Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN RESMI

ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

TES BUTA WARNA

DISUSUN OLEH :

NAMA : TASYA PUTRI OKTAVIANI

NIM : 52019050002

KELAS : 1A FARMASI

KELOMPOK : 1

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

2019/2020
BAB I

A. Judul :
Tes Buta Warna
B. Tujuan :
Untuk mengetahui gambaran adanya kelainan persepsi pengliatan warna pada
probandus normal atau abnormal.
BAB II

A.Dasar teori

Buta warna adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk menggambarkan


adanya kelainan persepsi pengliatan warna. Kelainan ini diakibatkan oleh tidak
adanya sekelompok sel kerucut penerima warna pada retina. Orang yang
mengalami kelainan ini tidak atau kurang mampu membedakan dua warna yang
berbeda.

Buta warna ini dapat ditemukan diantaranya dengan uji ishihara. Pada uji
ishihara dipergunakan serangkaian gambar berwarna. Gambar – gambar berwarna
itu dirancang sedemikian rupa sehingga secara cepat dan tepat dapat memberikan
penilaian terhadap kelainan persepsi warna.

Salah satu gangguan yang terjadi pada mata adalah buta warna. Seseorang
yang menderita buta warna dapat disebabkan oleh kelainan sejak lahir atau akibat
penggunaan obatobatan yang berlebihan. Tes Ishihara adalah sebuah metode
pengetesan buta warna yang dikembangkan oleh Dr. Shinobu Ishihara. Tes ini
pertama kali dipublikasikan pada tahun 1917 di Jepang. Sejak saat itu, tes ini terus
digunakan di seluruh dunia, sampai sekarang. Tes buta warna Ishihara terdiri dari
lembaran yang didalamnya terdapat titik-titik dengan berbagai warna dan ukuran.
Titik berwarna tersebut disusun sehingga membentuk lingkaran. Warna titik itu
dibuat sedemikian rupa sehingga orang buta warna tidak akan melihat perbedaan
warna seperti yang dilihat orang normal
Buta warna merupakan salah satu masalah pada mata seseorang yang tidak
dapat mengenali warna yang dilihat. Dalam hal ini penentuan tingkat buta warna
akan dibahas dalam tiga tingkatan buta warna yaitu monochromacy, dichromacy
dan anomolus trichomacy. Adapun monochromacy adalah keadaan mata manusia
hanya memiliki satu sel pigmen cones atau tidak berfungsinya semua sel pigmen,
dichromacy keadaan mata manusia yang disebabkan karena salah satu dari tiga sel
cone tidak ada atau tidak berfungsi sel cone dan anomalus tricrhomacy yang
merupakan keadaan mata manusia yang disebabkan karena faktor keturunan.
Namun hal ini sangat jarang terjadi, penderita anomalus tricrhomacy
mempunyai semua sel cone yang lengkap namun terjadinya sensitivitas terhadap
salah satu warna dari tiga sel reseptor.
Sekitar 5 % populasi manusia menderita buta warna. Buta warna
merupakan gangguan herediter yang lazim di derita pria daripada wanita. Buta
warna bervariasi antara buta satu warna tertentu (buta warna parsial) sampai buta
warna total. Terjadinya buta warna ini di sebabkan oleh tidak adanya atau ada
tetapi sedikit sel kerucut warna merah dan hijau. Bila tidak ada sel kerucut merah,
maka warna merah akan nampak hijau. Bila sel kerucut hijau tidak ada, maka
benda hiaju akan nampak merah. Bila ketiga macam sel kerucut (warna merah,
hijau dan biru) tidak ada, maka semua benda akan nampak hitam dan seseorang
akan menderita buta warna total.
Salah satu metode yang menjadi standar dokter spesialis mata untuk
melakukan tes buta warna adalah metode Ishihara. Metode Ishihara menggunakan
buku yang berisikan lembaran pseudoisochromatic (plate) yang didalamnya
terdapat titik-titik dengan berbagai warna dan ukuran. Titik-titik berwarna tersebut
disusun sehingga membentuk lingkaran yang di dalamnya terdapat titik-titik
dengan pola membentuk angka maupun garis berkelok. Plate pada buku akan
mengalami perubahan warna menjadi pudar atau kusam seiring lamanya
penggunaan. Tingkat kepudaran atau kekusaman warna akan mengubah keaslian
plate untuk alat uji sehingga akan mempengaruhi keakuratan hasil. Tes Ishihara
adalah sebuah metode pengetesan buta warna yang dikembangkan leh Dr.
Shinobu Ishihara.
Tes ini pertama kali dipublikasikan pada tahun 1917 di Jepang. Sejak saat
itu, tes ini terus digunakan di seluruh dunia, sampai sekarang. es buta warna
Ishihara terdiri dari lembaran yang didalamnya terdapat titik-titik dengan berbagai
warna dan ukuran. Titik berwarna tersebut disusun sehingga embentuk lingkaran.
Warna titik itu dibuat sedemikian rupa sehingga orang buta warna tidak akan
melihat perbedaan warna seperti yang dilihat orang normal. Tes berikutnya adalah
tes Farnsworth Munsell. Tes ini berfungsi sebagai tes lanjutan dari tes Ishihara
yang hanya dapat menentukan kelainan partial atau tidaknya. sedangkan tes
Farnsworth Munsell, bisa melakukan skrining kelemahan warna tertentu, seperti
kelemahan terhadap warna merah (protan), kelemahan terhadap warna hijau
(deutan), dan kelemahan terhadap warna biru (tritan) Kedua tes Ishihara dan
Farnsworth Munsell ini mempunyai kelemahan yaitu berupa media tes. Media
yang digunakan adalah lembaran kertas bagi Ishihara dan koin-koin warna dari
kertas bagi tes Farnsworth Munsell. Media tes ini sendiri hanya dapat dilakukan
pada ruangan bercahaya putih dengan intensitas penerangan yang cukup, sehingga
melakukan tes buta warna ini tidak bisa di sembarang tempat/ruangan dengan
bercahaya redup dan menggunakan cahaya kemerahan atau lampu pijar. Hal ini
merupakan salah satu dari kelemahan tes konvensional, karena jika penerangan
ruangan tidak sesuai dengan ketentuan standar, maka warna pada media tes pun
akan berubah. Media lembaran kertas bagi tes Ishihara pun mempunyai
kelemahan berupa pemudaran warna, mudah robek, dan bisa saja salah satu dari
lembaran tes terselip ataupun hilang. Sedangkan media koin-koin warna pada tes
Farnsworth Munsell sendiri, memiliki kelemahan berupa pemudaran warna,
mudah robek, dan bentuk koin yang sangat kecil, sehingga bisa hilang atau
tercecer.

