Anda di halaman 1dari 80

CASE REPORT 1

KEHAMILAN DENGAN ANEMIA

Hardi Rahmat Wicaksono 201820401011135


Alfiani Rahmi Mukti 201820401011106
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang
SMF Obstetri dan Gynekologi Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan

1 1
POMR
SUMMARY OF CLUE AND CUE PROBLEM LIST INITIAL DIAGNOSIS PLANNING
DATA BASE DIAGNOSIS THERAPY MONITORING EDUCATION

Identitas             - Memberi tahukan


Ny. D/34 th pasien tentang
  - Ny D 34 - GII P 1001 GII P 0101 Ab Gol darah + Rhesus - Tirah baring - Keluhan utama kemuungkinan
Keluhan Utama : - Multigravida Ab 000 uk 000 uk 33-34 mg + cross match - Tablet Fe 60mg/ - TTV penyakitnya
Kepala pusing 1 bulan ini. - Memberitahukan
33-34 T/H/IU 33-34 mg T/H/IU + Darah Lengkap hari - DJJ pasien tentang
RPS: - ANC 3x T/H/I Presentasi Serum Feritin - Asam Folat 0,4 - Hb apa yang harus di
Pasien datang dengan keluhan kepala
pusing sejak 1 bulan yll. Pasien tidak
  - Presentasi bokong + anemia   mg/ hari - reaksi gejala alergi periksa
  bokong defisiensi fe   - Transfuse PRC 2 donor - Memberitahu
pernah mengalami keluhan ini pasienn tentang
sebelumnya.     Dd -bag   terapi yang akan
• Pasien merasa hamil 6-7 bulan ini.
Hamil anak kedua. Kenceng-kenceng (-)     Anemia asam   di berikan dan
efek samping dari
keluar darah atau lendir dari jalan lahir     folat folat   terapi
(-)
• Keluhan lain demam (-), keputihan - Ny D 34 th - Anemia Anemia   - Memberi tahu
(-), nyeri saat kencing (-), mual (-), - Gravid + dalam defisiensi b12 pasien diet kaya
protein,
muntah (-), pusing (-), mata kabur (-),
bengkak (-), kesemutan (-)
- letargi kehamilan + TBJ 3200g - Memberitahukan
RPD: - headache   pasien pentingnya
• HT (-) - Conjungtiva hiduo bersih dan
• DM (-) sehat
• Alergi obat/makanan (-) Anemis - Memberitahukan
• Anemia (-) - Hb 7.1 gr% komsumsi Tablet
• Asma (-) Fe dan Asam folat
untuk mencegah
RPK : anemia
• HT (-) - Anjuran ANC rutin
• DM (-)
• Asma (-)

R.Sos :
• Pasien seorang perawat
• Tidak merokok
• Minum jamu-jamuan (-)
• Riwayat berhubungan badan (-)
SUMMARY OF CLUE AND CUE PROBLEM LIST INITIAL DIAGNOSIS PLANNING
DATA BASE DIAGNOSIS THERAPY MONITORING EDUCATION

 
Riwayat Terapi: (-)

Riwayat Menstruasi
- Menarche : 13 tahun
- Siklus : 28 hari, teratur
- Lamanya haid : 6-7 hari
-Banyaknya:2-3 pembalut/hari
- HPHT : 16-11-2019

Riwayat Menikah:
Menikah : 1 kali
Lama menikah : 10 tahun

Riwayat Obstetric :
1. Laki-laki, usia 5 thn, lahir normal di
dokter BBL 3200 gr
2. Hamil ini

Riwayat ANC ,
Bidan 3x

Riwayat Kontrasepsi: -

Pemeriksaan Fisik :
- TB : 155 cm
- BB : 50 kg
- Keadaan umum : lemah
- Kesadaran: Composmentis, GCS : 456

- TD : 110/76 mmHg
- Nadi :92 x/menit
- RR : 20 x/menit
- Suhu aksila: 36.7 C

Back
SUMMARY OF CLUE AND CUE PROBLEM LIST INITIAL DIAGNOSIS PLANNING
DATA BASE DIAGNOSIS THERAPY MONITORING EDUCATION

Pemeriksaan fisik:
Kepala : A/I/C/D = +/-/-/-
Leher: Tidak ada pembesaran KGB ,
tidak ada deviasi trakea

