Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Ziswaf di Negara Muslim
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Anggota Kelompok :
1. Afifi nur anantri (126404211013)
2. Paridatul lailiyah (126404213032)
3. Siwi Assani Bortnita (126404213034)
4. Hafiz Arfan Bahrudin (126404212026)
TULUNGAGUNG
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan serta kelancaran dalam
penyusunan makalah. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita
Nabi Agung Muhammad SAW. Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Manajemen Ziswaf di Negara Muslim. Kami ucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
membantu kami menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Maftukhin, M.Ag.selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung.
2. Bapak Dr. H. Ahmad Muhtadi Anshor, M.Ag. selaku Wakil Rektor bidang
Akademik dan Pengembangan Lembaga Universitas Islam Negeri Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung.
3. Bapak Dr. H. Dede Nurohman, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Ekononomi dan
Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
4. Bapak Siswahyudianto, S.Pd.I,SE.MM. selaku Koordinator Progam Studi
Manajemen Zakat dan Wakaf Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung.
5. Bapak Dr. Ahmad Supriadi, M.Pd.I selaku dosen mata kuliah Manajemen Ziswaf
di Negara Muslim yang telah memberikan pengarahan sehingga penulisan
makalah ini dapat terselesaikan.
6. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.
Dengan penuh harap semoga jasa kebaikan mereka diterima Allah SWT, dan
tercatat sebagai amal shalih. Akhirnya, penulisan makalah ini penulis suguhkan kepada
segenap pembaca, dengan harapan adanya kritik dan saran yang bersifat konstruktif demi
perbaikan. Semoga makalah ini bermanfaat dan mendapat ridha Allah SWT.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.............................................................................................................................2
BAB III.........................................................................................................................................10
PENUTUP....................................................................................................................................10
A. Kesimpulan.........................................................................................................................10
B. Saran...................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Zakat merupakan bagian dari harta dengan persyaratan tertentu, yang Allah
wajibkan kepada pemiliknya untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya, dengan
persyaratan tertentu. Dalam artinya, bahwa zakat harus dikelola dengan baik agar zakat
sampai kepada yang berhak menerimanya. Pada umumnya pengelolaan zakat di masyarakat
muslim dapat dikategorikan kedalam dua kategori. Pertama, sistem pembayaran secara
wajib di masa sistem pengelolaan ditangani oleh negara. Kedua, sistem pembayaran secara
sukarela, dimana wewenang pengelolaan zakat berada pada tangan pemerintah atau pun
masyarakat sipil.
Tujuan zakat adalah untuk membersihkan diri dari sifat kikir dan cinta yang
berlebih-lebihan pada harta benda. Adapun manfaat zakat adalah menyuburkan sifat-sifat
kebaikan dalam hati dan mengembangkan harta benda. Selain itu, untuk menjaga harta itu
sendiri, sebagaimana dalam hadist Jabir Bin Abdullah r.a bahwa Nabi saw bersabda, “Apabila
engkau telah mengeluarkan zakat dari hartamu, maka sesungguhnya engkau telah
menghilangkan keburukannya.”(HR Imam Hakim).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengelolaan Zakat di Iran
1. Khumus
Khumus adalah salah satu hukum Islam yang memiliki peranan penting dalam bidang
dakwah, pendidikan, dan sosial. Khumus adalah kalimat yang sering kita dengar, bahkan
ketika membahas tentang pembagian ghanimah (rampasan perang), Alquran juga
menggunakan kalimat tersebut.
Ketahuilah, sesungguhnya apa yang saja yang dapat kamu peroleh (sebagai rampasan
perang), maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, dan ibnu sabil. (QS Al-Anfal, 8: 41). Meskipun khumus merupakan konsep
Islam, namun hukum ini kurang populer di kalangan kaum Muslim. Hal itu karena terjadi
perbedaan pemahaman kata ghanimah di antara mereka. Sebagian menilai bahwa khumus hanya
berlaku pada hasil rampasan perang dan ketika perang tidak pernah ada, maka hukum tersebut
praktis tidak berlaku.
1
Shabri, husni. 2011. Thesis. Pengukuran kinerja badan amil zakat dan lembaga amil zakat di provinsi
sumatera barat. Jakarta
2
3
2. Arti Ghanimah
Ghanimah berasal dari ghunmun yang berarti keuntungan, sedang kalimat jamaknya
maghanim. Dalam ayat 94 surat An-Nisa’ disebutkan: Maka di sisi Allah terdapat banyak
keuntungan (maghanim). Dalam sebuah hadis, Imam ‘Ali as juga menggunakan kata ghanimah:
“Taatlah pada orang yang berakal, kamu akan beruntung, dan lawanlah (jauhilah) orang yang
bodoh kamu akan selamat .”Ghanimah berarti setiap keuntungan yang diraih oleh setiap
orang, baik dari perniagaan, kerja, harta karun, pertanian, dan termasuk harta rampasan
perang. Imam Ja’far Ash-Shadiq ketika ditanya tentang khumus, beliau menjawab: “Khumus
berlaku pada setiap keuntungan yang diraih oleh setiap manusia, sedikit maupun banyak.”
Dalam riwayat lain Imam Ja’far as mengatakan: “Tidak ada alasan bagi seorang hamba
yang membeli sesuatu dari khumus lalu berkata ‘Ya Rabbi, saya beli dengan hartaku sendiri’
sehingga orang tersebut mendapat izin dari dari pemilik khumus.” Imam as juga pernah
bersabda: Tidak dihalalkan bagi seseorang membeli sesuatu dari khumus sehingga hak kami
4
sampai pada hak kami.” Orang yang menggunakan hasil keuntungannya sebelum dikeluarkan
khumusnya, berarti dia telah menzalimi hak orang lain, dan sesuatu yang dia beli dengan uang
tersebut, haram hukumnya untuk beribadah.
Khumus dibagi dalam enam bagian: untuk Allah, Nabi, dan Imam. Tiga bagian ini untuk
masa sekarang berada di tangan Imam Mahdi as. Sedang tiga yang lainnya: untuk anak-anak
yatim, orang-orang miskin, dan ibnu sabil dari orang-orang yang ayahnya berhubungan nasab
dengan ‘Abdul Muththalib, yang mereka beriman kepada Allah, bukan ahli maksiat, dan bahkan
khumus tidak boleh diberikan untuk berbuat dosa. Hanya sekadar mengaku sayyid
[keturunan Nabi], dia tidak berhak menerima khumus kecuali di daerahnya sudah dikenal
dan tak seorang pun mengingkarinya.2
Khumus di Negara Kita Ini Ada beberapa orang yang berhak menerima dan mengelola
khumus di negara kita ini. Di antaranya adalah lembaga-lembaga yang mendapat lisensi
(izin) langsung dari marja’ (mujtahid) dalam pengelolaan khumus. Persoalannya bukan siapa
yang siap menerima dan mengelola khumus tapi siapakah yang mengeluarkan khumusnya.
masa kegaiban Imam, seperti sekarang ini dan tidak memungkinkan izin darinya,
maka rampasan tersebut wajib dikeluarkan khumusnya, khususnya jika perang
tersebut untuk dakwah Islam. Begitu juga ketika mereka menyerang dan kaum
Muslim mengadakan defensi (pertahanan). Kafir harbi adalah kafir yang memusuhi
Islam yang darah dan hartanya halal serta perempuan dan anak-anak mereka bisa
dijadikan tawanan. Termasuk kafir harbi adalah kaum nawashib yaitu orang-orang
yang memusuhi Ahlul Bait Nabi Saww dengan batas-batas tertentu.
b. Semua jenis tambang, dan hukum penentuannya kembali kepada ‘urf. Artinya
apakah hal yang ditemukan dari perut bumi tersebut sebagai tambang atau tidak
tergantung pada hukum masyarakat umum. Ukuran nisabnya satu dinar atau
seharganya. Baik tambang tersebut dikeluarkan oleh orang Muslim atau kafir. Untuk
mengambil khumus dari orang kafirberada di tangan seorang hakim syar’i,
dialah yang harus memintanya. Tapi ketika barang tersebut berpindah tangan
kepada kaum Muslim, maka tidak perlu dikeluarkan khumus-nya sekalipun tahu
benda tersebut belum dikeluarkan khumus-nya. Sebab para Imam Maksum telah
menghalalkan hal tersebut bagi pengikut-pengikutnya.
