Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN RESMI

FARMAKOTERAPI III
REKONSILIASI

DISUSUN OLEH :
Nama : TASYA PUTRI OKTAVIANI
NIM : 52019050002
Kelas : 3A / S1-FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS


PROGRAM STUDI S1-FARMASI
Alamat : Jl. GaneshaPurwosari Kudus 59316, Jawa Tengah,
Indonesia
Telp : (0291) 437 218/ 442 993
Tahun 2020/2021

I. DASAR TEORI
Pelayanan kefarmasian adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung
profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien. Dengan demikian, secara umum peran apoteker dirumah sakit adalah peran
manajerial dan pelayau klinis. Apoteker yang melaksanakan asuhan kefarmasian
( Pharmaceutical Care) dirumah sakit memiliki 3 tugas pokok yaitu (1) mengidentifikasi
masalah terkait penggunaan obat , (2) mengatasi masalah terkait penggunaan obat yang
sudah terjadi, (3) mencegah masalah terkait penggunaan obat yang berpotensi untuk
terjadi. Salah satu kegiatan untuk mendapatkan data penggunaan obat oleh pasien adalah
dengan melakukan penelusuran riwayat pengobatan melalui data rekam medik,
wawancara pasien atau keluarganya. Kegiatan ini memudahkan apoteker untuk
mengidentifikasi alergi obat oleh pasien, kepatuhan penggunaannya hingga efek samping
yang muncul dari penggunaan obat sebelumnya. Kegiatan ini membutuhkan
keterampilan komunikasi yang efektif dan dilakukan secara sistematis agar diperoleh
data dan informasi yang memadai. Rekonsiliasi adalah proses mendapatkan dan
memelihara daftar semua obat (resep dan non-resep) yang sedang pasien gunakan secara
akurat dan rinci, termasuk dosis, frekuensi, sebelum masuk RS dan membandingkannya
dengan resep instruksi pengobatan ketika admisi, transfer dan pulang.

Tahapan dalam melakukan penelusuran riwayat penggunaan obat yang sistematis


yaitu yang pertama Memperkenalkan diri kita, lalu Menanyakan kepada pasien/keluarga
panggilan apa yang lebih disukai. Hal ini dapat membuat pasien merasa dihargai dan
dapat mencairkan suasana lebih bersahabat, kemudian Menjelaskan kepada
pasien/keluarga maksud dan tujuan wawancara, setelah itu Menyepakati hal-hal apa yang
akan dibahas selama wawancara. Dengan cara ini baik kita maupun pasien/keluarga
mengetahui ruang lingkup wawancara dan menjadi acuan untuk kembali jika isi
wawancara sudah bergeser ketopik yang tidak perlu dibahas dan Menanyakan tentang
data demografi (alamat, nomor telpon, umur, dll), serta Menanyakan obat-obat yang
pernah digunakan baik berupa obat dan redep dokter maupun obat tanpa resep, obat
herbal/jamu dan suplemen. Perlu ditanyakan nama obat (nama generik dan nama
dagang), dosis/aturan pakai, berapa lama obat digunakan, bagaimana obat digunakan
(dengan jadwal teratur, kadang-kadang, jika timbul gejala saja, dll). Seringkali
pasien/keluarganya tidak mengetahui atau lupa nama obat yang pernah dan sedang
digunakannya, sehingga ada baiknya meminta mereka untuk mebawa serta obat-obat
yang masih tersisa dan memperlihatkannya kepada kita. Ada 3 pertanyaan utama yang
perlu ditanyakan kepada pasien/keluarga tentang obat yang digunakan : (1) Apa yang
pasien/keluarga ketahui tentang khasiat obat yang digunakan. (2) Apa yang
pasien/keluarga ketahui tentang aturan pakai obat yang digunakan dan apa yang
pasien/keluarga ketahuin tentang efek yang aturan pakai obat yang digunakan dan (3)
Apa yang pasien/keluarga ketahui tentang efek yang diharapkan dan efek yang tidak
diharapkan dari obat yang digunakan. Kesulitan yang mungkin timbul adalah kadang
pasien tidak dapat mengungkapkan dengan jelas apa yang dirasakannya. Pasien/keluarga
perlu dipandu untuk mengungkapkan apa yang dirasakan/dialami selama menggunakan
obat. Pertanyaan bisa berdasarkan sistem organ seperti sistem sirkulasi, saraf,
pernafasan, pencernaan, tulang, otot dll. Contoh pada pasien yang mendapatkan kodein
untuk menghilangkan nyeri, perlu ditanyakan apakah mengalami kesulitan untuk buang
air besar. Menanyakan riwayat alergi atau reaksi obat yang tidak diharapkan (Adverse
Drug Reaction). Jika pasien mempunyai riwayat ini makan perlu ditelusuri nama obat
(nama generik dan nama dagang), bentuk sediaannya, dosisnya, cara pemberiannya,
kapan terjadinya selang waktu antara obat digunakan dengan timbulnya reaksi yang tidak
diharapkan, obat-obat lain yang digunakan bersamaan dengan obat yang dicurigai.
Mencata informasi yang diberikan pasien/keluarga dalam suatu formulir. Sebaiknya
formulir dirancang sederhana namun bisa memuat informasi yang lengkap sehingga
dapat dijadikan dasar-dasar untuk

II. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu melakukan penelusuran riwayat penggunaan obat
2. Mahasiswa mampu melakukan rekonsiliasi obat

III. ALAT DAN BAHAN


Alat :
1. Formulir rekonsiliasi
2. Pulpen

Bahan : -

IV. PROSEDUR KERJA

Melakukan
wawancara
melakukan melakukan
pasien /keluarga
rekonsiliasi obat rekonsiliasi obat
tentang riwayat
sebelum admisi sasst transfer
penggunaan obat
sebelumnya

melakukan analisa
melakukan
elergi dan efek
rekonsiliasi obat
samping obat yang
sasst pulang
mungkin terjadi

V. HASIL

No Nama obat Dosis Rute Mulai Terakhir Tindak Rekomendasi


penggunaan pemakaian lanjut drp
oleh
drpj
1. Asam 500 Po 5 maret 8 maret Stop Tidak perlu
mefenamat mg 2021 2021 melanjutkan
3x penggunaan
sehari asam
Pagi, mefenamat
siang,
malam
2. Ciprofloxamin 500 Po 5 maret 8 maret Lanjut, Dilanjutkan
mg 2021 2021 aturan dengan dosis
2x pakai yang sama
sehari sama
Pagi,
dan
malam
3. Infus RL 20 tpm Iv 5 maret 8 maret Stop Tidak perlu
2021 2021 melanjutkan
Infus RL

VI. PEMBAHASAN
Seorang pasien perempuan berusia 47 tahun pada tanggal 5 maret 2021
dilarikan ke IGD rumah sakit dengan kondisi demam tinggi, mual, muntah. Setelah
dilakukan pemeriksaan pasien didiagnosa dokter mengalami infeksi saluran kemih
dan memerlukan rawat inap.
Infeksi saluran kemih adalah kondisi ketika organ yang termasuk ke dalam
sistem kemih mengalami infeksi. Organ tersebut bisa ginjal, ureter, uretra, atau
kandung kemih. Namun, infeksi saluran kemih umumnya terjadi di uretra dan
kandung kemih.Berawal dari ginjal, zat sisa di dalam darah disaring dan dikeluarkan
dalam bentuk urine. Selanjutnya, urine dialirkan dari ginjal melalui ureter menuju
kandung kemih. Setelah ditampung di kandung kemih, urine akan dibuang ke luar
tubuh melalui saluran yang disebut uretra.Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri
masuk ke saluran kemih melalui uretra. Setelah itu, bakteri berkembang biak di
dalam kandung kemih. Jika tidak ditangani, bakteri dapat menyebabkan infeksi
sampai ke ginjal.

