Masjid Jami Ambon didirikan pada 1860 M di atas tanah wakaf yang diberikan oleh seorang
janda bernama Kharie.
Pada awalnya masjid ini hanya berdinding dan beratapkan daun rumbia dengan tiang kayu.
Masjid kecil ini ternyata tidak mampu lagi menampung jamaah karena pemeluk agama
Islam semakin bertambah, sehingga pada 1898 dibangunlah sebuah masjid baru di atas
lokasi masjid lama, yang bentuknya lebih besar serta beratap seng.
Masjid ini sempat rusak beberapa kali. Menjelang berakhirnya kolonial Belanda di Maluku,
masjid terbakar akibat ulah serdadu Kompeni yang membuka keran minyak yang berada di
sebelah hulu Sungai Wai Batu Gajah. Masjid kembali dibangun oleh umat Islam.
Masjid Desa atau Negeri Batumerah ini dibangun oleh orang kaya bernama Ibrahim Safari
Hatala pada 1575 M. Melihat perkembangan agama Islam yang begitu cepat, Raja
Abdurrahman Hatala memugar masjid pada 1805 M. Pada 1924 M, masjid kembali dipugar
tanpa menghilangkan bentuk aslinya. Pemugaran dilakukan karena jumlah jamaah semakin
banyak.
Pemugaran kedua dilakukan di bawah pemerintahan Raja Abdul Wahid Nurlete yang juga
merupakan ulama terkenal di kawasan itu pada zamannya. Pada masa itulah, Buya Hamka,
Ketua MUI pertama dan Bey Arifin, ulama yang disegani di Jawa Timur, pernah belajar di
masjid ini.
Masjid Wapauwe
Masjid ini didirikan pada 1414 M, letaknya di kaki Gunung Wawane. Pendiri masjid ini
berasal dari kaum pendatang dari Jailolo, Maluku Utara, di bawah pimpinan Jamilu. Ia
adalah seorang ulama yang mengembangkan syiar agama Islam di Wawane.
MONUMEN PENIGGALAN SEJARAH PROVINSI MALUKU
Monumen Martha Tiahahu menjadi bukti sejarah keberanian wanita maluku dalam
membela tanah air tercinta. Traveler bisa melihat patungnya di Karang Panjang, tak jauh
dari Kota Ambon.
Patung Martha Christina Tiahahu terletak di Karang Panjang, daerah bukit yang terlihat
jelas dari Kota Ambon. Menuju Karang Panjang dari Kota Ambon melewati jalan menanjak
dan beberapa tikungan tajam, baru tiba di lokasi Monumen Martha Christina Tiahahu yang
bersebelahan dengan Kantor DPRD Maluku.
Dari lokasi Patung Martha Christina Tiahahu kita bisa melihat pemandangan Kota Ambon.
Lokasi ini biasa dijadikan tempat alternatif untuk menikmati suasana santai, terutama para
muda-mudi yang ingin menikmati pemandangan Kota Ambon.
Karena keberanian besarnya dalam melawan senjata api Belanda hanya dengan batu,
masyarakat Maluku menyebutnya seorang wanita kabaressi (berani). Namanya juga
digunakan sebagai jalan di Karangpanjang.
Pada dasar monumen terdapat tulisan 'Martha C. Tijahahu, mutiara Nusa Laut (Pulau),
Pahlawan Nasional RI, yang berjuang untuk mengusir penjajah Belanda dari Maluku, jatuh
pada Januari 2, 1818.'
Mengunjungi monumen tokoh sejarah akan berkurang nilainya, jika kita tidak mencari tahu
siapa gerangan tokoh bersejarah yang diabadikan dalam monumen tersebut termasuk saat
berkunjung ke Monumen Martha Tiahahu.
Martha Christina Tiahahu lahir pada tahun 1800 di suatu desa bernama Abubu di Pulau
Nusalaut, Kabupaten Maluku Tengah. Martha kecil terkenal berkemauan keras dan
pemberani.
Ia selalu mengikuti ayahnya Paulus Tiahahu, termasuk ikut menghadiri rapat perencanaan
perang. Paulus Tiahahu merupakan salah seorang pemimpin perjuangan rakyat Maluku
melawan Belanda. Setelah dewasa, Martha Christina Tiahahu pun ikut bertempur.
Martha Christina Tiahahu dan ayahnya bersama Thomas Matulessy alias Kapitan Pattimura
berhasil menggempur pasukan Belanda yang bercokol di Pulau Saparua, Kabupaten
Maluku Tengah. Namun, dalam pertempuran sengit di Desa Ouw-Ullath sebelah Tenggara
Pulau Saparua, para pejuang Maluku kalah akibat kekuatan yang tidak seimbang. Banyak
pejuang yang tertangkap, termasuk Paulus Tiahahu yang dihukum mati.
TUGU AMBROINA
Pulau Seram dan beberapa pulau kecil disekitarnya tidak hanya terkenal dengan
sumber daya alamnya, namun juga menyimpan banyak situs sejarah. Tetapi sebagian
besar situs sejarah itu belum sepenuhnya dimaksimalkan pengelolaanya untuk menjadi
tempat-tempat wisata potensial.
Seperti Tugu Amroina di Dusun Tiang Bendera, Kecamatan Waisala, Kabupaten Seram
Bagian Barat (SBB) yang merupakan salah situs sejarah peninggalan Belanda sekira 300
tahun lalu, belum mendapat perhatian Pemerintah atau stakeholder di Maluku maupun
SBB sendiri.
Tugu Ambroina menurut cerita masyarakat setempat merupakan salah satu peninggalan
penjajah Belanda yang ada di Pulau Kelang. Pulau Kelang berada di ujung barat Pulau
Seram, tepatnya satu gugus dengan Pulau Manipa, Pulau Babi, dan Pulau Buano.
Tugu Ambroina memiliki tinggi sekira 4 meter, berbentuk segi empat. Lebar masing-
masing sisinya sekira 1,2 meter. Di salah satu sisinya tertulis nama Ambroina
VOC. Disamping tulisan tersebut juga tertulis angka 1792 yang diperkirakan merupakan
tahun selesai pembangunan tugu tersebut.
3. Fort Belgica
Dibangun pada tahun 1611 oleh Gubernur Jendral Pieter Both dari Belanda. Terletak di
Kota Neira, Desa Nusantara, Kec. Banda Neira. Benteng ini adalah salah satu benteng tertua
di Indonesia. Dibangun atas perintah Gubernur Jendral Pieter van Both, benteng ini
digunakan sebagai perlawanan terhadap masyarakat Banda.
Benteng Belgica, di sore hari