas dengan produk-produk impor dari mancanegara.
D. Sejarah Perkembangan Masuknya
Islam di Sumatera
Masuknya Islam di Sumatera
Mengutip buku Sejarah Islam Nusantara oleh Rizem Aizid, Sumatera (terutama Sumatera Utara) merupakan wilayah
pertama masuknya Islam ke Nusantara. Pendapat mengenai bukti tertulis masuknya Islam di Sumatera, ditemukan sekitar
abad ke-10 Masehi, yaitu makam seorang wanita bernama Tuhar Amisuri di Barus. Catatan lain menyebutkan, makam
bertulisan Siti Tuhar Amisuri di Barus ditemukan pada abad ke-13.

Peninggalan tersebut merupakan salah satu peninggalan Islam tertua di Sumatera sekaligus sebagai bukti bahwa di Barus
pada abad tersebut sudah ada orang yang beragama Islam. Siti Tuhar atau Tuhar Amisuri tersebut adalah salah seorang
keturunan yang berasal dari Arab.

1. Berdasarkan cerita Marco Polo


Penjelajah asal Italia bernama Marco Polo, singgah di bagian utara Aceh pada tahun 1292 M. Saat itu ia sedang dalam
perjalanannya ke Tiongkok dari Persia melalui jalur laut. Saat tiba di Perlak (Peureula), ia menjumpai penduduk yang
beragama Islam, dan banyak juga pedagang Islam dari India yang giat menyebarkan agama Islam. Dari hal ini, dapat
diketahui bahwa islamisasi di wilayah tersebut belum lama berlangsung.

2. Makam Malik As-Saleh


Makam Malik As-Saleh ditemukan pada abad ke-13 M yang berada di Meunahasah Beringin, Aceh Utara. Dalam hikayat
Raja-Raja Pasai, Malik As-Saleh dikenal sebagai raja pertama Kerajaan Samudera Pasai. Makam tersebut menjadi bukti
lain bahwa Islam telah masuk dan berkembang di Aceh pada abad itu.
3. Cerita Ibnu Batutah
Seorang penjelajah dan pelaut tersohor, Abu Abdullah Muhammad bin Batutah yang berasal dari Maroko
ini pernah mengunjungi Samudera Pasai pada 1345. Ia bercerita bahwa Sultan Samudera Pasai sangat baik
kepada ulama dan rakyatnya.

Penyebaran Islam di Sumatera


Mengutip dari laman Kemdikbud, penyebaran Islam di Sumatera dilakukan oleh saudagar Arab. Mereka
hilir mudik berdagang dari Mesir, Persia, Gujarat ke Cina melalui Barus-Fansur (yang terletak di ujung
barat pulau Sumatera). Barus sendiri disebut sebagai perkampungan Islam tertua di Nusantara.

Kemudian mereka yang membawa ajaran Islam juga datang langsung dari Semenanjung Arabia yang
menjadi utusan resmi Khalifah, atau para pedagang yang memiliki hubungan perdagangan dengan Aceh.
Hubungan tersebut juga melahirkan asimilasi keturunan Arab-Aceh di sekitar pesisir ujung pulau
Sumatera. Dan juga memudahkan penyebaran Islam yang berkembang di Aceh sejak Abad ke-7.

Selain dari perdagangan, sejarah keislaman di pulau Sumatera menyebar karena kerajaan-kerajaan yang
ada di Sumatera atau dakwah wali dan ulama yang ada pada saat itu. Adapun kerajaan Islam di Sumatera
pada masa itu adalah Kerajaan Samudera Pasai, dan Kerajaan Aceh Darussalam.
kesimpulan

A. Kesimpulan
Pulau Sumatera sendiri dibelah oleh garis khatulistiwa, hampir dalam
ukuran sama besar. Pulau ini pernah dianggap pulau terbesar di dunia
oleh kalangan ahli ilmu bumi kuno. Luas Sumatera bersama pulau-
pulau kecil di sekelilingnya, kira kira 474.000 km persegi. Di sini
mengalir beberapa sungai besar dan kecil, seperti Barumun, Rokan,
Kampar, Batang Kuantan, Batanghari, Musi, dan Sekampung.
Rangkaian pegunungan yang paling terkenal adalah Bukit Barisan,
panjangnya lebih dari 1600 km. Berawal di dataran tinggi Gayo di
barat laut, berakhir di teluk Semangka di tenggara pulau. Terdapat
beberapa danau besar di pulau Sumatera, seperti Toba, Laut Tawar,
Maninjau, Kerinci, dan Ranau.
Thank You
atas perhatiannya

Anda mungkin juga menyukai