B.Alat dan bahan

 Ishihara`s testfor colour blindness (14 Lembar)


BAB III

CARA KERJA

 Dua anggota kelompok menjadi probandus dan pembanding (orang


dengan persepsi mata normal).
 Alat yang digunakan adalah Ishihara Test For Colour Blidness, concise
edition 1983. Alat ini terdiri dari 14 gambar warna.
 Letakkan alat uji pada jarak 75 cm dari probandus / orang pembanding
pada penyinaran matahari secara tidak langsung yang cukup. Alat harus
diangkat sehingga membentuk sudut tegak lurus dengan garis penglihatan.
 Kemudian penguji berturut-turut menunjukkan gambar no. 1 sampai
dengan no. 14. Setiap kali melihat satu gambar, dalam waktu tidak lebih
dari 3 detik, probandus / pembanding menyebutkan gambar yang
dilihatnya itu.

BAB IV

HASIL

No Gambar Terlihat oleh probandus Terlihat oleh pembanding


1. 12 12
2. 8 8
3. 5 5
4. 29 29
5. 74 74
6. 7 7
7. JALAN JALAN
8. 45 45
9. 2 2
10. 16 16
11. JALAN JALAN
12. 35 35
13. 96 96
14. JALAN JALAN
BAB V

PEMBAHASAN

Buta warna adalah kondisi di mana kualitas penglihatan terhadap warna


berkurang. Seseorang yang menderita penyakit ini akan sulit membedakan warna
tertentu (buta warna sebagian) atau bahkan seluruh warna (buta warna total). Buta
warna merupakan penyakit seumur hidup. Namun, penderita dapat melatih diri
beradaptasi dengan kondisi ini, sehingga aktivitas sehari-hari tetap berjalan
normal. Dokter akan menentukan metode penanganan yang tepat dan sesuai
dengan tipe buta warna yang diderita.

 Penyebab buta warna


Pada dasarnya mata memiliki sel-sel saraf khusus mengandung pigmen
yang bereaksi terhadap warna dan cahaya. Sel ini memiliki tiga pigmen yang
berfungsi mendeteksi warna merah, hijau, dan biru.Pada seseorang yang
menderita buta warna, sel pigmen tersebut mengalami kerusakan atau tidak
berfungsi, sehingga mata tidak dapat mendeteksi warna-warna tertentu atau
bahkan seluruh warna.Kerusakan sel tersebut terjadi karena adanya kelainan gen
yang diturunkan dari orang tua ke anak. Selain kelainan gen yang diturunkan,
terdapat pula beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan rusaknya sel, yaitu:

 Menderita penyakit diabetes, glaukoma, atau multiple sclerosis.


 Efek samping obat digoxin, ethambutol, phenytoin, chloroquine, dan
sildenafil.
 Terpapar zat kimia carbon disulfide yang dipakai dalam industry rayon,
dan styrene yang digunakan dalam industry plastik serta karet.
 Kerusakaan atau cedera pada mata akibat kecelakaan.
Usia juga dapat menjadi faktor penyebab seseorang menderita buta warna. Seiring
bertambahnya usia, kemampuan mata dalam menangkap cahaya dan warna akan
berkurang.

 Gejala dan Tipe Buta Warna


Buta warna merupakan kondisi di mana penderitanya mengalami kesulitan
membedakan warna tertentu (buta warna sebagian) atau bahkan keseluruhan
warna (buta warna total). Gejala yang dirasakan tiap pasien dapat berbeda,
tergantung sel pigmen mana yang rusak atau tidak berfungsi.Gejala buta warna
pada dasarnya terbagi menjadi tiga tipe, yakni merah-hijau, biru kuning, dan total.
Masing-masing tipe memiliki karakter gejala yang berbeda.

 Buta warna merah-hijau


Beberapa karakter yang dapat dialami oleh penderita buta warna merah-hijau:
- Warna kuning dan hijau terlihat memerah.
- Oranye, merah, dan kuning terlihat seperti hijau.
- Merah terlihat seperti hitam.
- Merah terlihat kuning kecokelatan, dan hijau terlihat seperti warna
krem.

 Buta warna biru-kuning:


Tipe ini juga termasuk buta warna parsial dan memiliki karakter berupa:

- Biru terlihat kehijauan, serta sulit membedakan merah muda dengan


kuning dan merah.
- Biru terlihat seperti hijau, dan kuning terlihat seperti abu-abu atau
ungu terang.

 Buta warna total


Berbeda dengan kedua tipe di atas, seseorang yang menderita tipe buta warna total
mengalami kesulitan membedakan semua warna. Bahkan beberapa penderitanya
hanya dapat melihat warna putih, abu-abu, dan hitam.

 Diagnosis Buta Warna


Beberapa orang tidak menyadari bahwa dirinya menderita buta warna. Hal
itu dikarenakan mereka telah beradaptasi dengan keadaan. Misalnya, karena
mereka tahu bahwa warna daun itu hijau, maka berpikir dan menganggap bahwa
warna hijau adalah warna yang dilihatnya.

Maka dari itu, melakukan pemeriksaan buta warna dirasa perlu. Selain
untuk mengetahui kondisi kesehatan mata, hasil pemeriksaan juga menjadi salah
satu syarat untuk pekerjaan yang menuntut kejelian mata dalam melihat warna,
seperti pilot, masinis, dan dokter. Dalam memeriksa buta warna, terdapat
beberapa tipe tes buta warna yang digunakan oleh dokter, yakni:

A. Tes Ishihara. Tes Ishihara adalah yang paling sering digunakan. Dalam
prosesnya, dokter akan meminta pasien mengenali angka atau huruf yang
tertera secara samar pada gambar berupa titik-titik berwarna.
B. Tes penyusunan warna. Dalam tes ini, pasien harus menyusun warna yang
berbeda sesuai dengan gradasi tingkat kepekatan warna.
BAB VI

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan, maka dapat disimpulkan bahwa probandus


yang telah di uji dengan metode ishihara memiliki mata yang nomal atau buta
warna. Serta diketahui bahwa buta warna disebabkan pada kerusakan sel kerucut
pada mata.

BAB VII

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai