Anda di halaman 1dari 32

DAKRIOSISTITIS DAN

DAKRIODENITIS
Trilaxmi Ivon Sinda
Agustinus Andika
Pamela Kartika Sari
Nindy Dwianfuri
Krisma Tolombot
Prisilia Likuayang

Masa KKM : 24 Februari – 22 Maret 2020


Pembimbing : dr. Wenny Supit, Sp.M

Residen pembimbing : dr Inggrid Tumiwa


PENDAHULUAN
 Sistem lakrimal terdiri dari dua bagian, yaitu
sistem sekresi yang berupa kelenjar lakrimal
dan sistem ekskresi yang terdiri dari punctum
lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal,
duktus nasolakrimal, dan meatus inferior.
 Sistem eksresi lakrimal cenderung mudah
terjadi infeksi dan inflamasi karena berbagai
sebab. Membran mukosa pada saluran ini terdiri
dari dua permukaan yang saling
bersinggungan, yaitu mukosa konjungtiva dan
mukosa nasal, di mana pada keadaan normal
pun sudah terdapat koloni bakteri.
 Tujuan fungsional dari sistem ekskresi
lakrimal adalah mengalirkan air mata
dari kelenjar air mata menuju ke cavum
nasal.3
 Kelainan yang dapat terjadi pada sistem
lakrimal dapat berupa dakriosistitis dan
dakrioadenitis. Tersumbatnya aliran air
mata secara patologis menyebabkan
terjadinya peradangan pada sakus
lakrimal yang biasa disebut dengan
dakriosistitis.1,4
APPARATUS LAKRIMALIS

Menghasilkan air mata  air mata


mengalir membasahi permukaan kornea
maupun konjungtiva

Sistem
Sekresi
glandula
lakrimalis
APARATUS LAKRIMALIS
Sisten Ekskresi
 punctum
lakrimal
 kanalikuli
lakrimal
 saccus lakrimal
 duktus
nasolakrimal
 meatus inferior
Duktus lakrimalis  membasahi bentuk tear film  dikeluarkan lwt
kanalikulis inferior&superior  kanalikuli komunis  ductus nasolacrimalis
 saccus nasolacrimalis  meatus nasi inferior  oropharing
Radang Aparatus lakrimalis
1. Dakrio Adenitis → merupakan
peradangan pada Glandula lakrimalis
2. Kanakulitis → radang pada kanalikuli
3. Dakrio sistitis → peradangan pada
saccus lakrimalis
DAKRIOSISTITIS
 Adalah : peradangan pada saccus
lakrimalis
 Predisposisi : Orang tua (lebih sering
pada wanita, umur >40 tahun), trauma,
bayi baru lahir
 Secara klinis dibagi menjadi :
 Dakrio sistitis infant
 Dakrio sistitis primer akut & kronis
 Dakrio sistitis sekunder →krn trauma
ETIOLOGI
1. Obtruksi parsial pada duktus naso lakrimalis
2. Infeksi
 Dakriosistitis akut  kuman stafilokokus,
pneumokokus, Neisseria kataral, dan
pseudomonas (dapat berlanjut menjadi
peradangan menahun).
 Dakriosistitis kronik  tuberkulosis, lepra,
trakoma, dan infeksi jamur.
 Infeksi jamur biasanya oleh Candida albican
dan Aspergillus sp, biasanya jarang ditemukan
 Dakriosistitis akut pada anak-anak 
Haemophylus influenzae
Obstruksi duktus nasolakrimalis

Penumpukkan air mata, debris epitel, cairan mukus


sakus lakrimalis media pertumbuhan baik
bakteri

Tahap obstruksi air mata berlebihan


Tahap infeksi keluar cairan mucus, mukopurulen atau
purulen (tergantung organism penyebab)
Tahap sikatrik- tidak ada regurgitasi air mata atau pus
lagi kista
DAKRIOSISTITIS INFANT
 Krn pembentukan yg tidak sempurna duktus
naso lakrimalis (erat kaitannya dengan
embryogenesis system eksresi lakrimal).
 Gejala : adanya cairan dari pungtum lakrimalis
bila sakkus ditekan, lakrimasi kronis
TERAPI
o Menekan sakkus 6 – 8 kali /hari
o AB lokal : antibiotik topikal dalam bentuk tetes
(moxifloxacin 0,5% atau azithromycin 1%) atau
menggunakan sulfonamid 4-5 kali sehari
o Antibiotik sistemik amoxicillin/clavulanate atau
cefaclor 20-40 mg/kgBB/hari dibagi dalam tiga
dosis
DAKRIOSISTITIS PRIMER
A. Dacriosistitis AKUT
 Sakit, hiperemis
 Demam
 Bengkak pada daerah
kantung mata
 Adanya pus pada
pungtum lakrimal
 Epifora
 Bila abses pecah
terbentuk fistel
TERAPI
 Antibiotik Lokal → tetes mata
 Antibiotik sistemik Amoxicillin dan
chepalosporine (cephalexin 500mg p.o. tiap
6 jam
 Analgetik oral (acetaminofen atau
ibuprofen), Untuk mengatasi nyeri dan
radang
 Bisa di bantu dengan kompres dg air
hangat.
 Bila ada abses → insisi utk keluarkan pus.
 Operasi Dacryosystorhinostomy → membuat
hub langsung saccus ke konka nasi inferior.
B. DAKRIOSISTITIS KRONIK
→ radang kronik pada saccus lakrimal krn
obstruksi duktus naso lacrimal.
- Faktor herediter
- Lingkungan kurang sehat : debu,asap.
 Gejala :
• Tanda radang minim.
• Refluk(Bila kantung air mata ditekan dapat
keluar secret yang mukoid)
• Epifora, terutama bila kena angin
• Kadang disertai fistel dipermk sakkus
lakrimal
• Infeksi dapat menyebar ke anterior orbita
dengan gejala edema palpebra atau dapat
berkembang menjadi selulitis preseptal.
 Patogenesis
Obstruksi duktus nasolakrimalis 
retensi mukus dan air mata di saccus 
dilatasi  bengkak dan mucocel

 TERAPI :
 Lokal Antibiotik tetes mata
 Sistemik AB
 Penyemprotan AB sekaligus probing.
 Operasi Dacryocystorhinostomy
 Operasi Dacryocystoctomy dilakukan
bila dg DCR tdk berhasil
KOMPLIKASI
• Tidak diobati  pecahnya kantong air
mata: fistel, abses kelopak mata, ulkus,
bahkan selulitis orbita
• Komplikasi terapi bedahPerdarahan (3%
pasien), infeksi kegagalan
dakriosistorinostomi paling sering akibat
osteotomi atau penutupan fibrosa pada
pembedahan ostium yang tidak adekuat.
• Kompliksi lainnya meliputi nyeri transien
pada segmen superior os.maxilla,
hematoma subkutaneus periorbita, infeksi
dan sikatrik pascaoperasi yang tampak jelas
PROGNOSIS
• Antibiotik biasanya dapat memberikan
kesembuhan pada infeksi akut.
• Dakriosistitis sangat sensitif antibiotika
namun masih berpotensi terjadi kekambuhan
jika obstruksi duktus nasolakrimalis tidak
ditangani secara tepat dubia ad malam.
Akan tetapi, jika dilakukan pembedahan baik
itu dengan dakriosistorinostomi eksternal
atau dakriosistorinostomi internal,
kekambuhan sangat jarang  dubia ad
bonam.
• Jika stenosis menetap lebih dari 6 bulan maka
diindikasikan pelebaran duktus dengan probe.
Satu kali tindakan efektif pada 75% kasus
DAKRIOADENITIS
DEFINISI
 Peradangan kelenjar lakrimalis atau suatu
proses inflamasi pada kelenjar air mata pars
sekretorik.
EPIDEMIOLOGI
 Peradangan kelenjar air mata yang jarang
terjadi; oleh karena tu data prevalensinya
jarang.
 Satu dari 10.000 pasien mata menderita
dakrioadenitis menurut satu laporan.
 Dapat terjadi unilateral ataupun bilateral.
ETIOLOGI
 Dakrioadenitis dapat berjalan akut dan kronik,
dapat terjadi akibat infeksi :
 Virus : parotitits, herpes zozter, dan virus
sitomegali.
 Bakteri : staphylococcus aureus, steptococcus
gonococcus.
 Jamur : histoplasmosis, aktinomises,
blastomikosis, nokardiosis, dan sporotrikosis.
 Sarkoid dan idiopati
PATOFISIOLOGI

 Patofisologinya belum jelas, namun beberapa


ahli mengemukakan bahwa proses infeksinya
terjadi melalui penyebaran kuman yang berasal
dari konjungtiva yang menuju ke duktus
lakrimalis dan menuju ke kelenjar lakrimalis
KLASIFIKASI
 Dakrioadenitis Akut  Dakrioadenitis
kronik
GEJALA KLINIS
 Pasien dengan dakrioadenitis akut
umumnya mengeluh sakit didaerah glandula
lakrimalis yaitu dibagian temporal atas rongga
orbital disertai dengan kelopak mata yang
bengkak, konjungtiva kemotik dengan belek.
 Pada keadaan menahun (kronik) yang
hampir sama dengan keadaan akut namun
tidak disertai rasa nyeri.
DIAGNOSIS
 Anamnesis :  Pemeriksaan Fisik:
 Akut  nyeri dan
 Akut  bila kelopak mata
dibalik tampak
pembengkakan pembengkakkan berwarna
kelopka mata. merah dibawah kelopak
 Kronik  terdapat atas atas temporal.
pembengkakan tanpa  Kronik  gambaran
hampir sama dengan akut,
rasa nyeri.
namun tanpa rasa nyeri.
Bila pembengkakkan
cukup besar, bola mata
terdorong ke bawah nasal
tetapi jarang terjadi
proptosis.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
 Histopatologi gambaran radang kelenjar
tergantung etiologinya. Bisa muncul radang
granulomatosa atau non- granulomatosa.
DIAGNOSIS BANDING
 Kalazion
 Konjungtivitis adenovirus
 Selulitis preseptal
 Selulitis orbital
TERAPI
 Kompres air hangat
 Antibiotik sistemik
 Bila terlihat abses  dilakukan insisi
KOMPLIKASI
 Dakrioadenitis yang tidak diobati dapat
menyebabkan fistula pada kelenjar lakrimalis.
PROGNOSIS
 Jika dilakukan pengobatan yang baik dan
tepat umumnya prognosisnya dubia ad
bonam.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai