PENDALAMAN
MATERI
Juli 2022
TB anak Bronkiolitis
Pneumonia Pertussis
SKDI 4
TUBERKULOSIS ANAK
Tatacara:
• 0,1 ml intrakutan di bagian volar lengan bawah.
• Pembacaan 48-72 jam setelah penyuntikan
Cara pembacaan indurasi:
• Pembacaan: tegak lurus dengan arah
penyuntikan
• 0 - 5 mm : negatif
• 5 - 9 mm : meragukan
• ≥ 10 mm : positif
Bila Negatif:
• Tidak ada infeksi TB
• Masa inkubasi
• Anergi
SKDI 4
TUBERKULOSIS ANAK
Bila INH
OAT lepas tidak boleh
dikombinasikan dengan
digerus bersama dan
Rifampisin, dosis INH
dicampur dalam satu
tidak boleh melebihi 10
puyer
mg/kgBB/hari
Inflamasi bronkiolus
Etiologi:
• Paling sering adalah respiratory syncytial virus (RSV)
• Virus lainnya: rhinovirus, influenza, parainfluenza, dan
adenoviruses
Diagnosis tegak dari inspeksi dan laju Klasifikasi Derajat Pneumonia (WHO)
napas Bayi < 2 bulan Anak 2 bulan - 5 tahun
Berat Sangat Berat Ringan* Berat Sangat Berat
Anamnesis Tachypnea Letargis, sulit Letargis
feeding
• Awal : Demam, bapil Tachypnea Retraksi
• Takipneu, sesak napas Retraksi Bradypnea Sulit feeding
• Napas cepat Rawat inap untuk pneumonia berat dan sangat berat
• Retraksi interkostal, supraklavikular • Antibiotik IV :
•Head bobbing • Ampicillin 4x 50 mg/kg/kali dan Gentamycin 1x 7.5 mg/kg/kali
•Grunting, apnea intermiten (ranap) • Ceftriaxone 50-100 mg/kg/hari dalam 1-2 dosis , maks 2 gram
•Sianosis (ranap)
•Dehidrasi (ranap) Antipiretik (paracetamol)
• SpO2 wajib dicek (< 92% indikasi ranap)
Terapi suportif oksigen, nutrisi(NGT bila perlu), cairan
PP : X ray toraks wajib untuk rawat inap dan curiga komplikasi rumatan (Holliday Segar)
atelektasis
Kliegman, et al. Nelson textbook of pediatrics. 20th ed. Philadelphia: Elsevier; 2016
SKDI 4
CROUP (LARYNGOTRAKEITIS)
Infeksi virus (seringkali Parainfluenzae) di saluran nafas atas yang Pemeriksaan Penunjang
menyebabkan penyumbatan akibat edema jaringan ikat
• X-foto AP leher
• DPL : limfositosis
Anamnesis
Tatalaksana
• Stridor (at rest)
• Demam • Steroid injeksi (dexamethasone 0.15-0.6
• Barking cough dan suara serak SERING mg/kg/hari IV, dosis tunggal, maks 16 mg)
• Takipneu, sesak napas KELUAR • Nebulisasi epinephrine (1:1000 ; 2 mL dlm 2 mL
• Sulit makan minum (karena sesak nafas)--> DI NS→ 20 min)
dehidrasi
•Napas cuping hidung, retraksi intercostal, UKMPPD • Suportif:
suprasternal • Oksigen, NGT bila perlu
• Indikasi rawat di ICU:
• SpO2 <=92% dengan terapi oksigen
Pemeriksaan Fisik • Perburukan status pernapasan
• Napas cepat + stridor inspiratotik
• Retraksi dinding dada STEEPLE SIGN
•Sianosis (berat)
• SpO2 wajib dicek a pencil-point sign or pencil sign
•Umumnya jarang tampak “toksik” or wine bottle sign)
→ subglottic narrowing
Kliegman, et al. Nelson textbook of pediatrics. 20th ed. Philadelphia: Elsevier; 2016
SERING SKDI 3A
EPIGLOTITIS KELUAR
DI
UKMPPD
• Infeksi akibat bakteri (Haemophilus
influenzae type B (Hib), H.
parainfluenzae, Strep pneumoniae)
• Gejala sangat mirip dengan Croup
Pembeda : drooling berlebihan,
dysphagia, suara serak (triad) posisi
tripod, tampak toksik
Gejala memburuk dalam 8-12 jam
Berdasarkan kondisi tersebut, hal apakah yang seharusnya dilakukan kepada pasien?
a. Observasi
b. Skoring TB dan profilaksis INH
c. Imunisasi BCG dan skoring TB
d. Imunisasi TB dan profilaksis INH
e. Pengobatan TB
QUIZ TIME #1
An.Taki, laki-laki usia 3 tahun datang ke puskesmas tanpa keluhan. Ayah pasien saat ini
tengah menjalani pengobatan TB paru BTA (+) bulan ke-2. Saat kecil pasien telah
mendapatkan imunisasi BCG.
Berdasarkan kondisi tersebut, hal apakah yang seharusnya dilakukan kepada pasien?
a. Observasi
b. Skoring TB dan profilaksis INH
c. Imunisasi BCG dan skoring TB
d. Imunisasi TB dan profilaksis INH
e. Pengobatan TB
QUIZ TIME #2
Anak 2 tahun datang dibawa ke IGD dengan keluhan sesak napas sejak 4 hari yang lalu.
Sebelumnya pasien mengalami batuk, pilek disertai demam sekitar 7 hari yang lalu. Tidak
ada riwayat tersedak. Dari pemeriksaan fisik, nadi 145x/menit, RR 55x/min, T 38.5 C,
wheezing -/-. ronki basah kasar +/+, SpO2 94%. Dari hasil pemeriksaan X ray toraks,
tampak konsolidasi dan patchy infiltrate bilateral.
Definisi:
- Penyakit paru obstruktif
- Hiperreaktivitas bronkus
- Inflamasi kronik saluran napas
Penunjang baku emas: Spirometri Penunjang sederhana: Arus Puncak Ekspirasi (Peak Flow
1. Gambaran obstruksi (pre-bronkodilator) Meter)
-FEV1/FVC <75% 1. Peningkatan 60 lpm atau >= 20%
-FEV1 < 80% 2. dibanding pre-BD, Variasi Diurnal > 20%
2. FEV1/FVC post-BD >70%,
FEV1 post-BD >12% dan >200mL
SKDI 4A
ASMA
Derajat
SERANGAN AKUT
Asma
SKDI 4A
ASMA
Tatalaksana Serangan Asma
SKDI 3B
SKDI 4A
ASMA
SKDI 4A
ASMA
Golongan Obat Sediaan Obat Dosis Dewasa Keterangan
Antikolinergik
Ipratropium bromide - IDT 20 mcg/ semprot - 40 mcg, 3-4 x/ hari - Diberikan kombinasi dengan agonis beta-2 kerja
- Solutio 0,25 mg/ ml 0,25 mg, setiap 6 singkat, untuk mengatasi serangan
(0,025%) (nebulisasi) jam - Kombinasi dengan agonis beta-2 pada
pengobatan jangka panjang, tidak ada manfaat
tambahan
Kortikosteroid sistemik
Metilprednisolon Tablet 4 , 8, 16 mg 4-40 mg/ hari, dosis Pemakaian jangka panjang dosis 4-5mg/ hari atau 8-10
tunggal atau terbagi mg selang sehari untuk:
- mengontrol asma
Short-course : 20-40 mg - pengganti steroid inhalasi (pada kasus yang tidak
/hari dosis tunggal atau dapat/ mampu menggunakan steroid inhalasi)
terbagi selama 3-10 hari
Metilxantin
Aminofilin Tablet 130 mg, 150 mg, 200 3-5 mg/kgBB 3-4x per hari Kombinasi dengan agonis beta-2 kerja singkat (masing-
mg masing dosis minimal), meningkatkan efektivitas dengan
efek samping minimal
SKDI 4A
ASMA
Golongan Obat Sediaan Obat Dosis Dewasa Keterangan
SABA Salbutamol Salbutamol Salbutamol
- IDT 100 mcg/semprot - Inhalasi 200 mcg 3-4x / hari - Untuk mengatasi eksaserbasi,
- Nebules/solutio 2,5mg/2mL, 5mg/mL - Oral 1-2 mg 3-4x / hari dosis pemeliharaan sekitar 3-4x /
1. Salbutamol - Tablet 2mg, 4mg hari
(Albuterol) - Sirup 1mg,2mg/5mL
Salmeterol Salmeterol
1. Salmeterol - IDT 25 mcg/ semprot 2 – 4 semprot, 2 x / hari
- Rotadisk 50 mcg
ICS Flutikason propionat Flutikason propionat Dosis bergantung kepada derajat berat
1. Flutikason - IDT 50, 125 mcg/ semprot - 125 – 500 mcg/ hari asma
propionat
Budesonide Budesonide Sebaiknya diberikan dengan spacer
1. Budesonide - IDT , Turbuhaler 100, 200, 400 mcg - 100 – 800 mcg/ hari
sejawat.id 0877-4876-3742
n
GINA 2021
SKDI 4A
ASMA
Edukasi & Pendekatan Non-Farmakologis
Berhenti merokok • Dorong pasien untuk berhenti merokok, dan hindari asap rokok
• Anjurkan olahraga ringan dengan diawali pemanasan dan penggunaan SABA pre-exercise, serta
Aktivitas fisik edukasi bila terjadi exercise-induced bronchoconstriction
• Indoor di lingkungan rumah/tempat kerja contoh: debu, tungau, bulu hewan, cuaca dingin, pollen
Allergen avoidance • Asma okupasional → Asses riwayat pekerjaan, apakah ada paparan yang bisa memicu→ Bila ada,
hindari pemicu tersebut.
Penggunaan obat asma yang baik dan • Benar obat, dosis, waktu, frekuensi, cara pemakaian → Mencontohkan di depan dokter!
benar
SKDI 4A
ASMA
SKDI 3B
PPOK SERING KELUAR DI
UKMPPD
Spirometri
• FEV1/FVC pasca bronkodilator* < 0.70
• APE variabilitas ≤ 20%
• PPOK: Peningkatan FEV1<12% atau
<200 ml pasca-BD
Bila sesak sudah berhasil ditangani, apa yang sebaiknya dilakukan untuk mencegah
rekurensi sesak pasien?
A. Meresepkan beta agonis kerja singkat
B. Meresepkan teofilin oral
C. Mengubah obat antihipertensi
D. Terapi oksigen hiperbarik
E. Meresepkan kortikosteroid oral
SOAL NO. 4
Pasien laki-laki, 35 tahun, dibawa ke IGD dengan keluhan sesak sejak 1 hari SMRS.Sesak
disertai suara “ngik-ngik” dan batuk. Terdapat riwayat atopi dan hipertensi dengan
konsumsi propranolol 1x80mg secara rutin. Pemeriksaan fisik TD 132/78 mmHg, Nadi
85x/menit, RR 26x/menit, suhu 37,1 C. Pasien hanya dapat berkata-kata menggunakan
frasa per frasa.
Bila sesak sudah berhasil ditangani, apa yang sebaiknya dilakukan untuk mencegah
rekurensi sesak pasien?
A. Meresepkan beta agonis kerja singkat
B. Meresepkan teofilin oral
C. Mengubah obat antihipertensi
D. Terapi oksigen hiperbarik
E. Meresepkan kortikosteroid oral
SOAL NO. 5
Seorang laki-laki berusia 65 tahun datang dengan keluhan sesak nafas sejak 1 minggu
SMRS. Pasien merokok 12 batang sehari sejak SMA. TD pasien 110/80 mmHg, nadi
85x/menit, nafas 40/menit, suhu afebris, terdapat pursed lip breathing, tripod position,
dan terdengar wheezing pada kedua lapang paru. Setelah pasien stabil, dokter meminta
pasien memeriksakan spirometri dan pasien didiagnosis PPOK.
Paru
- Perkusi:
- redup disertai suara napas bronkial (sesuai lokasi
konsolidasi / efusi),
- hipersonor atau timpani jika terdapat kavitas
- Auskultasi:
- suara nafas dapat normal / bronkial
- ronkhi basah kasar (terutama di apeks)
SKDI 4A
TUBERKULOSIS (TBC)
Pemeriksaan penunjang (Bakteriologis)
Pemeriksaan dahak mikroskopik langsung dengan 2 kali
pengambilan yaitu SEWAKTU (S) dan PAGI (P), cat dengan Ziehl
neelsen, kinyoun gabbet
LJ (3 bulan)
Pasien yang pernah diobati TB: pernah menelan OAT sebanyak 28 dosis atau lebih
OAT Kategori 1:
Pengobatan TB
OAT Kategori 2:
2(HRZE) / 4(HR)3
2 (HRZE)S / (HRZE) / 5(HR)3E3
Pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis Pasien kambuh
KORTIKOSTEROID
Diberikan pada TB saraf pusat, perikarditis TB, dan
pleuritis TB berat.
Rifampicin (R) Bakterisidal mewarnai urin menjadi merah, memengaruhi efektivitas KB hormonal, interaksi dengan obat anti-
diabetik, gangguan menstruasi, flu-like syndrome, trombositopenia, ruam kulit, purpura, syok, aki,
sesak napas, dan anemia hemolitik
Isoniazid (H) Bakterisidal kesemutan (neuropati perifer) → atasi dengan pemberian vitamin B6 (piridoksin) 100 mg/hari -
profilaksis 50mg/hari
Pirazinamid (Z) Bakterisidal paling hepatotoksik, dapat meningkatkan kadar asam urat, nyeri sendi → atasi dengan NSAID atau
paracetamol
Etambutol (E) Bakteriostatik neuritis perifer, buta warna dan gangguan penglihatan, hati-hati pada anak
Streptomisin (S) Bakterisidal ototoksik, nefrotoksik, gangguan keseimbangan, syok anafilaksis, anemia, agranulositosis,
trombositopenia, oliguria
SKDI 3A
TUBERKULOSIS (TBC)
Drug-Induced Liver Injury & TB+Hepatitis
Hepatitis Imbas Obat TB + Hepatitis Akut
- Klinis ikterik, mual-muntah (+) • TUNDA OAT hingga kondisi akut
- Lab: perbaikan.
- SGOT/SGPT > 5x lipat tanpa gejala • Hanya jika diperlukan, berikan S
- SGOT/SGPT > 3x lipat dengan gejala + E selama 3 bulan pertama
- Bilirubin > 2 menyembuh, lanjutkan 6 RH.
Regimen yang disarankan TB + Hepatitis Kronis
1. Tanpa obat hepatotoksik: 18-24 SE + satu
• Periksa faal hati sebelum
obat fluorokuinolon selain siprofloksasin
pengobatan, jika SGOT/SGPT
2. 1 Obat hepatotoksik: 2 HES / 10 HE
>3x normal, obat hepatotoksik
3. 2 Obat hepatotoksik: 2 RHSE / 6 HR atau 9
RHE
perlu dihindari.
SKDI 3A
TUBERKULOSIS (TBC)
Kondisi Khusus Lainnya
*Kalau kasusnya sudah rutin minum ARV makan obat TB langsung dapat diminum, begitu pula apabila sebelumnya sudah
meminum OAT maka ARV langsung dapat diminum dan dipantau toleransinya.
TB + Gagal Ginjal
- Tatalaksana inisiasi sebaiknya merujuk ke dokter paru karena perlu penyesuaian dosis Z & E
- S harus dihindari → Nefrotoksik
- H dan R diekskresi empedu tidak perlu disesuaikan
TUBERKULOSIS (TBC)
Pemantauan Pengobatan
SKDI 4A
TUBERKULOSIS (TBC)
Edukasi Nonfarmakologis
Perbaikan gizi (makan tinggi kalori dan protein)
Patuh minum obat, benar dosis, cara & waktu minum, dan
berobat sampai tuntas (minimal 6 bulan)
Psikososial
• Menjaga stigma masyarakat tentang TB
• Pengobatan berbulan-bulan menjadi tantangan
SOAL NO. 6
Seorang laki-laki, 37 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan batuk lebih dari 1 bulan SMRS
dengan dahak berwarna kehijauan. Sekitar 1 tahun yang lalu, pasien mengaku sudah pernah
meminum obat selama 6 bulan, namun dinyatakan belum sembuh. Pemeriksaan fisik menunjukkan
TD 130/80 mmHg, nadi 80x/menit, nafas 26x/menit, dan suhu 37C. Dari pemeriksaan fisik
terdengar suara ronki di apeks kedua lapang paru. Setelah pemeriksaan kultur, ternyata pasien
resisten terhadap obat INH dan Rifampicin, tetapi masih sensitif terhadap streptomicin dan
etambutol.
Penyebab
TATALAKSANA
AWAL
- Heimlich maneuver
- Backblow
DEFINITIF
- Bronkoskopi diagnostic: Fiber optic bronchoscopy
atau other bronchoscopy
- Bronkoskopi ekstraksi: pada laring dan/atau pada Penting untuk meminta foto sinus piriformis
trakea/bronkus PA/lateral
ALGORITMA TERSEDAK
DEWASA PEDIATRIK
SKDI 3A
BRONKIEKTASIS
Definisi:
Gejala khas:
Klasifikasi:
Pemeriksaan Fisis
Sputum 3 lapis
• Jari tabuh 1.Buih / busa
• Ronki basah kasar (sering di basal) 2.Mukoid (saliva)
• Mengi pada auskultasi 3.Purulen (pus)
SKDI 3A
BRONKIEKTASIS
Chest X-Ray
Gambaran khas pada Rontgen: Honey Comb Appearance, Tram Track Line Appearance
- Gambaran CXR BE cukup bervariasi, hasil normal pada rontgen tidak menyingkirkan kecurigaan
CT scan resolusi tinggi (HRCT) menjadi gold standard
- Bronchoarterial ratio >1, lack of tapering, airway visibility within 1 cm of costal pleural surface or
touching mediastinal pleura
Antibiotik*
Bronchodilator
Mukolitik
Inhaled corticosteroid
Rivalta
ABSES PARU SKDI 3A
Gejala:
ETIOLOGI BAKTERIAL
PENYEBAB LAIN
• Aspirasi dari sekresi oral (etiologi tersering), akibat gingivitis atau poor
oral hygiene
• Hematogen: Suppurative thromboembolism
• Endotracheal obstruction
TATALAKSANA
GEJALA
• Awal: Batuk lama, berdahak, sesak nafas,
demam
• Lanjutan → penurunan berat badan, gagal
jantung
PATOGENESIS
• Peradangan dan fibrosis di paru-paru yang
mengakibatkan penyakit paru-paru
ireversibel
Inhalan Nama Penyakit Tempat kerja / terpapar Gambaran x-ray
Silika Silikosis pengecoran logam / tambang / keramik / beton / eggshell calcification
timah putih
Asbes Asbestosis Atap rumah asbes / pekerjaan atap rumah/ kapal / opasitas iregular dengan gambaran
pelapis kabel listrik pleural plaque
Batu bara (coal) Antrakosis / Black lung / Coal miner’s lung / Coal worker’s Pekerja tambang batu bara fibrosis nodular
pneumoconiosis (CWP)
SKDI 2
PNEUMOKONIOSIS
Pencegahan bergantung pada manajemen paparan di tempat kerja dan peraturan manajemen kesehatan.
SKDI 2
PNEUMONITIS HIPERSENSITIVITAS
Penyakit paru interstisial yang ditandai dengan reaksi imunologi kompleks parenkim paru sebagai respons
terhadap inhalasi berulang alergen yang tersensitisasi
Hipersensitivitas tipe IV
(delayed type)
Hipersensitivitas tipe IV
(delayed type)
SKDI 2
PNEUMONITIS HIPERSENSITIVITAS
5 tersering
Inhalan Nama penyakit Tempat kerja / terpapar
Debu kapas Byssinosis Pemintalan kapas, pabrik tekstil, gudang kapas
Serat tebu Bagassosis Petani tebu
Debu jerami / gandum Farmer’s lung Petani jerami, gandum
Debu AC Humidifier/air-conditioner lung Batuk-batuk setelah ganti AC baru
Protein burung Bird fancier’s lung Peternak burung, peliharaan
TATALAKSANA
Allergen avoidance:
Menggunakan peralatan pelindung pernapasan telah
Kortikosteroid
dikaitkan dengan pengurangan antibodi IgG spesifik Secara sistemik, dimulai 0,5 - 1 mg/kg per hari (sampai
tetapi belum terbukti menjadi strategi yang efektif maksimum 60 mg per hari).
dalam mencegah PH kronis.
Penghindaran antigen komplit harus disarankan Dosis tinggi 1-2 minggu → tapering off 2-4 minggu:
dengan cara apa pun yang diperlukan untuk mencegah mencapai dosispaling rendah dan durasi yang paling
perkembangan penyakit dan fibrosis. singkat.
SOAL NO. 11
Pasien laki-laki, 35 tahun, datang ke IGD dengan keluhan sesak nafas semakin memberat
sejak 2 hari SMRS. Sesak sudah dirasakan sejak 1 bulan yang lalu, dan bertambah jika
membaik saat miring ke kiri. Pasien memiliki riwayat sakit tuberkulosis 4 tahun lalu dan
telah mengkonsumsi OAT. Pemeriksaan fisik TD 108/82 mmHg, Nadi 86x/menit, RR
28x/menit, Suhu 37 C. Pemeriksaan paru didapatkan ekspansi dada sebelah kiri
tertinggal, perkusi redup dan auskultasi suara nafas vesikuler melemah pada basal paru
kiri. Pada hasil foto toraks proyeksi AP erect, didapatkan sudut kostofrenikus kiri tumpul.
Sentuhan fisik langsung dengan kasus probable atau konfirmasi (seperti bersalaman,
berpegangan tangan, dan lain-lain).
Orang yang memberikan perawatan langsung terhadap kasus probable atau konfirmasi tanpa
menggunakan APD yang sesuai standar.
Situasi lainnya yang mengindikasikan adanya kontak berdasarkan penilaian risiko lokal yang
ditetapkan oleh tim penyelidikan epidemiologi setempat
COVID-19 SKDI 3B
Definisi Operasional (Juni & Agustus 2020)
Pelaku Seseorang yang melakukan perjalanan dari dalam negeri (domestik) maupun luar negeri pada 14 hari terakhir.
Perjalanan
Discarded Seseorang dengan status kasus suspek dengan hasil pemeriksaan RT-PCR 2 kali negatif selama 2 hari berturut-turut dengan selang
waktu >24 jam. ATAU
Seseorang dengan status kontak erat yang telah menyelesaikan masa karantina selama 14 hari.
Selesai Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik) yang tidak dilakukan pemeriksaan follow up RT-PCR dengan ditambah 10 hari isolasi
mandiri sejak pengambilan spesimen diagnosis konfirmasi. ATAU
Isolasi
Kasus probable/kasus konfirmasi dengan gejala (ringan dan sedang) yang tidak dilakukan pemeriksaan follow up RT-PCR dihitung 10
hari sejak tanggal onset dengan ditambah minimal 3 hari setelah tidak lagi menunjukkan gejala demam dan gangguan pernapasan.
ATAU
Kasus probable/kasus konfirmasi dengan gejala (berat) yang mendapatkan hasil pemeriksaan follow up RT-PCR 1 kali negatif, dengan
ditambah minimal 3 hari setelah tidak lagi menunjukkan gejala demam dan gangguan pernapasan.
Gejala Ringan demam, batuk, fatigue, anoreksia, napas pendek, mialgia, sakit tenggorokan, kongesti hidung, sakit kepala, diare, mual dan
muntah, hillang penghidu (anosmia) atau hilang pengecapan (ageusia)
Gejala Sedang Dewasa: klinis pneumonia tidak berat (demam, batuk, sesak, napas cepat) tetapi tidak ada tanda pneumonia berat termasuk
SpO2 > 93% dengan udara Pedoman Tatalaksana COVID-19 7 ruangan
Anak-anak : pasien dengan tanda klinis pneumonia tidak berat (batuk atau sulit bernapas + napas cepat dan/atau tarikan
dinding dada) dan tidak ada tanda pneumonia berat).
- Kriteria napas cepat : usia <2 bulan, ≥60x/menit; usia 2–11 bulan, ≥50x/menit ; usia 1–5 tahun, ≥40x/menit ; usia >5
tahun, ≥30x/menit.
Gejala Berat Dewasa: tanda klinis pneumonia (demam, batuk, sesak, napas cepat) ditambah satu dari: frekuensi napas > 30 x/menit, distres
pernapasan berat, atau SpO2 < 93% pada udara ruangan
Anak-anak: pasien dengan tanda klinis pneumonia (batuk atau kesulitan bernapas), ditambah setidaknya satu dari berikut ini:
- Sianosis sentral atau SpO2<93% ;
- Distres pernapasan berat (seperti napas cepat, grunting, tarikan dinding dada yang sangat berat);
- Tanda bahaya umum : ketidakmampuan menyusu atau minum, letargi atau penurunan kesadaran, atau kejang.
- Napas cepat/tarikan dinding dada/takipnea : usia <2 bulan, ≥60x/menit; usia 2–11 bulan, ≥50x/menit; usia 1–5 tahun,
≥40x/menit; usia >5 tahun, ≥30x/menit.
Kritis Pasien dengan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), sepsis dan syok sepsis.
SKDI 3B
DIAGNOSIS COVID-19
Tata Laksana
Tanpa Gejala Vitamin C (untuk 14 hari), dengan pilihan ;
- Tablet Vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam oral (untuk 14 hari)
- Tablet isap vitamin C 500 mg/12 jam oral (selama 30 hari)
- Multivitamin yang mengandung vitamin C 1-2 tablet /24 jam (selama 30 hari)
- Dianjurkan multivitamin yang mengandung vitamin C,B, E, Zink
Vitamin D
- Suplemen: 400 IU-1000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet, kapsul, tablet effervescent, tablet kunyah, tablet
hisap, kapsul lunak, serbuk, sirup)
- Obat: 1000-5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet 1000 IU dan tablet kunyah 5000 IU)
- Obat-obatan suportif baik tradisional (Fitofarmaka) maupun Obat Modern Asli Indonesia (OMAI) yang teregistrasi
di BPOM
- Obat-obatan yang memiliki sifat antioksidan dapat diberikan.
COVID-19 SKDI 3B
Revisi Protokol Tata Laksana COVID-19 (14 Juli 2021)
Tata Laksana
Gejala Ringan Obat-obatan pasien tanpa gejala (sama dengan di atas) ditambah dengan:
Antivirus : Favipiravir (Avigan sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12 jam/oral hari ke-1 dan selanjutnya 2 x 600 mg
(hari ke 2-5)
Pengobatan simtomatis seperti parasetamol bila demam, dan pengobatan komplikasi dan/atau komorbid
Gejala Vitamin C 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9% habis dalam 1 jam diberikan secara drip IV selama perawatan
Sedang
Antivirus
- Favipiravir (Avigan sediaan 200 mg)
Hari 1: loading dose 2x1600 mg
Hari 2-5: 2 x 600 mg
ATAU
- Remdesivir
Hari 1: 200 mg IV drip
Hari 2-5 atau 2-10: 1x100 mg IV drip
Pengobatan simtomatis (Parasetamol dan lain-lain), serta pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada
Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada. Apabila syok → tatalaksana syok
Antibiotik diberikan bila terdapat koinfeksi bakteri
COVID-19 SKDI 3B
Revisi Protokol Tata Laksana COVID-19 (14 Juli 2021)
• Tidak bermanfaat
Plasma konvalesen • Hati-hati dengan efek samping
Definisi:
ETIOLOGI: Dalam Kontak erat dalam waktu kurang dari 7 hari dengan pasien suspek, probable dan
• virus Influenza tipe A (H5N1) Investigasi terkonfirmasi flu burung ATAU
• Port d’entree: mulut, hidung,
Disekitar wilayah terdapat banyak unggas (ayam, burung, bebek, angsa, entok)
konjungtiva
yang mati diduga atau terbukti flu burung (H5N1)
GEJALA DAN TANDA Suspek Kontak erat + Demam dengan suhu ≥ 38 C disertai satu atau lebih gejala : batuk,
• Demam, batuk, nyeri tenggorok, pilek, nyeri tenggorok, pilek, sesak nafas
sesak nafas, riwayat kontak dengan
Probabel Kriteria suspek ditambah dengan hasil lab non-spesifik mendukung ke arah flu
unggas
burung (selain swab PCR, titer antibodi, dan isolasii virus H5N1)
TATALAKSANA Atau seorang yang meninggal karena penyakit saluran napas akut yang tidak bisa
• Isolasi mandiri, penggunaan Alat dijelaskan penyebabnya yang secara epidemiologis berkaitan dengan aspek waktu,
Pelindung Diri (APD), pemantauan tempat dan pajanan terhadap suatu kasus probable atau suatu kasus konfirmasi
saturasi oksigen H5N1
• Antivirus: Konfirmasi Seorang yang memenuhi kriteria kasus suspek atau probable dan disertai satu dari
• Suspek : 1x 7 5 oseltamivir 7 hari hasil lab spesifik menunjukkan hasil positif pada sampel yang diambil dari apusan
• Probable & Konfirmasi : 2 x 75 mg tenggorok/nasofaring, yang diantaranya:
oseltamivir 5 hari atau zanamivir 2x10 - Hasil PCR H5 positif
mg (2 puff) selama 2 hari - Peningkatan ≥ 4 kali lipat titer antibody
• Kortikosteroid (dengan pertimbangan) - Isolasi virus H5N1
• Antibiotik (dengan pertimbangan) - Titer antibody mikronetralisasi H5N1 ≥ 1/80
SKDI 4
INFLUENZA
ETIOLOGI: 4 TANDA KARDINAL 3 TEMUAN PF yang sering:
• virus RNA yaitu virus influenza A,B • 1. Terjadi secara akut • 1. Febris
dan (lebih jarang) C • 2. Demam • 2. Rinore
• 3. Gejala saluran pernapasan • 3. Mukosa hidung edema
seperti batuk, tidak ada lokasi
spesifik dari keluhan yang
timbul
• 4. Terdapat penyakit serupa di
lingkungan penderita
• Antipiretik. parasetamol 3-4 x 500 mg/hari (10-15 mg/kgBB) atau ibuprofen 3-4 x 200-400 mg/hari
(5-10 mg/kgBB)
• Dekongestan seperti pseudoefedrin (60 mg setiap 4-6 jam)
• Antihistamin
• CTM 4-6 mg sebanyak 3-4 kali/hari, atau
• Difenhidramin 25-50 mg setiap 4-6 jam atau
• Loratadin atau cetirizine 10 mg dosis tunggal (pada anak loratadin 0.5 mg/kgBB dan setirizin 0.3
mg/kgBB)
• Dapat pula diberikan antitusif atau ekspektoran bila disertai batuk
SOAL NO. 13
Tn. J, berusia 45 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan batuk pilek disertai
demam dan sesak. Pasien diketahui memiliki riwayat kontak dengan rekan kerjanya yang
terdiagnosis COVID-19 3 hari yang lalu. Pada pemeriksaan fisik, didapatkan tekanan
darah dan nadi normal, namun pada laju napas didapatkan hasil 25x/menit, suhu 38.6°C.
Pada pemeriksaan paru ditemukan ronki di kedua lapang paru bagian basal.
Pancoast Tumor
SKDI 2
KANKER PARU
PENUNJANG
Tumor
Mediastinum
Non
Neoplastin
Neoplastin
Non
Seminoma Teratoma
Seminoma
SKDI 2
SINDROM VENA KAVA SUPERIOR
DEFINISI:
• Kumpulan gejala atau tanda obstruksi parsial
atau total aliran darah yang melalui vena cava
superior
GEJALA:
• Batuk, batuk darah, disfagia, nyeri dada, sesak
napas
TANDA:
• Dilatasi vena (venektasi), kemerahan, dan
edema di wajah, leher, dada bagan atas,
dan/atau lengan atas
TATALAKSANA
Advanced
Trauma Life Pneumothorax Hemothorax
Support
Cardiac
Flail Chest
Tamponade
SKDI 3B
ATLS - PRIMARY SURVEY SERING KELUAR DI
UKMPPD
Inspeksi
Breathing • Deviasi Trakea
• Penggunaan otot bantu napas, retraksi
• Nafas spontan / tidak
• Gerakan dada paradoksikal
• Luka dinding dada (tertutup/terbuka)
Circulation
Palpasi
• Deviasi trakea
• Fremitus, ekspansi dinding dada
Disability: • Krepitasi
Neurologic
Evaluation Perkusi
• Redup / hipersonor
Exposure/En Auskultasi
vironmental
Control • Suara paru berkurang / hilang
SKDI 3B
ATLS - PRIMARY SURVEY
General Treatment Principles
Airway
• Hentikan Perdarahan
• Perbaiki kondisi syok (resusitasi)
Breathing
!!!
Circulation
Disability:
Neurologic
Evaluation
Exposure/En
vironmental
Control
SKDI 3B
ATLS - PRIMARY SURVEY
Disability: Pemeriksaan Neurologis
Airway
• AVPU & GCS
• Refleks Pupil
• Tanda lateralisasi
Breathing
Exposure
• Head-to-toe examination
• LOGROLL!
• Ukur suhu, jaga temperatur
Circulation
Disability:
Neurologic
Evaluation
Exposure/
Environmental
Control
SKDI 3A-3B
PNEUMOTHORAX SERING KELUAR DI
UKMPPD
Pemeriksaan Fisik
!!!
UPDATE 10th ed ATLS:
Needle Decomp:
Triangle of safety
Linea aksilaris anterior
ICS 5
Indikasi Pencabutan
PF:
• Perkusi redup
• Suara nafas hilang / berkurang pada auskultasi
• Hemodynamic instability
Tata Laksana=
Pemeriksaan Fisik
• Suplementasi oksigen
• Intubasi segera pada pasien distress napas
• Menghindari resusitasi berlebihan
•Manajemen nyeri adekuat dengan blok
intercostal atau epidural
SKDI 3B
TAMPONADE JANTUNG SERING KELUAR DI
UKMPPD
Definisi:
Tatalaksana
• Perikardiocentesis
• Torakotomi terbuka
Perikardiosentesis
Pungsi di 1-2 cm inferior dari processus
xyphoideus
Gejala Adanya trauma tembus dada, Pasien sesak tiba-tiba yang Sesak, tanda-tanda syok Pergerakan dinding dada tanda-tanda syok
sucking chest wound memberat, lebih sering pada paradoksikal, nyeri lokal
pasien laki-laki kurus tinggi, yang hebat, krepitasi
tanda-tanda syok
Pemeriksaan Fisik • Inspeksi: dada tertinggal • Inspeksi: dada tertinggal • Inspeksi: dada • Inspeksi: pergerakan Beck’s triad (3D):
saat ekspirasi, sucking saat ekspirasi tertinggal saat dada paradoksikal - Distended jugular
chest wound • Perkusi : hipersonor ekspirasi • Palpasi: krepitasi, veins
• Perkusi : hipersonor • Auskultasi: suara nafas • Perkusi : redup nyeri hebat secara - Decreased BP
• Auskultasi: suara nafas hilang/berkurang • Auskultasi: suara nafas lokal (hypotension)
hilang/berkurang • JVP meningkat hilang/berkurang - Distant (muffled)
• Deviasi trakea • JVP meningkat heart sounds
kontralateral
Pemeriksaan - Radioluscent (terlihat - Radioluscent (terlihat - Radioopak (tanda ada Fraktur iga - Water bottle sign /
penunjang (Xray) pleural line karena paru pleural line karena paru cairan) - 3 atau lebih berurutan globular shaped
kolaps) kolaps) - Sudut costophrenicus - Bersifat segmental appearance
- Deviasi mediastinum ke tumpul - Anterior atau lateral
kontralateral - Hidropneumotoraks: - Panjang fraktur >2x
air-fluid level lebar iga
Tata Laksana Plester 3 sisi + WSD Needle Decompression + WSD Resusitasi + WSD Resusitasi secukupnya, Perikardiosentesis
antinyeri maksimal + rujuk
bedah
SOAL NO. 16
Seorang laki-laki, 30 tahun mengalami kecelakaan lalu lintas dan warga sekitar segera
memanggil ambulans. Pasien diketahui mengendarai sepeda motor dan terpelanting ke
depan. Terdapat jejas pada daerah bahu dan kepala.
Alat Bukti
Waktu: Menunjukkan hasil pemeriksaan SAAT INI Keterangan saksi (di TKP)
Pasien-
pasien death
IGD on arrival
Tidak rawat (DOA)
inap
Bangsal atau
pemeriksaan hari
berikutnya
• “Panjang >> dalam luka” • “Panjang << dalam luka” • Dapat mencapai tulang
• Perkiraan penyebab: • Biasanya lebih tidak
• Kedua sudut lancip : beraturan atau “heboh”
Bendatajam bermata 2
• Salah satu lancip: Benda
tajam bermata 1
TRAUMATOLOGI KELUAR
DI
UKMPPD
Trauma Tembak FEB 2021
Tanda crescent
Alur jerat
(+) / berbentuk Alur jerat
Gagging : Choking : Lecet pada bibir, mendatar, lecet
bulan sabit, meninggi, lokasi
Orofaring Laringofaring dagu, hidung tekan di sekitar
fraktur tulang dekat rahan
jejas
lidah
ASFIKSIA
Asifiksia Mekanik
Gambar
DROWNING
Drowning
Washer-woman hand
Wet Immersion
Dry Drowning
Drowning Syndrome
Seluruh
Air masuk Buih halus
Spasme laring badan masuk
saluran napas
air
Air tidak
Air tawar Air asin masuk Refleks vagal
saluran napas
Cutis anserina
AIR TAWAR ATAU ASIN
Tawar Asin
Lokasi Sungai/danau Laut
Henti napas
Sirkulasi tidak teraba
Kulit pucat
Tonus otot menghilang & relaksasi
Segmentasi pembuluh darah retina ke arah tepi retina
Pengeringan kornea
TANATOLOGI
Tanda Pasti Kematian
• Livor mortis
Lebam mayat • Mulai 20-30 menit pasca kematian
CO CO2 CN Lain-lain
• Lebam mayat CHERRY • Lebam mayat MERAH • Lebam mayat MERAH • Timbal: Lebam mayat
PINK GELAP TERANG KECOKLATAN, garis
• Kasus: Ruangan • Kasus: Ruangan • Bau khas almond kuning kecoklatan di gigi
tertutup dengan alat tertutup minim sirkulasi • Pemeriksaan: dan tulang
atau mesin nyala • Pemeriksaan: Ca(OH)2 Schonbein test • Arsen: melanosis
(mobil) test (lambung) & Prussian arsenik, bau bawang
• Pemeriksaan: Alkali blue (Inhalan) • Fosfor: Coklat tua
Dilution Test • Opioid: Kehitaman
PEMBUNUHAN ANAK SENDIRI
KRITERIA
Tidak ada tanda perawatan • Vernix caseosa (+)
• Tali pusat masih tersambung atau dipotong tidak rapih
Janin viable • Tidak menggunakan baju, masih ada darah
• Tidak ada susu di saluran cerna
Uji apung paru (+)
Dilakukan segera
atau beberapa saat
setelah melahirkan
PAS (INFANTICIDE) vs DDx LAIN
Abortus Provokatus
PAS Pebunuhan Biasa Stillbirth
Kriminalis
• Tidak ada tanda • Ada tanda • Usia kehamilan < • Kematian saat
perawatan perawatan 20 minggu lahir
• Janin lahir hidup (menggunakan • Uji apung paru (-)
• Tidak ada susu di baju, ada susu di
lambung lambung)
• Uji apung paru (+) • Uji apung paru (+)
KEJAHATAN KESUSILAAN
Tanda Persetubuhan
Langsung
Pasti: Ditemukan sperma pada
fornix posterior Dokter perlu mencari
tanda-tanda
Tidak pasti: Robekan hymen →
Kemungkinan ada penetrasi persetubuhan dan
kekerasan
Tidak langsung
Usia kehamilan sesuai dengan
tanggal persetubuhan
KEJAHATAN KESUSILAAN
Pemeriksaan Lab
Cairan Mani
Sperma (Awal di-test Darah
dengan UV)
Florence
Malachite Benzidin / Teichmann /
Baecchi Berberio / Fosfatase asam
green Fenoftalin Takayama
Fosfatase asam
Soal No. 1
Seorang laki-laki ditemukan di tepi jalan dalam keadaan sudah tidak
bernyawa. Mayat dibawa ke instalasi forensik RS Sejawat dan
diperiksa pada 17 Juli 2021, Pukul 03.00 WIB. Ditemukan bahwa
lebam mayat tidak hilang dengan penekanan dan kaku mayat telah
lengkap.