Anda di halaman 1dari 14

BAB V

ANALISA PENGARUH HARGA, KUALITAS PRODUK, KEPUASAN PELANGGAN

TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN DAN TINJAUANNYA

MENURUT SUDUT PANDANG ISLAM

5.1 Harga Produk Menurut Sudut Pandangan Islam

Penetapan (regulasi) harga dikenal di dunia fiqh dengan istilah tas’ir, yang berarti

menetapkan harga tertentu pada barang-barang yang diperjualbelikan, yang tidak

menzhalimi pemilik barang dan pembelinya. Dalam konsep ekonomi Islam, penentuan

harga dilakukan oleh kekuatankekuatan pasar, yaitu kekuatan permintaan dan penawaran.

Dalam konsep Islam pertemuan permintaan dengan penawaran harus terjadi secara rela

sama rela. Artinya tidak ada pihak yang terpaksa melakukan transaksi pada tingkat harga

tertentu. Keadaan rela sama rela merupakan kebalikan dari keadaan aniaya, yaitu keadaan

yang salah satu pihak senang di atas pihak lain (Wibowo.2013).

Menurut Ibnu Taimiyah ada dua terma yang sering ditemukan dalam pembahasannya

tentang masalah harga, yaitu :

a) Iwad al Mitsl, adalah penggantian yang sama yang merupakan nilai harga sepadan

dari sebuah benda menurut adat kebiasaan. Kompensasi yang setara diukur dan

ditaksir oleh hal-hal yang setara tanpa ada tambahan dan pengurangan, disinilah

esensi dari keadilan.

b) Tsaman al- Mitsl, adalah nilai harga dimana orang-orang menjual

barangnya dapat diterima secara umum sebagai hal yang sepadan dengan
barang yang dijual itu ataupun barang-barang yang sejenis lainnya di

tempat dan waktu tertentu (Ibid, hl.210)

Dalam satu bagian dalam bukunya Fatawa, Ibnu Taimiyah mencatat beberapa faktor

yang berpengaruh terhadap permintaan dan konsekuensinya terhadap harga :

a) Keinginan penduduk (al-raghbah) atas jenis yang berbeda-beda dan sesekali

berubah-ubah. Perubahan itu sesuai dengan kelimpahruahan atau kelangkaan

barang yang diminta (al-matlub). Sebuah barang sangat diinginkan jika

persediaannya sangat sedikit ketimbang jika ketersediaannya berlimpah.

b) Perubahannya juga tergantung pada jumlah para peminta (tullab). Jika

jumlah dari orang-orang yang meminta dalam satu jenis barang dagangan banyak,

harga akan naik dan akan terjadi sebaliknya jika jumlah

permintaannya kecil.

c) Itu juga akan berpengaruh atas menguat atau melemahnya tingkat kebutuhan atas

barang karena meluasnya jumlah dan ukuran dari kebutuhan, bagaimanapun besar

atau kecilnya.

d) Harga juga berubah-ubah sesuai dengan (kualitas pelanggan) siapa saja

pertukaran barang itu dilakukan (al- mu’awid). Jika ia kaya dan dijamin

membayar utang, harga yang rendah bisa diterima darinya, ketimbang yang

diterima dari orang lain yang diketahui sedang bangkrut, suka mengulur-ulur

pembayaran atau diragukan kemampuan membayarnya.

e) Harga itu dipengaruhi juga oleh bentuk alat pembayaran (uang) yang dugunakan

dalam jual beli. Jika yang digunakan umum dipakai (naqd ra’ji), harga akan lebih
rendah ketimbang jika membayar dengan uang yang jarang ada di peredaran.

(Islahi.1997)

Semua ibadah pada dasarnya akan menjadi haram jika tidak ada dalil yang

memerintahkannya, begitupun juga termasuk dalam bermuamalah atau bertransaksi

hukumnya halal kecuali ada dalil yang melarangnya, seperti halnya dalil yang berkaitan

dengan muamalah berikut sebagaimana firman Allah swt dalam surat an-Nisa ayat 29:

‫ون جِت َ َار ًة َع ْن‬ ْ ‫ِل إِاَّل أ‬


َ ‫َن تَ ُك‬ ِ ‫آم نُ وا اَل تَ أْ ُك لُ وا أ َْم َو الَ ُك ْم َب ْي نَ ُك ْم بِالْ بَ اط‬ َ ‫يَا أَيُّ َه ا الَّذ‬
َ ‫ِين‬
‫يم ا‬
ً ‫ِك ْم َر ِح‬ َ ‫ِن ُك ْم ۚ َو اَل َت ْق ُت لُ وا أَ ْن ُف َس ُك ْم ۚ إِنَّ اللَّهَ َك‬
ُ ‫ان ب‬ ٍ ‫َت َر‬
ْ ‫اض م‬
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu

dengan jalan yang batil (tidak benar. Kecuali dengan jalan perdagangan yang berlaku

atas suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu.

Sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu”.

Ulama fiqh sepakat menyatakan bahwa ketentuan penetapan harga ini tidak dijumpai di

dalam al-Qur‘an. Adapun dalam hadits Rasulullah saw, dijumpai beberapa riwayat yang

menurut logikanya dapat diinduksikan bahwa penetapan harga itu dibolehkan dalam

kondisi tertentu. Faktor dominan yang menjadi landasan hukum at-tas‘ir al-jabbari,

menurut kesepakatan para ulama fiqh adalah al-maslahah al-mursalah (kemaslahatan).

(Setiawan. Hal 91)

Artinya: Dari Anas bin Malik, ia berkata: Orang-orang berkata, ‚Wahai Rosulullah, harga

telah naik, maka tetapkanlah harga untuk kami.‛ Lalu Rosulullah SAW bersabda,

‚ sesungguhnya Allah yang menetapkan harga, yang mempersempit, dan yang


memperluas, dan aku berharap bertemu dengan Allah sedangkan salah seorang dari

kalian tidak menuntutku karena kezhaliman dalam darah atau harta‛. (HR. Abu Dawud)

Ulama fiqih menyatakan bahwa kenaikan harga yang terjadi di zaman Rasulullah saw

tersebut bukanlah karena tindakan sewenang-wenang dari para pedagang, tetapi karena

memang komoditas yang ada terbatas. Sesuai dengan hukum ekonomi apabila stok

terbatas, maka wajar barang tersebut naik. Oleh sebab itu, dalam keadaan demikian

Rasulullah saw tidak mau campur tangan membatasi harga komoditas tersebut.

(Setiawan. Hal 92)

5.2 Kualitas Produk Menurut Sudut Pandangan Islam

Produk yang dipasarkan merupakan senjata yang sangat bagus dalam

memenangkan persaingan apabila memiliki mutu atau kualitas yang tinggi. Sebaliknya

produk yang mutunya rendah akan sukar untuk memperoleh citra dari para konsumen.

Oleh karena itu produk yang dihasilkan harus diusahakan agar tetap bemutu baik

(Indriyo.2000).

Produk pada Al-Qur’an dinyatakan dalam dua istilah, yaitu al- tayyibat dan al-

rizq. Al-tayyibat merujuk pada suatu yang baik, suatu yang murni dan baik, sesuatu yang

bersih dan murni, sesuatu yang baik dan menyeluruh serta makanan yang terbaik. Al-rizq

merujuk pada makanan yang diberkahi tuhan, pemberian yang menyenangkan dan

ketetapan Tuhan. Menurut Islam produk konsumen adalah berdaya guna, materi yang

dapat dikonsumsi yang bermanfaat yang bernilai guna, yang menghasilkan perbaikan

material, moral, spiritual bagi konsumen. Sesuatu yang tidak berdaya guna dan dilarang

dalam Islam bukan merupakan produk dalam pengertian Islam. Barang dalam ekonomi
konvensional adalah barang yang dapat dipertukarkan. Tetapi barang dalam Islam adalah

barang yang dapat dipertukarkan dan berdaya guna secara moral(Zainal dkk hal.380)

Firman Allah swt dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 168 sebagai berikut :

ِ‫َّي طَ ان‬
ْ ‫ات الش‬ ِ ‫َّاس ُك لُ وا مِم َّا يِف ا أْل َ ْر‬
ِ ‫ض َح اَل اًل طَ يِّ بً ا َو اَل َت تَّبِعُ وا ُخ طُ َو‬ ُ ‫ۚ يَا أَيُّ َه ا الن‬

ٌ‫إِنَّهُ لَ ُك ْم َع ُد ٌّو ُم بِني‬


“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi,

dan janganlah kamu mengikuti langkahlangkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan

itu adalah musuh yang nyata bagimu.” .(Departemen Agama, Op Cit. Hlm 25)

Menurut Syaikh Imam Al-Qurthubi, dalam bukunya yang berjudulTafsir Al-

Qurthubi/Syeikh Imam Al-Qurthubi,makna kata halal itu sendiri adalah melepaskan atau

membebaskan. Dan kata ini disebut halal karena ikatan larangan yang mengikat sesuatu

itu telah dilepaskan. Sahal bin Abdillah mengatakan : ada tiga hal yang harus dilakukan

jika seseorang ingin terbebas dari neraka, yaitu memakan makanan yang halal,

melaksanakan kewajiban, dan mengikuti jejak Rasulullah saw. Kemudian janganlah

kamu mengikuti langkah dan perbuatan syetan. Dan setiap perbuatan yang tidak ada

dalam syariat maka perbuatan itu nisbatnya kepada syetan. Allah swt juga

memberitahukan bahwa syetan adalah musuh dan tentu saja pemberitahuan dari Allah

swt adalah benar dan terpercaya. Oleh karena itu bagi setiap makhluk yang memiliki akal

semestinya berhati-hati dalam menghadapi musuh ini yang telah jelas sekali

permusuhannya dari zaman nabi Adam AS. Syetan telah berusaha sekuat tenaga,
mengorbankan jiwa dan sisa hidupnya untuk merusak keadaan anak cucu Adam As

(Imam Al-Qurthubi.2007).

Kualitas produk mendapat perhatian para produsen dalam ekonomi Islam dan

ekonomi konvensional. Akan tetapi terdapat perbedaan signifikan diantara pandangan

ekonomi ini dalam penyebab adanya perhatian masingmasing terhadap kualitas, tujuan

dan caranya. Sebab dalam ekonomi konvensional, produsen berupaya menekankan

kualitas produknya hanya semata-mata untuk merealisasikan tujuan materi. Boleh jadi

tujuan tersebut merealisasikan produk yang bisa dicapai dengan biaya serendah mungkin,

dan boleh jadi mampu bersaing dan bertahan dengan produk serupa yang diproduksi

orang lain. Karena itu acapkali produk tersebut menjadi tidak berkualitas, jika beberapa

motivasi tersebut tidak ada padanya; seperti produk tertentu yang ditimbun karena tidak

dikhawatirkan adanya persaingan. Bahkan seringkali mengarah pada penipuan, dengan

menampakkan barang yang buruk dalam bentuk yang nampaknya bagus untuk

mendapatkan keuntungan setinggi mungkin. Firman Allah swt dalam Al-Quran surat Al-

Mulk ayat 2 sebagai berikut:

‫ت َو ْٱل َح َي ٰو َة لِ َيبْل ُ َو ُك ْم أَ ُّي ُك ْم أَحْ َسنُ َع َماًل ۚ َوه َُو ْٱل َع ِزي ُز ْٱل َغفُو ُر‬
َ ‫ٱلَّذِى َخلَ َق ْٱل َم ْو‬
“ yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu

yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,”

Ayat diatas menjelaskan bahwa ujian Allah adalah untuk mengetahui siapa di antara

hamba-hamba-Nya yang terbaik amalnya, lalu dibalas-Nya mereka pada tingkatan yang

berbeda sesuai kualitas amal mereka; tidak sekedar banyaknya amal tanpa menekankan

kualitasnya.

Berdasarkan keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa kualitas produksi adalah satu-
satunya cara yang mubahyang mungkin diikuti produsen muslim dalam memproses

produknya dan meraih keuntungan setinggi mungkin dengan biaya serendah mungkin.

Motivasi kualitas produk mendapat perhatian besar dalam ilmu fiqih Umar Radhiyallahu

Anhu, yang dapat ditunjukkan dari beberapa bukti sebagai berikut diantaranya :

a) Umar menyerukan untuk memperbagus pembuatan makanan, seraya mengatakan,

“ Perbaguslah adonan roti ; karena dia salah satu cara mengembangkannya,”

Artinya, perbaguslah adonan roti dan perhaluslah ; karena demikian itu

menambah berkembangnya roti dengan air yang dikandungnya.

b) Umar Rhadiyallahu Anhu memberikan pengajaran secara rinci kepada kaum

perempuan tentang pembuatan makanan yang berkualitas, seraya mengatakan,

“janganlah seseorang diantara kamu membiarkan tepung hingga airnya panas,

kemudian meninggalkannya sedikit demi sedikit, dan mengaduknya dengan

centongnya ; sebab demikian itu akan lebih bagus baginya dan lebih

membantunya untuk tidak mengeriting.( Jaribah bin Ahmad Al-Haritsi. 2006)

5.3 Kepuasan Pelanggan Menurut Sudut Pandangan Islam

Islam mengajarakan kepada umatnya untuk saling tolong menolong dalam hal

kebaikan antara satu dengan yang lainnya, begitu juga dalam hal muamalah. Muslim

harus qona’ah mengenai hal-hal yang sudah didapatkan dan tidak diperbolehkan

menggunakan prinsip yang tidak syar’I dengan alasan ingin mendapatkan harta lebih

banyak walaupun untuk menghidupi keluarga. Dalam At-Taubah : 59 dijelaskan bahwa :

ُ‫اه ُم اللَّهُ َو َر ُس ولُ هُ َو قَ الُ وا َح ْس ُب نَ ا اللَّهُ َس ُي ْؤ تِينَ ا اللَّه‬


ُ َ‫ض وا َم ا آت‬ ُ ‫َو لَ ْو أَن‬
ُ ‫َّه ْم َر‬
‫ون‬
َ ُ‫ض لِهِ َو َر ُس ولُ هُ إِنَّا إِىَل اللَّهِ َر اغِب‬
ْ َ‫ِم ْن ف‬
“Dan (amatlah baiknya) kalau mereka berpuas hati dengan apa yang diberikan oleh

Allah dan RasulNya kepada mereka, sambil mereka berkata: "Cukuplah Allah bagi

kami Allah akan memberi kepada kami dari limpah kurniaNya, demikian juga RasulNya

sesungguhnya kami sentiasa berharap kepada Allah" ( Ibid.,196)

Sebuah transaksi ekonomi pasti tak terlepas dari penjualan dan pembelian yang mana hal ini

digambarkan dalam bentuk kepuasan pelanggan terhadap produk atau jasa yang diperoleh dari

penjualan. Berkaitan dengan penyediaan layanan pelanggan, Islam telah mengatur bagaimana

cara untuk menghasilkan layanan yang berkualitas bagi pelanggannya. Pencapaian kualitas

layanan yang terbaik pada organisasi atau perusahaan memerlukan dasar bangunan manajemen

Islam yang kokoh atau disebut juga ”Total Islam Quality” (TIQ), dimana dasar bangunan

tersebut bersumber dari Al-qur’an dan Hadist, dan dapat terbentuk jika ada instrumen-instrumen

berikut, yaitu:

a) Harus didasari oleh kesabaran yang kuat

b) Komitmen jangka panjang.

c) Perbaikan kualitas layanan terus menerus.

d) Kerjasama dan hormat/respek terhadap setiap orang.

e) Pendidikan dan latihan.

5.4 Keputusan Pembelian Menurut Sudut Pandangan Islam

Perilaku konsumen muslim adalah yang dapat merasakan, ketika seorang konsumen

muslim yang beriman dan bertaqwa mendapatkan penghasilan rutinnya, baik harian,

mingguan ataupun bulanan tidak berfikir pendapatan yang diraihnya itu dihabiskan atau

dikonsumsi semuanya untuk dirinya sendiri, tetapi atas kesadarannya bahwa dia hidup di

dunia ini semata untuk mencari ridho Allah.


Pembelanjaan yang dianjurkan dalam Islam adalah yang digunakan untuk memenuhi

“kebutuhan” dan melakukan secara rasional. Konsumsi merupakan bagian yang tak

terpisahkan dari perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Dalam Islam keputusan pembelian dikenal dengan kata khiyar, yang artinya mencari

yang terbaik diantara dua pilihan, yaitu meneruskan atau membatalkan jual beli.

(Ahmad.2013)

Dengan demikian khiyar dalam pengertian Bahasa dapat berarti memilih dan menentukan

sesuatu yang terbaik dari dua hal atau lebih untuk dijadikan pegangan dan pilihan.