Thorax :
Paru
- Inspeksi: bentuk dada normal,
pergerakan dinding dada simetris
- Palpasi: ekspansi dinding dada
simetris, stem fremitus normal
- Perkusi: sonor seluruh lapang paru
- Auskultasi suara nafas
vesikuler/vesikuler
Ronkhi -/- wheezing -/-
Cor
- Inspeksi: pulsasi perikordial (-), iktus
tidak tampak
- Palpasi: iktus tidak kuat angkat, thrill
(-)
- Perkusi: batas kanan di ICS IV
parasternal dekstra, batas kiri di ICS V
miclav sinistra
- Auskultasi: S1S2 tunggal, murmur (-),
gallop (-)

Abdomen :
- Inspeksi: Striae (+),
- Auskultasi: BU (+) normal
- Palpasi : soepel, hepar, lien, ginjal
tidak teraba, nyeri tekan supra
symphisis (-),
- Perkusi: redup

Back
SUMMARY OF CLUE AND CUE PROBLEM LIST INITIAL DIAGNOSIS PLANNING
DATA BASE DIAGNOSIS THERAPY MONITORING EDUCATION

\
Ekstremitas :
- Superior-Inferior : Akral hangat,
merah, kering.
- Edema -/-
- Superior-Inferior : CRT <2dtk

Pemeriksaan Obstetri
I = perut membesar sesuai UK
P=

• Leopold
Leopold I : fundus teraba teraba keras
melenting, TFU 28 cm
Leopold II: Pada bagian perut
kanan ibu teraba punggung, DJJ
145x/menit. Pada bagian perut kiri
ibu teraba extremitas.
Leopold III: bagian terendah teraba
lunak.
Leopold IV: belum masuk ke panggul

VT = pembukaan 1cm.
Pemeriksaan Penunjang:
USG: -
NST: -
Laboratorium
Hb 7.1 gr%

Back
PEMBAHASAN dan Teori
 Dari anamnesis keluhan utama pasien yaitu pusing sejak 1 bulan, menurut
kemkes, 2014 pusing merupakan hal yang biasa di usia kehamilan muda
atau trimester I, namun apabila pusing menetap atau menganggu aktivitas
sehari-hari dapat diwaspadai karena termasuk salah satu tanda bahaya
kehamilan. Diketahui hamil ini adalah hamil anak kedua dengan HPHT 16-
11-2019 sehingga didapatkan HPL 22-8-2020. Usia kehamilan pada pasien
ini yakni 33-34 minggu berarti pasien memasuki kehamilan trimester
ketiga (minggu 28 - minggu 40). Riwayat obstetri pasien melahirkan
pervaginam, anak hidup berusia 5 tahun dengan BBL 3200gr. Dari data ini
pasien dapat didiagnosis dengan GIIPI00IA000 UK 33-34 minggu T/H/IU

Back
 Pada pemeriksaan leopold 1 didapatkan fundus terraba
keras melenting menunjukkan presentasi kepala dan.
leopold III bagian terendah teraba lunak menunjukkan
presentasi bokong, hal ini masih dalam batas normal
menurut Sarwono, 2014 Sebelum umur kehamilan 28
minggu, kejadian presentasi bokong berkisar antara 25 -
30 %, dan sebagian besar akan berubah menjadi
presentasi kepala setelah umur kehamilan 34 minggu.

Back
 Pasien didapatkan anemis dengan Hb 7,1 gr% berarti pasien mengalami anemia,
berdasarkan pemeriksaan ANC terpadu Kemkes, 2014 pemeriksaan kadar
hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal sekali pada trimester pertama dan
sekali pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui ibu
hamil tersebut menderita anemia atau tidak selama kehamilannya karena kondisi
anemia dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang janin dalam kandungan.
Menurut Sarwono, 2014. pencegahan anemia pada kehamilan berdasarkan asuhan
antenatal yaitu jumlah protein yang diberikan selama kehamilan sekitar 85mg
perhari yang bisa didapatkan dari kacang-kacangan maupun hewani, pemberian
zat besi diberikan 30 mg/ hari, bisa diberikan 30 mg/minggu bila tidak ditemukan
adanya anemia, dan asam folat diberikan 400 mikrogram atau 0,4 mg/hari.

Back
Back
Back
 Riwayat ANC pasien sebanyak 3 kali, pasien dianjurkan
untuk rutin ANC Menurut Sarwono, 2014 bila kehamilan
termasuk risiko tinggi perhatian dan jadwal kunjungan
harus lebih ketat. Namun, bila kehamilan normal jadwal
asuhan cukup empat kali. Minimal dilakukan sekali
kunjungan antenatal hingga usia keharnilan 28 minggu,
sekali kunjungan antenatal selama kehamilan 28 - 36
minggu dan sebanyak dua kali kunjungan antenatal pada
usia kehamilan di atas 36 minggu.

