Anda di halaman 1dari 199

KELAS

PENDALAMAN
MATERI
Januari 2022
Respirasi, BTKV, Bedah
Emergensi, Forensik
Respirologi Emergensi & BTKV
▪ Infeksi anak ▪ Advanced Trauma Life
▪ TB anak Support
▪ Bronkiolitis ▪ Pneumothorax
▪ Pneumonia ▪ Hemothorax
▪ Pertussis ▪ Flail Chest
▪ Asma ▪ Cardiac Tamponade
▪ PPOK
▪ TBC
▪ Pneumonia infeksi dan aspirasi Forensik
▪ Benda asing dan tersedak ▪ Visum et Repertum
▪ Bronkiektasis Traumatologi
Daftar


▪ Efusi pleura ▪ Tanatologi
▪ Abses paru ▪ Toksikologi
▪ Pneumokoniosis ▪ Pembunuhan Anak
▪ Pneumonitis hipersensitivitas Sendiri
▪ Covid-19 ▪ Kejahatan Kesusilaan
▪ ARDS
▪ Flu burung
▪ Influenza
Isi

▪ Kanker paru, Tumor


mediastinum, dan Sindrom vena
kava superior
Respirologi
SKDI 4
INFEKSI PEDIATRI

TB anak Bronkiolitis

Pneumonia Pertussis
SKDI 4
TUBERKULOSIS ANAK

Kemenkes. Pedoman nasional pelayanan kedokteran tatalaksana


SKDI 4
TUBERKULOSIS ANAK

Tatacara:
• 0,1 ml intrakutan di bagian volar lengan bawah.
• Pembacaan 48-72 jam setelah penyuntikan
Cara pembacaan indurasi:
• Pembacaan: tegak lurus dengan arah
penyuntikan
• 0 - 5 mm : negatif
• 5 - 9 mm : meragukan
• ≥ 10 mm : positif
Bila Negatif:
• Tidak ada infeksi TB
• Masa inkubasi
• Anergi
SKDI 4
TUBERKULOSIS ANAK

Kemenkes. Pedoman nasional pelayanan kedokteran tatalaksana


SKDI 4
TUBERKULOSIS ANAK
Apabila terdapat
Bayi di bawah 5 kg
kenaikan BB, maka
diberikan OAT terpisah
dosis disesuaikan
+ dirujuk ke RS
dengan BB saat itu

Untuk anak obesitas : OAT KDT harus


dosis KDT berdasar diberikan secara utuh
Berat Badan ideal (tidak boleh
(sesuai umur) dibelah/digerus)

Pemberian obat: Obat diberikan


• Ditelan utuh sebelum makan (saat
• Dikunyah/dikulum perut kosong), atau
(chewable)
paling cepat 1 jam
• Dimasukkan air dalam
setelah makan
sendok (dispersable)

Bila INH
OAT lepas tidak boleh
dikombinasikan dengan
digerus bersama dan
Rifampisin, dosis INH
dicampur dalam satu
tidak boleh melebihi 10
puyer
mg/kgBB/hari

Kemenkes. Pedoman nasional pelayanan kedokteran tatalaksana


SKDI 4
TUBERKULOSIS ANAK

Pemberian kortikosteroid pada Kortikosteroid yang sering


kondisi: digunakan:

TB dengan komplikasi seperti: Prednison dengan dosis 2 mg/kg/ hari


• meningitis TB sampai 4 mg/kg/hari pada kasus sakit
• sumbatan jalan napas akibat TB berat
kelenjar
• perikarditis TB.
Dosis maksimal 60 mg/hari selama 4
TB milier dengan gangguan napas yang minggu
berat

Efusi pleura Tappering off dilakukan secara bertahap


setelah 2 minggu pemberian kecuali
pada TB meningitis pemberian selama
TB abdomen dengan asites. 4 minggu sebelum tappering off

Kemenkes. Pedoman nasional pelayanan kedokteran tatalaksana


SKDI 4
TUBERKULOSIS ANAK
Profilaksis INH

INH 5-10 mg/kgBB/hari (maksimal 300


mg/hari)
• 1x sehari
• Saat perut kosong (1 jam sebelum makan / 2 jam seseudah
makan)
• Sebaiknya dalam waktu yang sama (pagi/siang/sore/malam)
• Lama pemberian : 6 bulan
Kemenkes. Pedoman nasional pelayanan kedokteran tatalaksana
SKDI 3B
BRONKIOLITIS SERING
KELUAR
DI
UKMPPD

Inflamasi bronkiolus

Etiologi:
• Paling sering adalah respiratory syncytial virus (RSV)
• Virus lainnya: rhinovirus, influenza, parainfluenza, dan
adenoviruses

Insiden tertinggi :anak < 2 tahun (2-6 months)

• Usia < 3 bulan


•Riwayat prematur atau BBLR
•Imunidefisiensi
•Penyakit penyerta kardiopulmo
klinis lebih berat hingga apnea

Kliegman, et al. Nelson textbook of pediatrics. 20th ed. Philadelphia:


SKDI 3B
BRONKIOLITIS
Pemeriksaan Penunjang
Anamnesis
• X-foto AP-lateral → tidak rutin
• Sering terjadi pada anak < 2 tahun • Hiprelusensi dengan infiltrat minimal
• Demam •Hanya bila perlu ICU atau curiga komplikasi
• Rhinorrea, nasal discharge, takipneu, sesak napas pneumotoraks
• Batuk kering dengan mengi • AGD → tidak rutin
• Sulit makan minum (karena sesak nafas)--> • Jika terdapat gawat napas / gagal napas
dehidrasi
•Napas cuping hidung, retraksi intercostal, suprasternal
Tatalaksana

Pemeriksaan Fisik • Self limiting viral infection → tidak perlu


• Napas cepat obat spesifik
• Suportif:
• Retraksi dinding dada • Oksigen, nasal suction, pasang NGT
• Bentuk dada tampak hiperinflasi • Indikasi rawat di ICU:
• Auskultasi → expiratory wheezing high pitch fine • SpO2 <=92% dengan terapi oksigen
inspiratory crackles
• SpO2 wajib dicek • Perburukan status pernapasan
•Umumnya jarang tampak “toksik” • Apnea berulang

Kliegman, et al. Nelson textbook of pediatrics. 20th ed. Philadelphia:


SKDI 3B
BRONKIOLITIS

Kliegman, et al. Nelson textbook of pediatrics. 20th ed. Philadelphia:


SKDI 4
PNEUMONIA
Infeksi akut jaringan parenkim paru meliputi alveolus dan jaringan interstitial

Diagnosis tegak dari inspeksi dan laju Klasifikasi Derajat Pneumonia (WHO)
napas Bayi < 2 bulan Anak 2 bulan - 5 tahun
Berat Sangat Berat Ringan* Berat Sangat Berat
Anamnesis Tachypnea Letargis, sulit Letargis
feeding
• Awal : Demam, bapil Tachypnea Retraksi
• Takipneu, sesak napas Retraksi Bradypnea Sulit feeding

• Retraksi dinding dada HIpotermia Kejang


• Sulit makan minum (krn sesak nafas)→ dehidrasi
•Penurunan kesadaran Rawat jalan dengan antibiotik per oral

• Amoksisilin : 25-40 mg/kg/kali sebanyak 2 dosis → 5 hari


Pemeriksaan Fisik • Kotrimoksazol : 4 mg TMP/kg/kali sebanyak 2 dosis → 5 hari

• Napas cepat Rawat inap untuk pneumonia berat dan sangat berat
• Retraksi interkostal, supraklavikular • Antibiotik IV :
•Head bobbing • Ampicillin 4x 50 mg/kg/kali dan Gentamycin 1x 7.5 mg/kg/kali
•Grunting, apnea intermiten (ranap) • Ceftriaxone 50-100 mg/kg/hari dalam 1-2 dosis , maks 2 gram
•Sianosis (ranap)
•Dehidrasi (ranap) Antipiretik (paracetamol)
• SpO2 wajib dicek (< 92% indikasi ranap)
Terapi suportif oksigen, nutrisi(NGT bila perlu), cairan
PP : X ray toraks wajib untuk rawat inap dan curiga komplikasi rumatan (Holliday Segar)
atelektasis
Kliegman, et al. Nelson textbook of pediatrics. 20th ed. Philadelphia: Elsevier; 2016
SKDI 4
CROUP (LARYNGOTRAKEITIS)
Infeksi virus (seringkali Parainfluenzae) di saluran nafas atas yang Pemeriksaan Penunjang
menyebabkan penyumbatan akibat edema jaringan ikat
• X-foto AP leher
• DPL : limfositosis
Anamnesis
Tatalaksana
• Stridor (at rest)
• Demam • Steroid injeksi (dexamethasone 0.15-0.6
• Barking cough dan suara serak SERING mg/kg/hari IV, dosis tunggal, maks 16 mg)
• Takipneu, sesak napas KELUAR • Nebulisasi epinephrine (1:1000 ; 2 mL dlm 2 mL
• Sulit makan minum (karena sesak nafas)--> DI NS→ 20 min)
dehidrasi
•Napas cuping hidung, retraksi intercostal, UKMPPD • Suportif:
suprasternal • Oksigen, NGT bila perlu
• Indikasi rawat di ICU:
• SpO2 <=92% dengan terapi oksigen
Pemeriksaan Fisik • Perburukan status pernapasan
• Napas cepat + stridor inspiratotik
• Retraksi dinding dada STEEPLE SIGN
•Sianosis (berat)
• SpO2 wajib dicek a pencil-point sign or pencil sign
•Umumnya jarang tampak “toksik” or wine bottle sign)
→ subglottic narrowing
Kliegman, et al. Nelson textbook of pediatrics. 20th ed. Philadelphia: Elsevier; 2016
SERING SKDI 3A
EPIGLOTITIS KELUAR
DI
UKMPPD
• Infeksi akibat bakteri (Haemophilus
influenzae type B (Hib), H.
parainfluenzae, Strep pneumoniae)
• Gejala sangat mirip dengan Croup
Pembeda : drooling berlebihan,
dysphagia, suara serak (triad) posisi
tripod, tampak toksik
Gejala memburuk dalam 8-12 jam

PF: cervical adenopathy


PP: X ray lateral leher thumb sign
SKDI 4
PERTUSIS
Infeksi yang disebabkan oleh bakteri Bordetella
pertussis (Bakteri coccobacillus gram negative) atau Pemeriksaan Penunjang
B. parapertussis, B. bronchiseptica, Mycoplasma
pneumonia ataupun adenovirus 1. Hematologi rutin ditemukan leukositosis dengan
limfositosis
Tanda dan Gejala 2. Radiologi : komplikasi paru atau infeksi sekunder
3. Biakan sekret nasofaring (pada stadium kataralis dan
1. Masa inkubasi 5-10 hari (rata –rata 7 hari, bisa awal stadium paroksismal)
memanjang hingga 21 hari) 4. Uji imunofloresens
5. PCR atau enxyme immunoassay IgG dan IgM
2. Terbagi menjadi 3 stadium
• Kataralis : Berlangsung 1-2 minggu.
o infeksi saluran nafas atas, injeksi dan peningkatan Tatalaksana
secret nasal, disertai demam ringan.
• Paroksismal : berlangsung 1-6 minggu. 1. Medikamentosa
o Batuk terus menerus diawali dengan inspirasi panjang • Eritromisin 40-50 mg/kgbb/hari per oral terbagi
(whoop), batuk pada fase ekspirasi dan diakhiri menjadi 4 dosis (maksimal 2 gram) diberikan selama
dengan muntah, karena sulitnya membuang mucus 14 hari
dan secret yang menempel pada saluran nafas . Pada • Lini 2 : trimethoprim-sulfametoksasol (TMP-SMZ 6-
bayi pola batuk tidak jelas, sering ditemukan dalam 8mg/kgBB/hari, terbagi menjadi 2 dosis (maksimal 1
kondisi apneu gram)
• Penyembuhan : batuk akan menghilang secara bertahap, 2. Suportif : hindari faktor yang menimbulkan serangan
total lama sakit 6-10 minggu batuk, cairan, oksigen & nutrisi adekuat
QUIZ TIME #1
An.Taki, laki-laki usia 3 tahun datang ke puskesmas tanpa keluhan. Ayah pasien saat ini
tengah menjalani pengobatan TB paru BTA (+) bulan ke-2. Saat kecil pasien telah
mendapatkan imunisasi BCG.

Berdasarkan kondisi tersebut, hal apakah yang seharusnya dilakukan kepada pasien?
a. Observasi
b. Skoring TB dan profilaksis INH
c. Imunisasi BCG dan skoring TB
d. Imunisasi TB dan profilaksis INH
e. Pengobatan TB
QUIZ TIME #1
An.Taki, laki-laki usia 3 tahun datang ke puskesmas tanpa keluhan. Ayah pasien saat ini
tengah menjalani pengobatan TB paru BTA (+) bulan ke-2. Saat kecil pasien telah
mendapatkan imunisasi BCG.

Berdasarkan kondisi tersebut, hal apakah yang seharusnya dilakukan kepada pasien?
a. Observasi
b. Skoring TB dan profilaksis INH
c. Imunisasi BCG dan skoring TB
d. Imunisasi TB dan profilaksis INH
e. Pengobatan TB
QUIZ TIME #2
Anak 2 tahun datang dibawa ke IGD dengan keluhan sesak napas sejak 4 hari yang lalu.
Sebelumnya pasien mengalami batuk, pilek disertai demam sekitar 7 hari yang lalu. Tidak
ada riwayat tersedak. Dari pemeriksaan fisik, nadi 145x/menit, RR 55x/min, T 38.5 C,
wheezing -/-. ronki basah kasar +/+, SpO2 94%. Dari hasil pemeriksaan X ray toraks,
tampak konsolidasi dan patchy infiltrate bilateral.

Diagnosis yang paling memungkinan adalah ….


A.Bronkopneumonia
B.Bronkiolitis
C.Bronkitis
D.TB paru
E. Pneumonitis ec aspirasi
QUIZ TIME #2
Anak 2 tahun datang dibawa ke IGD dengan keluhan sesak napas sejak 4 hari yang lalu.
Sebelumnya pasien mengalami batuk, pilek disertai demam sekitar 7 hari yang lalu. Tidak
ada riwayat tersedak. Dari pemeriksaan fisik, nadi 145x/menit, RR 55x/min, T 38.5 C,
wheezing -/-, ronki basah kasar +/+, SpO2 94%. Dari hasil pemeriksaan X ray toraks, tampak
konsolidasi dan patchy infiltrate bilateral.

Diagnosis yang paling memungkinan adalah ….


A.Bronkopneumonia
B.Bronkiolitis
C.Bronkitis
D.TB paru
E. Pneumonitis ec aspirasi
QUIZ TIME #3
Seorang anak laki-laki usia 16 bulan dibawa ke poliklinik karena batuk berdahak sejak
pagi tadi. Keluhan disertai pilek dan pasien tampak sesak. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan nadi 130x/menit, nafas 55x/menit, suhu 37.8C, retraksi subkostal minimal,
dan pada auskultasi ditemukan ekspirasi memanjang disertai mengi.

Pernyataan berikut ini yang tepat adalah...


A. Antibiotik wajib diberikan
B. Kelompok usia yang paling sering terserang adalah usia >2 tahun
C. Etiologi tersering adalah RSV
D. Sangat direkomendasikan pemberian nebulisasi salbutamol
E. Penegakkan diagnosis dengan analisa gas darah
QUIZ TIME #3
Seorang anak laki-laki usia 16 bulan dibawa ke poliklinik karena batuk berdahak sejak
pagi tadi. Keluhan disertai pilek dan pasien tampak sesak. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan nadi 130x/menit, nafas 55x/menit, suhu 37.8C, retraksi subkostal minimal,
dan pada auskultasi ditemukan ekspirasi memanjang disertai mengi.

Pernyataan berikut ini yang tepat adalah...


A. Antibiotik wajib diberikan
B. Kelompok usia yang paling sering terserang adalah usia >2 tahun
C. Etiologi tersering adalah RSV
D. Sangat direkomendasikan pemberian nebulisasi salbutamol
E. Penegakkan diagnosis dengan analisa gas darah
QUIZ TIME #4
Anak laki-laki berusia 12 tahun mengeluh demam sejak 1 minggu SMRS. Keluhan
disertai batuk melengking hingga pasien menarik nafas dalam dan cepat, selama
pasien batuk-batuk, kedua mata pasien terlihat merah. Pemeriksaan fisik nadi
90x/menit, Tax 38,0 C RR 25x/menit, konjungtiva bilateral hiperemis (+).

Etiologi gejala pada pasien ini adalah…


a. Bakteri batang gram positif, penghasil spora
b. Bakteri coccobacillus gram positif
c. Bakteri coccobacillus gram negatif
d. Bakteri batang gram negatif
e. Bakteri coccus gram positif, berbentuk seperti rantai
QUIZ TIME #4
Anak laki-laki berusia 12 tahun mengeluh demam sejak 1 minggu SMRS. Keluhan
disertai batuk melengking hingga pasien menarik nafas dalam dan cepat, selama
pasien batuk-batuk, kedua mata pasien terlihat merah. Pemeriksaan fisik nadi
90x/menit, Tax 38,0 C RR 25x/menit, konjungtiva bilateral hiperemis (+).

Etiologi gejala pada pasien ini adalah…


a. Bakteri batang gram positif, penghasil spora
b. Bakteri coccobacillus gram positif
c. Bakteri coccobacillus gram negatif
d. Bakteri batang gram negatif
e. Bakteri coccus gram positif, berbentuk seperti rantai
SKDI 4A
GANGGUAN RESPIRASI

- Fibrosis paru - PPOK


- Gang. - Asma
Neuromuskular - Bronkiektasis
- CHF - Bronkiolitis
- Sarcoidosis - Cystic fibrosis
- Obesitas

Restriktif Obstruktif Campuran


FEV1 ↓ / Normal ↓↓ ↓
FVC ↓↓ Normal ↓
FEV1/FVC ↑ / Normal ↓↓ ↓
SKDI 4A
ASMA SERING KELUAR DI
UKMPPD

Definisi:
- Penyakit paru obstruktif
- Hiperreaktivitas bronkus
- Inflamasi kronik saluran napas

Keluhan utama: sesak, batuk, dan/atau mengi


Karakteristik khas:
Episodik, berulang
Timbul jika ada pencetus
Membaik dengan bronkodilator
Berfluktuasi dari waktu ke waktu
Riwayat atopi pada keluarga

Penunjang baku emas: Spirometri Penunjang sederhana: Arus Puncak Ekspirasi (Peak Flow
1. Gambaran obstruksi (pre-bronkodilator) Meter)
-FEV1/FVC <75% 1. Peningkatan 60 lpm atau >= 20%
-FEV1 < 80% 2. dibanding pre-BD, Variasi Diurnal > 20%
2. FEV1/FVC post-BD >70%,
FEV1 post-BD >12% dan >200mL
Pengenalan Spirometri
SKDI 4A
DIAGNOSIS ASMA
SKDI 4A
DIAGNOSIS ASMA

Derajat BERAT Asma Anak


(sebelum pengobatan)

Derajat BERAT Asma Dewasa


(sebelum pengobatan)
SKDI 4A
ASMA

Derajat
SERANGAN AKUT
Asma
SKDI 3B SKDI 4A
ASMA EKSASERBASI
Tatalaksana Eksaserbasi Asma
SKDI 4A
ASMA STABIL
Jika Pengobatan Asma Belum di inisiasi sama sekali
SKDI 4A
ASMA STABIL
Jika Pengobatan Asma Sudah di inisiasi →
Rencanakan Step-up dalam 2-4 minggu
sejawat.id 0877-4876-3742
n
SKDI 4A
REFERENSI OBAT ASMA
Golongan Obat Sediaan Obat Dosis Dewasa Keterangan
SABA Salbutamol Salbutamol Salbutamol
- IDT 100 mcg/semprot - Inhalasi 200 mcg 3-4x / hari - Untuk mengatasi eksaserbasi, dosis
- Nebules/solutio 2,5mg/2mL, 5mg/mL - Oral 1-2 mg 3-4x / hari pemeliharaan sekitar 3-4x / hari
1. Salbutamol - Tablet 2mg, 4mg
(Albuterol - Sirup 1mg,2mg/5mL
Terbutalin
2. Terbutalin Terbutalin Terbutalin - Penggunaan obat pelega sesuai
- IDT 0,25 mg/semprot - Inhalasi 0,25-0,5 mg 3-4x / hari kebutuhan, bila perlu saja
- Turbuhaler 0,25mg ; 0,5mg / hirup - Oral 1,5-2,5 mg 3-4x / hari
- Respule/solutio 5mg/2mL
- Tablet 2,5 mg
- Sirup 1,5 ; 2,5 mg / 5mL

LABA Formoterol Formoterol Digunakan bersama/ kombinasi dengan


IDT 4,5 ; 9 mcg / semprot 4,5 – 9 mcg 1-2x/ hari steroid inhalasi untuk mengontrol asma
1. Formoterol
Salmeterol Salmeterol
2. Salmeterol - IDT 25 mcg/ semprot 2 – 4 semprot, 2 x / hari
- Rotadisk 50 mcg

ICS Flutikason propionat Flutikason propionat Dosis bergantung kepada derajat berat
1. Flutikason - IDT 50, 125 mcg/ semprot - 125 – 500 mcg/ hari asma
propionat
2. Budesonide Budesonide Budesonide Sebaiknya diberikan dengan spacer
- IDT , Turbuhaler 100, 200, 400 mcg - 100 – 800 mcg/ hari
SKDI 4A
REFERENSI OBAT ASMA
Golongan Obat Sediaan Obat Dosis Dewasa Keterangan
Antikolinergik
Ipratropium bromide - IDT 20 mcg/ semprot - 40 mcg, 3-4 x/ hari - Diberikan kombinasi dengan agonis beta-2 kerja
- Solutio 0,25 mg/ ml 0,25 mg, setiap 6 singkat, untuk mengatasi serangan
(0,025%) (nebulisasi) jam - Kombinasi dengan agonis beta-2 pada
pengobatan jangka panjang, tidak ada manfaat
tambahan

Kortikosteroid sistemik
Metilprednisolon Tablet 4 , 8, 16 mg 4-40 mg/ hari, dosis Pemakaian jangka panjang dosis 4-5mg/ hari atau 8-10
(Tergantung tunggal atau terbagi mg selang sehari untuk:
ketersediaan RS) - mengontrol asma
Short-course : 20-40 mg - pengganti steroid inhalasi (pada kasus yang tidak
/hari dosis tunggal atau dapat/ mampu menggunakan steroid inhalasi)
terbagi selama 3-10 hari

Metilxantin
Aminofilin Tablet 130 mg, 150 mg, 200 3-5 mg/kgBB 3-4x per hari Kombinasi dengan agonis beta-2 kerja singkat (masing-
mg masing dosis minimal), meningkatkan efektivitas dengan
efek samping minimal
SKDI 4A
ASMA
Edukasi & Pendekatan Non-Farmakologis

Berhenti merokok • Dorong pasien untuk berhenti merokok, dan hindari asap rokok

• Anjurkan olahraga ringan dengan diawali pemanasan dan penggunaan SABA pre-exercise, serta
Aktivitas fisik edukasi bila terjadi exercise-induced bronchoconstriction

• Indoor di lingkungan rumah/tempat kerja contoh: debu, tungau, bulu hewan, cuaca dingin, pollen
Allergen avoidance • Asma okupasional → Asses riwayat pekerjaan, apakah ada paparan yang bisa memicu→ Bila ada,
hindari pemicu tersebut.

• Kelola stress, latihan nafas, makan makanan bergizi


• Infeksi respirasi ec viral
Common trigger • Obat-obatan
• Aspirin dan NSAID → pada beberapa pasien dapat menimbulkan eksaserbasi asma
• Beta-blocker non-selektif misal propranolol dapat memicu bronkokontriksi

Penggunaan obat asma yang baik dan • Benar obat, dosis, waktu, frekuensi, cara pemakaian → Mencontohkan di depan dokter!
benar
SKDI 4A
ASMA
Fungsi ACT:
Evaluasi secara holistik mengenai terapi yang
sudah diberikan
SKDI 3B
PPOK SERING KELUAR DI
UKMPPD

Penyakit paru obstruktif kronik


berkaitan dengan:

• Keterbatasan aliran udara pada pernapasan yang


bersifat resisten
• Abnormalitas alveolus ataupun penyempitan saluran
pernapasan yang disebabkan oleh paparan terhadap
partikel/gas polusi (utamanya ROKOK)

Manifestasi Klinis (Anamnesis)


• Sesak
• Progresif
• Memberat dengan aktivitas
• Persisten
• Batuk Kronik
• Dengan mengi berulang
• Batuk Berdahak
• Riwayat paparan
• Merokok / paparan asap rokok lama
• Partikel gas dari memasak dan bahan bakar
• Uap, asap, gas, dan senyawa kimia okupasional
• Riwayat keluarga dengan PPOK
SKDI 3B
PPOK

Klinis Pasien PPOK bisa bercampur antara bronchitis Kronis dan Emfisema
SKDI 3B
PPOK
Pemeriksaan Fisis
Inspeksi • Pursed-lips breathing (mulut setengah terkatup/mencucu)
• Barrel chest → diameter AP:Transversal = 1:1
• Penggunaan otot bantu napas → Lanjut: Hipertrofi
• Pelebaran sela iga (hiperinflasi)
• JVP meningkat dan edema tungkai → RVH

Palpasi • Sela iga melebar pada emfisema


• Fremitus hantarannya melemah

Perkusi • Hipersonor pada emfisema


• Letak diafragma rendah, hati terdorong ke bawah
(hiperinflasi)

Auskultasi • Suara napas vesikuler normal atau melemah


• Rhonki atau mengi (pada napas biasa atau ekspirasi paksa)
• Ekspirasi memanjang
• Bunyi jantung terdengar jauh
Pursed-lip breathing Barrel chest
PPOK SKDI 3B
Pemeriksaan Penunjang
Normal Bronkitis Konik
Spirometri
• FEV1/FVC pasca bronkodilator* < 0.70
• APE variabilitas ≤ 20%
• PPOK: Peningkatan FEV1<12% atau
<200 ml pasca-BD
*Salbutamol 2x2 puff (400mcg), tunggu 10-15 menit

Foto Toraks → Ekslusi DD dan Komplikasi


• Bronkitis kronik: corakan bronkovaskuler bertambah
• Emfisema: hiperlusen & hiperinflasi
• Anterior CXR: Emfisema
• diafragma turun dan mendatar (>iga posterior ke-10),
• jantung tampak menggantung → jantung pendulum/tear drop
• Lateral CXR: ruang retrosternal melebar

Analisis Gas Darah


• Identifikasi gagal napas pada pasien PPOK
• Identifikasi Asidosis Respiratorik
• Mencari tanda-tanda indikasi NIV → IV
Aspek Klinis Diagnosis PPOK
PPOK SKDI 3B
Klasifikasi
SKDI 3B
PPOK
Terapi Farmakologi Inisial PPOK
SKDI 3B
Follow-Up Therapy COPD

Nice to Know Box!


Pengobatan PPOK akan diarahkan
berdasarkan dua subtipe:
1. Dyspneu (Fokus pada gejala)
2. Eksaserbation (Mudah kambuhan)

Penyesuaian akan dilakukan oleh SpP


SKDI 3B
PPOK
Key-point Tatalaksana PPOK Eksaserbasi
Bronkodilator Kortikosteroid Avoidance Paparan
Terapi Oksigen Antibiotik Terapi suportif : Rehabilitasi
Inhalasi sistemik Partikel/Gas
•Target SpO2 88- •Nebulizer : agonis •Indikasi : apabila •Jika ada bukti •Pemberian diuretic •Asesmen pekerjaan •Aktivitas fisis →
92% atau pO2 > 60 beta 2 kerja cepat FEV1 <50% keterlibatan bakteri : bila ada retensi cairan •Berhenti merokok memperbaiki efisiensi
mmHg (salbutamol) + predicted amoksisilin 500 mg •Mukolitik (Erdostein, dan hindari asap dan kapasitas sistem
•Evaluasi klinis antikolinergik (2.5 •Prednisone 30-40 3x/hari selama 3-14 NAC) dapat diberikan rokok transportasi oksigen
tanda-tanda + 0.5 mg), lama mg selama 10-14 hari atau doksisiklin bila sputum mukoid •Latihan
retensi CO2 dan kerja 4-8 jam hari 100 mg 2x/hari •Ekspektoran dengan meningkatkan
asidosis pada •Pemberian jangka selama 3-14 hari obat batuk hitam kemampuan otot
pasien Panjang memiliki •Studi preventif u/ (OBH) pernapasan
efek samping yang antiinflamasi: •Latihan ketahanan
besar Azitromisin (250 •Latihan pernapasan
mg/hari atau 500mg
•Teknik pernapasan
3x per minggu) atau
diafragma
eritromisin
(250mg/hari) selama •Teknik pursed-lip
satu tahun pada breathing
pasien yang rentan •Psikososial
eksaserbasi (LOE A)
Berhenti Merokok
SKDI 3B
PPOK
Tatalaksana PPOK Eksaserbasi
Tata Laksana PPOK di IGD

Quick Cap!

Must to Know Box!


Pengobatan PPOK di IGD bersifat
supportif (Simtomatik) dan
pencegahan/penanganan
komplikasi
Kapan Pasien PPOK Eks. Akut Harus dirawat?
SOAL NO. 1
Ny. Amizah 21 tahun datang ke poliklinik paru dengan mengeluh sesak dan
suara napas berbunyi “ngik-ngik’. Keluhan memberat di malam hari dan pagi
setelah bangun tidur, atau setelah terpapar polusi maupun asap rokok. Pasien
mengatakan ayahnya alergi udang. Dokter kemudian melakukan pemeriksaan
spirometri dengan hasil FVC 87%, FEV1 60%, FEV1/FVC 69%. Kemudian
didapatkan FEV1 pasca bronkodilator 80%.

Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan spirometri tersebut?


A. Penyakit paru obstruktif, ireversibel dengan bronkodilator
B. Penyakit paru obstruktif, reversibel dengan bronkodilator
C. Penyakit paru restriktif, irreversible dengan bronkodilator
D. Penyakit paru campuran, ireversibel dengan bronkodilator
E. Penyakit paru campuran, reversibel dengan bronkodilator
SOAL NO. 1
Ny. Amizah 21 tahun datang ke poliklinik paru dengan mengeluh sesak dan
suara napas berbunyi “ngik-ngik’. Keluhan memberat di malam hari dan pagi
setelah bangun tidur, atau setelah terpapar polusi maupun asap rokok. Pasien
mengatakan ayahnya alergi udang. Dokter kemudian melakukan pemeriksaan
spirometri dengan hasil FVC 87%, FEV1 60%, FEV1/FVC 69%. Kemudian
didapatkan FEV1 pasca bronkodilator 80%.

Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan spirometri tersebut?


A. Penyakit paru obstruktif, ireversibel dengan bronkodilator
B. Penyakit paru obstruktif, reversibel dengan bronkodilator
C. Penyakit paru restriktif, irreversible dengan bronkodilator
D. Penyakit paru campuran, ireversibel dengan bronkodilator
E. Penyakit paru campuran, reversibel dengan bronkodilator
SOAL NO. 2
Seorang laki-laki usia 22 tahun datang dengan keluhan sesak nafas memberat sejak 3
jam SMRS. Riwayat sesak sudah ada sejak kecil. Pasien baru saja pindah rumah. Dalam
sebulan ini, sesak muncul setiap hari tetapi tidak terus menerus. Saat anamnesis pasien
membungkuk ke depan dan hanya bisa berbicara sepatah dua patah kata. Pemeriksaan
fisik TD 120/80 mmHg, nadi 88x/menit, nafas 40x/menit, suhu afebris, terdapat
wheezing.

Manakah diagnosis yang paling tepat?


A. Asma intermiten serangan sedang-berat
B. Asma persisten ringan serangan sedang-berat
C. Asma persisten sedang serangan sedang-berat
D. Asma persisten berat serangan sedang-berat
E. Asma persisten berat serangan ringan
SOAL NO. 2
Seorang laki-laki usia 22 tahun datang dengan keluhan sesak nafas memberat sejak 3
jam SMRS. Riwayat sesak sudah ada sejak kecil. Pasien baru saja pindah rumah. Dalam
sebulan ini, sesak muncul setiap hari tetapi tidak terus menerus. Saat anamnesis pasien
membungkuk ke depan dan hanya bisa berbicara sepatah dua patah kata. Pemeriksaan
fisik TD 120/80 mmHg, nadi 88x/menit, nafas 40x/menit, suhu afebris, terdapat
wheezing.

Manakah diagnosis yang paling tepat?


A. Asma intermiten serangan sedang-berat
B. Asma persisten ringan serangan sedang-berat
C. Asma persisten sedang serangan sedang-berat
D. Asma persisten berat serangan sedang-berat
E. Asma persisten berat serangan ringan
SOAL NO. 3
Tn. Kim, 56 tahun datang karena sesak memberat nafas sejak 3 jam SMRS. Pasien
memiliki riwayat asma persisten ringan sejak kecil tanpa riwayat merokok. Pasien hanya
bisa berbicara perkata Pada PF didapatkan TD 130/90 mmHg, nadi 130x/menit, RR
31x/menit, suhu 36.0°C. Tampak retraksi sela iga saat inspirasi, perkusi sonor, suara
napas memanjang saat ekspirasi tanpa disertai ronki pada lapang paru.

Kombinasi tata laksana farmakologi yang tepat pada pasien ini adalah?
A.Salbutamol ditambah prednisone 40-50 mg
B.Budesonide ditambah LABA
C.Metilprednisolone sesuai dosis ekivalensi prednisone
D.Flutikason ditambah LABA
E.Salbutamol dan Ipratropium bromide ditambah prednisolone 40-50 mg
SOAL NO. 3
Tn. Kim, 56 tahun datang karena sesak memberat nafas sejak 3 jam SMRS. Pasien memiliki
riwayat asma persisten ringan sejak kecil tanpa riwayat merokok. Pasien hanya bisa
berbicara perkata Pada PF didapatkan TD 130/90 mmHg, nadi 130x/menit, RR 31x/menit,
suhu 36.0°C. Tampak retraksi sela iga saat inspirasi, perkusi sonor, suara napas
memanjang saat ekspirasi tanpa disertai ronki pada lapang paru.

Kombinasi tata laksana farmakologi yang tepat pada pasien ini adalah?
A.Salbutamol ditambah prednisone 40-50 mg
B.Budesonide ditambah LABA
C.Metilprednisolone sesuai dosis ekivalensi prednisone
D.Flutikason ditambah LABA
E.Salbutamol dan Ipratropium bromide ditambah prednisolone 40-50 mg
SOAL NO. 4
Pasien laki-laki, 45 tahun, dibawa ke IGD dengan keluhan sesak disertai batuk berwarna
kekuningan sejak 1 hari SMRS. Sesak disertai suara “ngik-ngik” dan batuk. Terdapat
riwayat atopi dan asma sejak kecil, namun tak diperiksa ke dokter. Pasien memiliki
riwayat merokok sejak SMA sebanyak 12 batang rokok. Pemeriksaan fisik TD 132/78
mmHg, Nadi 105x/menit, RR 26x/menit, suhu 37,1 C. Pasien hanya dapat berkata-kata
menggunakan frasa per frasa disertai mengi pada kedua lapang paru.

Diagnosis awal dan pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan adalah …


A. Sindrom Tumpang Tindih Asma-PPOK, Spirometri
B. Asma Eks. Akut, Spirometri
C. PPOK Eks. Akut, Chest-X-Ray
D. Pneumonia Komunitas, Chest-X-Ray
E. Sindrom Tumpang Tindih Asma-PPOK, Chest-X-Ray
SOAL NO. 4
Pasien laki-laki, 45 tahun, dibawa ke IGD dengan keluhan sesak disertai batuk berwarna
kekuningan sejak 1 hari SMRS. Sesak disertai suara “ngik-ngik” dan batuk. Terdapat
riwayat atopi dan asma sejak kecil, namun tak diperiksa ke dokter. Pasien memiliki
riwayat merokok sejak SMA sebanyak 12 batang rokok. Pemeriksaan fisik TD 132/78
mmHg, Nadi 105x/menit, RR 26x/menit, suhu 36,5 C. Pasien hanya dapat berkata-kata
menggunakan frasa per frasa disertai mengi pada kedua lapang paru dan Ronki basah
Kasar.

Diagnosis awal dan pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan adalah …


A. Sindrom Tumpang Tindih Asma-PPOK, Spirometri
B. Asma Eks. Akut, Spirometri
C. PPOK Eks. Akut, Chest-X-Ray
D. Pneumonia Komunitas, Chest-X-Ray
E. Sindrom Tumpang Tindih Asma-PPOK, Chest-X-Ray
SOAL NO. 5
Seorang laki-laki berusia 65 tahun datang dengan keluhan sesak nafas yang menetap
sejak 1 tahun SMRS. Pasien merokok 12 batang sehari sejak SMA. Tanda vital dalam
batas normal. Terdapat pursed lip breathing, tripod position, dan terdengar wheezing
pada kedua lapang paru. Dari hasil pemeriksaan Spirometri, pasien didiagnosis sebagai
PPOK. Dokter menyarankan pasien untuk berhenti merokok, namun pasien merasa tidak
bisa menghentikan kebiasaan merokoknya.

Pada upaya berhenti merokok, komponen 5A manakah yang menjadi hambatan?


A. Ask
B. Advise
C. Assess
D. Assist
E. Arrange
SOAL NO. 5
Seorang laki-laki berusia 65 tahun datang dengan keluhan sesak nafas yang menetap
sejak 1 tahun SMRS. Pasien merokok 12 batang sehari sejak SMA. Tanda vital dalam
batas normal. Terdapat pursed lip breathing, tripod position, dan terdengar wheezing
pada kedua lapang paru. Dari hasil pemeriksaan Spirometri, pasien didiagnosis sebagai
PPOK. Dokter menyarankan pasien untuk berhenti merokok, namun pasien merasa
tidak bisa menghentikan kebiasaan merokoknya.

Pada upaya berhenti merokok, komponen 5A manakah yang menjadi hambatan?


A. Ask
B. Advise
C. Assess
D. Assist
E. Arrange
SKDI 4A
TUBERKULOSIS (TBC) SERING KELUAR DI
UKMPPD

Gejala Lokal Gejala Sistemik

• Batuk 2 minggu atau • Demam low grade


lebih • Malaise
• Dispnea • Penurunan nafsu makan
• Hemoptisis • Penurunan berat badan
• Nyeri dada pleuritik • Keringat malam tanpa
aktivitas fisik

Paru
- Perkusi:
- redup disertai suara napas bronkial (sesuai lokasi
konsolidasi / efusi),
- hipersonor atau timpani jika terdapat kavitas
- Auskultasi:
- suara nafas dapat normal / bronkial
- ronkhi basah kasar (terutama di apeks)
SKDI 4A
TUBERKULOSIS (TBC)
Pemeriksaan penunjang (Bakteriologis)
Pemeriksaan dahak mikroskopik langsung dengan 2 kali
pengambilan yaitu SEWAKTU (S) dan PAGI (P), cat dengan Ziehl
neelsen, kinyoun gabbet

Pemeriksaan tes cepat molekuler (TCM), dapat untuk diagnosis


namun tidak dapat untuk evaluasi pengobatan.

Pemeriksaan biakan dengan media padat (Lowenstein Jensen)


dan media cair (Growth Indicator Tube)

LJ (3 bulan)

Ziehl-Neelsen (1 jam) MGIT


(3 minggu)
SKDI 4A
TUBERKULOSIS (TBC)
Pemeriksaan Penunjang Radiologis
- Kelainan pada apeks paru segmen
apikal lobus atas atau lobus bawah.
- Dapat berupa infiltrat hingga kavitas
- dapat terjadi fibrosis → bayangan
bergaris - garis
- kalsifikasi pada fase lanjut →
bercak padat densitas tinggi
SKDI 4A
TUBERKULOSIS (TBC)
Pemeriksaan Penunjang Histologi-Patologi
- Tuberkel yang terdiri
atas:
- Nekrosis perkejuan
- Sel epiteloid
- Sel datia langhans
Kelim limfosit.
SKDI 4A
TUBERKULOSIS (TBC)
Klasifikasi Berdasarkan Lokasi Anatomis
*jika pasien ada TB Paru
TB Paru: • parenkim paru (termasuk milier)
dan Ekstraparu →
• limfadenitis TB, efusi pleura, TB abdomen, saluran kencing, kulit, diklasifikasikan sebagai
TB Ekstraparu: sendi, selaput otak, tulang TB Paru

Klasifikasi Berdasarkan Riwayat Pengobatan


TB kasus baru: belum pernah mendapat pengobatan TB, atau sudah pernah menelan OAT <28 dosis

Pasien yang pernah diobati TB: pernah menelan OAT sebanyak 28 dosis atau lebih

• Pasien Kambuh: pernah dinyatakan sembuh, saat ini terdiagnosis kembali


• Gagal Pengobatan:
• dahak tetap positif atau kembali positif pada bulan kelima atau lebih
• diperoleh hasil lab yang menunjukkan adanya resistensi OAT kapanpun
• Putus Berobat (Mangkir / Drop-out): pengobatan terputus selama 2 bulan atau lebih berturut-turut
• Lain-lain: pernah diobati, hasil akhir tidak diketahui

Riwayat pengobatan sebelumnya tidak diketahui


TUBERKULOSIS (TBC) SKDI 4A
KLASIFIKASI BERDASARKAN PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGIS
- TB terkonfirmasi bakteriologis: (+) BTA, TCM, atau biakan
- TB terdiagnosis secara klinis: foto toraks, resisten antibiotik non OAT, faktor risiko, penilaian dokter
- TB paru BTA (-)
- TB ekstraparu bakteriologis (-)
- TB anak terdiagnosis dengan skoring

KLASIFIKASI BERDASARKAN KEPEKAAN OBAT


- Monoresisten: satu jenis OAT lini pertama selain R
- Poliresisten: lebih dari satu jenis OAT lini pertama selain R & H secara bersamaan
- Multi-drug resistant (MDR): resisten R & H bersamaan SKDI 2
- Extensive-drug resistant (XDR): TB MDR + min. 1 florokuinolon + min. 1 OAT lini kedua jenis suntikan
(kanamisin, kapreomisin, amikasin)
- Resisten Rifampisin (RR): resisten R dengan atau tapa resisten OAT lain

KLASIFIKASI BERDASARKAN STATUS HIV


- TB dengan HIV (+)
- TB dengan HIV (-)
- TB dengan status HIV tidak diketahui SKDI 3A
SKDI 4A
Alur Diagnosis
SKDI 4A
SKDI 4A
TUBERKULOSIS (TBC)

OAT Kategori 1:
Pengobatan TB
OAT Kategori 2:
2(HRZE) / 4(HR)3
2 (HRZE)S / (HRZE) / 5(HR)3E3
Pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis Pasien kambuh

Pasien gagal pada pengobatan dengan paduan OAT kategori 1


Pasien TB paru terdiagnosis klinis
sebelumnya

Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to


Pasien TB ekstra paru
follow-up)

Regimen kategori 2 sudah ditinggalkan karena semakin tersedianya akses TCM


- rekomendasi: pada ketiga kategori pasien tersebut diperiksakan TCM, biakan, dan resistensi.
Keputusan selanjutnya disesuaikan dengan hasil pemeriksaan tersebut
SKDI 4A
TUBERKULOSIS (TBC)
Regimen
Dosis Paduan OAT KDT Kategori 1 2(HRZE/4(HR)3
TB EKSTRAPARU
1. Regimen sama dengan TB paru (6 bulan)
- limfadenitis TB,
- pleuritis TB,
- perikarditis TB,
- TB milier,
- TB genitourinaria,
- TB peritoenal/abdomen
1. TB tulang/sendi selama 6-9 bulan
Dosis Paduan OAT KDT Kategori 2: :2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
2. TB saraf pusat (cth: meningitis TB) 9-12 bulan.

KORTIKOSTEROID
Diberikan pada TB saraf pusat, perikarditis TB, dan
pleuritis TB berat.

Prednison 1 mg/kgBB, tappering off


SKDI 4A
TUBERKULOSIS (TBC)
OAT Lini 1
Efek Samping OAT lini 1 (secara keseluruhan):
- Mual nyeri perut, anoreksia → OAT diminum malam sebelum tidur atau diminum dengan sedikit makanan
- Ruam gatal → simtomatis antihistamin & pelembab kulit, pertimbangkan rujuk untuk drug challenge
- DILI → Hentikan OAT, periksa fungsi hati lengkap, rujuk untuk mengganti regimen

Obat Sifat Efek Samping

Rifampicin (R) Bakterisidal mewarnai urin menjadi merah, memengaruhi efektivitas KB hormonal, interaksi dengan obat anti-
diabetik, gangguan menstruasi, flu-like syndrome, trombositopenia, ruam kulit, purpura, syok, aki,
sesak napas, dan anemia hemolitik

Isoniazid (H) Bakterisidal kesemutan (neuropati perifer) → atasi dengan pemberian vitamin B6 (piridoksin) 100 mg/hari -
profilaksis 50mg/hari

Pirazinamid (Z) Bakterisidal paling hepatotoksik, dapat meningkatkan kadar asam urat, nyeri sendi → atasi dengan NSAID atau
paracetamol

Etambutol (E) Bakteriostatik neuritis perifer, buta warna dan gangguan penglihatan, hati-hati pada anak

Streptomisin (S) Bakterisidal ototoksik, nefrotoksik, gangguan keseimbangan, syok anafilaksis, anemia, agranulositosis,
trombositopenia, oliguria
SKDI 3A
TUBERKULOSIS (TBC)
Drug-Induced Liver Injury & TB+Hepatitis
Hepatitis Imbas Obat TB + Hepatitis Akut
- Klinis ikterik, mual-muntah (+) • TUNDA OAT hingga kondisi akut
- Lab: perbaikan.
- SGOT/SGPT > 5x lipat tanpa gejala • Hanya jika diperlukan, berikan S
- SGOT/SGPT > 3x lipat dengan gejala + E selama 3 bulan pertama
- Bilirubin > 2 menyembuh, lanjutkan 6 RH.
Regimen yang disarankan TB + Hepatitis Kronis
1. Tanpa obat hepatotoksik: 18-24 SE + satu
• Periksa faal hati sebelum
obat fluorokuinolon selain siprofloksasin
pengobatan, jika SGOT/SGPT
2. 1 Obat hepatotoksik: 2 HES / 10 HE
>3x normal, obat hepatotoksik
3. 2 Obat hepatotoksik: 2 RHSE / 6 HR atau 9
RHE
perlu dihindari.
SKDI 3A
TUBERKULOSIS (TBC)
Kondisi Khusus Lainnya

TB Kehamilan & Menyusui TB Diabetes Mellitus


•Semua aman kecuali golongan aminoglikosida (streptomisin, •Regimen sama, tapi TB akan lebih sulit dikendalikan sehingga
kanamisin) → menembus sawar plasenta: gangguan umumnya diperpanjang sampai 9 bulan
pendengaran dan keseimbangan yang menetap pada bayi •Rifampisin interaksi negatif sulfonilurea (mis.
•Pemberian piridoksin 50 mg/hari diajurkan pada ibu glibenklamid) → dosis perlu disesuaikan
hamil yang mendapatkan pengobatan TB •Neuritis optik akibat etambutol pada penyandang DM
•Berikan VIT K 10 mg/hari bila R digunakan selama Diabetes melitus dapat menurunkan respons imun tubuh
trimester 3 menjelang partus sehingga lebih sulit mengendalikan perjalanan penyakit TB
•Untuk menyusui, OAT aman. Perhatikan risiko penularan bayi
dan pertimbangkan INH profilaksis pada anak jika diperlukan.
•Kontrasepsi hormonal sebaiknya dihindari karena berinteraksi
dengan Rifampisin
SKDI 3A
TUBERKULOSIS (TBC)
Kondisi Khusus Lainnya
TB-HIV
Tatalaksana dimulai dengan OAT, lalu setelah 2-8 minggu (segera setelah toleransi) berikan ARV.
- ARV yang terpilih menggunakan NNRTI berupa EFZ (efavirenz)
- ARV diberikan tanpa mempertimbangkan hitung CD4+

*Kalau kasusnya sudah rutin minum ARV makan obat TB langsung dapat diminum, begitu pula apabila sebelumnya sudah
meminum OAT maka ARV langsung dapat diminum dan dipantau toleransinya.

TB + Gagal Ginjal
- Tatalaksana inisiasi sebaiknya merujuk ke dokter paru karena perlu penyesuaian dosis Z & E
- S harus dihindari → Nefrotoksik
- H dan R diekskresi empedu tidak perlu disesuaikan
TUBERKULOSIS (TBC)
Pemantauan Pengobatan
SKDI 4A
TUBERKULOSIS (TBC)
Edukasi Nonfarmakologis
Perbaikan gizi (makan tinggi kalori dan protein)

Patuh minum obat, benar dosis, cara & waktu minum, dan
berobat sampai tuntas (minimal 6 bulan)

Pencegahan penularan terutama 2 bulan pertama pengobatan


• Tidak membuang ludah sembarangan, etika batuk,
menggunakan masker

Lingkungan tempat tinggal sebaiknya bersih, ventilasi baik,


dan terkena sinar matahari

Keluarga/lingkungan rumah diperiksa TB untuk deteksi dini /


mencari sumber penularan

Orang terdekat diminta menjadi PMO

Psikososial
• Menjaga stigma masyarakat tentang TB
• Pengobatan berbulan-bulan menjadi tantangan
SOAL NO. 6
Seorang laki-laki, 37 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan batuk lebih dari 1 bulan SMRS
dengan dahak berwarna kehijauan. Sekitar 1 tahun yang lalu, pasien mengaku sudah pernah
meminum obat selama 6 bulan, namun dinyatakan belum sembuh. Pemeriksaan fisik menunjukkan
TD 130/80 mmHg, nadi 80x/menit, nafas 26x/menit, dan suhu 37C. Dari pemeriksaan fisik
terdengar suara ronki di apeks kedua lapang paru. Setelah pemeriksaan kultur, ternyata pasien
resisten terhadap obat INH dan Rifampicin, tetapi masih sensitif terhadap streptomicin dan
etambutol.

Apakah diagnosis pasien yang paling tepat?


A. TB monoresisten
B. TB MDR
C. TB XDR
D. TB RR
E. TB kasus baru
SOAL NO. 6
Seorang laki-laki, 37 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan batuk lebih dari 1 bulan SMRS
dengan dahak berwarna kehijauan. Sekitar 1 tahun yang lalu, pasien mengaku sudah pernah
meminum obat selama 6 bulan, namun dinyatakan belum sembuh. Pemeriksaan fisik menunjukkan
TD 130/80 mmHg, nadi 80x/menit, nafas 26x/menit, dan suhu 37C. Dari pemeriksaan fisik
terdengar suara ronki di apeks kedua lapang paru. Setelah pemeriksaan kultur, ternyata pasien
resisten terhadap obat INH dan Rifampicin, tetapi masih sensitif terhadap streptomicin dan
etambutol.

Apakah diagnosis pasien yang paling tepat?


A. TB monoresisten
B. TB MDR
C. TB XDR
D. TB RR
E. TB kasus baru
SOAL NO. 7
Tn. Hector, 30 tahun, datang dengan keluhan mual muntah hebat. Pasien
merupakan penderita TB yang sedang konsumsi OAT sejak 1 minggu. Tanda
vital pasien saat ini 120/80 mmHg, N: 70x/m, P: 18x/m, suhu afebris. Pada
pemeriksaan fisis didapatkan sklera ikterik. Hasil lab menunjukkan SGOT 1200
IU/L & SGPT 360 IU/L.

Tindakan selanjutnya yang disarankan pada pasien adalah...


A. Beri regimen OAT kategori 1
B. Tunda pemberian OAT hingga hepatitis akut pulih
C. Beri regimen OAT E dan S
D. Beri regimen OAT kategori 1 dan hepatoprotektan
E. Beri kuinolon respirasi dan OAT injeksi
SOAL NO. 7
Tn. Hector, 30 tahun, datang dengan keluhan mual muntah hebat. Pasien
merupakan penderita TB yang sedang konsumsi OAT sejak 1 minggu. Tanda
vital pasien saat ini 120/80 mmHg, N: 70x/m, P: 18x/m, suhu afebris. Pada
pemeriksaan fisis didapatkan sklera ikterik. Hasil lab menunjukkan SGOT
1200 IU/L & SGPT 360 IU/L.

Tindakan selanjutnya yang disarankan pada pasien adalah...


A. Beri regimen OAT kategori 1
B. Tunda pemberian OAT hingga hepatitis akut pulih
C. Beri regimen OAT E dan S
D. Beri regimen OAT kategori 1 dan hepatoprotektan
E. Beri kuinolon respirasi dan OAT injeksi
SKDI 4A
PNEUMONIA INFEKSI SERING KELUAR DI
UKMPPD

- Infeksi parenkim paru akibat mikroorganisme (kecuali


Mycobacterium tuberculosis)
- Pneumonitis: tidak ada mikroorganisme → aspirasi asam
lambung atau material, ILD, pneumonitis hipersensitivitas

Jenis pneumonia (infeksi)


1.Pneumonia lobularis (Bronkopneumonia)
Di ujung akhir bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat
mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam
lobus yang berada didekatnya
1.Pneumonia lobaris
Seluruh atau satu bagian besar dari satu atau lebih lobus
1.Pneumonia interstitial
Di dalam dinding alveolar (interstisium) dan jaringan
peribronkial serta interlobular
SKDI 4A
PNEUMONIA INFEKSI
Diagnosis Etiologi
Infiltrat air bronchogram baru
Pada PF dan PP : ditemukan • Gram (+), streptococcus
+ beberapa gejala di bawah Pneumonia komunitas
tanda-tanda konsolidasi pneumoniae
ini:
Pneumonia • Gram (-), klebsiella pneumonia,
nosocomial pseudomonas aeruginosa
Inspeksi: suara napas
Batuk Pneumonia atipik • Chlamidya, Legionella, Mycoplasma
tertinggal saat bernapas

Perubahan karakteristik Palpasi: fremitus dapat • bakteri anaerob (sputum berbau


Pneumonia aspirasi
busuk)
sputum / purulen meningkat

Suhu tubuh > 3B0C (aksila) /


Perkusi: redup
riwayat demam

Auskultasi: nafas bronkial,


Nyeri dada
ronkhi basah halus - kasar

Leukositosis >= 10.000 /


Sesak
leukopenia <= 4500
SKDI 4A
PNEUMONIA INFEKSI
Gambaran Radiologis
- Foto toraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan diagnosis.
- Karakteristik pneumonia tipikal: gambaran infiltrat hingga konsolidasi dengan “air bronchogram”
yang berpola lobar / segmental
SKDI 4A
PNEUMONIA INFEKSI
SKDI 4A
PNEUMONIA INFEKSI
SKDI 4A
PNEUMONIA INFEKSI
SKDI 3B
PNEUMONIA ASPIRASI
Proses terbawanya bahan yang ada di orofaring
pada saat respirasi ke saluran napas bawah dan
dapat menimbulkan kerusakan parenkim paru
- Pneumonitis Aspirasi (Sindoma Mendelson): reaksi
inflamasi paru akibat aspirasi cairan lambung yang steril
dalam jumlah besar (≥4ml/kg)

Penyebab

• Penurunan kesadaran, gangguan neurologis,


disfagia, tindakan medis, penyakit periodontal

Gejala & Tanda

• Sesak, batuk, dahak berlendir dan/atau berbau,


sering tersedak ketika makan dan minum
• Pemeriksaan fisis dapat menyerupai pneumonia
infeksi
SKDI 3B
PNEUMONIA ASPIRASI
Foto toraks terdapat infiltrat yang lokasinya
tergantung posisi saat pasien mengalami aspirasi:
- Infiltrat sisi kiri bila pasien rebah ke kiri, atau
infiltrat bilateral bila pasien sedang posisi berdiri
atau duduk
- Lokasi tersering adalah lobus kanan tengah.
Tatalaksana → Multidisiplin!
1.Pemberian oksigen
2.Pemberian cairan dan kalori yang cukup (bila
cairan parenteral) dengan jumlah cairan
sesuai berat badan, peningkatan suhu dan
derajat dehidrasi.
3.Pemberian antibiotik tergantung pada kondisi
(secara empirik)
4.Fisioterapi pernapasan
5.Mencegah tidak selalu berbaring di tempat
tidur, tidur dalam posisi duduk / pada posisi
kontralateral lesi
6.Menjaga oral hygiene
SKDI 3B
BENDA ASING (airway)
Lokasi Benda Kata Kunci
Asing
Orofaring Ada cairan mengumpul di sinus piriformis →
Jackson Sign
Laring Stridor, rasa tercekik, batuk-batuk, disfonia

Trakea Sesak, asthmatoid wheezing, audible slap,


palpatory thud
Bronkus Sesak, suara napas menurun

TATALAKSANA
AWAL
- Heimlich maneuver
- Backblow
DEFINITIF
- Bronkoskopi diagnostic: Fiber optic bronchoscopy
atau other bronchoscopy
- Bronkoskopi ekstraksi: pada laring dan/atau pada Penting untuk meminta foto sinus piriformis
trakea/bronkus PA/lateral
ALGORITMA TERSEDAK
DEWASA PEDIATRIK
SKDI 3A
BRONKIEKTASIS
Definisi:

• Dilatasi bronkus abnormal & permanen

Gejala khas:

• Batuk dengan sputum banyak di pagi hari, takipneu, demam


berulang, sputum 3 lapis

Klasifikasi:

• Kongenital (immotile cilia syndrome, defisiensi enzim alfa-


antitrypsin)
• Akuisita (infeksi saluran nafas bawah berulang)

Pemeriksaan Fisis
Sputum 3 lapis
• Jari tabuh 1.Buih / busa
• Ronki basah kasar (sering di basal) 2.Mukoid (saliva)
• Mengi pada auskultasi 3.Purulen (pus)
SKDI 3A
BRONKIEKTASIS
Chest X-Ray
Gambaran khas pada Rontgen: Honey Comb Appearance, Tram Track Line Appearance
- Gambaran CXR BE cukup bervariasi, hasil normal pada rontgen tidak menyingkirkan kecurigaan
CT scan resolusi tinggi (HRCT) menjadi gold standard
- Bronchoarterial ratio >1, lack of tapering, airway visibility within 1 cm of costal pleural surface or
touching mediastinal pleura

Gambaran seperti sarang lebah


(honeycomb appearance) Gambaran rel kereta trem
(tram track line appearance)
SKDI 3A
BRONKIEKTASIS
Tatalaksana BE stabil → Steps of Active Cyvle
Of Breathing Technique
memutus lingkaran setan

Antibiotik*

Bronchodilator

Mukolitik

Inhaled corticosteroid

Rehabilitasi (ACBT, Positioning)

Antibiotik * 3 kriteria eksaserbasi yang


membutuhkan antibiotik:
- Amoxicillin PO 3x500 mg selama 14 hari
Peningkatan frekuensi
- belum ada perbaikan → pseudomonas: batuk, mengi, dan sesak
ciprofloxacin 2x500 mg 14 hari Peningkatan purulensi
- Pasien dengan eksaserbasi >2x setahun sputum
dipertimbangkan AB jangka panjang Peningkatan volume dan
viskositas sputum
SOAL NO. 8
Laki-laki, 45 tahun datang ke IGD dengan keluhan batuk berdahak 5 hari SMRS. Pasien
memiliki riwayat rawat inap akibat pneumonia 2 bulan yang lalu. Pada pemeriksaan fisik,
tanda vital: tekanan darah 120/65 mmHg, nadi 84x/menit, RR 20 x/menit, suhu 38,2 C,
jari tabuh (+), ronki pada lapang paru kanan, tidak ada mengi. Dokter melakukan foto
thorax dan mendapatkan gambaran honeycomb appearance pada lapang paru kanan.

Apakah gejala khas pada kasus diatas?


a. Batuk berdahak 3 lapis dengan jumlah banyak tiap pagi hari
b. Nyeri dada saat menarik napas
c. Sesak setiap berbaring dan malam hari sehingga tidur memerlukan >1 bantal
d. Sianosis perifer pada ekstremitas
e. Batuk seperti gonggongan anjing
SOAL NO. 8
Laki-laki, 45 tahun datang ke IGD dengan keluhan batuk berdahak 5 hari SMRS. Pasien
memiliki riwayat rawat inap akibat pneumonia 2 bulan yang lalu. Pada pemeriksaan
fisik, tanda vital: tekanan darah 120/65 mmHg, nadi 84x/menit, RR 20 x/menit, suhu
38,2 C, jari tabuh (+), ronki pada lapang paru kanan, tidak ada mengi. Dokter
melakukan foto thorax dan mendapatkan gambaran honeycomb appearance pada
lapang paru kanan.

Apakah gejala khas pada kasus diatas?


a. Batuk berdahak 3 lapis dengan jumlah banyak tiap pagi hari
b. Nyeri dada saat menarik napas
c. Sesak setiap berbaring dan malam hari sehingga tidur memerlukan >1 bantal
d. Sianosis perifer pada ekstremitas
e. Batuk seperti gonggongan anjing
SOAL NO. 9
Tn. Zizou, 68 tahun, mengeluhkan batuk dan demam sejak 2 hari SMRS. Batuk
berdahak berwarna seperti karat. Pasien juga mengeluhkan sesak yang hilang timbul.
Pada pemeriksaan didapatkan kesadaran compos mentis, TD 124/94 mmHg, HR
88x/min, RR 24x/min, suhu 38,7 C, terdengar ronkhi basah halus pada kedua lapang
paru. Tidak didapatkan komorbid, tidak ada riwayat penggunaan antibiotik akhir-akhir
ini.

Tatalaksana yang tepat pada pasien adalah...


A. Rawat ICU, antibiotik Ceftriaxone IV
B. Rawat non-ICU, antibiotik Levofloxacin IV
C. Rawat jalan, antibiotik Levofloxacin PO
D. Rawat jalan, antibiotik Azitromisin PO
E. Rawat non-ICU, antibiotik Ampisilin/Sulbaktam IV
SOAL NO. 9
Tn. Zizou, 68 tahun, mengeluhkan batuk dan demam sejak 2 hari SMRS. Batuk
berdahak berwarna seperti karat. Pasien juga mengeluhkan sesak yang hilang
timbul. Pada pemeriksaan didapatkan kesadaran compos mentis, TD 124/94
mmHg, HR 88x/min, RR 24x/min, suhu 38,7 C, terdengar ronkhi basah halus pada
kedua lapang paru. Tidak didapatkan komorbid, tidak ada riwayat penggunaan
antibiotik akhir-akhir ini. (Tidak tersedia data BUN, diasumsikan normal)

Tatalaksana yang tepat pada pasien adalah...


A. Rawat ICU, antibiotik Ceftriaxone IV
B. Rawat non-ICU, antibiotik Levofloxacin IV
C. Rawat jalan, antibiotik Levofloxacin PO
D. Rawat jalan, antibiotik Azitromisin PO
E. Rawat non-ICU, antibiotik Ampisilin/Sulbaktam IV
SOAL NO. 10
An. Rio, 6 tahun, terlihat memegang leher saat sedang makan bakso di depan
Rumah Sakit. Dokter yang lewat segera melakukan pemeriksaan dan
mendapatkan kondisi pasien compos mentis, tampak sesak, napas cuping
hidung (+), retraksi interkostal (+), dan terdengar stridor. Dokter telah melakukan
back blow sebanyak 5 kali.

Langkah selanjutnya adalah...


A. Tambah back blow sebanyak 5 kali lagi
B. Heimlich maneuver
C. Chest thrust
D. Ekstraksi benda asing dengan endoskopi
E. Vagal maneuver
SOAL NO. 10
An. Rio, 6 tahun, terlihat memegang leher saat sedang makan bakso di depan
Rumah Sakit. Dokter yang lewat segera melakukan pemeriksaan dan
mendapatkan kondisi pasien compos mentis, tampak sesak, napas cuping
hidung (+), retraksi interkostal (+), dan terdengar stridor. Dokter telah melakukan
back blow sebanyak 5 kali.

Langkah selanjutnya adalah...


A. Tambah back blow sebanyak 5 kali lagi
B. Heimlich maneuver
C. Chest thrust
D. Ekstraksi benda asing dengan endoskopi
E. Vagal maneuver
SKDI 2
EFUSI PLEURA (Masif) SKDI 3B
SERING KELUAR DI
Definisi: UKMPPD
• Cairan terakumulasi di dalam rongga pleura
Etiologi
• Paru: TB, infeksi seperti pneumonia, keganasan,
• Non-paru: gagal jantung dan demam berdarah dengue.
Anam
• Sesak apabila sudah >500mL, diperberat perubahan posisi
• Nyeri dada saat bernapas, khas pleuritik (saat menarik
napas).

PF
• Ekspansi asimetris, pleural friction rub, fremitus melemah,
perkusi redup, dan auskultasi suara napas menurun.
PP
• Foto polos:
• Sudut kostofrenikus tumpul, jika jumlah sedikit mintakan
foto lateral decubitus.
• Bila jumlah banyak dapat membentuk meniscus sign /
garis Ellis-damoiseau
• Analisis cairan pleura → mengetahui penyebab
SKDI 2
EFUSI PLEURA
Light’s Criteria
Transudat Eksudat
Protein Pleura : Serum ≤0.5 >0.5
LDH Pleura : Serum ≤0.6 >0.6
LDH Cairan Pleura < 2/3 batas atas nilai normal > 2/3 batas atas nilai normal
Penyebab Utama • Gagal jantung • Keganasan
• Sirosis • Pneumonia bakterialis / viral
• Sindrom nefrotik • Tuberculosis
• Emboli paru • Emboli paru
• Pankreatitis
• Ruptur esofagus
• Collagen vascular disease
• Chylothorax / hemothorax

Jika efusi bersifat purulen, disebut sebagai empiema.


Jika cairan bercampur darah dikenal dengan istilah efusi pleura hemoragik atau hematotoraks
SKDI 2
EFUSI PLEURA
Tatalaksana
Pungsi pleura (simtomatik): cairan dikultur dan
tes resistensi.
• Pengobatan definitif berdasarkan hasil kultur dan resistensi.
• Lab sederhana: Uji Rivalta (di tetes asam amino) → positif =
mengendap (eksudat), negatif = mengambang (transudat)

Jika berulang, pikirkan untuk pleurodesis


(obliterasi ruang potensial pleura)

Rivalta
ABSES PARU SKDI 3A

Gejala:

• Anamnesis : nyeri dada, batuk, demam, dahak berdarah dan/atau bau


busuk
• PF: Suara nafas amforik
• X-ray : air fluid level

ETIOLOGI BAKTERIAL

• Bakteri anaerobic : Peptostreptococcus, Fusobacterium, Prevotella,


dan Bacteroides.
• Bakteri aerobic : streptococcus dan staphylococci → terkadang
methicillin-resistantstaphyloccus aureus (MRSA)

PENYEBAB LAIN

• Aspirasi dari sekresi oral (etiologi tersering), akibat gingivitis atau poor
oral hygiene
• Hematogen: Suppurative thromboembolism
• Endotracheal obstruction

TATALAKSANA

• Klindamisin 600 mg IV setiap 6-8 jam, diberikan hingga tidak tampak


gambaran abses pada x-ray
• Apabila tidak respon terhadap antibiotik maka perlu dilakukan
drainase secara percutaneous atau operatif.
SKDI 2
PNEUMOKONIOSIS
Akibat inhalan debu dan serat organik atau nonorganik → sering dikaitkan dengan penyakit akibat kerja

GEJALA
• Awal: Batuk lama, berdahak, sesak nafas,
demam
• Lanjutan → penurunan berat badan, gagal
jantung
PATOGENESIS
• Peradangan dan fibrosis di paru-paru yang
mengakibatkan penyakit paru-paru ireversibel

Inhalan Nama Penyakit Tempat kerja / terpapar Gambaran x-ray


Silika Silikosis pengecoran logam / tambang / keramik / beton / eggshell calcification
timah putih
Asbes Asbestosis Atap rumah asbes / pekerjaan atap rumah/ kapal / opasitas iregular dengan gambaran
pelapis kabel listrik pleural plaque
Batu bara (coal) Antrakosis / Black lung / Coal miner’s lung / Coal worker’s Pekerja tambang batu bara fibrosis nodular
pneumoconiosis (CWP)
SKDI 2
PNEUMOKONIOSIS

Silikosis Asbestosis Antrakosis


(eggshell calcification) (opasitas ireguler dengan gambaran (fibrosis nodular)
pleural plaque)

Pencegahan bergantung pada manajemen paparan di tempat kerja dan peraturan manajemen kesehatan.
SKDI 2
PNEUMONITIS HIPERSENSITIVITAS
Penyakit paru interstisial yang ditandai dengan reaksi imunologi kompleks parenkim paru sebagai respons
terhadap inhalasi berulang alergen yang tersensitisasi

JENIS → Berdasarkan lama dan banyaknya paparan secara kumulatif

Hipersensitivitas tipe III


(Immune complex
mediated)

Hipersensitivitas tipe IV
(delayed type)

Hipersensitivitas tipe IV
(delayed type)
SKDI 2
PNEUMONITIS HIPERSENSITIVITAS
5 tersering
Inhalan Nama penyakit Tempat kerja / terpapar
Debu kapas Byssinosis Pemintalan kapas, pabrik tekstil, gudang kapas
Serat tebu Bagassosis Petani tebu
Debu jerami / gandum Farmer’s lung Petani jerami, gandum
Debu AC Humidifier/air-conditioner lung Batuk-batuk setelah ganti AC baru
Protein burung Bird fancier’s lung Peternak burung, peliharaan

TATALAKSANA
Allergen avoidance: Kortikosteroid
Menggunakan peralatan pelindung pernapasan telah dikaitkan
Secara sistemik, dimulai 0,5 - 1 mg/kg per hari (sampai maksimum
dengan pengurangan antibodi IgG spesifik tetapi belum terbukti
60 mg per hari).
menjadi strategi yang efektif dalam mencegah PH kronis.

Penghindaran antigen komplit harus disarankan dengan cara apa


Dosis tinggi 1-2 minggu → tapering off 2-4 minggu: mencapai
pun yang diperlukan untuk mencegah perkembangan penyakit dan
dosispaling rendah dan durasi yang paling singkat.
fibrosis.
SOAL NO. 11
Pasien laki-laki, 35 tahun, datang ke IGD dengan keluhan sesak nafas semakin memberat
sejak 2 hari SMRS. Sesak sudah dirasakan sejak 1 bulan yang lalu, dan bertambah jika
membaik saat miring ke kiri. Pasien memiliki riwayat sakit tuberkulosis 4 tahun lalu dan
telah mengkonsumsi OAT. Pemeriksaan fisik TD 108/82 mmHg, Nadi 86x/menit, RR
28x/menit, Suhu 37 C. Pemeriksaan paru didapatkan ekspansi dada sebelah kiri
tertinggal, perkusi redup dan auskultasi suara nafas vesikuler melemah pada basal paru
kiri. Pada hasil foto toraks proyeksi AP erect, didapatkan sudut kostofrenikus kiri tumpul.

Apakah gambaran foto toraks yang khas pada pasien ini?


A. Meniscus sign
B. Gambaran honeycomb
C. Gambaran sayap kelelawar
D. Air fluid level dalam kavitas
E. Tram tracking appearance
SOAL NO. 11
Pasien laki-laki, 35 tahun, datang ke IGD dengan keluhan sesak nafas semakin
memberat sejak 2 hari SMRS. Sesak sudah dirasakan sejak 1 bulan yang lalu, dan
bertambah jika membaik saat miring ke kiri. Pasien memiliki riwayat sakit tuberkulosis
4 tahun lalu dan telah mengkonsumsi OAT. Pemeriksaan fisik TD 108/82 mmHg, Nadi
86x/menit, RR 28x/menit, Suhu 37 C. Pemeriksaan paru didapatkan ekspansi dada
sebelah kiri tertinggal, perkusi redup dan auskultasi suara nafas vesikuler melemah
pada basal paru kiri. Pada hasil foto toraks proyeksi AP erect, didapatkan sudut
kostofrenikus kiri tumpul.

Apakah gambaran foto toraks yang khas pada pasien ini?


A. Meniscus sign
B. Gambaran honeycomb
C. Gambaran sayap kelelawar
D. Air fluid level dalam kavitas
E. Tram tracking appearance
SOAL NO. 12
Tn. Roni, 45 tahun, datang ke poli dengan keluhan sesak napas serta batuk kering sejak 5 hari
lalu. Pasien bekerja sebagai buruh di sebuah pertambangan sejak remaja. Pada pemeriksaan
didapatkan TD 130/70 mmHg, HR 80x/m, RR 24x/m, suhu 37,4 C. Pada PF didapatkan ronkhi
basah kasar di basal paru dan ujung jari pasien tampak membengkak. Pada pemeriksaan
radiologi didapatkan garis-garis opasitas kecil ireguler disertai pleural plaque.

Diagnosis pada pasien adalah...


A. Silikosis
B. Byssinosis
C. Coal worker pneumoconiosis
D. Beriliosis
E. Asbestosis
SOAL NO. 12
Tn. Roni, 45 tahun, datang ke poli dengan keluhan sesak napas serta batuk kering sejak 5
hari lalu. Pasien bekerja sebagai buruh di sebuah pertambangan sejak remaja. Pada
pemeriksaan didapatkan TD 130/70 mmHg, HR 80x/m, RR 24x/m, suhu 37,4 C. Pada PF
didapatkan ronkhi basah kasar di basal paru dan ujung jari pasien tampak membengkak. Pada
pemeriksaan radiologi didapatkan garis-garis opasitas kecil ireguler disertai pleural
plaque.

Diagnosis pada pasien adalah...


A. Silikosis
B. Byssinosis
C. Coal worker pneumoconiosis
D. Beriliosis
E. Asbestosis
COVID-19 → SARS-CoV2 SKDI 3B
Definisi Operasional (Agustus 2020) Kriteria Klinis:
a. Demam akut (≥ 380 C)/riwayat demam dan
batuk; ATAU
Kasus Min. 1 kriteria klinis DAN 1 kriteria epidemiologis b. Terdapat 3 atau lebih gejala/tanda:
Suspek - demam/riwayat demam,
Seseorang dengan ISPA Berat (demam dan batuk yang
- batuk,
membutuhkan perawatan RS)
- kelelahan (fatigue),
Seseorang tanpa gejala (asimtomatik) yang tidak memenuhi - sakit kepala,
kriteria epidemiologis dengan hasil rapid antigen SARSCoV-2 positif - myalgia,
- nyeri tenggorokan,
- coryza/ pilek/ hidung tersumbat,
- sesak nafas,
Kasus Min. 1 kriteria klinis DAN kontak erat dengan kasus probable;
ATAU terkonfirmasi; ATAU berkaitan dengan cluster COVID19
- anoreksia/mual/muntah,
Probable - diare,
- penurunan kesadaran
Kasus suspek dengan gambaran radiologis sugestif ke arah COVID- Kriteria Epidemiologis
19 a. Riwayat tinggal atau bekerja di tempat berisiko
tinggi penularan dalam 14 hari terakhir; ATAU
Gejala akut anosmia atau ageusia tanpa etiologi lain yang jelas b. Riwayat tinggal atau bepergian di
negara/wilayah Indonesia yang melaporkan
transmisi lokal dalam 14 hari terakhir; ATAU

Orang dewasa yang meninggal dengan distres pernapasan DAN


c. Bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan, baik
memiliki riwayat kontak erat dengan kasus probable atau melakukan pelayanan medis, dan non-medis,
terkonfirmasi, atau berkaitan dengan cluster COVID-19 serta petugas yang melaksanakan kegiatan
investigasi, pemantauan kasus dan kontak
dalam 14 hari terakhir
COVID-19 SKDI 3B
Definisi Operasional (Agustus 2020)

Kasus Seseorang dengan hasil RT-PCR positif


Konfirm Seseorang dengan hasil rapid antigen SARS-CoV-2 positif DAN memenuhi kriteria definisi Kasus Konfirmasi
asi kasus probable ATAU kasus suspek dengan Gejala
Seseorang tanpa gejala (asimtomatik) dengan hasil rapid antigen SARS-CoV-2 positif DAN
Memiliki riwayat kontak erat dengan kasus probable ATAU terkonfirmasi. Kasus Konfirmasi
tanpa Gejala
Kontak Kontak tatap muka/berdekatan dengan kasus probable atau kasus konfirmasi dalam radius 1
meter dan dalam jangka waktu 15 menit atau lebih.
Erat

Sentuhan fisik langsung dengan kasus probable atau konfirmasi (seperti bersalaman,
berpegangan tangan, dan lain-lain).

Orang yang memberikan perawatan langsung terhadap kasus probable atau konfirmasi tanpa
menggunakan APD yang sesuai standar.

Situasi lainnya yang mengindikasikan adanya kontak berdasarkan penilaian risiko lokal yang
ditetapkan oleh tim penyelidikan epidemiologi setempat
COVID-19 SKDI 3B
Definisi Operasional (Juni & Agustus 2020)

Pelaku Seseorang yang melakukan perjalanan dari dalam negeri (domestik) maupun luar negeri pada 14 hari terakhir.
Perjalanan

Discarded Seseorang dengan status kasus suspek dengan hasil pemeriksaan RT-PCR 2 kali negatif selama 2 hari berturut-turut dengan selang
waktu >24 jam. ATAU

Seseorang dengan status kontak erat yang telah menyelesaikan masa karantina selama 14 hari.

Selesai Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik) yang tidak dilakukan pemeriksaan follow up RT-PCR dengan ditambah 10 hari isolasi
mandiri sejak pengambilan spesimen diagnosis konfirmasi. ATAU
Isolasi
Kasus probable/kasus konfirmasi dengan gejala (ringan dan sedang) yang tidak dilakukan pemeriksaan follow up RT-PCR dihitung 10
hari sejak tanggal onset dengan ditambah minimal 3 hari setelah tidak lagi menunjukkan gejala demam dan gangguan pernapasan.
ATAU

Kasus probable/kasus konfirmasi dengan gejala (berat) yang mendapatkan hasil pemeriksaan follow up RT-PCR 1 kali negatif, dengan
ditambah minimal 3 hari setelah tidak lagi menunjukkan gejala demam dan gangguan pernapasan.

Kematian Kasus konfirmasi/probable COVID-19 yang meninggal


SKDI 3B
DERAJAT COVID-19
Tanpa Gejala tidak ditemukan gejala

Gejala Ringan demam, batuk, fatigue, anoreksia, napas pendek, mialgia, sakit tenggorokan, kongesti hidung, sakit kepala, diare, mual dan
muntah, hillang penghidu (anosmia) atau hilang pengecapan (ageusia)

Gejala Sedang Dewasa: klinis pneumonia tidak berat (demam, batuk, sesak, napas cepat) tetapi tidak ada tanda pneumonia berat termasuk
SpO2 > 93% dengan udara Pedoman Tatalaksana COVID-19 7 ruangan
Anak-anak : pasien dengan tanda klinis pneumonia tidak berat (batuk atau sulit bernapas + napas cepat dan/atau tarikan
dinding dada) dan tidak ada tanda pneumonia berat).
- Kriteria napas cepat : usia <2 bulan, ≥60x/menit; usia 2–11 bulan, ≥50x/menit ; usia 1–5 tahun, ≥40x/menit ; usia >5
tahun, ≥30x/menit.

Gejala Berat Dewasa: tanda klinis pneumonia (demam, batuk, sesak, napas cepat) ditambah satu dari: frekuensi napas > 30 x/menit, distres
pernapasan berat, atau SpO2 < 93% pada udara ruangan
Anak-anak: pasien dengan tanda klinis pneumonia (batuk atau kesulitan bernapas), ditambah setidaknya satu dari berikut ini:
- Sianosis sentral atau SpO2<93% ;
- Distres pernapasan berat (seperti napas cepat, grunting, tarikan dinding dada yang sangat berat);
- Tanda bahaya umum : ketidakmampuan menyusu atau minum, letargi atau penurunan kesadaran, atau kejang.
- Napas cepat/tarikan dinding dada/takipnea : usia <2 bulan, ≥60x/menit; usia 2–11 bulan, ≥50x/menit; usia 1–5 tahun,
≥40x/menit; usia >5 tahun, ≥30x/menit.

Kritis Pasien dengan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), sepsis dan syok sepsis.
SKDI 3B
DIAGNOSIS COVID-19

Konsolidasi perifer, basal, bilateral

Gambaran Ground-Glass opacity


COVID-19 SKDI 3B

Revisi Protokol Tata Laksana COVID-19 (14 Juli 2021)

Tata Laksana
Tanpa Gejala Vitamin C (untuk 14 hari), dengan pilihan ;
- Tablet Vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam oral (untuk 14 hari)
- Tablet isap vitamin C 500 mg/12 jam oral (selama 30 hari)
- Multivitamin yang mengandung vitamin C 1-2 tablet /24 jam (selama 30 hari)
- Dianjurkan multivitamin yang mengandung vitamin C,B, E, Zink

Vitamin D
- Suplemen: 400 IU-1000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet, kapsul, tablet effervescent, tablet kunyah, tablet
hisap, kapsul lunak, serbuk, sirup)
- Obat: 1000-5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet 1000 IU dan tablet kunyah 5000 IU)

- Obat-obatan suportif baik tradisional (Fitofarmaka) maupun Obat Modern Asli Indonesia (OMAI) yang teregistrasi
di BPOM
- Obat-obatan yang memiliki sifat antioksidan dapat diberikan.
COVID-19 SKDI 3B
Revisi Protokol Tata Laksana COVID-19 (14 Juli 2021)

Tata Laksana
Gejala Ringan Obat-obatan pasien tanpa gejala (sama dengan di atas) ditambah dengan:

Antivirus : Favipiravir (Avigan sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12 jam/oral hari ke-1 dan selanjutnya 2 x 600 mg
(hari ke 2-5)

Pengobatan simtomatis seperti parasetamol bila demam, dan pengobatan komplikasi dan/atau komorbid

Gejala Sedang Vitamin C 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9% habis dalam 1 jam diberikan secara drip IV selama perawatan
Antivirus
- Favipiravir (Avigan sediaan 200 mg)
Hari 1: loading dose 2x1600 mg
Hari 2-5: 2 x 600 mg
ATAU
- Remdesivir
Hari 1: 200 mg IV drip
Hari 2-5 atau 2-10: 1x100 mg IV drip

Antikoagulan LMWH/UFH berdasarkan evaluasi DPJP

Pengobatan simtomatis (Parasetamol dan lain-lain), serta pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada

Antibiotik bila diperlukan


SKDI 3B
COVID-19
Revisi Protokol Tata Laksana COVID-19 (14 Juli 2021)
Gejala Vitamin C 3 x 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9% habis dalam 1 jam diberikan secara drip Intravena (IV) selama
Berat perawatan

Vitamin B1 1 ampul/24 jam/intravena


Vitamin D
- Suplemen: 400 IU-1000 IU/hari
- Obat: 1000-5000 IU/hari
Antivirus
- Favipiravir (Avigan sediaan 200 mg)
Hari 1: loading dose 2x1600 mg
Hari 2-5: 2 x 600 mg
ATAU
- Remdesivir
Hari 1: 200 mg IV drip
Hari 2-5 atau 2-10: 1x100 mg IV drip

Antikoagulan LMWH/UFH berdasarkan evaluasi DPJP


Deksametason dengan dosis 6 mg/24 jam selama 10 hari
Anti interleukin-6 (IL-6): Tocilizumab 400-800 mg

Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada. Apabila syok → tatalaksana syok
Antibiotik diberikan bila terdapat koinfeksi bakteri
COVID-19 SKDI 3B
Revisi Protokol Tata Laksana COVID-19 (14 Juli 2021)

• Hanya diberikan pada pasien dengan kecurigaan


Oseltamivir infeksi influenza

• Rekomendasi WHO hanya pada kasus berat


Antibiotik • Tidak menggunakan secara rutin kasus ringan sedang

• Tidak bermanfaat
Plasma konvalesen • Hati-hati dengan efek samping

• Memiliki potensi pada uji in-vitro


Ivermectin • Hanya dipergunakan dalam uji klinis

Sel punca mesenkimal • Penggunaan hanya dalam uji klinis


SKDI 3B
ARDS (SINDROMA GAWAT NAPAS AKUT)

Definisi:

• Serangkaian cedera akut pada paru yang pada


akhirnya akan merusak kapiler alveolus secara difus.
• Terjadi dalam hitungan jam-hari setelah onset kondisi
predisposisi (Akut → maks. 7 hari)

Gejala dan Tanda:

• sesak napas, penggunaan otot bantu, dan hipoksemia.


• Infiltrat bilateral pada foto polos toraks
Infiltrat bilateral
Klasifikasi Berlin
TATALAKSANA Ringan PaO2/FiO2 201-300 mmHg dengan PEEP atau
- Ventilasi volume tidal rendah (6 mL/kg BB ideal) → CPAP ≥5cmH2O
menurunkan ventilasi per menit lalu meningkatkan PaCO2. Sedang PaO2/FiO2 101-200 mmHg dengan PEEP
- Positive end expiratory pressure (PEEP) → menjaga ≥5cmH2O
oksigenasi dalam level yang adekuat. Berat PaO2/FiO2 ≤ 100 mmHg dengan PEEP ≥5cmH2O
- Posisi pronasi → meningkatkan oksigenasi
SKDI 3B
FLU BURUNG
DEFINISI :
• Penyakit menular pada unggas

ETIOLOGI: Dalam Kontak erat dalam waktu kurang dari 7 hari dengan pasien suspek, probable dan
• virus Influenza tipe A (H5N1) Investigasi terkonfirmasi flu burung ATAU
• Port d’entree: mulut, hidung,
Disekitar wilayah terdapat banyak unggas (ayam, burung, bebek, angsa, entok)
konjungtiva
yang mati diduga atau terbukti flu burung (H5N1)
GEJALA DAN TANDA Suspek Kontak erat + Demam dengan suhu ≥ 38 C disertai satu atau lebih gejala : batuk,
• Demam, batuk, nyeri tenggorok, pilek, nyeri tenggorok, pilek, sesak nafas
sesak nafas, riwayat kontak dengan
Probabel Kriteria suspek ditambah dengan hasil lab non-spesifik mendukung ke arah flu
unggas
burung (selain swab PCR, titer antibodi, dan isolasii virus H5N1)
TATALAKSANA Atau seorang yang meninggal karena penyakit saluran napas akut yang tidak bisa
• Isolasi mandiri, penggunaan Alat dijelaskan penyebabnya yang secara epidemiologis berkaitan dengan aspek waktu,
Pelindung Diri (APD), pemantauan tempat dan pajanan terhadap suatu kasus probable atau suatu kasus konfirmasi
saturasi oksigen H5N1
• Antivirus: Konfirmasi Seorang yang memenuhi kriteria kasus suspek atau probable dan disertai satu dari
• Suspek : 1x 7 5 oseltamivir 7 hari hasil lab spesifik menunjukkan hasil positif pada sampel yang diambil dari apusan
• Probable & Konfirmasi : 2 x 75 mg tenggorok/nasofaring, yang diantaranya:
oseltamivir 5 hari atau zanamivir 2x10 - Hasil PCR H5 positif
mg (2 puff) selama 2 hari - Peningkatan ≥ 4 kali lipat titer antibody
• Kortikosteroid (dengan pertimbangan) - Isolasi virus H5N1
• Antibiotik (dengan pertimbangan) - Titer antibody mikronetralisasi H5N1 ≥ 1/80
SKDI 4
INFLUENZA
ETIOLOGI: 4 TANDA KARDINAL 3 TEMUAN PF yang sering:

• virus RNA yaitu virus influenza A,B • 1. Terjadi secara akut • 1. Febris
dan (lebih jarang) C • 2. Demam • 2. Rinore
• 3. Gejala saluran pernapasan • 3. Mukosa hidung edema
seperti batuk, tidak ada lokasi
spesifik dari keluhan yang
timbul
• 4. Terdapat penyakit serupa di
lingkungan penderita

Gejala Common Cold Flu


Onset Gradual Tiba-tiba
Demam Jarang Sering
Nyeri sendi Ringan Biasa
Chills (meriang / panas dingin) Jarang SEring
Fatigue, lemas Ringan-sedang Berat
Bersin Sering Jarang
Hidung tersumbat Sering Jarang
Sakit tenggorokan Sering Jarang
Dada tidak nyaman, batuk Ringan-sedang Sering
Sakit kepala Jarang Sering
SKDI 4
INFLUENZA
TATALAKSANA (SELF-LIMITING)
Tingkatkan imunitas:

• Bedrest 2-3 hari


• Mengurangi kegiatan fisik berlebihan
• Meningkatkan gizi makanan dengan makanan berkalori dan protein tinggi, serta buah dan sayur

Terapi simptomatik per oral

• Antipiretik. parasetamol 3-4 x 500 mg/hari (10-15 mg/kgBB) atau ibuprofen 3-4 x 200-400 mg/hari
(5-10 mg/kgBB)
• Dekongestan seperti pseudoefedrin (60 mg setiap 4-6 jam)
• Antihistamin
• CTM 4-6 mg sebanyak 3-4 kali/hari, atau
• Difenhidramin 25-50 mg setiap 4-6 jam atau
• Loratadin atau cetirizine 10 mg dosis tunggal (pada anak loratadin 0.5 mg/kgBB dan setirizin 0.3
mg/kgBB)
• Dapat pula diberikan antitusif atau ekspektoran bila disertai batuk
SOAL NO. 13
Tn. J, berusia 45 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan batuk pilek disertai
demam dan sesak. Pasien diketahui memiliki riwayat kontak dengan rekan kerjanya yang
terdiagnosis COVID-19 3 hari yang lalu. Pada pemeriksaan fisik, didapatkan tekanan
darah dan nadi normal, namun pada laju napas didapatkan hasil 25x/menit, suhu 38.6°C.
Pada pemeriksaan paru ditemukan ronki di kedua lapang paru bagian basal.

Berikut yang bukan merupakan tindakan untuk mencegah penyebaran penyakit


tersebut adalah?
A. Melakukan rapid test rutin
B. Menggunakan masker dengan tepat
C. Tidak menyentuh wajah dengan tangan kotor
D. Melakukan pemeriksaan suhu secara berkala
E. Cuci tangan
SOAL NO. 13
Tn. J, berusia 45 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan batuk pilek disertai
demam dan sesak. Pasien diketahui memiliki riwayat kontak dengan rekan kerjanya yang
terdiagnosis COVID-19 3 hari yang lalu. Pada pemeriksaan fisik, didapatkan tekanan
darah dan nadi normal, namun pada laju napas didapatkan hasil 25x/menit, suhu 38.6°C.
Pada pemeriksaan paru ditemukan ronki di kedua lapang paru bagian basal.

Berikut yang bukan merupakan tindakan untuk mencegah penyebaran penyakit


tersebut adalah?
A. Melakukan rapid test rutin
B. Menggunakan masker dengan tepat
C. Tidak menyentuh wajah dengan tangan kotor
D. Melakukan pemeriksaan suhu secara berkala
E. Cuci tangan
SOAL NO. 14
Tn. Joni, 29 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan utama hidung tersumbat dan bersin sejak
2 hari yang lalu. Pasien juga mengeluhkan meriang dan kadang-kadang batuk. Pasien mengaku
akhir-akhir ini kurang istirahat karena banyak begadang. Beberapa rekan kerja pasien juga
memiliki keluhan serupa. Pada pemeriksaan didapati suhu 37,7 C, mukosa hidung edema, tonsil
T1/T1, hiperemis (-), faring hiperemis (-), nasal crease (-), allergic shiner (-).

Diagnosis pada pasien adalah...


A. Rhinitis vasomotor
B. Rhinitis alergi
C. Rhinosinusitis akut
D. Flu burung
E. Influenza
SOAL NO. 14
Tn. Joni, 29 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan utama hidung tersumbat dan bersin
sejak 2 hari yang lalu. Pasien juga mengeluhkan meriang dan kadang-kadang batuk. Pasien
mengaku akhir-akhir ini kurang istirahat karena banyak begadang. Beberapa rekan kerja pasien
juga memiliki keluhan serupa. Pada pemeriksaan didapati suhu 37,7 C, mukosa hidung
edema, tonsil T1/T1, hiperemis (-), faring hiperemis (-), nasal crease (-), allergic shiner (-).

Diagnosis pada pasien adalah...


A. Rhinitis vasomotor
B. Rhinitis alergi
C. Rhinosinusitis akut
D. Flu burung
E. Influenza
SKDI 2
KANKER PARU
Primer

• Faktor risiko utama: merokok dan


pajanan agen kimia pekerjaan
seperti arsen, asbestos, berilium,
cadmium, silica, coal
Metastasis kanker dari tempat lain

TANDA DAN GEJALA


• Batuk kronik progresif; Batuk
darah; Mengi; Nyeri dada; Sesak
nafas
• Sindrom paraneoplastik →
Lambert-Eaton syndrome,
Cushing syndrome, SIADH, dll.
• Tumor Pancoast (di apeks) →
sindrom vena kava superior,
sindrom Horner, dll.
KANKER PARU SKDI 2

Pancoast Tumor
SKDI 2
KANKER PARU
PENUNJANG

• Foto polos : nodul (lesi radio-opak bulat


berdiameter <3cm) batas tidak licin (berlekuk
atau korona radiata), lama kelamaan diameter
membesar (bersifat progresif) → COIN LESION
• CT scan atau MRI : menentukan staging TNM
• USG : menilai lesi perifer, derajat efusi pleura
atau sebagai bahan pemandu biopsy
• PET-scan : menilai metastasis jauh CT Scan Coin lesion
• Histo-PA : Gold standard
Kanker
KLASIFIKASI DIAGNOSIS Paru
• Karsinoma paru karsinoma sel kecil (KPKSK)
• Karsinoma paru karsinoma bukan sel kecil
(KPKBSK)
KPKSK KPKBSK
TATALAKSANA → RUJUK!

• Suportif : mengatasi sindrom paraneoplastic Karsinoma


Adeno- Karsinoma Jenig Lain
• Kuratif : pembedahan dan Sel
kemoterapi/radioterapi karsinoma Sel Besar (Jarang)
Skuamosa
SKDI 2
TUMOR MEDIASTINUM
Anatomis Radiologis
DEFINISI:
• Massa yang ditemukan pada rongga mediastinum yang
sebagian besar adalah metastasis akibat dari tempat lain

TANDA DAN GEJALA


• Tahap lanjut: nyeri dada, sesak nafas, batuk dan batuk darah,
penurunan BB

PENUNJANG
A: Anterior, M: Media, P: Posterior
• Foto dada posterior anterior, lateral, oblik
• Esofagogram
• CT scan toraks
• Biopsi hilus atau KGB mediastinum

TATALAKSANA
• Pada umumnya tumor mediastinum adalah jinak namun bila
ditemukan keganasan diperlukan kemoterapi dan radiasi
Tumor Mediastinum Anterior
TUMOR MEDIASTINUM SKDI 2

Tumor
Mediastinum

Non
Neoplastin
Neoplastin

Tumor Sel Tumor Mediastinal Mediastinal Aneurisma


Timoma
Germinal Neurologik Limfoma TB Aorta

Non
Seminoma Teratoma
Seminoma
SKDI 2
SINDROM VENA KAVA SUPERIOR
DEFINISI:
• Kumpulan gejala atau tanda obstruksi parsial
atau total aliran darah yang melalui vena cava
superior

GEJALA:
• Batuk, batuk darah, disfagia, nyeri dada, sesak
napas

TANDA:
• Dilatasi vena (venektasi), kemerahan, dan
edema di wajah, leher, dada bagan atas,
dan/atau lengan atas

CXR: massa di mediastinum superior kanan,


adenopati hilus, efusi pleura kanan Massa di mediastinum superior kanan

TATALAKSANA

• 1. Obat-obatan : kortikosteroid dan diuretik


• 2. Radioterapi CITO! 5 siklus
• 3. Kemoterapi
• 4. Pembedahan : dilakukan bila ada indikasi seperti oklusi kronik dengan gejala
sedang-berat, oklusi akut dengan gejala berat, oklusi rekuren dengan gejala berat
• 5. Trombolisis : trombektomi dengan plasminogen atau streptokinase atau urokinase
• 6. Pemasangan stent
SOAL NO. 15
Tn. Abud, 75 tahun, datang dengan keluhan batuk berdarah sejak 3 bulan yang
lalu. Pasien juga mengeluhkan penurunan berat badan, sesak napas, dan suara
serak. Riwayat merokok sebanyak 2-3 bungkus/hari. Pada pemeriksaan
didapatkan fremitus kanan > kiri, perkusi pekak pada lapang paru kanan, suara
napas paru kanan menurun.

Jika dilakukan rontgen, gambaran yang paling mungkin tampak adalah...


A. Coin lesion
B. Air bronchogram
C. Meniscus sign
D. Egg shell calcification
E. Pendulum heart
SOAL NO. 15
Tn. Abud, 75 tahun, datang dengan keluhan batuk berdarah sejak 3 bulan yang
lalu. Pasien juga mengeluhkan penurunan berat badan, sesak napas, dan
suara serak. Riwayat merokok sebanyak 2-3 bungkus/hari. Pada
pemeriksaan didapatkan fremitus kanan > kiri, perkusi pekak pada lapang
paru kanan, suara napas paru kanan menurun.

Jika dilakukan rontgen, gambaran yang paling mungkin tampak adalah...


A. Coin lesion
B. Air bronchogram
C. Meniscus sign
D. Egg shell calcification
E. Pendulum heart
Emergensi & BTKV
EMERGENSI & BTKV

Advanced
Trauma Life Pneumothorax Hemothorax
Support

Cardiac
Flail Chest
Tamponade
SKDI 3B
ATLS - PRIMARY SURVEY SERING KELUAR DI
UKMPPD

Airway Tanda-tanda jalur napas terganggu :


• Suara stridor : penyempitan saluran napas atas
• Gargling : akibat cairan
• Snoring: lidah jatuh
Breathing
Pertahankan patensi jalur napas
• Triple Airway Maneuver/Jaw thrust
• Nasopharyngeal/ oropharyngeal Airway (NPA/OPA)
Circulation • Suction of Secretions
Protect C-spine → collar neck
Disability:
Neurologic Definitive Airway
Evaluation
• Endotracheal Intubation / ETT
• In-line cervical stabilization
Exposure/En • Surgical Crichothyroidotomy
vironmental
Control
SKDI 3B
ATLS - PRIMARY SURVEY
Oksigen
Airway
Memaparkan dada dan leher dan PF paru cepat

Inspeksi
Breathing • Deviasi Trakea
• Penggunaan otot bantu napas, retraksi
• Nafas spontan / tidak
• Gerakan dada paradoksikal
• Luka dinding dada (tertutup/terbuka)
Circulation
Palpasi
• Deviasi trakea
• Fremitus, ekspansi dinding dada
Disability: • Krepitasi
Neurologic
Evaluation Perkusi
• Redup / hipersonor
Exposure/En Auskultasi
vironmental
Control • Suara paru berkurang / hilang
SKDI 3B
ATLS - PRIMARY SURVEY
General Treatment Principles
Airway
• Hentikan Perdarahan
• Perbaiki kondisi syok (resusitasi)

Breathing

!!!
Circulation

Disability:
Neurologic
Evaluation

Exposure/En
vironmental
Control
SKDI 3B
ATLS - PRIMARY SURVEY
Disability: Pemeriksaan Neurologis
Airway
• AVPU & GCS
• Refleks Pupil
• Tanda lateralisasi
Breathing
Exposure
• Head-to-toe examination
• LOGROLL!
• Ukur suhu, jaga temperatur
Circulation

Disability:
Neurologic
Evaluation

Exposure/
Environmental
Control
SKDI 3A-3B
PNEUMOTHORAX SERING KELUAR DI
UKMPPD

Pneumothorax dan Tension Pneumothorax

• Terperangkapnya udara pada ruang intrapleura + paru-


paru kolaps
• Tekanan akan terus menumpuk → mendorong
mediastinum ke arah kontralateral = tension
pneumothorax → gangguan hemodinamik

Pemeriksaan Fisik

• Suara paru menghilang


• Air hunger (sesaknya progresif)
• Distended neck veins → akibat penekanan pada vena-
vena
• Deviasi trakea kontralateral

Author unknown, www.trauma.org/index.php/main/article/199/index.php?main/image/95/


SKDI 3A-3B
PNEUMOTHORAX
Tata Laksana
Pada open / traumatic
Emergency : Definitif :
pneumothorax:
• Needle Decompression →Linea • Three-sided occlusive dressing • WSD
midklavikula ICS
• Mengubah tension → simple
• Tube Thoracostomy → Linea
aksilaris anterior ICS 5
• JANGAN berkan ventilasi
mekanik → makin banyak udara
yg masuk / menit →
mempercepat peningkatan
tekanan intrapleura

!!!
UPDATE 10th ed ATLS:
Needle Decomp:
Triangle of safety
Linea aksilaris anterior
ICS 5

Author unknown, www.trauma.org/index.php/main/article/199/index.php?main/image/95/


CHEST TUBE (WSD System)
SKDI 3
Indikasi Kontraindikasi

• Pneumothorax • Menempelnya paru pada


• Hemothorax dinding dada
• Efusi pleura massif • Giant bullae
• Empiema toraks • Resiko perdarahan (+)
• Kilotoraks
• Pasca-torakotomi

Indikasi Pencabutan

• Paru sudah mengembang (klinis + radiologis)


• Produksi maksimal <100 cc (dewasa) atau 25-50 cc (anak)
• Tidak ada gelembung udara (tidak ada fistel bronkopleura)
• Selang tidak tersumbat → masih ada undulasi

Author unknown, www.trauma.org/index.php/main/article/199/index.php?main/image/95/


SKDI 3B
HEMOTHORAX
Definisi:

• Penumpukan darah pada rongga intrapleura,


• Sering terjadi setelah trauma tembus maupun
tumpul
• Sumber darah: Paru, dinding dada (arteri
interkostalis), jantung, pembuluh darah besar
(aorta), diafragma

PF:

• Perkusi redup
• Suara nafas hilang / berkurang pada auskultasi
• Hemodynamic instability
Tata Laksana=

• 90% : Thoracostomy (chest tube)


• 10% : Thoracotomy
SKDI 3B
HEMOTHORAX
SKDI 3B
FLAIL CHEST
Definisi

• Fraktur 3 atau lebih iga berurutan yang


bersifat segmental, yang berlokasi di anterior
atau lateral, dengan panjang segmen fraktur
>2x lebar iga

Pemeriksaan Fisik

• Gerakan dada paradoksikal, nyeri lokal, krepitasi


Treatment

• Suplementasi oksigen
• Intubasi segera pada pasien distress napas
• Menghindari resusitasi berlebihan
•Manajemen nyeri adekuat dengan blok
intercostal atau epidural
SKDI 3B
TAMPONADE JANTUNG SERING KELUAR DI
UKMPPD

Definisi:

• Peningkatan tekanan intraperikardium


sehingga jantung tidak dapat mengembang
sempurna
• Akibatnya Stroke Volume dan Cardiac Output
menurun + penurunan perfusi miokardium
(dapat menyebabkan infark)

!!! Trias Beck (3D)

• Distended jugular veins


• Decreased BP (Hypotension)
• Distant/Muffled heart sounds (suara jantung
menjauh)

Water bottle sign / Globular shaped appearance


SKDI 3B
TAMPONADE JANTUNG

Tatalaksana

• Perikardiocentesis
• Torakotomi terbuka

Perikardiosentesis
Pungsi di 1-2 cm inferior dari processus
xyphoideus

Sudut 45/45/45 derajat (blind technique)

Arahkan instrument ke ujung skapula


SKDI 3A-3B
TRAUMA THORAX
!!! Open Pneumothorax Tension Pneumothorax Hemothorax Flail Chest Cardiac Tamponade

Gejala Adanya trauma tembus dada, Pasien sesak tiba-tiba yang Sesak, tanda-tanda syok Pergerakan dinding dada tanda-tanda syok
sucking chest wound memberat, lebih sering pada paradoksikal, nyeri lokal
pasien laki-laki kurus tinggi, yang hebat, krepitasi
tanda-tanda syok

Pemeriksaan Fisik • Inspeksi: dada tertinggal • Inspeksi: dada tertinggal • Inspeksi: dada • Inspeksi: pergerakan Beck’s triad (3D):
saat ekspirasi, sucking saat ekspirasi tertinggal saat dada paradoksikal - Distended jugular
chest wound • Perkusi : hipersonor ekspirasi • Palpasi: krepitasi, veins
• Perkusi : hipersonor • Auskultasi: suara nafas • Perkusi : redup nyeri hebat secara - Decreased BP
• Auskultasi: suara nafas hilang/berkurang • Auskultasi: suara nafas lokal (hypotension)
hilang/berkurang • JVP meningkat hilang/berkurang - Distant (muffled)
• Deviasi trakea • JVP meningkat heart sounds
kontralateral

Pemeriksaan - Radioluscent (terlihat - Radioluscent (terlihat - Radioopak (tanda ada Fraktur iga - Water bottle sign /
penunjang (Xray) pleural line karena paru pleural line karena paru cairan) - 3 atau lebih berurutan globular shaped
kolaps) kolaps) - Sudut costophrenicus - Bersifat segmental appearance
- Deviasi mediastinum ke tumpul - Anterior atau lateral
kontralateral - Hidropneumotoraks: - Panjang fraktur >2x
air-fluid level lebar iga

Tata Laksana Plester 3 sisi + WSD Needle Decompression + WSD Resusitasi + WSD Resusitasi secukupnya, Perikardiosentesis
antinyeri maksimal + rujuk
bedah
SOAL NO. 16
Seorang laki-laki, 30 tahun mengalami kecelakaan lalu lintas dan warga sekitar segera
memanggil ambulans. Pasien diketahui mengendarai sepeda motor dan terpelanting ke
depan. Terdapat jejas pada daerah bahu dan kepala.

Apa tindakan yang paling pertama perlu dilakukan di lokasi kejadian?


A. Pasang infus
B. Berikan oksigen nasal kanul 2LPM
C. Berikan selimut
D. Anamnesis warga sekitar mengenai kronologi kejadian
E. Pasang collar neck
SOAL NO. 16
Seorang laki-laki, 30 tahun mengalami kecelakaan lalu lintas dan warga sekitar segera
memanggil ambulans. Pasien diketahui mengendarai sepeda motor dan terpelanting ke
depan. Terdapat jejas pada daerah bahu dan kepala.

Apa tindakan yang paling pertama perlu dilakukan di lokasi kejadian?


A. Pasang infus
B. Berikan oksigen nasal kanul 2LPM
C. Berikan selimut
D. Anamnesis warga sekitar mengenai kronologi kejadian
E. Pasang collar neck
SOAL NO. 17
Laki-laki 25 tahun ke IGD karena luka tusuk pada punggung kanan sejak 30 menit yang
lalu. Ia ditusuk dengan pisau saat berkelahi. GCS E3M5V1, TD 80/60, HR 105, RR 30 kali
per menit, suhu 36. Akral dingin. Status lokalis luka terbuka dengan tepi rata setinggi ICS
III mid klavikula linea dekstra. Panjang luka 2 cm dan kedalaman 8 cm.

Bagaimana penatalaksanaan awal kasus di atas?


a. Infus RL
b. Injeksi adrenalin
c. Injeksi ATS
d. Transfusi darah
e. Injeksi antibiotik
SOAL NO. 17
Laki-laki 25 tahun ke IGD karena luka tusuk pada punggung kanan sejak 30 menit yang
lalu. Ia ditusuk dengan pisau saat berkelahi. GCS E3M5V1, TD 80/60, HR 105, RR 30 kali
per menit, suhu 36. Akral dingin. Status lokalis luka terbuka dengan tepi rata setinggi ICS
III mid klavikula linea dekstra. Panjang luka 2 cm dan kedalaman 8 cm.

Bagaimana penatalaksanaan awal kasus di atas?


a. Infus RL
b. Injeksi adrenalin
c. Injeksi ATS
d. Transfusi darah
e. Injeksi antibiotik
SOAL NO. 18
Laki-laki, 30 tahun, datang ke IGD setelah kecelakaan lalu lintas. Pasien sadar dan
mengeluh nyeri dada sebelah kiri. Tanda vital dalam batas normal. Pada pemeriksaan
paru, ditemukan memar pada dada kiri, terlihat pergerakan dada paradoksikal,
terpalpasi beberapa fraktur pada dada, dan perkusi sonor kedua lapang paru.

Apakah diagnosis pasien yang paling mungkin?


A. Flail chest
B. Simple pneumothorax
C. Tension pneumothorax
D. Hemothorax
E. Cardiac tamponade
SOAL NO. 18
Laki-laki, 30 tahun, datang ke IGD setelah kecelakaan lalu lintas. Pasien sadar dan
mengeluh nyeri dada sebelah kiri. Tanda vital dalam batas normal. Pada pemeriksaan
paru, ditemukan memar pada dada kiri, terlihat pergerakan dada paradoksikal,
terpalpasi beberapa fraktur pada dada, dan perkusi sonor kedua lapang paru.

Apakah diagnosis pasien yang paling mungkin?


A. Flail chest
B. Simple pneumothorax
C. Tension pneumothorax
D. Hemothorax
E. Cardiac tamponade
SOAL NO. 19
Seorang laki-laki 30 tahun datang di UGD diantar warga karena korban penusukan oleh
pencuri. Pasien kesadaran menurun, tanda vital TD 90/60mmHg, nadi 100x/m. Tampak
JVP meningkat. Status lokalis tampak luka terbuka di dada kanan di sebelah parasternal
line. Perkusi sonor kedua lapang paru. Auskultasi terdengar suara jantung menjauh.

Apa gambaran radiologi yang mungkin ditemukan pada kasus ini?


a. Area hyperlucent avascular pada dada kanan
b. Tampak water bottle sign
c. Tampak emphysematous lung
d. Tampak boot shaped appearance pada jantung
e. Tampak meniscus sign pada dada kanan
SOAL NO. 19
Seorang laki-laki 30 tahun datang di UGD diantar warga karena korban penusukan oleh
pencuri. Pasien kesadaran menurun, tanda vital TD 90/60mmHg, nadi 100x/m. Tampak
JVP meningkat. Status lokalis tampak luka terbuka di dada kanan di sebelah parasternal
line. Perkusi sonor kedua lapang paru. Auskultasi terdengar suara jantung menjauh.

Apa gambaran radiologi yang mungkin ditemukan pada kasus ini?


a. Area hyperlucent avascular pada dada kanan
b. Tampak water bottle sign
c. Tampak emphysematous lung
d. Tampak boot shaped appearance pada jantung
e. Tampak meniscus sign pada dada kanan
SOAL NO. 20
Seorang laki-laki berusia 20 tahun dibawa ke IGD RS setelah mengalami kecelakaan lalu lintas.
Pasien terlihat tersengal-sengal dan tidak bereaksi saat dicubit. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
nadi teraba lemah, akral dingin, pergerakan dada kiri tertinggal, trakea bergeser ke kanan, perkusi
dada kiri hipersonor, dan suara napas kiri menurun.

Apa tindakan pertama yang paling tepat?


A. Langsung dekompresi dengan jarum
B. Segera berikan oksigen dengan sungkup napas spontan disusul dengan dekompresi dengan
jarum
C. Segera berikan oksigen dengan sungkup napas bantu disusul dengan dekompresi dengan jarum
D. Segera intubasi, berikan oksigen napas spontan disusul dekompresi dengan jarum
E. Segera intubasi, berikan oksigen napas bantu disusul dekompresi dengan jarum
SOAL NO. 20
Seorang laki-laki berusia 20 tahun dibawa ke IGD RS setelah mengalami kecelakaan lalu lintas.
Pasien terlihat tersengal-sengal dan tidak bereaksi saat dicubit. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
nadi teraba lemah, akral dingin, pergerakan dada kiri tertinggal, trakea bergeser ke kanan, perkusi
dada kiri hipersonor, dan suara napas kiri menurun.

Apa tindakan pertama yang paling tepat?


A. Langsung dekompresi dengan jarum
B. Segera berikan oksigen dengan sungkup napas spontan disusul dengan dekompresi dengan
jarum
C. Segera berikan oksigen dengan sungkup napas bantu disusul dengan dekompresi dengan jarum
D. Segera intubasi, berikan oksigen napas spontan disusul dekompresi dengan jarum
E. Segera intubasi, berikan oksigen napas bantu disusul dekompresi dengan jarum
Forensik
VISUM ET REPERTUM

Alat Bukti
Waktu: Menunjukkan hasil pemeriksaan SAAT INI Keterangan saksi (di TKP)

Instansi yang mengeluarkan: Harus dari instansi


Keterangan ahli
resmi, RS atau puskes (tidak boleh praktek pribadi) Surat → VeR termasuk surat

Dibuat atas permintaan: Penyidik, dengan SURAT


Petunjuk
Keterangan terdakwa
Surat permintaan VeR harus diantar oleh kepolisian
• Penyidik: Minimal inspektur II

Salinan hanya boleh diserahkan ke penyidik atau pembantu letnan dua


• Penyidik pembantu: Minimal
brigadir II atau sersan II
KLASIFIKASI VER

Pasien-
pasien death
IGD on arrival
Tidak rawat (DOA)
inap

Bangsal atau
pemeriksaan hari
berikutnya

Umumnya rawat inap


TRAUMATOLOGI
Trauma Tumpul

Luka Lecet Luka Robek Luka Memar

• Penumpukan lapisan kulit, • Terbuka, tepi tidak rata • Hari 1: Merah


bisa karena penekanan/ • Ada diskontinuitas • Hari 2-4: Ungu, biru
pergeseran jaringan • Hari 4-7: Hijau
• Hari 7-10: Kuning
• Hari > 14: Normal
TRAUMATOLOGI
Trauma Tajam
Luka Iris Luka Tusuk Luka Bacok

• “Panjang >> dalam luka” • “Panjang << dalam luka” • Dapat mencapai tulang
• Perkiraan penyebab: • Biasanya lebih tidak
• Kedua sudut lancip : beraturan atau “heboh”
Bendatajam bermata 2
• Salah satu lancip: Benda
tajam bermata 1
TRAUMATOLOGI KELUAR
DI
UKMPPD
Trauma Tembak FEB 2021

Tempel/Kontak Sangat Dekat Dekat Jauh


0 cm 0–15 cm 15–60 cm > 60 cm
• Imprint atau • “Panjang << • 15-30: Kelim • Anak peluru atau
stellata (bekas dalam luka” jelaga & kelim kelim lecet
ujung pistol) • Kelim api tato
• 30-60 cm: Kelim
tato AJA
TRAUMATOLOGI
Trauma Listrik
• Electric mark
• Arborescence mark:
“menyerupai pakis”
DERAJAT LUKA
KUHP
Derajat I/Golongan C/Luka Ringan
• Luka yang tidak menyebabkan baik penyakit maupun gangguan terhadap mata pencaharian korban
• Kitab Undang- • Penganiayaan yang menyebabkan luka golongan ini diatur dalam KUHP Pasal 352 ayat 1
Undang Hukum
Pidana : mengatur
apa saja yang
Derajat II/Golongan B/Luka Sedang
tergolong sebagai • Luka yang menyebabkan penyakit dan/atau gangguan terhadap mata pencaharian korban
tindak pidana • Penganiayaan yang menyebabkan luka golongan ini diatur dalam KUHP Pasal 351 ayat 1

KUHAP Derajat III/Golongan A/Luka Berat


• Menurut KUHP Pasal 90, adalah luka yang
• Kitab Undang- • tidak ada harapan sembuh atau membahayakan nyawa
Undang Hukum • menghalangi pekerjaan korban selamanya
Acara Pidana : • menyebabkan
mengatur prosedur • kehilangan panca indera
penegakan hukum • cacat berat
pada tindakan • kelumpuhan
pidana • hilangnya daya pikir selama > 4 pekan
• gugurnya kandungan
• Penganiayaan yang menyebabkan luka golongan ini diatur dalam KUHP Pasal 351 ayat 2
ASFIKSIA
Asfiksia
Mekanik

Gagging dan Bekap Cekik (Manual Jerat Gantung


Choking (Smothering) Strangulation) (Strangulation) (Hanging)

Tanda crescent
Alur jerat
(+) / berbentuk Alur jerat
Gagging : Choking : Lecet pada bibir, mendatar, lecet
bulan sabit, meninggi, lokasi
Orofaring Laringofaring dagu, hidung tekan di sekitar
fraktur tulang dekat rahan
jejas
lidah
ASFIKSIA
Asifiksia Mekanik

Tanda pada pemeriksaan:


Titik-titik perdarahan (Tardieu spot) →
Tanda bendungan
Lebam mayat luas & merah gelap

Sianosis ujung jari dan mukosa bibir


GANTUNG VS PENJERATAN
Penjeratan Gantung
Simpul Simpul mati Simpul hidup
Jumlah dan arah lilitan 1 dan mendatar 1 atau lebih, serong ke atas
Jejas jerat Mendatar Meninggi ke samping
Luka perlawanan Ada Tidak ada
Luka lain Ada, umumnya di leher Umumnya tidak ada

Gambar
DROWNING

Drowning

Washer-woman hand

Wet Immersion
Dry Drowning
Drowning Syndrome

Seluruh
Air masuk Buih halus
Spasme laring badan masuk
saluran napas
air

Air tidak
Air tawar Air asin masuk Refleks vagal
saluran napas
Cutis anserina
AIR TAWAR ATAU ASIN
Tawar Asin
Lokasi Sungai/danau Laut

Mekanisme kematian Asfiksia, VF Edema pulmoner

Viskositas darah Air tawar → Hemodilusi Air asin → Osmosis → Hemokonsentrasi

Elektrolit Hiperkalemia Hipernatremia, hipermagnesemia

Pemeriksaan Darah Berat jenis jantung kanan > kiri


Jantung Berat jenis jantung kanan < kiri

Hemokonsentrasi menyebabkan elektrolit


banyak → Dominan di jantung kiri
TANATOLOGI
Definisi Contoh
Penyebab Perlukaan atau penyakit yang Luka tembak, luka tusuk, aterosklerosis,
kematian menimbulkan kekacauan fisik hingga kanker
menghasilkan kematian
Mekanisme Kekacauan fisik (patofisiologi) yang Perdarahan, kerusakan jaringan otak,
kematian dihasilkan oleh penyebab kematian edema paru
Cara kematian Menjelaskan bagaimana penyebab Dikelompokan menjadi wajar (karena
kematian itu datang sakit), tidak wajar (pembunuhan, bunuh
diri, kecelakaan)
TANATOLOGI
Tanda Tidak Pasti Kematian

Henti napas
Sirkulasi tidak teraba
Kulit pucat
Tonus otot menghilang & relaksasi
Segmentasi pembuluh darah retina ke arah tepi retina
Pengeringan kornea
TANATOLOGI
Tanda Pasti Kematian

• Livor mortis
Lebam mayat • Mulai 20-30 menit pasca kematian

Kaku mayat • Rigor mortis


Kaku mayat
Penurunan suhu • Algor mortis
Lebam mayat

Pembusukan • Mulai 24 jam pascakematian

Adiposera • Bahan keputihan lunak, berminyat

• Penguapan cairan , terjadi di lingkungan


Mumifikasi hangat dengan kelembaban rendah,
setelah tubuh dehidrasi 12-14 minggu Pembusukan Mumifikasi
TANATOLOGI

20–30 menit 2 jam 8-12 jam 12 jam >24 jam

Lebam Mayat Hilang saat Lengkap dan


ditekan menetap

Kaku Mayat Mulai muncul Kaku mayat Kaku mayat


lengkap hilang
Pembusukan Muncul
pembusukan
SERING
TOKSIKOLOGI KELUAR
DI
UKMPPD

CO CO2 CN Lain-lain
• Lebam mayat CHERRY • Lebam mayat MERAH • Lebam mayat MERAH • Timbal: Lebam mayat
PINK GELAP TERANG KECOKLATAN, garis
• Kasus: Ruangan • Kasus: Ruangan • Bau khas almond kuning kecoklatan di gigi
tertutup dengan alat tertutup minim sirkulasi • Pemeriksaan: dan tulang
atau mesin nyala • Pemeriksaan: Ca(OH)2 Schonbein test • Arsen: melanosis
(mobil) test (lambung) & Prussian arsenik, bau bawang
• Pemeriksaan: Alkali blue (Inhalan) • Fosfor: Coklat tua
Dilution Test • Opioid: Kehitaman
PEMBUNUHAN ANAK SENDIRI

KRITERIA
Tidak ada tanda perawatan • Vernix caseosa (+)
• Tali pusat masih tersambung atau dipotong tidak rapih
Janin viable • Tidak menggunakan baju, masih ada darah
• Tidak ada susu di saluran cerna
Uji apung paru (+)

Pelaku: Ibu Motif: Takut • Panjang badan > 35 cm


kandung ketahuan • Berat bayi > 2500 gram
• Usia kehamilan > 28 minggu

Dilakukan segera
atau beberapa saat
setelah melahirkan
PAS (INFANTICIDE) vs DDx LAIN
Abortus Provokatus
PAS Pebunuhan Biasa Stillbirth
Kriminalis
• Tidak ada tanda • Ada tanda • Usia kehamilan < • Kematian saat
perawatan perawatan 20 minggu lahir
• Janin lahir hidup (menggunakan • Uji apung paru (-)
• Tidak ada susu di baju, ada susu di
lambung lambung)
• Uji apung paru (+) • Uji apung paru (+)
KEJAHATAN KESUSILAAN
Tanda Persetubuhan

Langsung
Pasti: Ditemukan sperma pada
fornix posterior Dokter perlu mencari
tanda-tanda
Tidak pasti: Robekan hymen →
Kemungkinan ada penetrasi persetubuhan dan
kekerasan
Tidak langsung
Usia kehamilan sesuai dengan
tanggal persetubuhan
KEJAHATAN KESUSILAAN
Pemeriksaan Lab

Cairan Mani
Sperma (Awal di-test Darah
dengan UV)

Bilas / swab Bilas / swab


Bercak pakaian Bercak pakaian Cek di TKP Definitif
vagina vagina

Florence
Malachite Benzidin / Teichmann /
Baecchi Berberio / Fosfatase asam
green Fenoftalin Takayama
Fosfatase asam
Soal No. 1
Seorang laki-laki ditemukan di tepi jalan dalam keadaan sudah tidak
bernyawa. Mayat dibawa ke instalasi forensik RS Sejawat dan
diperiksa pada 17 Juli 2021, Pukul 03.00 WIB. Ditemukan bahwa
lebam mayat tidak hilang dengan penekanan dan kaku mayat telah
lengkap.

Dengan mendasarkan pada temuan yang ada, diperkirakan bahwa


waktu kematian mayat tersebut adalah...
A. 16 Juli 2021, Pukul 23.00
B. 16 Juli 2021, Pukul 20.00
C. 16 Juli 2021, Pukul 17.00
D. 16 Juli 2021, Pukul 14.00
E. 16 Juli 2021, Pukul 16.00
Soal No. 1
Seorang laki-laki ditemukan di tepi jalan dalam keadaan sudah tidak
bernyawa. Mayat dibawa ke instalasi forensik RS Sejawat dan
diperiksa pada 17 Juli 2021, Pukul 03.00 WIB. Ditemukan bahwa
lebam mayat tidak hilang dengan penekanan dan kaku mayat telah
lengkap.

Dengan mendasarkan pada temuan yang ada, diperkirakan bahwa


waktu kematian mayat tersebut adalah...
A. 16 Juli 2021, Pukul 23.00
B. 16 Juli 2021, Pukul 20.00
C. 16 Juli 2021, Pukul 17.00
D. 16 Juli 2021, Pukul 14.00
E. 16 Juli 2021, Pukul 16.00
Soal No. 2
Bayi ditemukan warga dalam keadaan meninggal di dalam sebuah
kardus di pinggiran kali. Setelah diperika, berat badan bayi 2600gram,
panjang badan 49 cm, ada verniks kaseosa, isi lambung kosong, tes
apung paru positif.

Kematian bayi termasuk?


A.Asfiksia
B.Abortus spontan
C.Abortus provokatus
D.Pembekapan
E.Pembunuhan anak sendiri
Soal No. 2
Bayi ditemukan warga dalam keadaan meninggal di dalam sebuah
kardus di pinggiran kali. Setelah diperika, berat badan bayi 2600gram,
panjang badan 49 cm, ada verniks kaseosa, isi lambung kosong, tes
apung paru positif.

Kematian bayi termasuk?


A.Asfiksia
B.Abortus spontan
C.Abortus provokatus
D.Pembekapan
E.Pembunuhan anak sendiri
Soal No. 3
Polisi menemukan sesosok mayat laki-laki yang tergantung dalam
sebuah kamar yang terkunci. Autopsi menemukan bahwa terdapat
luka lecet yang melingkar tidak penuh dan terletak serong ke atas.
Tidak terdapat luka-luka lain. Lidah ditemukan tidak terjulur. Terdapat
fraktur tulang hioid dan bintik perdarahan pada mata.

Penyebab kematian korban adalah...


A. Penjeratan
B. Penggantungan
C. Pembunuhan
D. Perdarahan
E. Asfiksia
Soal No. 3
Polisi menemukan sesosok mayat laki-laki yang tergantung dalam
sebuah kamar yang terkunci. Autopsi menemukan bahwa terdapat
luka lecet yang melingkar tidak penuh dan terletak serong ke atas.
Tidak terdapat luka-luka lain. Lidah ditemukan tidak terjulur. Terdapat
fraktur tulang hioid dan bintik perdarahan pada mata.

Penyebab kematian korban adalah...


A. Penjeratan
B. Penggantungan
C. Pembunuhan
D. Perdarahan
E. Asfiksia
Soal No. 4
Instalasi Forensik Rumah Sakit Sejawat menerima sesosok mayat
laki-laki dengan luka terbuka di daerah pelipis, berbentuk bulat. Kelim
api ditemukan di sekeliling luka.

Luka tersebut tergolong sebagai luka tembak dari senjata api


yang ditembakkan dengan jarak terjauh...
A. Menempel tubuh
B. 15 cm
C. 30 cm
D. 45 cm
E. 60 cm
Soal No. 4
Instalasi Forensik Rumah Sakit Sejawat menerima sesosok mayat
laki-laki dengan luka terbuka di daerah pelipis, berbentuk bulat. Kelim
api ditemukan di sekeliling luka.

Luka tersebut tergolong sebagai luka tembak dari senjata api


yang ditembakkan dengan jarak terjauh...
A. Menempel tubuh
B. 15 cm
C. 30 cm
D. 45 cm
E. 60 cm
Soal No. 5
Nn. A, usia 22 tahun, datang diantar oleh polisi dan keluarganya ke
Rumah Sakit untuk menjalani pemeriksaan forensik setelah
mengalami tindakan pemerkosaan. Dokter menemukan pada
pemeriksaan fisik adanya introitus vagina hiperemis disertai erosi dan
perdarahan, himen robek, dan ditemukan adanya semen pada forniks
posterior.

Tanda pasti adanya penetrasi penis pada kasus adalah...


A. Himen robek
B. Adanya semen di forniks posterior
C. Erosi vagina
D. Introitus vagina hiperemis
E. Perdarahan pada vagina
Soal No. 5
Nn. A, usia 22 tahun, datang diantar oleh polisi dan keluarganya ke
Rumah Sakit untuk menjalani pemeriksaan forensik setelah
mengalami tindakan pemerkosaan. Dokter menemukan pada
pemeriksaan fisik adanya introitus vagina hiperemis disertai erosi dan
perdarahan, himen robek, dan ditemukan adanya semen pada forniks
posterior.

Tanda pasti adanya penetrasi penis pada kasus adalah...


A. Himen robek
B. Adanya semen di forniks posterior
C. Erosi vagina
D. Introitus vagina hiperemis
E. Perdarahan pada vagina
Soal No. 6
Seorang laki-laki, 53 tahun, datang ke UGD RS dengan keluhan muntah
darah dan BAB hitam. Keluhan tersebut dikarenakan pecahnya varises
esofagus. Dokter mendiagnosis pasien tersebut sebagai Sirosis Hepatis.
Pasien tersebut dirawat selama 2 hari kemudian meninggal. Anda akan
membuat surat keterangan kematian.

Apa yang anda tuliskan sebagai penyebab kematian pasien tersebut


berdasarkan ICD X?
A. Sirosis hati
B. Hepatitis
C. Perdarahan varises esofagus
D. Hipertensi portal
E. Melena
Soal No. 6
Seorang laki-laki, 53 tahun, datang ke UGD RS dengan keluhan muntah
darah dan BAB hitam. Keluhan tersebut dikarenakan pecahnya varises
esofagus. Dokter mendiagnosis pasien tersebut sebagai Sirosis Hepatis.
Pasien tersebut dirawat selama 2 hari kemudian meninggal. Anda akan
membuat surat keterangan kematian.

Apa yang anda tuliskan sebagai penyebab kematian pasien tersebut


berdasarkan ICD X?
A. Sirosis hati
B. Hepatitis
C. Perdarahan varises esofagus
D. Hipertensi portal
E. Melena

Anda mungkin juga menyukai