Anda di halaman 1dari 3

KEHIDUPAN EKONOMI KERAJAAN MATARAM KUNO

Beberapa prasasti memberi keterangan selintas tentang kegiatan ekonomi pedesaan


Kerajaan Mataram Kuno. Di dalam prasasti Panggumulan terdapat orang-orang yang menjual
beras dari Desa Tunggalangan ke pasar di Desa Sindingan. Tidak dijelaskan apakah mereka
memikul berasnya atau membawa berasnya dengan pedati. Istilahnya di dalam prasasti yaitu
mahawan (melalui jalan). Data prasasti menggambarkan bahwa barang dagangan tersebut ada
yang dipikul (pinikul dagangannya), ada yang dibawa dengan pedati (magulungan, dan ada
yang dibawa dengan perahu (maparahu). Dengan disebutnya pedati dan perahu sebagai
sarana transportasi untuk membawa barang dagangan terbayang adanya perdagangan
antardesa dan antarwilayah.
Beberapa istilah untuk menyebut pedagang, antara lain abakul, adagang, dan
banyaga. Istilah masamwyawahara mungkin digunakan dalam pengertian umum. Masih
belum jelas ketiga istilah terdahulu itu dipakai untuk secara tegas membedakan besar atau
kecilnya jumlah barang dagangan masing-masing. Jan Wisseman dalam salah satu
karangannya mengajukan pendapat bahwa abakul merupakan pedagang eceran, sedang
banyaga merupakan pedagang besar yang melakukan perdagangan antarpulau dan juga
internasional, dan adagang semacam grosir.
Yang diperdagangkan di pasar desa pertama-tama ialah hasil bumi seperti beras,
buah-buahan, sirih pinang,dan buah mengkudu. Hasil industri rumah tangga seperti alat
perkakas dari besi dan tembaga, pakaian, paying, keranjang, dan barang-barang anyaman,
kajang, kepis, gula, arang, dan kapur sirih. Binatang ternak seperti kerbau, itik, kambing,
sapi, dan ayam serta telurnya juga diperjualbelikan.
Prasasti-prasasti tidak menyebut komoditas ekspor, serta hanya ada satu barang yang
mungkin sekali diimpor, yaitu kain buatan India (wdihan buat kling). Akan tetapi, data
tentang masalah ekspor-impor diperoleh dari berita-berita Cina. Ekspor dari Pelabuhan-
pelabuhan di Jawa terdiri atas hasil bumi dan hutan Pulau Jawa sendiri serta dari pulau-pulau
yang lain, terutama dari Kalimantan dari Indonesia bagian timur. Komoditas ekspor antara
lain ialah garam yang dihasilkan di pantai utara Pulau Jawa terutama di daerah Kembang dan
Tuban, kain katun dan kapuk, sutra tipis serta sutra kuning, damas, kain brokat berwarna-
warni, kulit penyu, gula tebu, belerang, kayu cendana, cengkih, pala, merica, kapur barus, dan
gading gajah. Adapun barang-barang yang di impor baik untuk konsumsi di Jawa sendiri
maupun untuk di ekspor kembali antara lain ialah sutra dan paying sutra dari Cina, pedang
buatan Timur Tengah dan India yang amat bagus kualitasnya, nila dan lilin batik, keramik
Cina, dan sebagainya.
Keramik Cina dan Vietnam ditemukan kembali dalam jumlah yang besar dan dalam
bermacam ragam bentuk hampir di seluruh kepulauan Indonesi. Keramik Cina tertua yang
ditemukan di Indonesia berasal dari zaman Dinasti Han (286 SM-220 M) sekalipun
jumlahnya tidak banyak. Baru dalam zaman dinasti T’ang (618-906 M) impor keramik Cina
bertambah banyak.
Pedagang-pedagang asing yang datang di Pulau Jawa diperlakukan dengan sangat
baik. Mereka itu diberi penginapan serta makan dengan cuma-cuma. Dalam transaksi
perdagangan digunakan mata uang, akan tetapi berita Cina menyebut masih adanya dagang
barter; mungkin yang terakhir itu dilakukan dengan suku-suku di pedalaman pulau-pulau di
luar jawa.
Berita Cina dari zaman Dinasti Sung mengatakan bahwa di Jawa orang menggunakan
potongan-potongan emas dan perak sebagai mata uang. Hukuman badan tidak dikenal.
Semua pelanggar hukum dikenai denda dalam uang emas yang besarnya disesuaikan dengan
berat ringannya tindak pidana yang dilakukan. Hanya perampok dan pencuri yang dihukum
mati. Chau Ju-Kua hanya menyebut mata uang yang dibuat dari campuran perak dengan
tembaga dan timah yang dipotong seperti dadu dan diberi cap. Enam puluh biji mata uang ini
bernilai 1 tahil emas, serta 32 biji sama dengan ½ tahil. Mata uang ini dikenal sebagai uang
Jawa.
Adapun bidang ekonomi lainnya, antara lain sebagai berikut :
a. Pertanian
Beras merupakan bahan makanan pokok masyarakat Mataram Hindu
Jawa Timur. Kegiatan Pertanian sudah ada sejak Mataram Hindu di Jawa
Tengah. Masa pemerintahan Kerajaan Mataram Hindu pindah ke wilayah
Jawa Timur, kegiatan pertanian mengalami perkembangan. Perkembangan ini
karena wilayah Jawa Timur memiliki dataran rendah yang luas dan subur
untuk kegiatan pertanian. Khususnya di sepanjang wilayah dataran Sungai
Brantas terbentang daerah pertanian padi.