Back
Definisi ANC

 Pelayanan antenatal terpadu adalah perawatan kepada


ibu hamil untuk mengawasi dan mencegah adanya
komplikasi obstetri sehingga mendapatkan ibu dan
anaknya sehat.
 Pelayanan antenatal terpadu merupakan pelayanan kesehatan komprehensif
dan berkualitas yang dilakukan melalui :
 a. pemberian pelayanan dan konseling kesehatan termasuk stimulasi dan gizi agar
kehamilan berlangsung sehat dan janinnya lahir sehat dan cerdas

 b. deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi kehamilan

 c. penyiapan persalinan yang bersih dan aman;

 d. perencanaan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi
penyulit/komplikasi.

 e. penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat waktu bila diperlukan.

 f. Melibatkan ibu hamil, suami dan keluarganya dalam menjaga kesehatan dan gizi
ibu hamil, menyiapkan persalinan dan kesiagaan bila terjadi penyulit/komplikasi.
Tujuan

 Tujuan umum:

 Untuk memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh


pelayanan antenatal yang berkualitas sehingga mampu
menjalani kehamilan dengan sehat, bersalin dengan
selamatdan melahirkan bayi yang sehat dan berkualitas.
 Tujuan khusus:

 1. Menyediakan pelayanan antenatal terpadu, komprehensif dan berkualitas,


termasuk konseling kesehatan dan gizi ibu hamil, konseling KB dan
pemberian ASI.

 2. Menghilangkan “missed opportunity” pada ibu hamil dalam mendapatkan


pelayanan antenatal terpadu, komprehensif, dan berkualitas.

 3. Mendeteksi secara dini kelainan/penyakit/gangguan yang diderita ibu


hamil.
 4. Melakukan intervensi terhadap kelainan/penyakit/gangguan pada ibu hamil sedini
mungkin.

 5. Melakukan rujukan kasus ke fasiltas pelayanan kesehatan sesuai dengan sistem


rujukan yang ada
Pelaksanaan

Minimal 4 kali
Pelayanan/asuhan standar “10T”

1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal.


Penambahan berat badan yang kurang dari 9 kilogram selama kehamilan
atau kurang dari 1 kilogram setiap bulannya menunjukkan adanya gangguan
pertumbuhan janin.

Tinggi badan ibu hamil kurang dari 145 cm meningkatkan risiko untuk
terjadinya CPD (Cephalo Pelvic Disproportion)
 2. Ukur Tekanan darah
 Untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah ≥ 140/90 mmHg) pada
kehamilan dan preeklampsia (hipertensi disertai edema wajah dan atau tungkai
bawah; dan atau proteinuria)

 3. Nilai status Gizi (Ukur lingkar lengan atas /LiLA)


 Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak pertama oleh tenaga kesehatan di
trimester I untuk skrining ibu hamil berisiko Kurang energi kronis (KEK) (LiLA <23,5
cm) → BBLR

 4. Ukur Tinggi fundus uteri


 Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk
mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan. Standar
pengukuran menggunakan pita pengukur setelah kehamilan 24 minggu
 5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
 Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan selanjutnya
setiap kali kunjungan antenatal untuk mengetahui letak janin. pada trimester III
bagian bawah janin bukan kepala, atau kepala janin belum masuk ke panggul
berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau ada masalah lain.

 Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali
kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari 120 kali/menit atau DJJ cepat lebih
dari 160 kali/menit menunjukkan adanya gawat janin.
 6. Skrining Status Imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus
Toksoid (TT) bila diperlukan:
7. Beri Tablet tambah darah (tablet besi)

Untuk mencegah anemia gizi besi. Minimal 90 tablet selama kehamilan


yang diberikan sejak kontak pertama.

8. Periksa laboratorium (rutin dan khusus)

a. Pemeriksaan golongan darah e. Pemeriksaan darah Malaria


b. Pemeriksaan kadar Hb f. Pemeriksaan tes Sifilis
c. Pemeriksaan protein dalam urin g. Pemeriksaan HIV
d. Pemeriksaan kadar gula darah h. Pemeriksaan BTA
 9. Tatalaksana/penanganan Kasus
 Setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani sesuai dengan
standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani
dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.