Dalam Islam proses pengambilan keputusan ini diterangkan dalam beberapa ayat Al-

Quran yang lebih bersifat umum, artinya bisa diterapkan dalam segala aktivitas. Selain itu

konsep pengambilan keputusan dalam Islam lebih ditekankan pada sikap adil, dalam

Islam adil didefinisikan sebagai “tidak menzalimi dan tidak dizalimi” yaitu pelaku

ekonomi tidak boleh untuk mengejar keuntungan pribadi bila hal itu merugikan orang

lain (Karim.2016). Hal ini disandarkan pada contoh sikap hakim yang harus tegas dan

adil dalam memutuskan suatu perkara peradilan. Ayat ini juga menjelaskan kepada kita

semua jika kita telah memutuskan sesuatu, kita harus bertawakkal kepada Allah.

Sebagaimana firman Allah dalam surah Ali-Imran:159 berikut:

‫ض وا ِم ْن‬
ُّ ‫ب اَل ْن َف‬ َ ‫ت فَ ظًّ ا َغ ل‬
ِ ‫ِيظ الْ َق ْل‬ ٍ
َ ‫ت هَلُ ْم ۖ َو لَ ْو ُك ْن‬
َ ‫ِم ا َر مْح َ ة ِم َن اللَّهِ ل ِْن‬
َ ‫فَ ب‬
‫ت َف َت َو كَّ ْل‬ َ ‫او ْر ُه ْم يِف ا أْل َ ْم رِ ۖ فَ إ‬
َ ‫ِذ ا َع َز ْم‬ ِ ‫ِر هَلُ ْم َو َش‬
ْ ‫اس َت ْغ ف‬
ْ ‫ف َع ْن ُه ْم َو‬
ُ ‫اع‬
ْ َ‫ِك ۖ ف‬
َ ‫َح ْو ل‬

َ‫ب الْ ُم َت َو ِّك لِني‬


ُّ ِ‫َع لَ ى اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ حُي‬
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada- Nya.”
Selain itu, di dalam Al-Quran juga dijelaskan tentang sikap hati-hati dalam

menerima informasi seperti firman Allah dalam surah Al-Hujurat:6

‫ص يبُ وا َق ْو ًم ا‬ ْ ‫اس ٌق بِنَ بَ ٍإ َف تَ َب يَّنُ وا أ‬


ِ ُ‫َن ت‬ ِ َ‫ِن َج اءَ ُك ْم ف‬
ْ ‫آم نُ وا إ‬ َ ‫يَا أَيُّ َه ا الَّذ‬
َ ‫ِين‬
ٍ ‫جِب‬
َ‫ِم ني‬
ِ ‫ِح وا َع لَ ٰى َم ا َف َع ْل تُ ْم نَاد‬
ُ ‫صب‬
ْ ُ‫َ َه الَ ة َف ت‬

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang

fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan

suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan

kamu menyesal atas perbuatanmu itu” (Departemen Agama RI Al-Qur’an dan

Terjemahan). Dari kedua ayat di atas dapat diketahui bahwa sebagai umat Islam

hendaknya berhati-hati sebelum memutuskan untuk memilih suatu produk. Ibnu Katsir

rahimahullah dalam Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim berkata, “Allah Ta’ala memerintahkan

untuk melakukan kroscek terhadap berita dari orang fasik. Karena bisa jadi berita yang

tersebar adalah berita dusta atau keliru.” Ayat ini juga dapat disandarkan dengan sikap

hati-hati umat Islam dalam mengambil keputusan untuk membeli dan menggunakan suatu

produk. Sesuai dengan teori sebelumnya, ada beberapa tahapan yang harus dilalui

seseorang sebelum memutuskan untuk membeli suatu produk, dimulai dari pengenalan
kebutuhan, pencarian informasi, pemilihan alternative, pengambilan keputusan dan

perilaku pasca pembelian.(Abdullah dkk.2012).

Berdasarkan teori yang telah dipaparkan sebelumnya, terdapat beberapa peran dalam

keputusan pembelian, yaitu initiator, influencer, decider, buyer dan user.

Teori-teori tersebut secara tidak langsung mendukung ayat ini, dimana ketika kita

menerima informasi ataupun ingin mengambil suatu keputusan, kita harus melalui

tahapan-tahapan yang ada. Kita juga harus mencari tahu informasi tersebut dari berbagai

macam sumber, tidak percaya dengan satu sumber saja.

5.5 Analisa Pengaruh harga, kualitas produk, kepuasan pelanggan terhadap keputusan

pembelian.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap pelanggan KFC kali malang,diperoleh hasil bahwa

Harga,kualitas produk dan kepuasan pelanggan berpengaruh secara signifikan dan positif

terhadap keputusan pembelian produk ayam KFC kalimalang.

Harga merupakan salah satu pertimbangan konsumen KFC kalimalang dalam

menentukan pemilihan produk yang akan dibeli. Selain harga pelanggan KFC kalimalang

juga mempertimbangkan kualiats produk sebelum memutuskan untuk membeli produk

tersebut. KFC menerapkan harga yang transparan dan terjangkau oleh semua kalangan,

KFC juga berhasil membangun image bahwa kualitas ayam KFC memiliki standar

kualitas yang baik,bahan baku kaya akan gizi dan tidak berbahaya sehingga meyakinkan

sesuai dengan syariat Islam yaitu tidak membohongi deskripsi dari kualitas produk

dengan cara melebih-lebihkan standart kualitas. Dengan harga yang terjangkau dan

kualitas produk yang baik serta image perusahaan yang kuat, baik, dan terpercaya

sehingga KFC dapat diterima dengan mudah oleh masyarakat, membuat konsumen KFC
merasakan kepuasan dan merasakan nilai yang baik dari produk KFC dan memunculkan

sisi positif yang diterima sehingga konsumen berkeinginan secara terus-menerus

menggunakan produk tersebut. Setelah tercapainya sisi positif yang diharapkan dan

menghasilkan kepuasan bagi pelanggan. Sehingga konsumen akan terus melakukan

pembelian di KFC kalimalang.

BAB VI

KESIMPULAN & SARAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini menguji untuk mengetahui pengaruh pengaruh harga, kualitas

produk, dan kepuasan pelanggan terhadap keputusan pembelian Ayam KFC di KFC

Kalimalang Jakarta Timur. Berdasarkan hasil penelitian, penulis mengambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa variabel Harga berpengaruh secara

signifikan terhadap Keputusan pembelian. Hal ini menunjukan bahwa harga menjadi

salah satu pertimbangan bagi konsumen dalam menentukan keputusan pembelian.

Dengan demikian hipotesa H1 yang menyatakan bahwa “Harga berpengaruh secara

signifikan terhadap keputusan pembelian” dapat diterima.

2. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa variabel kualitas produk berpengaruh secara

signifikan dan positif terhadap Keputusan pembelian. Artinya semakin baik kualitas

produk maka keputusan untuk melakukan pembelian semakin tinggi. Dengan demikian
hipotesa H2 yang menyatakan bahwa “kualitas produk berpengaruh secara signifikan

terhadap keputusan pembelian” dapat diterima.

3. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Kepuasan pelanggan berpengaruh secara

signifikan dan positif terhadap Keputusan pembelian. Dengan demikian hipotesa H3

yang menyatakan bahwa “Kepuasan pelanggan berpengaruh secara signifikan

terhadap keputusan pembelian” dapat diterima.

4. Berdasarkan hasil pengujian secara simultan, variabel Harga, Kualitas produk,

Kepuasan pelanggan secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap

Keputusan pembelian (Y). Dengan demikian hipotesa H4 diterima.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka diajukan

saran-saran sebagai pelengkap terhadap hasil penelitian yang dapat diberikan sebagai

berikut:

1. Bagi perusahan

Banyaknya pesaing dikategori ayam goreng KFC dipasaran, KFC diharplan tetap

memperhatikan penetapan harga yang dilakukan oleh pesaing sehingga tetap

dapat bersaing dipasaran. Kualitas produk KFC perlu untuk terus ditingkatkan

dengan melakukan product development sehingga tetap mampu menjadi

preferensi utama dikategori ayam goreng siap saji, sehingga konsumen selalu

puas dengan sajian KFC.

2. Bagi penelitian selanjutnya


Pada penelitian ini hanya focus di KFC Kalimalang Bekasi, dengan sampel 100

responden yang merupakan pelanggan KFC kalimalang, Dengan 3 variabel

indepeden yaitu kualitas produk, harga, kepuasan pelanggan. Sebaiknya

penelitan selanjutnya menambahkan variable lain yang juga berpengarih

terhadap keputusan pembelian selain kualitas produk, harga dan kepuasan

pelanggan sehingga diharapkan penelitian lebih maksimal.

Anda mungkin juga menyukai