b. Perdagangan
Raja Mpu Sindok mendirikan ibu kota kerajaan Mataram Hindu Jawa
Timur di tepi Sungai Brantas, dengan tujuan menjadi pusat pelayaran dan
perdagangan di daerah Jawa Timur. Masa pemerintahan Dharmawangsa
Teguh, aktivitas perdagangan tidak hanya di Jawa Timur, tetapi berkembang
ke luar wilayah Jawa Timur hingga sampai Asia dan Kerajaan Mataram Hindu
Jawa Timur menjadi pusat aktivitas pelayaran perdagangan di Nusantara
Timur. Kota pelabuhan pada masa Kerajaan Mataram Hindu Jawa Timur yaitu
Hujung Galuh menurut Pasasti Kamalagyan selalu ramai dikunjungi oleh
perahu-perahu dagang dari pulau-pulau di Nusantara dan pedagang-pedagang
dari kerajaan-kerajaan lain di luar Nusantara.

KEJAYAAN KERAJAAN MATARAM


Raja Kerajaan Mataram Kuno yang paling terkenal adalah Raja Sanjaya. Dalam
meneruskan kekuasaan Sanna, Sanjaya bersikap arif, adil dalam memerintah, dan memiliki
pengetahuan luas. Buktinya, para pujangga dan raja sangat hormat terhadap Sanjaya. Di
bawah pemerintahan Raja Sanjaya rakyat hidup makmur, kerajaan menjadi aman dan
tenteram. Oleh karena itu, pada masa kekuasaan Sanjaya inilah Mataram kuno mengalami
masa keemasannya. Sanjaya juga dikenal sebagai raja yang benar-benar paham isi kitab suci.
Ia juga banyak membangun bangunan suci seperti bangunan pemujaan lingga di atas Gunung
Wukir, sebagai lambang telah ditaklukannya raja-raja kecil (minor) di sekitarnya.
Selain itu, kerajaan ini juga sempat mengalami masa kejayaan di bawah kekuasaan
Raja terbesar lainnya yakni Raja Balitung. Ia memerintah pada tahun 898 – 911 M dengan
gelar Sri Maharaja Rakai Wafukura Dyah Balitung Sri Dharmadya Mahasambu. Pada masa
pemerintahan Balitung, bidang-bidang politik, pemerintahan, ekonomi, agama, dan
kebudayaan mengalami kemajuan.

Masa Kejayaan Kerajaan Mataram Kuno dimulai pada era Dinasti Sanjaya dan
Syailendra. Pada era kedua dinasti tersebut, berbagai bidang dapat berlambang secara pesat.
Bidang-bidang tersebut meliputi Budaya, Kesenian, Tatanan Sosial dan juga Ilmu
Pengetahuan. Kekuatan tempur yang sangat kuat juga berada di era Dinasti Syailendra.
Akibat dari kekuatan tempur dari kerajaan tersebut, wilayah kekuasaan berhasil mencapai
Semenanjung Malaka, dan juga berhasil mengalahkan Kerajaan di Chenla, Kamboja.

Dinasti Syailendra juga dikenal sebagai kuat dalam Ilmu Pengetahuan, sehingga
warisan sejarah penting banyak ditinggalkan pada masa kerajaan ini. Beberapa candi bekas
peninggalan yang masih terkenal hingga saat ini adalah Candi Borobudur dan juga Candi
Prambanan. Toleransi agama yang ada pada Dinasti Syailendra juga sangat baik. Hal ini
dibuktikan dengan perkawinan antara pemeluk agama Hindu dan juga Budha.

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini ialah menggunakan metode
analisis deskriptif dan pendekatan kualitatif, karena metode dan pendekatan ini cocok dengan
penelitian yang dilakukan oleh penulis. Sehingga, diharapkan dengan metode dan pendekatan
tersebut dapat dihasilkan gambaran yang jelas tentang sejarah Kerajaan Mataram Kuno.
Pengumpulan data yang digunakan oleh penulis yaitu dengan menggunakan studi pustaka.
Menurut M. Nazir dalam bukunya yang berjudul “Metode Penelitian” mengemukakan
bahwa yang dimaksud dengan studi kepustakaan yaitu teknik pengumpulan data dengan
mengadakan studi penelahaan terhadap buku, literatur, catatan dan laporan yang ada
hubungannya dengan masalah yang dipecahkan. Kemudian, data yang tersajikan akan
dianalisis secara kualitatif sesuai pada teori yang ada dan penyajian data secara deskriptif
dengan tujuan untuk memberikan gambaran yang berkaitan dengan sejarah Kerajaan
Mataram Kuno. Dengan menggunakan metode dan pendekatan ini diharapkan dapat
dipahami oleh pembaca dari seluruh kalangan, sehingga hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai sarana pembelajaran dan sumber pengetahuan.

Anda mungkin juga menyukai