 10. Temu wicara (konseling)


a. Kesehatan ibu g. Penawaran untuk melakukan tes HIV dan Konseling
b. Perilaku hidup bersih dan sehat di daerah Epidemi
c. Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan h. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI
perencanaan persalinan ekslusif
d. Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan i. KB paska persalinan
dan nifas serta kesiapan menghadapi komplikasi j. Imunisasi
e. Asupan gizi seimbang k. Peningkatan kesehatan intelegensia pada
f. Gejala penyakit menular dan tidak menular. kehamilan (Brain booster)
Jenis
 Pelayanan
1. Anamnesa
 a. Menanyakan keluhan

 b. Menanyakan tanda-tanda penting yang terkait dengan masalah kehamilan dan


penyakit yang kemungkinan diderita ibu hamil

 c. Menanyakan status kunjungan (baru atau lama), riwayat kehamilan yang


sekarang, riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya dan riwayat penyakit yang
diderita ibu hamil.

 d. Menanyakan status imunisasi Tetanus ibu hamil

 e. Menanyakan jumlah tablet tambah darah (tablet Fe) yang dikonsumsi ibu hamil

 f. Menanyakan obat-obat yang dikonsumsi


 g. Di daerah endemis malaria, tanyakan gejala malaria dan riwayat pemakaian
obat malaria.

 h. Di daerah risiko tinggi IMS, tanyakan gejala IMS dan riwayat penyakit pada
pasangannya. Informasi ini penting untuk langkah-langkah penanggulangan
penyakit menular seksual.

 i. Menanyakan pola makan ibu selama hamil yang meliputi jumlah, frekuensi dan
kualitas asupan makanan terkait dengan kandungan gizinya.

 j. Menanyakan kesiapan menghadapi persalinan dan menyikapi kemungkinan


terjadinya komplikasi dalam kehamilan
2. Pemeriksaan
3. Penanganan dan Tindak Lanjut kasus.
 4. Pencatatan hasil pemeriksaan antenatal terpadu.
 Setiap kali pemeriksaan, tenaga kesehatan wajib mencatat
hasilnya padarekam medis, Kartu Ibu dan Buku KIA.

 5. Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) yang efektif.


 KIE yang efektif termasuk konseling merupakan bagian dari
pelayanan antenatal terpadu yang diberikan sejak kontak pertama
untuk membantu ibu hamil dalam mengatasi masalahnya
Back
Back
Pembahasan

Anemia  Gejala anemia


HB 7,1 pada pasien trimester 3 
 Lemas
hb < 11
 Nyeri kepala
 conjuntiva anemis
 Hb 7.1%

Back
Anemia pada Kehamialan
Definisi

 Anemia adalah suatu keadaan dimana darah tidak memiliki jumlah sel darah
merah yang cukup, atau ketika sel darah merah tidak membawa hemoglobin
yang cukup untuk mengantar oksigen ke jaringan.
Epidemiologi

 anemia pada ibu hamil di seluruh dunia  41, 8 %.


 Prevalensi di Asia sebesar  48,2 %,
 Riskesdas tahun 2013, prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia sebesar
37,1%.
 40% kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia dalam
kehamilan yang penyebabnya adalah defisiensi zat besi.
Etiologi
Penyebab Anemia Selama Kehamilan
Didapat
Anemia defisiensi besi
Anemia akibat kehilangan darah akut
Anemia pada peradangan atau keganasan dan zat kimia
Anemia megaloblastik
Anemia hemolitik
Anemia aplastic atau hipoplastik
Herediter
Talasemia
Hemoglobinopati sel sabit
Anemia hemolitik herediter
Hemoglobinopati lain
Gejala

 Anemia ringan : adanya pucat,  Anemia berat: adanya gejala klinis


lelah, anoreksia, lemah, lesu dan seperti anemia sedang dan
sesak. ditambah dengan tanda seperti
demam, luka memar, stomatitis,
 Anemia sedang : adanya lemah dan
koilonikia, pika, gastritis,
lesu, palpitasi, sesak, edema kaki,
thermogenesis yang terganggu,
dan tanda malnutrisi seperti
penyakit kuning, hepatomegali dan
anoreksia, depresi mental,
splenomegali bisa membawa
glossitis, ginggivitis, emesis atau
seorang dokter untuk
diare.
mempertimbangkan kasus anemia
yang lebih berat.
Patofisiologi

volume plasma
Peningkatan sel
lebih meningkat
darah merah +
dibandingkan sel
vol plasma darah darah merah

Konsentras
i HB turun

Mengurangi Perfusi
Vikositas plasenta
darah meningkat
RPS
Diagnosis

Anamnesis
RPD
Riwayat gizi
a. Warna kulit :

Pemeriksaan Fisik
Riwayat
pucat, sianosis,
paparan
ikterus, kulit
terhadap telapak tangan DL