c. Harta karun (Al-Kanz), dan hukum penentuannya kembali kepada ‘urf. Jika tidak
diketahui, siapa pemiliknya, baik itu ditemukan di daerah kafir atau di daerah gersang
kaum mukmin, baik itu peninggalan Islam atau tidak, maka yang menemukannyalah
sebagai pemiliknya dan dia harus mengeluarkan khusmus-nya. Ukuran nisabnya
adalah dua puluh dinar jika emas dan dua ratus dirham jika perak. Dan termasuk
kategori kanz (harta karun) adalah apa yang ditemukan dalam perut binatang
termasuk ikan, dan hukumnya tidak perlu nisab.
d. Hasil Penyelaman
Hasil penyelaman, yaitu setiap mutiara, luk-luk dan marjan yang didapatkan dari cara
menyelam. Sedang nisabnya jika senilai satu dinar dan seterusnya. Baik tambang,
harta karun dan hasil penyelaman, nisab pengeluaran khumus-nya adalah hasil bersih
setelah diambil biaya tenaga dan alat-alat lainnya.
e. Setiap kelebihan keuntungan satu tahun dari industri, pertanian, perdagangan dan
bahkan dari setiap yang disebut mata pencaharian, setelah diambil dari seluruh
kebutuhannya, anak dan keluarganya. Artinya, bagi setiap yang mendapat
6
Hal-hal yang tidak wajib dikeluarkan khumusnya: Hadiah, hibah, warisan, sedekah dan
mahar. Uang khumus dan zakat tidak wajib dikeluarkan khumusnya sekalipun lebih dari satu
tahun, kecuali apabila bertujuan untuk mengembangkan, maka hukumnya wajib dikeluarkan
khumusnya. Jika ada orang yang memiliki barang yang tidak wajib dikeluarkan khumusnya, atau
sudah dikeluarkan khumusnya, lalu dipasaran harganya meningkat maka kelebihan tersebut
tidak wajib dikeluarkan khumusnya, kecuali jika memang dimaksudkan untuk berdagang,
maka kelebihan tersebut harus dikeluarkan khumusnya jika sudah satu tahun.
Dari lima hal tersebut di atas, khumus yang wajib dikeluarkannya adalah sebanyak
seperlima atau 20 % dari hal-hal tersebut. Artinya, jika keuntungan Anda sebanyak satu juga
rupiah, maka jumlah khumus yang harus Anda keluarkan sebesar Rp 200.000,00 dan seterusnya.
Jika mutiara yang Anda dapatkan dari hasil menyelam atau harta karun yang Anda gali hanya
senilai satu dinar atau dua puluh dirham, maka jumlah khumus yang harus Anda keluarkan
adalah seperlima atau dua puluh persen dari jumlah tersebut.
Khumus memiliki peranan penting dalam Islam, baik kepentingan individual maupun
sosial. Yang dimaksud kepentingan individu artinya, orang yang telah mengeluarkan khumus
dari setiap keuntungan yang dia raih, maka hartanya bersih, suci dan halal seratus persen.
Sedang yang dimaksud kepentingan sosial adalah orang yang mengeluarkan khumus,
secara tidak langsung telah ikut andil dalam pengembangan Islam dan membantu
tersebarnya ajaran Islam itu sendiri. Sebab setiap khumus yang diberikan kepada
pengelolanya, tidak akan pernah dimanfaatkan kecuali kepentingan Islam. Pendirian pesantren,
Lembaga pendidikan, kesejahteraan para da’i Allah dan bahkan santunan kepada fakir miskin.
Hal itu karena pengelolanya memiliki mandat penuh untuk memanfaatkan khumus tersebut.
Sekiranya umat Islam, Sunni maupun Syi’i, masing-masing mengeluarkan khumusnya, tentu
7
tradisi meminta-minta untuk membangun sebuah Mushalla atau Masjid yang ukuran luasnya
relatif kecil, tidak akan pernah ada.
Kepala Humas Lembaga Wakaf Iran mengatakan, “Berdasarkan dokumen wakaf yang
ada, sepertiga luas Iran adalah tanah wakaf ”Menurut laporan Fars, Lembaga Wakaf Iran telah
menyelenggarakan pertemuan Dewan Perencanaan Simposium Internasional Humas di hotel
Eram, Tehran. Dalam pertemuan ini Ali Rabei, Kepala Humas urusan Internasional Wakaf
menyatakan, “Saat ini ada 127 barang wakaf di seluruh Iran. Selain itu, berdasarkan data-data
wakaf sepertiga dari luas Iran adalah tanah wakaf “Begitu juga di Iran ada 8.051 situs-situs
bersejarah sakral yang dikelola oleh lembaga Wakaf Iran,” ungkap Rabei. Di bagian ain dari
pernyataannya, Rabei mengatakan, “Iran memiliki 60 ribu masjid dan hingga akhir program
pembangunan akan ada penambahan 20 ribu masjid lagi. Di akhir program pembangunan ini
juga fakultas-fakultas Ulum al-Quran akan bertambah 20 persen dari yang sudah ada.”
Selain waqf tanah, iran juga telah menerapkan wakaf tunai, yang di salurkan antara lain;
1. Penerangan kapel. Lilin yang digunakan untuk menjadi begitu mahal bahwa sejumlah
Waqfs didirikan untuk tujuan ini.
2. Perabotan dan karpet (wakaf khusus juga dibentuk untuk tujuan ini).
3. Perbaikan dan pemeliharaan bangunan.
4. bantuan Material, makanan, tempat tinggal dll, untuk para peziarah miskin.
5. Penyediaan makanan dan obat-obatan bagi masyarakat miskin (banyak wakaf lanjut).
3
Nadhari, abdullah khatib. 2013, Pengelolaan Zakat Di Dunia MuslimEconomic:Jurnal Ekonomi dan
Hukum Islam, Vol. 3, No. 2. Jakarta
8
6. Gaji pembersihan dan pemeliharaan personil, khuddam. Banyak wakaf dibuat untuk tujuan
ini juga.
7. Mending buku-buku di perpustakaan.
8. Pengadaan bantuan hukum bagi masyarakat miskin.
9. Pemeliharaan dari anak-anak terlantar dan penyediaan perawat untuk mereka. j.
pendidikan.
10. Baru-baru ini, sebagian dari dana abadi telah disediakan untuk pension dari para martir yang
jatuh selama revolusi atau perang dengan Irak. Selain item di atas, yang merupakan
pengeluaran rutin, wakaf yang juga terlibat dalam proyek-proyek besar. Rumah sakit Shah
Reza di Mashhad, misalnya, dibangun pada tahun 1935 dan telah dipelihara sejak dengan
dana dari wakaf kuil ini. Pada tahun 1975 itu diserahkan ke Universitas Ferdawsi
dengan anggaran tahunan sebesar 200 juta toman. Sekarang, rumah sakit disebut
Rumah Sakit Imam, setelah revolusi tahun 1979.
Berdasarkan Hukum tahun 1934 sistem wakaf berubah menjadi sebagai berikut:
a. Semua wakaf publik dinilai tidak memiliki administrator atau administrator yang tidak
diketahui, yang akan langsung dikelola oleh Wakaf Departemen Departemen Pendidikan.
b. Departemen diberdayakan untuk melakukan pengawasan penuh. Selanjutnya,
Departemen Wakaf sekarang telah hak untuk meminta pendaftaran, pendaftaran kontes,
memulai proses pengadilan sebagai penggugat dan masuk ke pengadilan sebagai
pihak ketiga atas nama penggugat.
c. Istibdal diizinkan tunduk pada persetujuan dari Departemen Wakaf.
d. Departemen Wakaf juga diberdayakan untuk secara hukum melakukan tuntutan
terhadap administrator korup
e. Jika wakaf gagal untuk menghasilkan akta asli endowment, itu untuk diberikan
langsung oleh Departemen Wakaf dan yang terakhir adalah untuk menerima untuk
layanan ini 10% dari pendapatan bersih dari wakaf tersebut. Persentase ini dikurangi
menjadi 3% di sektor pendidikan dan kesehatan.
f. Departemen Wakaf juga diberdayakan untuk menyetujui atau menolak anggaran yang
diajukan oleh para wali dari wakaf.
9
g. pendapatan Wakaf yang tujuannya asli tidak diketahui, atau, di mana hasil tidak bisa lagi
digunakan untuk tujuan awalnya ditetapkan itu harus dibuang. pembuangan itu
berlangsung sebagai berikut: untuk pembangunan sekolah dasar sekuler 40%, pembelian
perlengkapan sekolah untuk anak-anak miskin 10%, singa merah dan Sun masyarakat
20%, pendidikan publik 10%, penerbitan "berguna" buku 10%, biaya tak
terduga 10%.
h. Departemen Wakaf diberdayakan untuk mengidentifikasi properti sebagai yayasan atau
milik pribadi.
i. Departemen Wakaf bisa menentukan apakah sumbangan memiliki administrator atau jika
posisi itu kosong
j. Departemen Wakaf bisa menentukan apakah administrator tidak dikenal (dengan
menolak mandat diserahkan kepadanya)
k. Departemen Wakaf bisa menunjuk administrator sementara atau permanen Melalui
kekuasaan ini pemerintah mengambil alih sejumlah sekolah agama dan karena itu bisa
mendisiplinkan administrator, guru dan siswa.4
4
Suwaidi, ahmad. 2011, Wakaf Dan Penerapannya Di Negara Muslim. Economic:,Jurnal Ekonomi dan
Hukum Islam, Vol. 1, No. 2. Jakarta
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengelolaan zakat di Pakistan bersifat sentralistik yang disebut dengan Central ZakaFund
(CZF). Zakat diwajibkan kepada setiap warga negara Pakistan yang hartanya telah
mencapai nisab. Zakat tidak langsung dipotong dari seluruh jenis aset yang menjadi
subjek zakat. Tetapi di klasifikasikan menjadi dua: Pertama, aset yang langsung
dikeluarkan zakatnya berdasarkan UU terdiri dari 11 jenis aset Atas seluruh jenis aset ini
pemerintah atau lembaga keuangan yang memiliki legitimasi dapat langsung memotong
pembayaran zakat tanpa harus mendapatkan persetujuan dari pemilik. Sedangkan harta
lainnya secara syariah merupakan subjek zakat maka diserahkan kepada muzaki untuk
menunaikannya. Jenisnya meliputi uang tunai, emas, perak, surat berharga, perdagangan,
industri dan lainnya.
B. Saran
Dalam hal ini, penulis menyarankan agar masyarakat muslim sadar akan kewajiban
mereka untuk menyisihkan sebagian harta dari hasil kerja keras bekerja karena dengan
begitu dapat meringankan beban ekonomi bagi masyarakat yang membutuhkan. Dan
negara-negara muslim harusnya dapat lebih aktif dan kreatif dalam mengumpulkan dan
mengelola dana zakat dan wakaf demi kemashlahatan umat.
10
DAFTAR PUSTAKA
Shabri, husni. 2011. Thesis. Pengukuran kinerja badan amil zakat dan lembaga amil zakat di
provinsi sumatera barat. Jakarta
Nadhari, abdullah khatib. 2013, Pengelolaan Zakat Di Dunia Muslim. Economic: Jurnal
Ekonomi dan Hukum Islam, Vol. 3, No. 2. Jakarta
Suwaidi, ahmad. 2011, Wakaf Dan Penerapannya Di Negara Muslim. Economic: Jurnal
Ekonomi dan Hukum Islam, Vol. 1, No. 2. Jakarta
11