Anda di halaman 1dari 52

PENGETAHUAN DASAR MESIN

Untuk Lingkungan Sendiri

MECHANIC DEVELOPMENT
PT PAMAPERSADA NUSANTARA 2004
K A T A P E N G A N T A R

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, Sehingga dapat tersusun buku “
PENGETAHUAN DASAR MESIN “ Buku ini disusun untuk melengkapi bahan pelatihan di
lingkungan PT Pamapersada Nusantara khususnya Plant Departement.

Buku ini disajikan dalam bentuk yang sederhana, dengan harapan dalam pemahamannya akan lebih
mudah, khususnya bagi Calon Mekanik atau Junior Mekanik dibidang Alat-alat Berat.

Dengan segala kerendahan hati penyusun menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna,
maka dengan keterbatasan yang ada penyusun sangat mengharap kritik dan saran dari para
pembaca untuk meningkatkan kesempurnaan buku ini sehingga tidak terjadi salah persepsi untuk
pemahaman dari isi dan makna terhadap buku ini.

Akhirnya penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
terselesaikannya buku ini.

Jakarta, October 2004

Penyusun
Mechanic Development

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

PENDAHULUAN

BAB I. TECHNICAL TERM OF BASIC MACHINE

A. LIQUID………………………………………………………………………………………………… I - 1 - 5
B. TORQUE………………………………………………………………………………………………. I - 2 - 5
C. ELECTRICAL……………………………………………………………………...................... I - 2 - 5

BAB II. MECHANICAL ELEMENT

A. FASTENER…………………………………………………………………………………………… II - 1 - 21
B. BEARING……………………………………………………………………………................... II - 8 - 21
C. SEALS………………………………………………………………………………………………….. II - 15 - 21
D. BELTS…………………………………………………………………………………................. II - 19 - 21

BAB III. M A T E R I A L

A. DIESEL FUEL…………………………………………................................................. III - 1 - 9


B. LUBRICANT………………………………………………………………………………………….. III - 3 - 9

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
DAFTAR ISI BAB I

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
TECHNICAL TERM OF BASIC MACHINE I-1-5

A. LIQUID
1. Pressure.
Gaya pada satuan luas, salah satu sifat fluida adalah zat cair ( fluida ) menentukan pascal menyatakan zat cair
dalam ruangan tertutup dan diam ( tidak mengalir ) mendapat tekanan maka tekanan tersebut akan diteruskan
ke segala arah dengan sama rata dan tegak lurus terhadap bidang permukaannya.
Pengukurannya tekana fluida dibagi 2 macam yaitu :
a. Tekanan gauge : Tekanan yang biasanya tidak dipengaruhi oleh tekanan udara ( Tek. Atmosphere ). Atau nilai
yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk pada alat pengukur tekanan.
b. Tekanan absolute : Tekanan yang dipengaruhi oleh besarnya tekanan udara lain.
Tekanan Absolute = Tekanan Gauge + Tekanan Atmosphere
2. Specific Gravity.
Perbandingan ( ratio ) dari berat jenis ( density ) suatu zat cair diperbandingkan dengan berat jenis air murni.
Air murni mempunyai specific gravity 1, sedangkan battery electrolyte mempunyai specificity gravity 1,26 - 1,28
pada temperature 80°F ( 26,7°C ).
3. Viscosity.
Viscosity atau viskositas adalah ukuran kemampuan suatu cairan untuk mengalir, semakin tinggi viskositasnya
kemampuan mengalirnya semakin berkurang.
Contoh : Oli memiliki viskositasnya lebih besar dari fuel. Fuel mengalir dengan sangat mudah dibanding oli yang
lebih kental mengalir dengan lebih lambat Oil mesin dengan viskositas rendah bersifat encer dan mengalir
dengan mudah. Oli dengan viskositas tinggi bersifat lebih kental dan mengalir lebih lambat, Viskositas dipengaruhi
oleh temperature bila oli panas maka oli lebih encer dan mengalir lebih cepat dari pada bila temperature oli dingin.
B. TORQUE.
1. Torque adalah Gaya puntir atau gaya putar yang di desakkan poros engkol mesin.
Engine torque adalah hasil kali dari gaya total yang dikerahkan pada kepala piston ( disebabkan oleh tekanan
pembakaran ) dan radius engkol, yakni:

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
TECHNICAL TERM OF BASIC MACHINE I-2-5

T [Torque] = F x r

Dimana : F=PXA T = PxAxr


P = Tekanan pembakaran
A = Area puncak ( Crown ) piston.
r = radius engkol

Engine torque meningkat bersama tekanan kompresi yang lebih tinggi, tekanan pembakaran sebaliknya
tergantung pada perbandingan kompresi dari mesin, temperature awal, dan jumlah fuel.
Engine, torque mungkin dinyatakan dalam dyne.cm, kgf.m. Sebuah mesin menghasilkan jumlah torque yang
berbeda berdasarkan kecepatan putar dari poros engkol dan faktor – faktor lain.