Penunjang
bahan kimia kuning seperti
Riwayat Kadar Hb
jerami
pemakaian b. Kuku :
Indeks eritrosit
obat. koilonychias HDT
Riwayat (kuku sendok) Serum iron ,
Penyakit c. Mata : TIBC, saturasi
keluarga ikterus, transferrin
konjugtiva As. Volat
pucat, Vitamin B12
perubahan pada Comb test
fundus
Sitokimia
d. Mulut :
ulserasi,
hipertrofi gusi,
atrofi papil lidah
Limfadenopati,
hepatomegali,
splenomegali
Anemia Defisiensi Besi

Anemia defisiensi besi adalah defisiensi besi yang paling parah, yang ditandai
1. Penurunan cadangan besi,
2. Konsentrasi besi serum, dan saturasi transferin yang rendah, dan
3. Konsentrasi hemoglobin atau nilai hematokrit yang menurun.

Ditemukan : hapusan darah tepi dapat ditemukan mikrositosis dan hipokromasia

 Kenaikan volume darah pada saat kehamilan akan meningkatkan kebutuhan zat besi.
 T1 kehamilan, zat besi yang dibutuhkan sedikit karena peningkatan produksi
eritropoetin sedikit
 T 2 kehamilan, pertumbuhan janin sangat cepat dan janin bergerak aktif 
menghisap dan menelan air ketuban  kebutuhan oksigen banyak yang diperlukan
Terapi
Dosis pencegahan
 Tanpa pemeriksaan Hb.
Dosisnya yaitu 1 tablet (60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat). WHO
menganjurkan untuk memberikan 60 mg besi selama 6 bulan untuk memenuhi
kebutuhan fisiologik selama kehamilan. Dosis lain, 100 mg besi setiap hari selama
16 minggu atau lebih pada kehamilan.
 Pencegahan anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan suplementasi besi (30
mg - 60 mg) dan asam folat (0,4 mg).
 Di wilayah-wilayah dengan prevalensi anemia yang tinggi, dianjurkan untuk
memberikan suplementasi postpartum 6-12 minggu .

Dosis Pengobatan
 Hb < normal yaitu bila kadar Hb < 11gr% pemberian menjadi 3 tablet sehari selama
90 hari kehamilannya.
47
47
Perbedaan Terapi
Dulu Sekarang
 Iron tablet 60 mg / hari + asam
 Iron tablet  60 mg untuk anemia folat 400fg
ringan, 120 mg (2x60 mg) untuk
anemia sedang dan berat
 Intravenous iron terapi 
diindikasikan jika compliance pasien
 Paraenteral iron terapi  diberikan dipertanyakan, intoleransi,
secara im 100 mg dalam 2 ml NS jika malabsorbsi oral iron terapi
fasilitas tidak memadai atau iv
500mg dalam 10 ml NS dalam waktu  Dosis iv iron terapi (2.4 x (target hb
10 menit – actual hb) x bb sebelum hamil)) +
1000 mg
 Paraenteral diberikan jika terjadi
muntah profuse, atau tidak  Monitoring hb 3 hari kemudian
memungkinkan untuk dikonsumsi kalau sudah normal 100-200 mg/
oral hari diberikan min 3 bulan
 Transfusi jika hb <3g/dl  Transfusi (terlampir next slide)
(WHO 1989)
Komplikasi
 Pengaruh Anemia terhadap Kehamilan
a) Abortus (keguguran)
b) Persalinan prematurus  Pengaruh Anemia terhadap
c) Gangguan pertumbuhan janin dalam rahim Persalinan
d) Mudah terjadi infeksi a) Gangguan his
b) Kala II dapat berlangsung lama dan
 Pengaruh Anemia terhadap Janin partus lama
a) Kematian janin dalam kandungan
c) Kala uri dapat diikuti retensio
b) Berat bayi lahir rendah plasenta.
c) Kelahiran dengan anemia
d) Cacat bawaan
e) Mudah terinfeksi sampai kematian perinatal
 Pengaruh Anemia pada Saat Nifas
f) Inteligensi rendah a) mudahkan infeksi puerpuerium
b) Pengeluaran ASI berkurang
c) Terjadinya dekompensasi kordis.
Diagnostik

Back
Terapi
 Transfusi PRC
Dengan rumus (hb target – hb saat ini)
x bbx 4  (11-7,1) x 50 x 4  780 cc
(2-3 bag)

Back
Pemilihan PRC

 Pemilihan transfuse PRC dikarenakan dengan pemberian PRC bertujuan untuk


memperbaiki oksigenasi jaringan dan meningkatkan kadar hemoglobin. Yang
ana pada kasus ini dibutuhkannya peningkatan hemeglobin
 Pemberian PRC memiliki Volume darah yang diberikan lebih sedikit sehingga
kemungkinan overload berkurang
 kemungkinan reaksi imonologis berkurang.
TRANSFUSI DARAH
Indikasi Trasnfusi

 Untuk meningkatkan kapasitas oksigen darah dengan


memberikan sel darah merah.

 Untuk mengembalikan volume darah untuk


mempertahankan perfusi jaringan yang efektif.

 Untuk mengganti trombosit, faktor koagulasi dan protein


plasma lainnya.
 Darah mungkin diperlukan dalam keadaan berikut:

 Kehilangan darah:

 Berdarah

 Trauma

 Produksi yang tidak memadai:

 Penyakit seperti talasemia, leukemia

 Kerusakan sel yang berlebihan:

 Penyakit

 Mekanik
 Darah lebih sering dibutuhkan dalam keadaan berikut:

 Bersalin: wanita selama kehamilan dan saat persalinan

 Anemia kehamilan; pendarahan pada tahap pengiriman sebelum atau


sesudah melahirkan.

 5–29 tahun

 Kerentanan selama rentang usia ini karena bayi di satu sisi (mis.
Kekurangan gizi, malaria) dan kaum muda di sisi lain (mis. sifat
pekerjaan yang mungkin lebih fisik dan lebih banyak kemungkinan
akan mengekspos individu terhadap kecelakaan).

 Pasien dengan penyakit darah kronis


 mis. talasemia, leukemia.
 Pemicu transfusi (dewasa)
 Satu unit whole blood / PRBC dapat meningkatkan Hb sebesar 1g / dL pada orang
dewasa atau Hct sebesar 3% (Hb unit harus> 75%).

 Transfusi perioperatif:
 8g / dL untuk pasien yang menjalani operasi kardiovaskular, ortopedi dan
perdarahan GI akut.

 Anemia kronis:
 7g / dL pada orang dewasa.

 Kehilangan darah akut:


 30% volume darah.
Macam-macam Transfusi Darah
 Whole blood (WB)

 Isi

 Hematokrit 35-45%

 Tidak ada trombosit dan faktor koagulasi labil (V dan VIII) yang fungsional Penyimpanan

 Disimpan pada suhu 2-6°C di blood bank refrigerator

 Masa simpan 28 hari

 Darah harus sudah ditransfusikan kepada pasien dalam 30 menit setelah darah keluar dari
blood bank refrigerator

 Indikasi

 Penggantian sel darah merah pada perdarahan akut disertai hipovolumia - Transfusi tukar

 Pasien yang membutuhkan penggantian sel darah merah tetapi komponen PRC tidak tersedia.
 Kontraindikasi
 Anemia kronis

 Pasien gagal jantung

 Cara transfusi
 Golongan darah ABO dan Rh antara pasien dan donor harus kompatibel/cocok -
Tidak boleh menambahkan obat dalam kantong darah

 Transfusi 1 unit WB diselesaikan maksimal dalam 4 jam

 Catatan : Yang disebut fresh whole blood (FWB) adalah darah lengkap
dengan masa simpan ≤36 jam. Dalam masa simpan tersebut komponen
darah selain sel darah merah seperti trombosit dan faktor koagulasi
diharapkan masih viable dan bermanfaat bagi pasien.
 Packed red cell (PRC)

 Isi :

 Hematokrit 55-75%

 Penyimpanan
 Disimpan pada suhu 2-6°C di blood bank refrigerator

 Masa simpan 28 hari

 Darah harus sudah ditransfusikan kepada pasien dalam 30 menit setelah darah
keluar dari blood bank refrigerator

 Indikasi Penggantian sel darah merah pada pasien anemia:


 Hb <7g/dL

 Hb <10 g/dL dengan gejala anemia dan tanda vital tidak stabil
 Cara transfusi
 Golongan darah ABO dan Rh antara pasien dan donor harus kompatibel/cocok -
Tidak boleh menambahkan obat dalam kantong darah

 Transfusi 1 unit PRC diselesaikan maksimal dalam 4 jam

 Untuk memperlancar aliran transfusi, dapat ditambahkan normal saline (50-100


mL) menggunakan set infuse Y-pattern

 Tujuan transfusi PRC adalah penggantian kapasitas angkut oksigen oleh


sel darah merah. Dosis awal biasanya 2-4 unit.7 Transfusi 1 unit PRC
diharapkan menaikkan kadar hematokrit sekitar 3%.
 Thrombocyte concentrate (TC)

 Isi :
 3,9 – 4,3 x 109 trombosit

 Penyimpanan
 Disimpan pada suhu 20-24°C di platelet agitator

 Masa simpan 5 hari Penyimpanan lebih lama meningkatkan risiko kontaminasi bakteri

 Indikasi
 Trombositopenia

 Kontraindikasi
 Immune Thrombocytopenia Purpura (ITP)

 Thrombotic Thrombocytopenia Purpura (TTP)

 Untreated Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)

 Hipersplenisme
 Cara transfusi

 - Trombosit harus segera ditransfusikan dalam 30 menit setelah keluar dari


platelet agitator di UPTD dan selesai maksimal dalam 4 jam.

 - Trombosit tidak boleh dimasukkan dalam refrigerator/kulkas di bangsal


karena akan mengurangi fungsi trombosit Catatan

 - 1 unit TC diharapkan menaikkan jumlah trombosit sekitar 3000- 5000/mmk


sehingga transfusi 6 unit TC diharapkan menaikkan jumlah trombosit 18.000-
30.000/mmk.

 - Kenaikan jumlah trombosit kurang tercapai jika terdapat splenomegali, DIC,


atau septicemia pada pasien.

 - Keberhasilan transfusi trombosit dapat dievaluasi dengan menilai corrected


platelet count increment (CCI)
 Fresh frozen plasma (FFP)

 Indikasi:
 1.PT dan APTT >1,5 kali nilai kontrol

 2.Overdosis obat antikoagulan

 3.Diketahui menderita defisiensi faktor koagulasi dengan perdarahan

 4.PT>16 detik atau INR>1,8 dengan perdarahan atau untuk mengantisipasi tindakan invasif.

 5.DIC

 6.TTP

 7.Transfusi masif >10 unit PRC

 8.>1500 ml cell saver blood reinfused

 9.PT>35 detik dengan perdarahan atau untuk mengantisipasi tindakan invasif.


 Fresh Frozen Plasma berisi semua faktor pembekuan, AT III, protein C
dan S, albumin serta imunoglobulin. Dosis awal biasanya 2-6 unit.7
Kadar faktor koagulasi labil akan menurun dengan cepat sehingga harus
ditransfusikan dalam 6 jam setelah dicairkan. Plasma golongan A dapat
diberikan pada pasien golongan A atau O; plasma golongan B dapat
diberikan pada pasien golongan B atau O; plasma golongan O hanya
dapat diberikan pada pasien golongan O; dan plasma golongan AB dapat
diberikan pada semua pasien. Reaksi transfusi yang sering terjadi pada
transfusi FFP berupa reaksi alergi akut sampai anafilaksis terutama
dengan kecepatan infus cepat.
 Cryoprecipitate/AHF

 Indikasi:
 1.Isolated Factor VIII, Factor IX, Factor XIII deficiency or von Willebrand’s disease

 2.Hipofibrinogenemia (kadar fibrinogen

 3.Pasien dengan surgical coagulopathy

 4.Digunakan sebagai local factor coagulant selama pembedahan

 Cryoprecipitate berisi kurang lebih setengah faktor VIII dan fibrinogen


dari kadarnya dalam darah lengkap, misal 56-75 IU/unit, fibrinogen 105-
210 mg/unit. Dosis awal biasanya 10-20 unit.
SOP Transfusi

 Setelah dikeluarkan oleh pusat darah, transfusi darah lengkap, sel darah merah,
konsentrat trombosit dan plasma beku segar yang dicairkan harus dimulai dalam 30
menit setelah pengangkatan dari kondisi penyimpanan yang optimal. Jika transfusi
tidak dapat dimulai dalam periode ini, unit harus disimpan dalam kondisi
penyimpanan optimal yang disetujui. Suhu di dalam setiap lemari es bank darah yang
digunakan untuk penyimpanan seluruh darah / sel darah merah harus dipantau dan
dicatat setiap hari untuk memastikan bahwa suhu tetap antara + 2 ° C dan + 6 ° C.
Jika bangsal atau ruang operasi tidak memiliki kulkas bank darah yang sesuai untuk
menyimpan darah, darah hanya boleh dilepaskan dari pusat darah sebelum transfusi.
 Memeriksa identitas pasien dan kantong darah sebelum transfusi

 Sebelum memulai transfusi, penting untuk melakukan pengecekan


identitas akhir sesuai dengan prosedur operasi standar rumah sakit.
Pemeriksaan identitas akhir harus dilakukan di samping tempat tidur
pasien segera sebelum memulai pemberian produk darah. Itu harus
dilakukan oleh dua orang, setidaknya satu di antaranya harus menjadi
perawat atau dokter terdaftar.

 Pemeriksaan terakhir di samping tempat tidur pasien adalah kesempatan


terakhir untuk mendeteksi kesalahan identifikasi dan mencegah
transfusi yang berpotensi tidak kompatibel, yang mungkin berakibat
fatal.
 Set darah:

 Gunakan set darah baru dan steril yang mengandung filter 170-200 μg.

 Ubah set setidaknya 12 jam selama transfusi darah.

 Dalam iklim yang sangat hangat, ganti set lebih sering dan biasanya
setelah setiap empat unit darah, jika diberikan dalam periode 12 jam.

 Gunakan set pemberian darah segar atau set transfusi trombosit khusus,
dengan saline. Semua komponen darah dapat secara perlahan diinfuskan
melalui kanula kecil atau jarum kupu-kupu, mis. 21 hingga 25 G. Untuk
infus cepat, kanula besar, mis. 14 G, diperlukan.
 Memantau transfusi

 Penting untuk melakukan pengamatan awal dan untuk memastikan


bahwa pasien dipantau selama transfusi untuk mendeteksi setiap
kejadian buruk sedini mungkin. Sebelum memulai transfusi, penting
untuk mendorong pasien untuk segera memberi tahu perawat atau
dokter jika dia menyadari adanya ketidaknyamanan seperti menggigil,
kemerahan, nyeri atau sesak napas atau mulai merasa cemas.

 Pastikan bahwa pasien berada dalam pengaturan di mana ia dapat


diamati secara langsung.
 Untuk setiap unit darah yang ditransfusikan, pantau pasien:

 - Sebelum memulai transfusi (observasi awal).

 - 15 menit setelah memulai transfusi.

 - Setidaknya setiap jam selama transfusi.

 - Lakukan pengamatan terakhir 15 menit setelah masing-masing unit


ditransfusikan.

 Dokumentasi transfusi

 Pantau pasien sebelum, selama dan pada saat penyelesaian transfusi.


 Pada setiap tahapan ini, catat informasi  Rekam dalam catatan pasien:
berikut pada bagan pasien:  Jenis dan volume masing-masing unit
 Penampilan umum pasien.
yang ditransfusikan.
 Temperatur.
 Nomor donasi unik dari setiap unit
 Nadi.
yang ditransfusikan.
 Tekanan darah.
 Golongan darah dari setiap unit yang
 Tingkat pernapasan.
ditransfusikan.
 Perhatikan hal-hal berikut:
 Waktu transfusi dimulai.
 Waktu di mana transfusi setiap unit
dimulai.
 Waktu transfusi selesai.

 Volume dan jenis produk darah ditransfusikan.  Tanda tangan dari individu yang
 Nomor donasi unik dari semua produk yang bertanggung jawab untuk
ditransfusikan. administrasi darah.
 Setiap efek samping.  Catat waktu penyelesaian transfusi.
 Identifikasi dan segera tanggapi efek samping, dengan menghentikan
transfusi

 Reaksi parah paling sering muncul selama 15 menit pertama transfusi.


Semua pasien dan khususnya, pasien yang tidak sadar harus dipantau
selama periode ini dan selama 15 menit pertama dari setiap unit
berikutnya. Instruksi khusus mengenai kemungkinan efek samping harus
diberikan kepada pasien. Transfusi dari setiap unit dari seluruh darah
atau sel darah merah harus diselesaikan dalam waktu empat jam dari
awal transfusi. Jika unit tidak sepenuhnya ditransfusikan dalam waktu
empat jam, hentikan penggunaannya dan buang sisanya melalui sistem
limbah klinis.
 Periksa apakah informasi berikut juga telah dicatat dalam catatan
pasien. Apakah pasien dan / atau kerabat diberitahu tentang transfusi.

 Alasan untuk transfusi.

 Tanda tangan dari dokter yang meresepkan resep.

 Pemeriksaan sebelum transfusi untuk:

 - Identitas pasien.

 - Kantung darah.

 - Label kompatibilitas.

 - Tanda tangan individu yang melakukan pemeriksaan identitas pra-


transfusi.
 Transfusi:
 - Jenis dan volume masing-masing produk yang ditransfusikan.
 - Nomor donasi unik dari setiap unit yang ditransfusikan.
 - Golongan darah dari setiap unit yang ditransfusikan.

 - Waktu di mana transfusi setiap unit dimulai.

 - Tanda tangan orang yang memberikan komponen darah.


 - Pemantauan pasien sebelum, selama dan pada saat penyelesaian transfusi.
 - Semua detail lain yang terkait dengan proses transfusi.
 - Penjelasan dan persetujuan.
 - Administrasi unit.

 - Atur waktu setiap unit yang ditransfusikan.


 - Waktu transfusi

Anda mungkin juga menyukai