Oleh
NYCODEMUS SESA
0110840032
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2016
1
2
Oleh :
NYCODEMUS SESA
0110840032
Dosen Pembimbing :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2016
3
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima oleh Panitia Ujian Karya Tulis Ilmiah
Pada
Hari : Selasa
Mengesahkan
Universitas Cenderawasih
Ketua Sekertaris
Tim Penguji
HALAMAN PERSEMBAHAN
dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan
Karya Tulis Ilmiah ini penulis persembahkan untuk pabs, mama, kakak, dan adik
yang sangat di cintai, yang selalu mendukung dan menjadi motivasi penulis untuk
KATA PENGANTAR
5
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala
kasih dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
(KTI) dengan judul Perforasi Membran Timpani yang merupakan salah satu
dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini
dengan rasa hormat penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan
3. dr. Trajanus L. Jembise, Sp.B selaku Dosen pembimbing I dan dr. Astrina
Tenggorakan Kepala & Leher (THT-KL) yang telah memberikan ilmu, saran
5. Kedua orang tua tersayang Yohan Sesa dan Alma. Costantina Pariaribo yang
6. Kakak dan adik-adik tercinta yang selalu mendukung memberi masukan, dan
perhatiannya.
6
Patrick, Ita, Anugrah, Winner. Terima kasih untuk cinta yang tak lengkang
oleh waktu
9. Sahabat-sahabat yang selalu ada dalam suka dan duka: Gian, Bryan, Olivia,
Joice, Adit, Lusia dan Dion. Terima kasih karena selalu menyemangati,
10. Teman-teman FK angkatan 10 (Tahun 2011) yang tidak bisa penulis sebutkan
satu persatu, terima kasih atas doa, dukungan, dan kebersamaan kita selama
masa-masa kuliah.
11. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan KTI ini yang tidak
banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
kasih karuniaNya kepada kita semua dan semoga KTI ini dapat memberikan
Penulis
7
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………… i
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………… ii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………… iv
DAFTAR ISI……………………………………………………………………… vi
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………… . ix
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………… 1
BAB II ISI………………………………………………………………………… 5
2.1 Definisi………………………………………………………………… 5
2.1.2 Klasifikasi………………………………………………….……. 10
2.2 Epidemiologi…………………………………………………………. 12
2.3 Etiologi………………………………………………………………… 12
2.4.1 Anamnesa……………………………………………………….. 13
2.6 Terapi…………………………………………………………………... 18
2.6.1 Farmakoterapi…………………………………………………… 19
2.7 Komplikasi…………………………………………………………....... 21
2.8 Rehabilitasi……………………………………………………………... 22
2.9 Prognosis……………………………………………………………...... 23
2.10 Edukasi…………………………………………………………………. 23
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………. 25
3.2 Saran…………………………………………………………………… 27
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….. 28
DAFTAR TABEL
9
Halaman
DAFTAR GAMBAR
10
Halaman
Gambar 2.8 Penerusan Energi Suara Melalui Suara Kopling Osikuler Dan
Kopling Akustik ……………………………………...………... 22
BAB I
11
PENDAHULUAN
menyerap informasi sebesar 10% (Depkes, 2010: 1). Oleh sebab itu penting
antaranya terdapat di Asia Tenggara (Depkes, 2010: 1). Saat ini WHO
pendengaran, 328 juta (91%) diantaranya adalah orang dewasa (183 juta laki
laki, 145 juta perempuan) dan 32 juta (9%) adalah anak-anak (Depkes, 2013:
1).
lahir/kongenital (0,1%) dan tuli akibat pemaparan bising (Depkes, 2010: 1).
luar dari telinga tengah dan mempresepsikan suara atau informasi yang
dan kontunitas dari kondisi tersebut. Tatalaksana yang dilakukan harus cepat
dan tepat. Setelah itu, observasi dan evaluasi tentang penyebab cedera
terapi pendahuluan pada keadaan yang bukan gawat darurat. Lulusan dokter
timpani.
kedokteran ke depannya.
ISI
2.1 Definisi
Telinga terbagi menjadi tiga bagian besar yaitu, telinga luar, telinga
a. Telinga luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga (aurikula atau pinna), liang
2014:3). Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit.
pada seluruh kulit liang telinga. Pada dua pertiga bagian dalam
15
16
dari dua bagian yang disebut pars tensa dan pars flaksida. Bagian
utama dari membran timpani yaitu pars tensa dengan luas sekitar 55
adalah bagian yang paling kecil dari membran timpani yaitu pars
atas lipatan maleolar dan lebih tebal dari pada pars tensa. Membran
17
Lapisan ini terdiri dari dua lapisan jaringan ikat: lapisan luar dari
18
garis searah dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak
b. Telinga tengah
c. Telinga dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua
setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari tiga buah kanalis
20
membran ini terletak organ corti. Pada skala media terdapat bagian
membran basalis melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut
dalam, sel rambut luar, dan kanalis corti, yang membentuk organ
2.1.2 Klasifikasi
pars tensa, sedangkan di seluruh tepi perforasi masih ada sisa membran
daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau
sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion
14,17).
2.2 Epidemiologi
membran timpani yaitu 6,80 per 1.000 orang (Wani, 2016: 101). Pada
timpani dengan 62% kasus adalah infeksi dan malfungsi auditory tube, 28%
2.3 Etiologi
a. Infeksi
akibat kurang penanganan seperti, otitis media dan otitis media efusi
b. Trauma
c. Iatrogenik
api, jepit rambut, tes kalori) dan terapi oksigen hiperbarik (Al-Juboori,
2014: 1).
2.4.1 Anamnesa
e. Vertigo
f. Aural fullness
51), eritema atau pus keluar dari liang telinga pada keadaan infeksi
jenis penala 512 Hz, 1024 Hz, 2048Hz (Soetirto, 2014: 17-18).
Cara pemeriksaan :
gigi seri atau dagu). Apabila bunyi penala terdengar lebih keras
2014: 18).
Diagnosis telinga
Tes Rinne Tes Weber Tes Schwabach
yang diperiksa
Tidak ada Sama dengan
Positif Normal
lateralisasi pemeriksa
Lateralisasi ke
Negatif telinga yang Memanjang Tuli konduktif
sakit
Lateralisasi ke
Tuli
Positif telinga yang Memendek
Sensorineural
sehat
27
ini dipakai grafik air conduction (AC) yaitu dibuat dengan garis
lurus penuh (intensitas diperiksa antara 125 – 8000 Hz) dan grafik
diperiksa : 250 – 4000 Hz). Untuk telinga kiri dipakai warna biru,
gangguan telinga luar dan telinga tengah lebih khusus pada kasus
2016: 43).
diantaranya adalah:
52).
2.6 Terapi
sesuai dengan ukuran, lokasi yang terkena pada permukaan membran timpani
dan kaitannya dengan keadaan patologi (L.O, 2016: 42). Kebanyakan kasus
perforasi akut akibat infeksi akan sembuh secara spontan dengan kultur
bakteri dan pemberian antibiotik yang sesuai (Patel, 2011: 37). Hasil-hasil
29
spontan dalam jangka waktu 3 bulan dari kejadian trauma. Selain mendapat
2.6.1 Farmakoterapi
adalah kunci utama dari pengobatan (L.O, 2016: 43). Dan dibantu
dengan dosis 3 kali 250-500 mg sehari untuk dosis dewasa dan sirup
dosis 3 kali 125 mg/ 5 mL sehari untuk dosis anak selama seminggu
2009: 515) dan rajin melakukan kontrol dengan dokter spesialis THT-
beberapa minggu saja untuk sembuh (Patel, 2011: 38). Pada keadaan
perforasi kronik.
.
30
persisten lebih dari tiga bulan. Jika pasien asimtomatik dengan telinga
timpani:
(Munilson, 2012).
2.7 Komplikasi
Perforasi kecil membran timpai tanpa kelainan lain di telinga tengah akan
Untuk perforasi sebesar satu milimeter, gangguan hanya terbatas, yaitu pada
nada di bawah 400 Hz sebesar 12 dB untuk nada 100 dan 200, 29 dB untuk
Efek kedua adalah akibat energi suara yang langsung ke tingkap bulat
tanpa dihambat oleh membran timpani. Efek itu akan semakin besar
timpani akan semakin kecil efek hidraulik yaitu kopling osikuler sehingga
yang tersisa hanya kopling akustik, akibatnya tenaga suara mencapai ke dua
jendela dengan tenaga dan saat yang hampir sama. Hal terakhir akan
menyebabkan air bone gap (ABG) sebesar maksimal 42 dB. Secara umum
akan terjadi, akan tetapi hubungan ini secara klinis tidak konsisten (Helmi,
2005: 48).
Gambar 2.8. Penerusan energi suara melalui suara Kopling Osikuler dan
Kopling Akustik pada telinga dengan perforasi membran
timpani (a) perforasi kecil (b) perforasi besar
(Dikutip dari Helmi, 2005: 48)
2.8 Rehabilitasi
2.9 Prognosis
prognosis baik yaitu sembuh secara spontan dengan fungsi membran timpani
yang kembali normal (Westphal, 2013: 122). Dua faktor utama yang menjadi
2.10 Edukasi
penting untuk menjaga telinga yang terganggu dengan menghindari air masuk
merupakan masalah utama pada populasi kita dan etiologi yang paling sering
34
dari perforasi membran timpani adalah trauma dan infeksi. Ini adalah
PENUTUP
2.11Kesimpulan
2. Insidensi pertahun dari perforasi membran timpani yaitu 6,80 per 1.000
orang.
pendengaran pada telinga yang terganggu, vertigo, aural fullnes dan pada
itu pada hasil pemeriksaan tes pendengaran (tes penala dan audiometer)
sensorineural.
serumen
35
36
Mastoidectomy.
adalah energi suara yang langsung ke tingkap bulat tanpa dihambat oleh
membran timpani sehingga terjadi air bone gap sebesar 42 dB. Semakin
wicara.
baik yaitu 90% sembuh secara spontan dengan fungsi membran timpani
10. Edukasi pada pasien perforasi membran timpani yaitu dengan tetap
tetap kering dan lebih berhati-hati pada saat pengeluaran benda asing dari
telinga.
2.12Saran
dan informasi yang lebih lengkap serta akurat tentang Perforasi Membran
Timpani.
Timpani dan mengenali gejala awal dari agar dapat segera mencari
DAFTAR PUSTAKA
Bickley, Lynn S & Szilagyi Peter G. 2013. Bates Buku Ajar Pemeriksaan, Fisik &
Riwayat Kesehatan. Edisi 8. EGC, Jakarta: 198,201.
Dhingra, PL. Dhingra, Shruti. Dhingra, Deeksha. 2014. Diseases of Ear, Nose and
Throat & Head and Neck Surgery. Edisi 6. Elsevier, India: 3.
Djaafar, Z.A. Helmi. Restuti, R.D. 2014. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi 7. Badan Penerbit FK UI, Jakarta:
59,60-63,67.
Hafil, Alfian F. Sosialisman. Helmi. 2014. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi 7. Badan Penerbit FK UI, Jakarta:
51-52-54.
Helmi. 2005. Otitis Media Supuratif Kronik Pengetahuan Dasar Terapi Medik
Mastoidektomi Timpanoplasti. Badan Penerbit FK UI, Jakarta: 48.
Lou, Z.C. Lou, Z.H. Zhang, Q.P. 2012. Traumatic Tympanic Membrane
Perforations: A Study Of Etiology And Factors Affecting Outcome. American
Journal of Otolaryngology: 549.
Priyono, Harim. Widiarni, Dini. Yanti, Afrina. 2012. Miringoplasti Tandur Lemak
Autologus: Alternatif Pilihan Miringoplasti Di Poliklinik. Departemen THT-
KL FK UI RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta: 4-5.
Soetirto, Indro. Hendarmin, Hendarto. Bashiruddin, Jenny. 2014. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi 7. Badan
Penerbit FK UI, Jakarta: 10-14,17-19,21.
40
Suwento, Ronny & Hendarmin, Hendarto. 2014. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi 7. Badan Penerbit FK UI,
Jakarta: 38.
Wani, Asef. Rehman, Ayaz. Lateef, Saud. Malik, Reyaz. Ahmed, Asif. Ahmad,
Waseem. et al. 2016. Traumatic Tympanic Membrane Perforation: An
Overview. Vol 22. Issue 2. Indian Journal of Otology, India: 101,103.
Westphal, Luiz F. de Sousa, Renato Telles. de Lima, Luiz Carlos Nadaf. de Lima,
Luis Carlos. da Silva, Márcia dos Santos. 2013. Tympanic Membrane
Perforation Caused By Traumatic Asphyxia.Brazilian Journal of
Otorhinolaryngology: 122.
Istiantoro, Yati H & Gan, Vincent H.S. 2009. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5.
Badan Penerbit FK UI, Jakarta: 673.