2. Leverage [ tuas]

Mechanical lever adalah sebuah batang atau tongkat yang lurus ditunjuk di tengah – tengah batang tersebut
digunakan untuk atau memodifikasi ( merubah ) gerakan, dan besar gaya ( meneruskan ).
Mechanical lever adalah suatu alat yang digunakan untuk meneruskan dan menambah gerakan dan gaya.

Gbr. 1. Mechanical lever.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
TECHNICAL TERM OF BASIC MACHINE I-3-5

C. Electrical

Hukum Ohm : V = I . R

1. Current ( Arus ).
Ketika 2 konduktor (A) dan (B) yang bermuatan positif dan negatif dihubungkan dengan kawat penghantar (C),
elektron - elektron bebas yang berada pada konduktor (B) akan ditarik oleh konduktor (A) melalui penghantar (C).
Hal ini akan menyebabkan arus elektron dari konduktor (B) yang bermuatan negatif ke konduktor (A) yang
bermuatan positif. Pergerakan elektron inilah yang kemudian menyebabkan terjadinya arus listrik dari konduktor (A)
yang bermuatan positif ke konduktor (B) yang bermuatan negatif.
Coloumb (Q) adalah banyaknya muatan listrik ( elektron ) yang mengalir melalui suatu titik pada sebuah penghantar
yang besarnya adalah :

1 Q = 6.25 x 1018 elektron


Arus listrik adalah jumlah muatan listrik yang mengalir melalui suatu titik tertentu selama satu detik.
I=Q/t Dimana : I = Arus ( Ampere )
Q = Muatan listrik ( Coloumb ) mili Amper
t = Waktu ( Detik )
Satuan arus listrik adalah Coloumb perdetik atau ampere : 1 A = 1000 mA
1 mA = 1000 micro A [µA]
1 A = 106 microA

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
TECHNICAL TERM OF BASIC MACHINE I-4-5

2. Voltage ( Tegangan ).
Gaya yang melibatkan terjadinya arus listrik pada konduktor, Terjadinya gaya akibat beda / selisih potensial antara
dua ujung konduktor. Beda potensial terjadi karena perbedaan jumlah elektron pada ujung konduktor. Arus
listrik akan mengalir dari tegangan yang tinggi ( + ) ke tegangan yang rendah ( - ) satuan tegangan listrik disebut
VOLTS dan disimbulkan dengan ( V ). 1 MV = 1000 KV
1 KV = 1000 V
1 V = 1000 mV

Voltage dihasilkan antara 2 ( dua ) titik yaitu satu yang muatan positif dan satu titik yang muatan negatif.

Voltage akan timbul walaupun tidak terjadi aliran arus tetapi tidak akan mengalir bila tidak ada tegangan atau beda
potensial.

3. Hambatan ( Resistance ).
Kawat tembaga pada umumnya digunakan untuk menghantarkan arus listrik karena kawat tembaga memiliki
hambatan terhadap aliran listriknya kecil.

Ketika elektron bebas berjalan melalui sebuah logam, elektron – elektron itu melambung molekul, yang akan
memperlambat kecepatan jalannya. Perlambatan kecepatan itu merupakan hambatan yang umumnya disebut
dengan elektrik Resistance atau Hambatan listrik.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
TECHNICAL TERM OF BASIC MACHINE I-5-5

Satuan hambatan listrik adalah ohm dengan simbol . Hambatan suatu penghantar dikatakan 1  bila besarnya
hambatan tersebut menyebabkan mengalirnya arus sebesar 1 A, bila pada kedua ujung penghantar dihubungkan
dengan sumber tegangan sebesar 1 volts ( pada temperatur konstan ).

