Anda di halaman 1dari 30

DAKRIOSISTITIS DAN DAKRIODENITIS

SHILVYA FATMA PRITIATAMA


APPARATUS LAKRIMALIS

Menghasilkan air mata  air mata mengalir


membasahi permukaan kornea maupun konjungtiva

Sistem Sekresi
glandula
lakrimalis

2
APARATUS LAKRIMALIS
Sisten Ekskresi
 punctum lakrimal
 kanalikuli lakrimal
 saccus lakrimal
 duktus nasolakrimal
 meatus inferior

Duktus lakrimalis  membasahi bentuk tear film  dikeluarkan lwt kanalikulis inferior&superior 
kanalikuli komunis  ductus nasolacrimalis  saccus nasolacrimalis  meatus nasi inferior 
oropharing
Radang Aparatus lakrimalis
1. Dakrio Adenitis → merupakan
peradangan pada Glandula lakrimalis
2. Kanakulitis → radang pada kanalikuli
3. Dakrio sistitis → peradangan pada
saccus lakrimalis
DAKRIOSISTITIS
• Adalah : peradangan pada saccus lakrimalis
• Predisposisi :Orang tua (lebih sering pada wanita,
umur >40 tahun), trauma, bayi baru lahir
• Secara klinis dibagi menjadi :
– Dakrio sistitis infant
– Dakrio sistitis primer akut & kronis
– Dakrio sistitis sekunder →krn trauma
ETIOLOGI
1. Obtruksi parsial pada duktus naso lakrimalis
2. Infeksi
 Dakriosistitis akut  kuman stafilokokus,
pneumokokus, Neisseria kataral, dan pseudomonas
(dapat berlanjut menjadi peradangan menahun).
 Dakriosistitis kronik  tuberkulosis, lepra, trakoma,
dan infeksi jamur.
 Infeksi jamur biasanya oleh Candida albican dan
Aspergillus sp, biasanya jarang ditemukan
 Dakriosistitis akut pada anak-anak  Haemophylus
influenzae
DAKRIOSISTITIS INFANT
 Krn pembentukan yg tidak sempurna duktus naso lakrimalis
(erat kaitannya dengan embryogenesis system eksresi
lakrimal).
 Gejala : adanya cairan dari pungtum lakrimalis bila sakkus
ditekan, lakrimasi kronis
TERAPI

o Menekan sakkus 6 – 8 kali /hari


o AB lokal : antibiotik topikal dalam bentuk tetes
(moxifloxacin 0,5% atau azithromycin 1%) atau
menggunakan sulfonamid 4-5 kali sehari
o Antibiotik sistemik amoxicillin/clavulanate atau
cefaclor 20-40 mg/kgBB/hari dibagi dalam tiga
dosis
DAKRIOSISTITIS PRIMER
A. Dacriosistitis AKUT
 Sakit, hiperemis
 Demam
 Bengkak pada daerah
kantung mata
 Adanya pus pada pungtum
lakrimal
 Epifora
 Bila abses pecah terbentuk
fistel
TERAPI
 Antibiotik Lokal → tetes mata
 Antibiotik sistemik Amoxicillin dan chepalosporine
(cephalexin 500mg p.o. tiap 6 jam
 Analgetik oral (acetaminofen atau ibuprofen),
Untuk mengatasi nyeri dan radang
 Bisa di bantu dengan kompres dg air hangat.
 Bila ada abses → insisi utk keluarkan pus.
 Operasi Dacryosystorhinostomy → membuat hub
langsung saccus ke konka nasi inferior.
B. DAKRIOSISTITIS KRONIK
→ radang kronik pada saccus lakrimal krn obstruksi
duktus naso lacrimal.
- Faktor herediter
- Lingkungan kurang sehat : debu,asap.
- Gejala :
• Tanda radang minim.
• Refluk(Bila kantung air mata ditekan dapat keluar
secret yang mukoid)
• Epifora, terutama bila kena angin
• Kadang disertai fistel dipermk sakkus lakrimal
• Infeksi dapat menyebar ke anterior orbita dengan
gejala edema palpebra atau dapat berkembang
menjadi selulitis preseptal.
• Patogenesis
Obstruksi duktus nasolakrimalis  retensi mukus
dan air mata di saccus  dilatasi  bengkak dan
mucocel

• TERAPI :
– Lokal Antibiotik tetes mata
– Sistemik AB
– Penyemprotan AB sekaligus probing.
– Operasi Dacryocystorhinostomy
– Operasi Dacryocystoctomy dilakukan bila dg DCR
tdk berhasil
KOMPLIKASI
• Tidak diobati  pecahnya kantong air mata: fistel,
abses kelopak mata, ulkus, bahkan selulitis orbita
• Komplikasi terapi bedahPerdarahan (3% pasien),
infeksi kegagalan dakriosistorinostomi paling sering
akibat osteotomi atau penutupan fibrosa pada
pembedahan ostium yang tidak adekuat.
• Kompliksi lainnya meliputi nyeri transien pada segmen
superior os.maxilla, hematoma subkutaneus
periorbita, infeksi dan sikatrik pascaoperasi yang
tampak jelas
PROGNOSIS
• Antibiotik biasanya dapat memberikan kesembuhan pada
infeksi akut.
• Dakriosistitis sangat sensitif antibiotika namun masih
berpotensi terjadi kekambuhan jika obstruksi duktus
nasolakrimalis tidak ditangani secara tepat dubia ad
malam. Akan tetapi, jika dilakukan pembedahan baik itu
dengan dakriosistorinostomi eksternal atau
dakriosistorinostomi internal, kekambuhan sangat jarang 
dubia ad bonam.
• Jika stenosis menetap lebih dari 6 bulan maka diindikasikan
pelebaran duktus dengan probe. Satu kali tindakan efektif
pada 75% kasus
DAKRIOADENITIS
DEFINISI
• Peradangan kelenjar lakrimalis atau suatu
proses inflamasi pada kelenjar air mata
pars sekretorik.
EPIDEMIOLOGI
• Peradangan kelenjar air mata yang jarang
ditemukan dan biasanya unilateral ataupun
bilateral.
ETIOLOGI
• Dakrioadenitis dapat berjalan akut dan kronik,
dapat terjadi akibat infeksi :
• Virus : parotitits, herpes zozter, dan virus
sitomegali.
• Bakteri : staphylococcus aureus, steptococcus
gonococcus.
• Jamur : histoplasmosis, aktinomises,
blastomikosis, nokardiosis, dan sporotrikosis.
• Sarkoid dan idiopati
PATOFISIOLOGI
• Patofisologinya belum jelas, namun
beberapa ahli mengemukakan bahwa proses
infeksinya terjadi melalui penyebaran kuman
yang berasal dari konjungtiva yang menuju
ke duktus lakrimalis dan menuju ke kelenjar
lakrimalis
KLASIFIKASI
• Dakrioadenitis Akut • Dakrioadenitis kronik
GEJALA KLINIS
• Pasien dengan dakrioadenitis akut
umumnya mengeluh sakit didaerah glandula
lakrimalis yaitu dibagian temporal atas
rongga orbital disertai dengan kelopak mata
yang bengkak, konjungtiva kemotik dengan
belek.
• Pada keadaan menahun (kronik) yang
hampir sama dengan keadaan akut namun
tidak disertai rasa nyeri.
DIAGNOSIS
• Anamnesis : • Pemeriksaan Fisik:
• Akut  bila kelopak mata
• Akut  nyeri dan dibalik tampak pembengkakkan
pembengkakan kelopka berwarna merah dibawah
mata. kelopak atas atas temporal.
• Kronik  gambaran hampir
• Kronik  terdapat
sama dengan akut, namun
pembengkakan tanpa tanpa rasa nyeri. Bila
rasa nyeri. pembengkakkan cukup besar,
bola mata terdorong ke bawah
nasal tetapi jarang terjadi
proptosis.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Histopatologi  gambaran radang kelenjar
tergantung etiologinya. Bisa muncul radang
granulomatosa atau non- granulomatosa.
DIAGNOSIS BANDING
• Kalazion
• Konjungtivitis adenovirus
• Selulitis preseptal
• Selulitis orbital
TERAPI
• Kompres air hangat
• Antibiotik sistemik
• Bila terlihat abses  dilakukan insisi
KOMPLIKASI

• Dakrioadenitis yang tidak diobati dapat


menyebabkan fistula pada kelenjar lakrimalis.
PROGNOSIS
• Jika dilakukan pengobatan yang baik dan
tepat umumnya prognosisnya dubia ad
bonam.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai