Anda di halaman 1dari 16

TONSILITIS

Disusun Oleh :

Nama : Nanang Hendra Firmansah

Nim : 122020030179

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

TAHUN AJARAN 2021/2022


Jln.Ganesha l,Purwosari 59316,Telp/Fax.029144293/437218

Email Address : sekertariat@umkudus.ac.id Web Address:


http://www.umkudus.ac.id

LAPORAN PENDAHULUAN

1. Definisi

Tonsilitis adalah peradangan pada tonsil yang disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus. Selain
virus dan bakteri,penyakit ini juga bisa disebabkan karena kegagalan atau ketidaksesuaian
pemberian antibiotik pada saat pertama kali menderita (tonsilitis akut) sehingga penyakit ini
semakin meradang jika timbul untuk kedua kalinya dan menjadi tonsilitis kronis. Penyakit ini
dapat mengenai semua umur namun umumnya menyerang pada anak-anak (Ramadhan et
al,2017).

2. Etiologi

Penyebab tonsilitis adalah infeksi bakteri streptococcus atau infeksi virus. Tonsil berfungsi
membantu menyerang bakteri dan mikroorganisme lainnya sebagai tindakan pencegahan
terhadap infeksi. Tonsil bisa dikalahkan oleh bakteri maupun virus, sehingga membengkak dan
meradang, menyebabkan tonsilitis. Hal-hal yang dapat memicu peradangan pada tonsil adalah
seringnya kuman masuk kedalam mulut bersama makanan atau minuman (Manurung, 2016).
3. Klasifikasi

Berdasarkan waktu berlangsungnya (lamanya) penyakit, tonsilitis terbagi menjadi 2, yakni


tonsilitis akut jikan penyakit(keluhan) berlangsung kurang dari 3 minggu dan tonsilitis kronis
jika inflamasi atau peradangan pada tonsil palatina berlangsung lebih dari 3 bulan atau menetap.
Infeksi terjadi terus menerus karena kegagalan atau ketidaksesuaian pemberian antibiotic
(Annisa dkk,2015)

Bedasarkan perjalanan penyakitnya, tonsilitis dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis,yaitu


sebagai berikut :

a. Tonsilitis Akut

Tonsilitis akut merupakan suatu inflamasi akut yang terjadi pada tonsilla palatina,yang terdapat
pada daerah orofaring disebabkan oleh adanya infeksi maupun virus. Tonsilitis akut dapat dibagi
menjadi :

• Acute superficial tonsilitas, biasanya disebabkan oleh infeksi virus dan biasanya
merupakan perluasan dari faringitis serta hanya mengenai lapisan latral.

• Acute folicular tonsilitis, Infeksi menyebar sampai ke kripta sehingga terisi dengan
material purulen,ditandai dengan bintik-bintik kuning pada tonsil.

• Acute membranous tonsilitis,merupakan stase lanjut dari tonsilitis folikular dimana


eksudat dari kripta menyatu membentuk membran di permukaan tonsil.

b. Tonsilitis Kronis

Tonsilitis kronis adalah suatu kondisi yang merujuk kepada adanya pembesaran tonsil
sebagai akibat infeksi tonsil yang berulang. (Annisa dkk, 2015)

4. Manifestasi Klinis
Tanda-tanda maupun gejala tonsilitis yang sering ditemukan diantaranya mual, perasaan mudah
lelah dan lesu,sulit berkonsentrasi,rasa tidak enak pada tenggorokan,sulit menelan hingga rasa
sakit saat menelan,nafas atau mulut berbau serta terkadang muncul juga gangguan pada telinga
dan siklus tidur seseorang.

Pengaruh non mikroba juga menjadi penyebab dari penyakit iniseperti refluks
esofagus,imunomodulator dan radikal bebas. Radikal bebas sendiri merupakan molekul tidak
stabil dan sangat reaktif sehingga bisa menyebabkan kerusakan jaringan terutama di membrane
sel (Liwikasari,2018)

5. Patofisiologi

Menurut Iskandar N dalam Andra Saferi dan Yessie Mariza (2013:118-119) menyatakan
patofisiologi Tonsilitis yaitu kuman menginfiltrasi lapisan epitel, apabila epitel terkikis maka
jaringan limfoid superficial mengadakan reaksi. Terdapat pembendungan radang dengan
infiltrasi leukosit poli morfonuklear. Proses ini secara klinik tampak pada korpus tonsil yang
berisi bercak kuning yang disebut detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan
epitel yang terlepas, suatu tonsilitis akut dengan detritus disebut tonsilitis lakunaris, bila bercak
detritus berdekatan menjadi satu maka terjadi tonsilitis lakonaris. Bila bercak melebar, lebih
besar lagi sehingga terbentuk membran semu (Pseudomembran), sedangkan pada tonsilitis
kronik terjadi karena proses radang berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis.
Sehingga pada proses penyembuhan, jaringan limfoid diganti jaringan parut. Jaringan ini akan
mengekrut sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh detritus,
proses ini meluas sehingga menembus kapsul dan akhirnya timbul perlengkapan dengan jaringan
sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfe
submandibula.

Bakteri dan virus masuk dalam tubuh melalui saluran nafas bagian atas akan menyebabkan
infeksi pada hidung atau faring kemudian menyebar melalui sistem limfa ke tonsil. Adanya
bakteri dan virus patogen pada tonsil menyebabkan terjadinya proses inflamasi dan infeksi
sehingga tonsil membesar dan dapat menghambat keluar masuknya udara. Infeksi juga dapat
mengakibatkan kemerahan dan edema pada faring serta ditemukannya eksudat berwarna putih
keabuan pada tonsil sehingga menyebabkan timbulnya sakit tenggorokan, nyeri telan, demam
tinggi bau mulut serta otalgia. Bakteri dan virus masuk dalam tubuh melalui saluran nafas bagian
tas, akan menyebabkan infeksi pada hidung atau faring kemudian menyebar melalui system linfa
ke tonsil. Adanya bakteri dari virus pathogen pada tonsil menyebabkan

terjadinya proses inflamasi dari infeksi sehingga tonsil membesar dan dapat menghambat keluar
masulnya udara. Infeksi ini juga dapat mengakibatkan kemerahan danm edema pada faring serta
ditemukannya eksudat berwarna putih keabuan pada tonsil sehingga menyebabkan timbulnya
sakit tenggorokan, Nyeri menelan, deman tinggi, bau mulut serta otalgia yaitu nyeri yang
menjalar ke telinga (Nurbaiti dalam Andra Saferi dan Yessie Mariza, 2013:119).

6. Pathway
NYERI

( Nurbaiti dan Andre Saferi dan Yessie Mariza, 2013)


7. Kebutuhan dasar manusia yang mengalami gangguan

Maslow membagi kebutuhan dasar manusia menjadi lima tingkatan yaitu kebutuhan fisiologis
(pemenuhan oksigen, kebutuhan cairan, nutrisi, eliminasi, istirahat dan tidur, aktivitas,
keseimbangan suhu tubuh, dan kebutuhan seksual), kebutuhan rasa aman dan nyaman, kebutuhan
rasa cinta dan kasih sayang, kebutuhan harga diri, dan terakhir kebutuhan aktualisasi diri yang
merupakan kebutuhan tertinggi dalam hierarki Maslow (Kasiati & Ni Wayan, 2016).

Teori hierarki kebutuhan dasar manusia yang dikemukakan Abraham Maslow dikenal dapat
dikembangkan untuk menjelaskan kebutuhan dasar manusia sebagai berikut :

1. Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan paling dasar, yaitu kebutuhan fisiologis seperti
oksigen,cairan,nutrisi, keseimbangan suhu

tubuh,eliminasi,tempat tinggal,istirahat dan tidur,serta kebutuhan seksual.

2. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan dibagi menjadi perlindungan fisik dan perlindungan
psikologis. Perlindungan fisik meliputi perlindungan atas ancaman tubuh atau hidup.
Perlindungan psikologis yaitu perlindungan atas ancaman dan pengalaman yang baru dan asing.

3. Kebutuhan rasa cinta serta rasa memiliki dan dimiliki, antara lain, member dan menerima
kasih sayang, mendapatkan kehangatan,memiliki

sahabat,diterima oleh kelompok social dan sebagainya.

4. Kebutuhan akan harga diri maupun perasaan dihargai orang lain.

Kebutuhan ini terkait dengan keinginan untuk mendapatkan kekuatan,

meraih prestasi, rasa percaya diri dan kemerdekaan diri, selain itu, orang

juga memerlukan pengakuan dari orang lain.

5. Kebutuhan aktualisasi diri, merupakan kebutuhan tertinggi dalam Hierarki Maslow, berupa
kebutuhan untuk berkontribusi pada orang lain/lingkungan serta mencapai potensi diri
sepenuhnya.
8. Penatalaksanaan

Salah satu penyakit infeksi yang mengancam masyarakat yaitu tonsilitis. Tonsilitis adalah radang
tonsil yang dapat mengenai semua umur tetapi utamanya terjadi pada anak-anak. Tonsilitis dapat
disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus, penyakit ini terjadi disebabkan peradangan pada tonsil
karena kegagalan atau ketidaksesuaian pemberian antibiotik pada penderita tonsilitis akut.
Tindakan pencegahan berupa mencuci tangan sesering mungkin, menjaga kebersihan rongga
mulut, menghindari kontak droplet penderita serta menghindari makanan yang mengiritasi
tenggorokan seperti gorengan, air es, es krim, makanan pedas, snack, penyedap rasa atau bumbu
berlebihan.Pengobatan tonsilitis dapat dilakukan dengan istirahat, makan dan minum cukup,
analgetik (Ramadhan et al., 2017).

9. Pengkajian

A. Identitas klien
1. Usia

Tonsillitis akut biasanya sering terjadi pada anak-anakterbanyak pada usia kira-kira 5 tahun dan
puncak berikutnya pada usia 10

2. Jenis Kelamin

Jeniskelamintidakmempengaruhiterjadinyatonsillitis.Semuaanakdapatmengalamitonsillitis.Halitu
dipengaruhidarimakananyangmerekamakan, perawatan hygiene yang kurang.

3. Agama
4. Pendidikan
5. Alamat

B. Riwayatkesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Penderita biasanya demam, nyeri tengkorak, mungkin sakit berat dan merasa sangat nyeri
terutama saat menelandanmembuka mulut disertai dengantrismus (kesulitan membuka mulut).
Bila laring terkena, suara akan menjadi serak. Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis, tonsil
membengkak, hiperemis : terdapat detritus (tonsillitis folibularis), kadang detritus berdekatan
menjadi sati (tonsillitis laturasis) atau berupa
membranesemu.Tampakarkuspalatinusanteriorterdorongkeluardanuvulaterdesakmelewatigaristen
gah.Kelenjarsubmandibulamembengkakdannyeri tekan, terutama pada anak-anak. Pembesaran
adenoid dapat menyebabkan pernafasan mulut, telinga mengeluarkan cairan, kepala sering panas,
bronchitis, nafas bau dan pernafasan bising. (Adams, et al., 2012 )

2. Riwayatkesehatan keluarga

Pasien dengan tonsillitis diturunkandari keluarga.Penyakityang mungkin diderita oleh keluarga


adalah gangguan infeksi pernafasan. Tetapi tonsilitis lebih disebabkan karena anak
mengkonsumsi makanan seperti makanan manis, mengandung banyak pengawet dan perawatan
mulut yang tidak baik.

3. Riwayatkesehatandahulu

Tidak ada penyakit selama ibu hamil yang menjadi latar belakang dari tonsillitis. Hanya saja
kemungkinan besar anak terserang tonsillitis dikarenakan anak dilahirkan premature. Hal itu
disebabkan dari kegunaan organ tubuh yang belum matur sehingga akan menyebabkan
cepatdangampangdiserang penyakit. Halitutermasuk dengan tonsil pada anak.

9. Diagnosa Keperawatan

1. Hipertermi b.d proses penyakit

2. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis

3. Defisit nutrisi b.d factor psikologis

10.. Intervensi Keperawatan


11. Penggunaan Referensi

KARYATULISILMIAHASUHANKEPERAWATANPADAKLIENAn“A”

YANGMENGALAMITONSILITISDENGANMASALAHKEPERAWATANNYERI AKUT DI
RUANG PARKIT RUMAHSAKIT BHAYANGKARAMAKASSAR olehMUH. FACHRUL
RAZY

STANDAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN INDONESIA , DEFINISI DAN


INDIKATOR DIAGNOSTIK, EDISI 1 ,TIM POKJA SDKI DPP PPNI , 2018

STANDAR INTERVENSI KEPERAWATAN INDONESIA, DEFINISI DAN


TINDAKAN KEPERAWATAN,EDISI 1 CETAKAN 2 ,TIMPOKJA SIKI DPP PPNI ,2018

STANDARLUARANKEPERAWATANINDONESIA,DEFINISIDANKRITERIA HASIL
KEPERAWATAN , EDISI 1 ,TIM POKJA SLKI DPP PPNI, 2019

https://id.scribd.com/document/510761542/LP-TONSILITIS-HERLINA

https://id.scribd.com/document/359830868/KLASIFIKASI-TONSILITIS-

docxhttps://www.alomedika.com/penyakit/telinga-hidung-tenggorokan/tonsilitis/etiologi

Kasiati, & Ni Wayan Dwi Rosmalawati. (2016). Kebutuhan Dasar Manusia I.

Pusdik SDM Kesehatan

Adams, G. L., Boies, L. R. & Higler, P. A., 2012. BOIESBuku Ajar PenyakitTHT. 6 ed.
https://id.scribd.com/document/471855601/Lp
Philadelphia:BOEIS FUNDMENTALS OF OTOLARYNGOLOGY.

Allotoibi, A. D., 2017. Tonsillitis in Children Diagnosis and Treatment Measures. Saudi Journal
of Medicine (SJM) , 2(8), p. 208.
Fakh, I. M., Novialdi & Elmatris, 2016. Karakteristik Pasien TonsilitisKronispada Anak di
Bagian THT-KL RSUP Dr. M.Djamil Padang Tahun 2013. Jurnal Kesehatan Andalas, 5(2), pp.
436-437.

Anda mungkin juga menyukai