Gejala dan Komplikasi Infeksi Saluran Kemih dapat ditandai dengan sakit
saat buang air kecil, sering buang air kecil tapi urine yang keluar sedikit, dan warna
urine keruh atau merah karena adanya darah.Bila tidak diobati, infeksi yang telah
mencapai ginjal dapat menyebabkan kerusakan ginjal permanen. Bahkan, tidak
menutup kemungkinan infeksi akan menyebar dan menyebabkan respons peradangan
di seluruh tubuh.
Pengobatan infeksi saluran kemih adalah dengan pemberian antibiotik.
Namun, pemeriksaan akan terlebih dulu dilakukan oleh dokter agar jenis antibiotik
yang diresepkan sesuai dengan kondisi pasien. Khusus pada pasien dengan keluhan
berat, pengobatan harus diberikan di rumah sakit.Infeksi saluran kemih dapat dicegah
dengan banyak minum air, sehingga bakteri yang mungkin masuk ke saluran kemih
akan selalu terbilas bersama urine. Pada wanita, ISK dapat dicegah dengan
menerapkan cara yang benar saat membersihkan organ intim setelah buang air besar.
Penggunaan obat yang diberikan selama rawat inap yaitu asam mefenamat dengan
dosis 500mg 3x sehari, dan ciprofloxamin 500mg 2x sehari serta infus RL 20 tpm.
Asam mefenamat atau mefenamic acid adalah obat yang berfungsi untuk
meredakan nyeri. Asmef atau asam mefenamat bekerja dengan menghambat enzim
yang memproduksi prostaglandin, yaitu senyawa penyebab rasa sakit dan
peradangan. Dalam mengatasi nyeri, asmef sebaiknya digunakan sesuai dengan
anjuran dokter dan tidak lebih dari tujuh hari. Siprofloksasin atau ciprofloxacin
adalah antibiotik untuk mengatasi berbagai jenis infeksi bakteri. Obat ini tersedia
dalam bentuk tablet. Obat ciprofloxacin mengandung bahan aktif ciprofloxacin Hcl
yang memiliki cara kerja menghentikan pertumbuhan bakteri pada infeksi saluran
kemih. Infus merupakan metode pemberian cairan dan obat yang dilakukan langsung
melalui pembuluh darah. Cairan yang diberikan melalui infus dapat berfungsi
sebagai cairan pemeliharaan ataupun cairan resusitasi. Cairan infus akan diberikan
ketika pasien melakukan perawatan di rumah sakit. Cairan infus (intravenous fluid)
tersimpan di dalam sebuah kantong atau botol steril yang akan dialirkan melalui
selang menuju pembuluh darah. Jenis dan jumlah cairan yang digunakan akan
bergantung kondisi pasien, ketersediaan cairan, dan tujuan pemberian cairan infus.
Selain untuk memberikan cairan, pemberian infus juga bisa dilakukan sebagai
metode pemberian obat secara parenteral.
Setelah dilakukan rawat inap kondisi pasien berangsur membaik dan
diizinkan pulang, berdasarkan hasil rekonsiliasi obat pasien obat yang tetap diberikan
adalah ciprofloxacin karena merupakan antibiotik yang harus diminum salama 7 hari
dan dihabiskan sedangkan untuk asam mefenamat tidak lagi diberikan karena pasien
sudah tidak mengalami nyeri.
VII. KESIMPULAN
Infeksi saluran kemih adalah kondisi ketika organ yang termasuk ke dalam
sistem kemih mengalami infeksi. Pengobatan infeksi saluran kemih adalah dengan
pemberian antibiotik. Penggunaan obat yang diberikan selama rawat inap yaitu asam
mefenamat dengan dosis 500mg 3x sehari, dan ciprofloxamin 500mg 2x sehari serta
infus RL 20 tpm. Infeksi saluran kemih dapat dicegah dengan banyak minum air,
sehingga bakteri yang mungkin masuk ke saluran kemih akan selalu terbilas bersama
urine.
DAFTAR PUSTAKA

Binfar, 2005, Pharmaceutical Care untuk Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan,


Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Brooks G.F., Butel J.S. and Morse S.A., 2005, Mikrobiologi Kedokteran,
Diterjemahkan Oleh Mudihardie, Salemba Medika, Jakarta.

Chitraningtyas D., Juliana C., Retno S., 2014, Profil Bakteri Penyebab Infeksi Saluran
Kemih di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Daerah Surabaya dalam
Christyaningsih J., Dewi C., and Retno S., 2014, The Pattern of Resistance of
Antibiotics to Escherichia Coli Causes Urinary Tract Infection in East Java,
Indonesia, Research Journal of Pharmaceutical, Biological and Chemical
Sciences, 5 (5), 1382.

Endriani R., Fauzia A. and Dona A., 2009, Pola Resistensi Bakteri Penyebab
Infeksi Saluran Kemih (ISK) terhadap Antibakteri di Pekanbaru, Jurnal
Natur Indonesia, 12 (2), 131-133.

Gould D. and Brokoker, C., 2003, Mikrobiologi Terapan Untuk Perawat,


diterjemahkan oleh Ester, EGC, Jakarta.

Imaniah B.A., 2015, Peta Kuman dan Resistensinya terhadap Antibiotika pada
Penderita Infeksi Saluran Kemih (ISK) di RSUD Dr. Moewardi Tahun 2014,
Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Jawetz E., Melnick J.L. and Adelberg E.A., 2005, Mikrobiologi Kedokteran Edisi I,
Diterjemahkan oleh Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran UNAIR,.
Salemba Medika, Surabaya, pp. 224–227, 233–235.
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai