Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA AN.

“M” USIA 8 TAHUN


DENGAN THALASEMIA DI UNIT KESEHATAN ANAK
RSUD DR. H. MOHAMAD RABAIN
TAHUN 2023

Laporan
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Kebidanan II
Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Mohamad Rabain

Oleh Kelompok IV :
BELA SABRINA PO7124321019
NANDA AGUSTINA PO7124321003
ENNY DWI SUSIDAWATI PO7124321021
SINDY AYU JUANDA PO7124321013

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN MUARA ENIM
POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2023/2024

i
HALAMAN PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA AN. M USIA 8 TAHUN


DENGAN THALASEMIA DI UNIT KESEHATAN ANAK
RSUD DR. H. MOHAMAD RABAIN
TAHUN 2023

Telah Disetujui Untuk Diseminarkan


Muara Enim, November 2023

Menyetujui

Pembimbing Lahan Pembimbing Institusi

Dewi Sartika, S.Kep., Ners Nia Clarasari MP.,SST.,M.Keb


NIP. 198302122008032003 NIP. 198210112006042009

Mengetahui, Mengetahui,
Pembimbing Diklat Ka Prodi DIII Kebidanan
RSUD Dr. H. Mohamad Rabain Kampus Muara Enim

Yuliana Bertha, SST., M.Kes Dahliana, SKM.,M.kes


NIP. 196807181994032002 NIP. 196912151990032004

ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO
1. Satu hal baik yang kita lakukan untuk orang lain akan selalu mendapatkan
balasan baik yang lebih banyak dari Allah SWT.
2. Bersama kesulitan ada kemudahan.
3. Jangan ingat lelahnya ketika belajar, tapi ingatlah buah manisnya yang akan
dipetik kelak ketika sukses.

PERSEMBAHAN
1. Allah SWT karena atas karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini.
2. Orang tua dan keluarga yang telah mendoakan penulis.
3. Pembimbing diklat Ibu Yuliana Bertha SST., M.Kes yang telah memberikan
bimbingan, masukan dan saran untuk terselesaikannya laporan ini.
4. Pembimbing lapangan tercinta Ibu Dewi Sartika, S.Kep., Ners yang sangat
membantu memberikan bimbingan, masukan dan saran untuk
terselesaikannya laporan ini.
5. Pembimbing institusi yang telah membimbing, mengarahkan dan memberi
masukan serta nasihat atas terselesaikannya laporan ini.
6. Serta rekan-rekan satu almamater penulis.

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan kasus
terkait Asuhan Kebidanan Balita Sakit Pada An. M Usia 8 Tahun 2 Bulan dengan
Thalsemia di Unit Kesehatan Anak RSUD Dr. H. Muhammad Rabain Tahun
2023. Penulisan Laporan kasus ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas
Praktik Klinik Kebidanan Komprehensif II Program Studi Prodi DIII Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Palembang Kampus Mauara Enim. Laporan ini terwujud
atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu. Pada kesempatan ini kami juga mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Bapak dr. Alfurqon, Sp selaku Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Dr. H. Muhammad Rabain
2. Bapak Muhamad Taswin, S.Si., Apt., MM., M.Kes selaku Direktur
Poltekkes Kemenkes Palembang
3. Bapak dr. Yusril, SP.S (K) selaku Ketua Tim Koordinasi Pendidikan
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Muhammad Rabain
4. Ibu Nesi Novita, S.SiT., M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Palembang
5. Ibu Dahliana SKM.,M.Kes, selaku Ketua Program Studi DIII Kebidanan
Muara Enim Poltekkes Kemenkes Palembang
6. Ibu Nia Clarasari MP, SST., M.Kes selaku Pembimbing Institusi
7. Ibu Jenny Kartika,SKM., M.Kes selaku Pembimbing Institusi
8. Ibu Dewi Sartika, S.Kep., Ners selaku Pembimbing Lapangan di Unit
Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Muhammad Rabain
9. Ibu Yuliana Bertha, SST., M.Kes selaku Pembimbing Bagian Pendidikan
dan Pelatihan (Diklat) Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Muhammad
Rabain

iv
10. Ibu Hj. Lismini Zuztianah, Am. Kep selaku Kepala Unit Bagian
Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H.
Mohamad Rabain
11. Serta semua rekan-rekan yang telah membantu terselesaikannya laporan
ini.

Akhir kata, kami berharap Tuhan Yang Maha Esa membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga laporan ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu. Penulis juga menyadari masih banyak
kekurangan pada penulisan laporan kasus ini, sehingga masukan membangun
kami harapkan untuk kesempurnaan laporan kasus ini.

Muara Enim, Desember 2023

Penulis,

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………..……...……….… i


HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………..……..... ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN …………………………………………..….. iii
KATA PENGANTAR …………………………………………………...…..…. iv
DAFTAR ISI ………………………………………………………………..…… vi
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………….……… 1
A. Latar Belakang ……………………………………………………….…….. 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………………..……… 2
C. Tujuan …................…………………………………….………….……….. 2
D. Manfaat ……………………………………………....…………..……........ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA …..…………………….…......…………...….. 8
A. Konsep Dasar Thalasemia……………………..…....................................… 8
B. Diagnosa Penyakit Thalasemia………………………………….………... 14
C. Aplikasi Manjemen Asuhan Kebidanan ………………….…………...…… 16
BAB III TINJAUAN KASUS ………………………………………………….. 18
A. Data Subjektif …………………..……..………………………………….... 18
B. Data Objektif ……………….……………………………………………… 20
C. Analisa Data ……………….………………………………………………. 21
D. Penatalaksanaan ……………….………………………………………….... 21
BAB IV PEMBAHASAN …………………………………………….…….…… 29
A. Data Subjektif …………………..……..………………………………….... 29
B. Data Objektif ……………….……………………………………………… 29
C. Analisa Data ……………….………………………………………………. 30
D. Penatalaksanaan ……………….………………………………………….... 30
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ………………………………….…..…… 36
A. Simpulan …………………..……..………………………………………… 36
B. Saran ……………….…………………………………………….………… 36
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………… 37

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Talasemia berasal dari kata Yunani, yaitu talassa yang berarti laut. Yang
dimaksud dengan laut tersebut ialah Laut Tengah, oleh karena penyakit ini
pertama kali dikenal di daerah sekitar Laut Tengah. Penyakit ini pertama
sekali ditemukan oleh seorang dokter di Detroit USA yang bernama Thomas.
Talasemia adalah penyakit anemia hemolitik dimana terjadi kerusakan sel
darah merah didalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek
yaitu kurang dari 100 hari (Williams, 2005).
Gen talasemia sangat luas tersebar, dan kelainan ini diyakini merupakan
penyakit genetik manusia yang paling prevalen. Distribusi utama meliputi
daerah-daerah perbatasan Laut Mediterania, sebagian besar Afrika, timur
tengah, sub benua India, dan Asia Tenggara. Dari 3% sampai 8% orang
Amerika keturunan Italia atau Yunani dan 0,5% dari kulit hitam Amerika
membawa gen untuk talasemia ß. Di beberapa daerah Asia Tenggara
sebanyak 40% dari populasi mempunyai satu atau lebih gen talasemia
(Kliegam, 2012).
Talasemia adalah penyakit kelainan darah yang diwariskan oleh orangtua
kepada anak. Talasemia mempengaruhi kemampuan dalam menghasilkan
hemoglobin yang berakibat pada penyakit anemia. Hemoglobin adalah suatu
protein dalam sel darah merah yang mengangkut oksigen dan nutrisi lainnya
ke sel-sel lainnya dalam tubuh. Sekitar 100.000 bayi di seluruh dunia terlahir
dengan jenis talasemia berbahaya setiap tahunnya (Kliegam, 2012).
Terdapat dua jenis talasemia yaitu alfa dan beta. Kedua jenis talasemia
ini diwariskan dengan cara yang sama. Penyakit ini diturunkan oleh orangtua
yang memiliki mutated gen atau gen mutasi talasemia. Seorang anak yang
mewarisi satu gen mutasi disebut pembawa atau karier, atau yang disebut
juga dengan thalassemia trait (sifat talasemia).

1
Kebanyakan pembawa ini hidup normal dan sehat. Anak yang mewarisi
dua sifat gen, dimana satu dari ibu dan satu dari ayah, akan mempunyai
penyakit talasemia. Jika baik ibu maupun ayah adalah pembawa,
kemungkinan anak mewarisi dua sifat gen dengan kata lain mempunyai
penyakit thalasemia, adalah sebesar 25 persen (Williams, 2005). Anak dari
pasangan pembawa juga mempunyai 50 persen kemungkinan lahir sebagai
pembawa.
Jenis paling berbahaya dari alfa talasemia yang terutama menimpa
keturunan Asia Tenggara, Cina dan Filipina menyebabkan kematian pada
jabang bayi atau bayi baru lahir. Sementara itu, anak yang mewarisi dua gen
mutasi beta talasemia akan menderita penyakit beta talasemia (Williams,
2005).

B. Tujuan
1. Untuk meningkatkan pengetahuan dengan mengetahui pengertian dari
penyakit talasemia
2. Untuk meningkatkan pengetahuan dengan mengetahui klasifikasi
talasemia
3. Untuk meningkatkan pengetahuan dengan mengetahui komplikasi
talasemia
4. Untuk meningkatkan pengetahuan dengan mengetahui skrining dan
pencegahan talasemia
5. Untuk meningkatkan pengetahuan dengan mengetahui diagnosis
prenatal talasemia
6. Untuk meningkatkan pengetahuan dengan mengetahui diagnosis
talasemia
7. Untuk meningkatkan pengetahuan dengan mengetahui penatalaksanaan
talasemia

2
C. Manfaat
1. Meningkatkan pengetahuan dengan mengetahui pengertian dari penyakit
talasemia
2. Meningkatkan pengetahuan dengan mengetahui klasifikasi talasemia
3. Meningkatkan pengetahuan dengan mengetahui komplikasi talasemia
4. Meningkatkan pengetahuan dengan mengetahui skrining dan
pencegahan talasemia
5. Meningkatkan pengetahuan dengan mengetahui diagnosis prenatal
talasemia
6. Meningkatkan pengetahuan dengan mengetahui diagnosis talasemia
7. Meningkatkan pengetahuan dengan mengetahui penatalaksanaan
talasemia

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Penyakit Talasemia


Talasemia adalah penyakit kelainan darah yang menyebabkan sel
darah merah tidak dapat terbentuk sempurna sehingga jumlah sel darah merah
dalam tubuh kurang dari normal. Talasemia merupakan penyakit hemolitik
atau kurangnya kadar hemoglobin yang disebabkan oleh defisiensi
pembentukan rantai globin alfa atau beta yang menyusun hemoglobin.
Talasemia merupakan kelompok kelainan yang diturunkan karena
terjadi mutasi atau delesi pada gen yang menyandikan salah satu rantai globin
sehingga terjadi penurunan kecepatan sintesis atau ketiadaan sintesis dari
rantai yang setara. Hal ini menyebabkan penurunan kecepatan sisntesis
hemoglobin dan terjadi mikrositosis (Bain, 2015). Talasemia diturunkan
berdasarkan hukum Mendel, resesif atau ko-dominan.
Talasemia adalah grup kelainan sintesis hemoglobin yang heterogen
akibat pengurangan produksi satu atau lebih rantai globin. Hal ini
menyebabkan ketidakseimbangan produksi rantai globin. Ada dua klasifikasi
talasemia, dapat dibagi menjadi talasemia alfa dan talasemia beta.

B. Klasifikasi Talasemia
1. Talasemia Alfa
Sel normal memiliki dua gen alfa pada masing-masing kromosom
16. Talasemia alfa sering terjadi karena hilangnya sebuah gen globin,
dengan cara delesi gen alfa dan mutasi gen alfa. Jenis-jenis mutasi pada
talasemia alfa yaitu:
a. Silent carrier
Silent carrier merupakan satu gen globin alfa yang melakukan mutasi
atau hilangnya gen globin. Hal ini secara klinis tidak tampak gejala
serta dapat menyebabkan mikrositosis atau anemia tetapi tidak

4
berbahaya bagi penderitanya. Jenis ini sangat sering ditemukan pada
etnis tertentu, contohnya 25% dari Afro-Karibian kehilangan satu gen
alfa dikenal sebagai talasemia alfa heterozigot.

b. Thalassemia trait
Thalassemia trait atau merupakan hilangnya dua gen globin alfa dari
kromosom. Pada talasemia yang kehilangan dua gen globin tidak
pada satu kromosom, hal tersebut berakibat terjadinya mikrositosis,
namun tidak ada kelainan klinis atau genetik yang bermakna.
Sedangkan pada talasemia yang kehilangan dua gen globin pada satu
kromosom, dikenal dengan talasemia yang tidak membahayakan
penderita tetapi dapat menyebabkan terjadinya mikrositosis dengan
tidak ada kelainan klinis namun terdapat kelainan genetik yang
bermakna. Kelainan ini bermakna karena pada kondisi ini disebabkan
oleh kedua orang tua yang menyumbang satu dari empat peluang
hemoglobin Bart's hydrop fetalis. Diagnosis dilakukan dengan
pemeriksaan analisis DNA pada penderita dengan mikrositik yang
berkaitan dengan asal etnisnya.

c. Penyakit Hemoglobin H atau HbH


Penyakit Hemoglobin H atau HbH merupakan hilangnya tiga gen
globin alfa dari kromosom. Hal ini meyebabkan terjadinya anemia
mikrositik yang cukup berat. Gambaran klinisnya bervariasi; ada atau
tidak ada splenomegali, kelebihan zat besi dan komplikasi pada
tulang terlihat pada talasemia berat. Hemoglobin H adalah
hemoglobin non- fungsional dengan empat rantai beta, terbentuk
karena kehilangan rantai alfa. Keadaan ini secara umum tidak
dianggap kelainan yang cukup parah untuk membenarkan prediksi
prenatal dan mengakhiri kehamilan.

5
d. Hb Bart's hydrops fetalis
Hb Bart's hydrops fetalis merupakan keadaan dimana tidak ada sama
sekali gen globin alfa di kromosom. Ketika tidak ada rantai alfa yang
dibentuk maka tidak terjadi produksi hemoglobin F, A atau A2.
Namun demikian terdapat produksi hemoglobin Bart, suatu
hemoglobin non-fungsional dengan empat rantai gama (y). Keadaan
ini menyebabkan kematian karena anemia berat dan sebagian besar
kehamilan akan mengalami abortus atau prematuritas. Bayi biasanya
meninggal karena gagal jantung sesaat setelah lahir. Insidensinya
tinggi untuk terjadinya pre-eklampsia selama kehamilan.

2. Talasemia Beta (β)


Sel normal memiliki dua gen globin beta. Talasemia beta
merupakan kondisi yang disebabkan mutasi pada satu atau kedua gen
globin beta. Hal ini menyebabkan penurunan kecepatan atau bahkan
ketiadaan total sintesis globin beta. Prevalensi gen talasemia beta cukup
tinggi di berbagai belahan dunia seperti di Cyprus sekitar 15%, di Italia,
Yunani bahkan Turki mencapai 20%, di Asia Tenggara 5 - 10%, di seluruh
daratan India terdapat 5% dan sekitar 1% di Afrika hingga Carribia.

Talasemia beta dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

a. Talasemia ẞ heterozigot (Thalasemia ẞ-trait)


Talasemia ẞ heterozigot (Thalasemia ß-trait) merupakan keadaan
dimana terjadi mutasi satu dari dus gen globin ẞ yang menyebabkan
terjadinya penurunan kecepatan sintesis globin ẞ dan terjadi
mikrositosis. Talasemia ẞ trait merupakan keadaan asimptomatik.
Hanya pada keadaan tertentu, seperti selama masa kehamilan atau
infeksi, anemia baru terjadi.

6
Diagnosis talasemia ẞ heterozigot berdasarkan adanya mikrositosis
ditambah peningkatan proporsi hemoglobin Az yang diperiksa dengan
HPCL (high permorfance liquid chromatography) atau kromatografi
mikrokolum.

b. Talasemia ẞ intermedia.
Talasemia ẞ intermedia merupakan keadaan dimana kedua gen globin
ẞ mengalami mutasi tetapi masih bisa memproduksi sedikit rantai ẞ
globin. Istilah talasemia ẞ intermedia mengacu pada kelompok genetik
heterogen yang kondisi gejalanya bervariasi dari ringan sampai berat.
Ketahanan tanpa transfusi darah masih memungkinkan terjadi,
meskipun pada kondisi lebih berat kualitas hidup akan buruk jika tidak
melakukan transfusi darah. Talasemia ẞ intermedia dapat disebabkan
talasemia B heterozigot dengan faktor yang memperburuk atau warisan
dua gen talasemia ẞ tetapi dengan faktor yang memperbaiki. Di Asia
Tenggara, pewarisan bersamaan talasemia B dan hemoglobin E
merupakan penyebab utama talasemia B intermedia.

c. Talasemia ẞ homozigot
Talasemia ẞ homozigot merupakan keadaan dimana dua gen globin ß
mengalami mutasi sehingga tidak dapat lagi memproduksi rantai ẞ
globin dan menyebabkan anemia yang berat. Hal ini dapat
menyebabkan talasemia ẞ mayor, yaitu suatu keadaan angka harapan
hidup selama beberapa tahun bergantung pada transfusi darah.
Kegagalan pertumbuhan terjadi antara usia 3 dan 6 bulan. karena
sintesis hemoglobin F menurun, tetapi sintesis hemoglobin A tidak
dapat mengambil alih. Biasanya gejala muncul pada bayi usia 3 bulan
berupa anemia berat. Mekanisme terjadinya anmeia berat karena tiga
hal, yaitu ketidakmampuan sintesis globin sehingga tidak ada sintesis
hemoglobin yang akan menyebabkan anemia mikrositik, hemopocis

7
inefektif-kematian prekursor eritrosit di sumsum tulang belakang saat
mereka mengalami kerusakan kerena kelebihan rantai alfa dan
pemendekan kemampuan eritrosit.
Anemia berat menyebabkan peningkatan sintesis eritropoetin, yang
merangsang peningkatan eritropoesis inefektif yang lebih parah. Proses
ini terjadi di ruang perluasan sumsum tulang yang menyebabkan
deformitas tulang dan di ekstramedular yang menyebabkan
hepatosplenomegali berat. Splenomegali lebih lanjut akan
memperburuk anemia karena eritrosit terkumpul di limpa.

C. Komplikasi Talasemia
Komplikasi talasemia terkait dengan empat faktor, yaitu:
1. Anemia kronis
Anemia kronis menyebabkan keerlambatan pertumbuhan,
penundaan kematangan seksual, dilatasi jantung dan gagal jantung
kongestif, penurunan kapasitas kerja dan semua komplikasi lain yang
terkait dengan anemia kronis.
2. Ekspansi sumsum tulang
Sumsum tulang menjadi sangat diperluas yang ditandai dengan
hiperplasia eritroid. Pelebaran ruang diploik tengkorak, hipertrofi tulang
tengkorak bagian frontal. Hipertrofi maksila di pipi yang menetap dan
maloklusi gigi, menyebabkan "facies chipmunk" yang khas. Penipisan
korteks tulang panjang menyebabkan tulang mudah patah. Hematopoiesis
ekstramedular menyebabkan pembesaran limpa dan hati. Hematopoiesis
ekstramedular dapat terjadi pada jaringan lunak (tumor mieloid) dan
vertebral yang dapat menyebabkan kompresi sumsum tulang belakang.
3. Kelebihan besi
Terjadi absorpsi kronis berlebihan terhadap besi pada saluran
gastrointestinal, terdorong oleh eritopoiesis kronis dan diperburuk oleh
transfusi eritrosit. Deposit besi dalam hati menyebabkan kardiomiopati

8
dan aritmia jantung. Deposit di hati menyebabkan fibrosis portal dan dapat
menyebabkan sirosis hati. Pasien dengan sirosis hati memiliki risiko
berkembang menjadi karsinoma hepatoseluler.
4. Hemolisis kronis
Hemolisis kronis menyebabkan splenomegali, hepatomegali dan batu
empedu bilirubin. Hipersplenisme dapat berkembang, meningkatkan
kebutuhan untuk transfusi.

D. Skrining dan Pencegahan Talasemia


Terdapat dua pendekatan untuk menghindari talasemia, yang pertama
karena karier talasemia ẞ bisa diketahui dengan mudah, skrining populasi dan
konseling tentang pasangan bisa dilakukan. Bila talasemia heterozigot
menikah, 1 dari 4 anak mereka bisa menjadi talasemia homozigot atau
gabungan haterozigot.
Yang kedua, bila ibu talasemia heterozigot sudah diketahui sebelum
lahir, pasangannya bisa dperiksa dan bila termasuk karier, pasangan tersebut
ditawari diagnosis prenatal dan terminasi kehamilan pada fetus dengan
talasemia ẞ berat..
Selain hal diatas dapat pula dilakukan skrining premarital yang
dilakukan di sekolah anak yang orang tuanya menghendaki pemilihan
pasangan. Penting menyediakan program konseling verbal maupun tertulis
mengenai hasil skrining. Alternatif yang lain adalah memeriksa setiap wanita
hamil muda berdasarkan ras.
Skrining yang efektif adalah melalui ukuran eritrosit, bila MCV (mean
corpuscular volume) dan MCH (mean corpuscular hemoglobin) sesuai
gambaran talasemia, perkiraan kadar HbA2 harus diukur, biasanya meningkat
pada talasemia ẞ. Bila kadarnya normal, pasien dikirim ke pusat yang bisa
menganalisis gen rantai alfa.

9
E. Diagnosis Prenatal Talasemia
Diagnosis prenatal dari berbagai bentuk talasemia, dapat dilakukan
dengan berbagai cara. Dapat dibuat dengan penelitian sintesis rantai globin
pada sampel darah janin dengan menggunakan fetoscopy saat kehamilan 18-
20 minggu, meskipun pemeriksaan ini sudah banyak digantikan dengan
analisis DNA janin. DNA diambil dari sampel villi chorion atau corion villus
sampling (CVS), pada kehamilan 9-12 minggu. Tindakan ini berisiko rendah
untuk menyebabkan kematian dan kelainan janin.

F. Diagnosis Talasemia
Diagnosis talasemia dapat diketahui melalui beberapa pemeriksaan. darah,
seperti:
1. FBC (Full Blood Count)
Pemeriksaan ini akan memberikan informasi mengenai berapa
jumlah sel darah merah yang adam berapa jumlah hemoglobin yang ada di
sel darah merah dan ukuran serta bentuk dari sel darah merah.
2. Sediaan Darah Apus
Pada pemeriksaan ini, darah akan diperiksa dengan mikroskop
untuk melihat jumlah dan bentuk dari sel darah merah, sel darah putih dan
platelet. Selain itu, dapat juga dievaluasi bentuk darah, kepucatan darah
dan maturasi darah.
3. Iron study
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui segala aspek
penggunaan dan penyimpanan zat besi dalam tubuh. Tujuan dari
pemeriksaan ini adalah untuk membedakan apakah penyakit disebabkan
oleh anemia defisiensi besi biasa atau talasemia.
4. Haemoglobinopathy evaluation
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui tipe dan jumlah relatif
hemoglobin yang ada dalam darah.

10
5. Analisis DNA
Analisis DNA digunakan untuk mengetahui adanya mutasi pada
gen yang memproduksi rantai globin alfa dan beta. Pemeriksaan ini
merupakan tes yang paling efektif untuk mendiagnosis keadaan kanker
pada talasemia. G. Penatalaksanaan Talasemia

Pengobatan untuk penyakit talasemia tergantung pada tipe penyakit


talasemia dan berat tidaknya talasemia yang diderita. Penderita dengan
talasemia yang ringan atau bersifat asimtomatik biasanya hanya mendapat
sedikit perawata atau pengobatan bahkan tidak mendapat pengobatan sama
sekali.

Terdapat tiga pengobatan yang paling sering dilakukan oleh dokter.


yaitu sebagai berikut:

1. Transfusi darah.
Transfusi darah sangat dibutuhkan bagi penderita talasemia sedang
maupun berat. Dengan transfusi darah, kadar sel darah merah dan kadar
hemoglobin dapat dipertahankan. Untuk talasemia intermedia, transfusi dapat
diberikan dengan jangka waktu yang lebih jarang dibanding talasemia yang
lebih berat. Misalnya, pada saat penderita mengalami infeksi atau saat
penderita mengalami anemia berat sehingga menyebabkan kelelahan.
Sebaliknya untuk penderita talasemia berat seperti talasemia ẞ mayor,
transfusi sangat dibutuhkan. Dan transfusi dilakukan secara reguler setiap 2-4
minggu.

2. Terapi iron chelation


Dampak dari transfusi darah adalah overloading atau kelebihan besi.
Hal ini dikarenakan hemoglobin yang ada di dalam sel darah merah
merupakan protein kaya besi. Sehinga dengan transfusi darah yang sering

11
dilakukan dapat menyebabkan kelebihan besi dalam darah. Kondisi inidapat
menyebabkan kerusakan pada hati, jantung dan organ- organ lainnya yang ada
pada tubuh.
Untuk mencegah kerusakan pada organ dalam tubuh, dibutuhkan terapi
iron chelation untuk membuang kelebihan besiyang ada di dalam tubuh.
Terdapat dua obat yang sering digunakan dalam terapi ini, yaitu:
a. Deferoxamine (Desferal)
Deferoxamine atau desferal merupakan obat cair yang diberikan di bawah
kulit. Biasanya obat ini diberikan dengan menggunakan alat semacam
portable pump. Efek samping dari obat ini adalah berkurangnya
kemampuan mendengar dan melihat.
b. Deferasirox
Deferasirox merupakan obat yang berupa pil yang dimakan sekali dalam
sehari. Efek samping dari obat ini adalah sakit kepala, nausea (mual),
muntah, diare dan lelah.

3. Suplemen asam folat


Asam folat sangat berperan dalam proses pematangan sel darah merah.
Biasanya suplemen asam folat ini dibutuhkan dalam terapi iron chelation dan
tansfusi darah.

12
BAB III
PENUTUP

Talasemia adalah penyakit kelainan darah yang diwariskan oleh


orangtua kepada anak. Talasemia mempengaruhi kemampuan dalam
menghasilkan hemoglobin yang berakibat pada penyakit anemia.
Hemoglobin adalah suatu protein dalam sel darah merah yang mengangkut
oksigen dan nutrisi lainnya ke sel- sel lainnya dalam tubuh. Sekitar
100.000 bayi di seluruh dunia terlahir dengan jenis talasemia berbahaya
setiap tahunnya (Kliegam, 2012).

Terdapat dua jenis talasemia yaitu alfa dan beta. Kedua jenis
talasemia ini diwariskan dengan cara yang sama. Penyakit ini diturunkan
oleh orangtua yang memiliki mutated gen atau gen mutasi talasemia.
Talasemia alfa diklasifikasikan lagi menjadi empat, yaitu silent carrier,
thalassemia trait atau, penyakit Hemoglobin H atau HbH dan Hb Bart's
hydrops fetalis. Sedangkan pada talasemia beta juga diklasifikasikan lagi
menjadi tiga, yaitu Talasemia ẞ heterozigot (Thalasemia B-trait),
Talasemia ẞ intermedia dan Talasemia ẞ homozigot.

Talasemia juga mempunyai komplikasi talasemia yang terkait


dengan empat faktor, yaitu anemia kronis, ekspansi sumsum tulang,
kelebihan besi dan hemolisis kronis. Untuk mencegah hal tersebut
dilakukan skrining dan pencegahan yang berupa pendekatan untuk
menghindari talasemia serta dilakukan skrining premarital.

Diagnosis pada penderita talasemia dapat dilakukan dengan dua


cara, yatu diagnosis prenatal saat janin masih di dalam kandungan serta
diagnosis talasemia. Diagnosis talasemia dapat dilakukan dengan berbagai

13
cara, seperti FBC (Full Blood Count, sediaan darah apus, iron study,
haemoglobinopathy evaluation dan analisis DNA.

Pengobatan untuk penyakit talasemia tergantung pada tipe penyakit


talasemia dan berat tidaknya talasemia yang diderita. Terdapat tiga
pengobatan yang paling sering dilakukan oleh dokter, yaitu transfusi
darah, terapi iron chelation dan suplemen asam folat.

14
BAB IV
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA AN. “M” USIA 8 BULAN


DENGAN THALASEMIA DI UNIT KESEHATAN ANAK
RSUD DR. H. MOHAMAD RABAIN

A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas Anak
Nama : An. M Tanggal MRS : 04-12-2023
Umur : 8 tahun Nomor RM : 305537
Jenis Kelamin : Laki-laki
Anak ke- : 1 (satu)

2. Identitas Orangtua
Ibu Ayah
Nama : Ny. D Tn. H
Umur : 36 Tahun 37 Tahun
Suku / Bangsa : Indonesia Indonesia
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Wiraswasta
Alamat : Pelita Sari Muara Enim

3. Keluhan Utama :
Ibu dan suami datang ke Rumah Sakit membawa anaknya mengatakan
anaknya sudah demam selama 5 hari, batuk dan tampak pucat.

4. Riwayat Penyakit Sekarang :


Ibu mengatakan anaknya sedang demam, batuk dan tampak pucat.

5. Respon Keluarga :
Khawatir.

6. Riwayat Kesehatan yang Lalu


a. Riwayat Prenatal dan Perinatal
1) Masa Kehamilan :38 minggu
2) Lahir tanggal :30 September 2015 jam 11.30 wib
3) Jenis Persalinan : Spontan
4) Penolong : Bidan
Tempat persalinan : Klinik Bidan
18
b. Riwayat Pemberian Nutrisi :
1 bulan ASI dilanjutkan dengan susu formula.

c. Data Antropometri
BB : 3.600 gram
PB : 51 cm
Skor APGAR : 8/9

7. Status Kesehatan Terakhir


a. Riwayat Alergi
Ibu mengatakan anaknya tidak mempunyai riwayat alergi apapun.

b. Imunisasi Dasar
() Hepatitis 0 ( ) Pentavalen 3 / Polio 4
() BCG / Polio 1 () Campak
() Pentavalen 1 / Polio 2 ( ) Pentavalen 4
() Pentavalen 2 / Polio 3 ( ) Lain-lain :

c. Riwayat Penyakit yang lalu


Pernah dirawat di : RSUD Dr. H. Mohamad Rabain 4 bulan yang lalu
Penyakit : Diare.

d. Riwayat Operasi
Ibu mengatakan anaknya tidak pernah di operasi.

e. Riwayat Kesehatan Keluarga (Ayah, ibu, adik, paman, bibi)


( ) Kanker ( ) Penyakit Hati ( ) Hipertensi
( ) Diabetes Melitus ( ) Penyakit Ginjal ( ) Penyakit Jiwa
( ) Epilepsi ( ) Alergi :

8. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari


a. Nutrisi
Nasi, sayur, lauk, buah-buahan
b. Pola Istirahat
Tidur siang : 2 jam per hari
Tidur malam : 9 jam per hari
c. Eliminasi
BAK : 7 kali per hari
BAB : 1 kali per hari

19
d. Personal Hygiene
Mandi : 2 kali per hari
Ganti pakaian : 2 kali per hari (jika kotor/lembab)

e. Pola Asuh Orang Tua


Ibu mengatakan ibu dan anaknya sering bermain bersama dan anak juga
aktif bermain baik sendiri maupun saat bersama dengan teman-teman
usianya.

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Lemah
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. Tanda-tanda Vital
HR : 92× / menit
RR : 25 × / menit
T : 38° C
d. BB : 24 kg
e. PB : 120 cm

2. Pemeriksaan Fisik Khusus


a. Kepala : rambut berwarna hitam
b. muka : tampak pucat
c. Mata : simetris, konjungtiva pucat, sclera putih
d. Mulut : bibir pecah-pecah
e. Telinga : simetris, tidak ada sekret yang keluar
f. Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid
g. Perut : tidak kembung
h. Ekstremitas : kuku tampak pucat, tidak ada kelainan.

3. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Hb : 7,1 g/dL
Trombosit : 251 . 103/µL
Leukosit : 8,91 . 103/µL
Hematokrit : 22,6 %

20
C. ANALISA DATA
Diagnosis : An. M usia 8 tahun 2 bulan dengan Thalasemia

D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu Ibu hasil pemeriksaan anaknya bahwa anaknya masih dalam
keadaan demam dengan suhu : 38oC
(Ibu mengetahui hasil pemeriksaan dan tampak khawatir)
2. Memberikan kompres air hangat di daerah frontal, femoral dan axilla anak,
agar keseimbangan suhu tubuh anak terjaga.
(Kompres hangat telah diberikan)
3. Menganjurkan Ibu untuk tetap memenuhi kebutuhan nutrisi anaknya
dengan memberikan makanan yang diberikan bagian gizi RS dan
memenuhi kebutuhan cairan anaknya agar anak tidak dehidrasi.
(Ibu bersedia memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan anaknya)
4. Menganjurkan Ibu untuk tetap menjaga personal hygiene anak, seperti cuci
tangan sebelum dan sesudah makan, mengganti pakaian anak jika kotor
atau lembab, menjaga kebersihan kuku anak dan lain-lain.
(Ibu bersedia menjaga personal hygiene anak)
5. Kolaborasi dengan Dokter dalam pemberian therapy obat dan cairan:
a. IVFD KA EN 1B gtt XX x / menit
b. Ceftriaxone 1x2 gram
c. Paracetamol 3x20 CC
d. Ambroxol 3x1 cth
e. Nebu Ventolin 2x1
f. Santa gesik
(Therapy obat dan cairan telah diberikan)
6. Menganjurkan anak untuk tidak melakukan aktivitas berat, untuk
mencegah penambahan kebutuhan oksigen.
(Ibu tampak tenang)
7. Memberitahu Ibu untuk segera melapor jika anak terlihat lemah dan pucat
kepada petugas yang menjaga, untuk segara mendapat tranfusi darah
(Ibu bersedia melapor jika ada keluhan).

21
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal/Jam Diagnosa Catatan Perkembangan (SOAP)
4 Desember An. M usia 8 tahun 2 S :
2023 bulan dengan Ibu mengatakan anak demam dan lesu.
Thalasemia
14.00 WIB O:
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Compos Mentis
T : 38 °C
N : 90 x/menit
RR : 20 x/menit
Pemeriksaan penunjang :
HB : 7,1 g/dL
Trombosit : 22,0 . 103/µL
Leukosit : 8,91 . 103/µL
Hemaktokrit : 70 %

A:
An. M usia 8 tahun 2 bulan dengan
Thalasemia

P:
1. Memberitahu Ibu hasil pemeriksaan
anaknya bahwa anaknya masih dalam
keadaan demam dengan suhu : 37,8oC
(ibu mengetahui hasil pemeriksaan dan
tampak khawatir)
2. Memberi kompres hangat pada anak
dengan menggunakan handuk agar
keseimbangan suhu tubuh anak terjaga.
(Kompres hangat telah diberikan)
3. Menganjurkan Ibu untuk tetap
memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan
anaknya agar anak tidak dehidrasi.
(Ibu bersedia memenuhi kebutuhan

22
nutrisi dan cairan anaknya)

4. Menganjurkan Ibu untuk tetap menjaga


personal hygiene anak, seperti cuci
tangan sebelum dan sesudah makan,
mengganti pakaian anak jika kotor atau
lembab, menjaga kebersihan kuku anak
dan lain-lain.
(Ibu bersedia menjaga personal
hygiene anak)
5. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian therapy obat dan cairan:
a. IVFD KA EN 1B gtt XX x / menit
b. Ceftriaxone 1x2 gram
c. Paracetamol 3x20 CC
d. Ambroxol 3x1 cth
e. Nebu Ventolin 2x1
f. Santa Gesik
(Therapy obat dan cairan telah
diberikan)
6. Memberikan support dan afirmasi
positif kepada Ibu bahwa anaknya akan
segera sembuh dan bermain aktif
seperti biasanya.
(Ibu tampak tenang)
7. Memberitahu ibu untuk segera melapor
jika terdapat keluhan pada anak.
(Ibu bersedia melapor jika ada
keluhan).
4 Desember An. M usia 8 tahun, S:
2023 2 bulan dengan Ibu mengatakan anak masih demam, tapi
Thalasemia sudah tidak lesu dan masih batuk.
18.00 WIB
O:
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Compos Mentis
T : 37,8 °C
N : 90 x/menit

23
RR : 20 x/menit

A:
An. M usia 8 tahun 2 bulan dengan
Thalasemia.
P:
1. Memberitahu Ibu hasil pemeriksaan
anaknya bahwa anaknya masih dalam
keadaan demam dengan suhu : 37,8oC
(Ibu mengetahui hasil pemeriksaan)
2. Memberikan kompres hangat
menggunakan handuk agar
keseimbangan suhu tubuh anak terjaga.
(Kompres hangat telah diberikan)
3. Menganjurkan Ibu untuk tetap
memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan
anaknya agar anak tidak dehidrasi.
(Ibu bersedia memenuhi kebutuhan
nutrisi dan cairan anaknya)
4. Menganjurkan Ibu untuk tetap menjaga
personal hygiene anak, seperti cuci
tangan sebelum dan sesudah makan,
menjaga kebersihan kuku anak, dll.
(Ibu bersedia menjaga personal
hygiene anak)
5. Memberikan support dan afirmasi
positif kepada ibu.
(Ibu tampak tenang)
6. Memberitahu ibu untuk segera melapor
jika terdapat keluhan pada anak ke
petugas yang menjaga.
(Ibu bersedia melapor).
7. Memberitahu ibu bahwa akan dilaukan
tranfusi darah.

24
5 Desember An. M usia 8 tahun, S:
2023 2 bulan dengan Ibu mengatakan anaknya tidak lagi
Thalasemia. demam tapi masih batuk.
05.00 WIB
O:
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Suhu : 37,0 °C
N : 90 x/menit
RR : 20 x/menit

Pemeriksaan penunjang :
HB : 7,1 g/dL
Trombosit : 251 . 103/µL
Leukosit : 8,91 . 103/µL.
Hematokrit : 22,6 %

A:
An. M usia 8 tahun 2 bulan dengan
Thalasemia.

P:
1. Memberitahu Ibu hasil pemeriksaan
anaknya, suhu : 37,0oC
(Ibu mengetahui hasil pemeriksaan)
2. Menganjurkan Ibu untuk tetap
memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan
anaknya agar anak tidak dehidrasi.
(Ibu bersedia memenuhi kebutuhan
nutrisi dan cairan anaknya)
3. Menganjurkan Ibu untuk tetap menjaga
personal hygiene anak, seperti cuci
tangan sebelum dan sesudah makan,
mengganti pakaian anak jika kotor atau
lembab, menjaga kebersihan kuku anak
dan lain-lain.
(Ibu bersedia menjaga personal
hygiene anak)

25
4. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian therapy obat dan cairan:
a. IVFD KA EN 1B gtt XX x/m
b. Ceftriaxone 1x2 gram
c. Paracetamol 3x20 CC
d. Ambroxol 3x1 cth
e. Nebu Ventolin 2x1
f. Santa gesik
(Therapy telah diberikan)
5. Memberikan support dan afirmasi
positif kepada Ibu bahwa anaknya akan
segera sembuh dan bermain aktif
seperti biasanya.
(Ibu tampak tenang)
6. Memberitahu Ibu untuk segera melapor
jika terdapat keluhan pada anak ke
petugas yang menjaga.
(Ibu bersedia melapor).
5 Desember An. M usia 8 tahun , S:
2023 2 bulan dengan Ibu mengatakan anak sudah membaik dan
Thalasemia. tidak ada keluhan
13.00 WIB
O:
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis

T : 36,8 °C
N : 90 x/menit
RR : 20 x/menit

Pemeriksaan penunjang :
HB : 7,1 g/dL
Trombosit : 251 . 103/µL
Leukosit : 8,91 . 103/µL
Hematokrit : 22,6 %

A:
Anak M usia 8 tahun 2 bulan dengan

26
Thalasemia.

P:
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
anaknya bahwa anaknya keadaan baik
dengan suhu : 36,8oC
(ibu mengetahui hasil pemeriksaan)
2. Menganjurkan ibu untuk tetap
memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan
anaknya agar anak tidak dehidrasi.
(Ibu bersedia)
3. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga
personal hygiene anak, seperti cuci
tangan sebelum dan sesudah makan,
menjaga kebersihan kuku anak, dll.
(Ibu bersedia menjaga personal
hygiene anak)
4. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian therapy obat dan cairan:
a. IVFD KA EN 1B gtt XX x/m
b. Ceftriaxone 1x2 gram
c. Paracetamol 3x20 CC
d. Ambroxol 3x1 cth
e. Nebu ventolin 2x1
f. Santa gesik
(Therapy telah diberikan)
5. Memberikan support dan afirmasi
positif kepada ibu bahwa anaknya akan
segera sembuh dan bermain aktif
seperti biasanya.
(Ibu tampak tenang)
6. Memberitahu ibu untuk segera melapor
jika terdapat keluhan pada anak.
(Ibu bersedia melapor jika ada
keluhan).
5 Desember An. M usia 8 tahun 2 PERENCANAAN PEMULANGAN
2023 bulan dengan
Thalasemia. S:

27
18.00 WIB Ibu mengatakan anaknya tidak demam
lagi.

O:
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
T : 36,4 °C
N : 98 x/menit
RR : 24 x/menit

Pemeriksaan penunjang :
HB : 10 g/dL
Trombosit : 251 . 103/µL
Leukosit : 8,91 . 103/µL
Hematokrit : 40%

A:
An. M usia 8 tahun 2 bulan dengan
Thalasemia

P:
1. Memberitahu Ibu hasil pemeriksaan
anaknya bahwa suhu anaknya 36,4oC
(Ibu mengetahui hasil pemeriksaan)
2. Memberi tahu Ibu untuk melakukan
kontrol ulang ke Poliklinik Anak
tanggal 12 Desember 2023.
(Ibu bersedia untuk melakukan kontrol
ulang)
3. Memberitahu Ibu untuk tepat dan
teratur dalam memberikan obat pulang.
(Ibu bersedia untuk memberikan obat
secara tepat dan teratur pada anak)
4. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga
personal hygiene anak, seperti cuci
tangan sebelum dan sesudah makan,
menjaga kebersihan kuku anak, dll.
(Ibu bersedia menjaga personal

28
hygiene anak)
5. Memberi KIE tentang Thalasemia pada
ibu, bahwa penyakit thalasemi
merupakan kelainan darah yang
diturunkan yang disebabkan oleh
kelainan hemoglobin, memerlukan
tranfusi darah seumur hidup dan obat-
obatan pendukung yang terpantau oleh
dokter.
(Ibu mengerti penjelasan bidan)

29
BAB V
PEMBAHASAN

A. Data Subjektif
Pengkajian data dasar dilaksanakan pada tanggal 4 Desember 2023 pukul
13.00 WIB di Unit Kesehatan Anak RSUD Dr. H. Muhammad Rabain. Hasil
pengkajian: pasien An. M usia 8 tahun 2 bulan, lahir tanggal 30 September
2015, jenis kelamin laki-laki. Orang tua: Tn. H umur 38 tahun, pekerjaan
wiraswasta dan Ny. D umur 37 tahun, pekerjaan ibu rumah tangga. Keluarga
ini berasal dari Pelita Sari. Orang tua pasien mengatakan anaknya sudah
demam selama 5 hari dan Batuk. Ibu mengatakan selama hamil, ibu rutin
memeriksakan kehamilan di klinik bidan. Ibu mengatakan anaknya lahir pada
usia kehamilan aterm, melahirkan normal di klinik bidan, keadaan saat lahir
sehat dengan berat badan 3.800 kg. Anaknya sudah mendapatkan imunisasi
imunisasi HB0, BCG, Polio 1, Pentavalen 1, Polio 2, Pentavalen 2, Polio 3,
dan Campak. Sejak kecil anaknya diasuh oleh orang tua kandung serta
memiliki hubungan baik dengan keluarga dan pembawaan anak baik. Ibu
mengatakan anaknya selalu memiliki nafsu makan yang baik, BAB 1 kali per
hari dan BAK 7 kali per hari.

B. Data Objektif
Hasil pemeriksaan umum yang dilakukan pada anak An. M yaitu:
keadaan umum lemah, kesadaran Compos Mentis. Pada pengukuran tanda-
tanda vital: suhu 38°C, denyut nadi 90 kali per menit, frekuensi nafas 20 kali
per menit. Berat badan 20 kg. Hasil pemeriksaan fisik yang diperiksa: wajah
tampak Pucat, konjungtiva pucat, sklera putih, hidung tidak ada sekret, dada
simetris, nafas beraturan, perut tidak kembung dan tidak ada nyeri tekan,
ekstremitas tidak pucat. Hasil pemeriksaan penunjang: Hb; 7,1 gr/dL,
leukosit: 8,91 /mm3 , trombosit: 251/mm3 dan hematokrit: 22,6%.

30
C. Analisa
An. M usia 8 tahun 2 bulan dengan Thalasemia.

D. Penatalaksanaan
Berdasarkan hasil pengkajian data subjektif dan objektif serta analisa
yang telah dibuat, maka disusunlah penatalaksanaan asuhan yang sesuai
dengan kebutuhan klien. Penatalaksanaan pertama yang dilakukan adalah
menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan suami bahwa anak mengalami
Thalasemia.
Menganjurkan ibu untuk mengompres hangat anak jika terjadi demam
agar merangsang keringat sehingga suhu tubuh akan menurun. Selain itu,
memotivasi ibu untuk selalu memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan pada
anak, karena anak mengalami penyakit thalsemi yang mana harus dilakukan
tranfusi pada anak.
Dalam pemberian terapi obat dan cairan bidan berkolaborasi dengan
dokter yaitu, anak diberi infus KA EN 1B gtt XX x/menit yang digunakan
sebagai penyedia serta menggantikan air serta elektrolit pada kondisi
dehidrasi, sakit dan perlu perawatan (Azizah, 2023).
Selain itu, anak juga diberikan antibiotik Ceftriaxone 1x2 gram secara
IV. Ceftriaxone bekerja dengan cara melemahkan dan memecah dinding sel
serta membunuh bakteri. Ceftriaxone digunakan untuk mengobati infeksi
bakteri. Paracetamol 3x20 cc untuk mengatasi demam pada anak yang timbul
pada anak.
Memberikan afirmasi positif dan juga support pada ibu. Afirmasi positif
ini memberikan tekanan yang positif pada ibu yang menimbulkan rasa bahwa
ibu mampu untuk menjalani masalah yang sedang dialami anaknya saat ini.

31
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dalam kasus ini, mahasiswa telah memahami dan secara langsung
melakukan penatalaksanaan kasus secara nyata tentang asuhan kebidanan
balita sakit pada An. M usia 8 tahun 2 bulan dengan Thalasemia di Unit
Kesehatan Anak RSUD Dr. H. Muhammad Rabain.
Demikian dapat disimpulkan bahwa, mahasiswa telah :
1. Mengkaji data subjektif pada balita sakit pada An. M usia 8 tahun 2
bulan dengan Thalasemia di Unit Kesehatan Anak RSUD Dr. H.
Muhammad Rabain.
2. Mengkaji data objektif pada balita sakit pada An. M usia 8 tahun 2 bulan
dengan Thalasemia di Unit Kesehatan Anak RSUD Dr. H. Muhammad
Rabain.
3. Mengidentifikasi diagnosis/masalah kebidanan berdasarkan data subjektif
dan data objektif balita sakit pada An. M usia 8 tahun 2 bulan dengan
Thalasemia di Unit Kesehatan Anak RSUD Dr. H. Muhammad Rabain.
4. Melakukan penatalaksanaan asuhan balita sakit pada An. M usia 8 tahun
2 bulan dengan Thalasemia di Unit Kesehatan Anak RSUD Dr. H.
Muhammad Rabain.

B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mampu memahami teori dan mengaplikasikan dalam praktik
pelaksanaan asuhan kebidanan pada balita sesuai dengan asuhan
kebidanan holistik dan memahami cara penanganan serta
penanggulangan kasus thalasemia.

32
2. Bagi RSUD Dr. H. Mohamad Rabain
Diharapkan dapat memberikan asuhan komprehensif pada balita dengan
thalasemia serta mampu memberikan pelayanan yang profesional
sehingga dapat berperan dalam menurunkan angka kejadian kasus
thalasemia.

3. Bagi Institusi
a. Diharapkan asuhan kebidanan dalam pemecahan masalah dapat lebih
ditingkatkan dan dikembangkan mengingat metode ini sangat
bermanfaat dalam membina tenaga bidan guna menciptakan sumber
daya manusia yang lebih profesional.
b. Perlu adanya persamaan presepsi antara pendidikan dan petugas
kesehatan dilahan praktek tentang penerapan asuhan kebidanan
sebagai alat dalam pendekatan pemecahan masalah pada praktek
sehari-hari sehingga meningkatkan mutu pelayanan tenaga
kesehatan.

33
DAFTAR PUSTAKA

Talasemia adalah penyakit anemia hemolitik dimana terjadi kerusakan sel darah
merah didalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi
pendek yaitu kurang dari 100 hari (Williams, 2005).

Daerah Asia Tenggara sebanyak 40% dari populasi mempunyai satu atau lebih
gen talasemia (Kliegam, 2012).

Anak dari pasangan pembawa juga mempunyai 50 persen kemungkinan lahir


sebagai pembawa. (Williams, 2005).

Talasemia diturunkan berdasarkan hukum Mendel, resesif atau ko-dominan.


(Bain, 2015).

Barbara J. Bain. 2015. Hematologi Kurikulum Inti. Terjemahan oleh Iriani A.


Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sembiring, S.P.K. 2010. Thalasemia. Medan: MorphostLab

Permono, B., Sutaryo, IDG. Urgasena, Endang W. Maria A. 2012. Buku Ajar
Hematologi-Onkologi Anak Cetakan Keempat. Jakarta: Badan
Penerbit IDAL

34

Anda mungkin juga menyukai