Adapun harga hambatan pada sebuah penghantar dipengaruhi oleh bahan penghantar, luas penampang penghantar,
serta temperatur. Biasanya harga hambatan dapat dihitung dengan rumus :


R=L L; Panjang kawat
A ρ[ RHO] ; Tahanan jenis material kawat
A ; Luas penampang kawat
Tahanan jenis setiap material berbeda – beda seperti dibawah ini :

 (  at  (  at
Material Material
20º C 20º C
Coopper, ( pure soft ) 1.724 x 10-6 Gold 2.2 x 10-6
Coopper, ( hard draw ) 1.777 x 10-6 Lead 20.0 x 10-6
Steel ( low carbon ) 9.96 x 10-6 Mercury 85.1 x 10-6
Cast iron 19.1 x 10-6 Silver 1.59 x 10-6
Aluminium, ( soft ) 2.73 x 10-6 Zine 6.21 x 10-6
Aluminium, ( hard ) 2.83 x 10-6 Nichrome 100.0 x 10-6
Nickel , ( 100 % pure ) 10.4 x 10-6 Manganin 47.8 x 10-6

Table 1. Tahanan jenis beberapa material

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MECHANICAL ELEMENTS BAB II

SQUARE HEAD
HEX HEAD BOLT CAP SCREW

ROUND HEAD
SQUARENESS
12 POINT HEAD BOLT
L SOCKET
CAP SCREW SCREW

FLOW BOLT
SQUARE HEAD HEX FLANGE
BOLT SCREW

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MECHANICAL ELEMENTS II - 1 - 21

A. FASTENERS.
Fastener atau pengencang digunakan untuk menggabungkan beberapa parts atau komponen menjadi suatu komponen assembling. Fastener
dipergunakan karena komponen assembling tidak mungkin dibuat utuh dalam satu bagian. Sehingga dibuat dari beberapa parts atau
komponen untuk mempermudah manufacturing, pemasangan, perawatan dan perbaikan. Bab ini membabas beberapa jenis fasteners yang
sering dipergunakan pada alat berat

1. Bolt
Bolt adalah fastener yang digunakan sebagai pengikat berpasangan dengan nut. Bentuk lain bolt adalah cap screw. Disebut cap screw
apabila dalam pemakaian sebagai fasteners berpasangan terhadap lubang ulir. Dengan demikian bolt dan cap screw dibedakan berdasarkan
aplikasi pemakaiannya sebagai fastener. Berbagai macam bolt dan cap screw ditunjukan pada gambar berikut :

SQUARE HEAD
HEX HEAD BOLT CAP SCREW

ROUND HEAD
SQUARENESS
12 POINT HEAD BOLT
L SOCKET
SCREW
CAP SCREW

FLOW BOLT HEX FLANGE


SQUARE HEAD
SCREW
BOLT
a. Spesifikasi bolt .
Bentuk bolt terdiri atas Head, body dan threat. Ukuran head berdasarkan jarak bidang rata pada bagian Head. Ukuran head bolt
menentukan beberapa ukuran kunci atau socket yang dipergunakan. Ukuran bolt ditentukan oleh diameter puncak threat, sedangkan
panjang bolt diukur dari bagian bawah head ke bagian ujung thread ( bolt ). Beberapa bentuk bolt memiliki ketentuan penentuan ukuran
panjang yang berbeda menunjukkan penunjukkan ukuran bolt.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MECHANICAL ELEMENTS II - 2 - 21

Ukuran bolt ditentukan juga oleh ukuran thread. Berdasakan standarisasi United Screw Thread Standard, thread diukur dengan menghitung
jumlah puncak ulir setiap inchi. Berdasarkan Unitetd screw Thread standard tersebut dinyatakan ukuran bolt dengan notasi seperti berikut :

½ - 20 - UNC - 2A x3

Panjang dalam satuan inch


Simbol suaian
C = Coarse ( ulir kasar )
F = Fine ( ulir halus )
Jumlah puncak ulir per inch
Diameter luar puncak ulir

Thread dibedakan atas coarse thread ( kasar ) dan fine thread ( halus ) yang ditandai dengan notasi UNC untuk coarse thread dan UNF untuk fine
thread. Coarse thread memiliki alur yang lebih dalam dan aplikasinya banyak digunakan. Fine thread memiliki alur thread kecil aplikasinya pada
permukaan tertentu, misal untuk pengikat parts yang tipis.

Pada Standarisasi Metric, ukuran ulir ditentukan dengan ukuran jarak antara puncak ulir terdekat. Notasi yang digunakan untuk menyatakan
ukuran ulir metric adalah sebagai berikut :

M 12 x 1.75 – 6G x 80 – 8,8

Tingkat kekuatan baut


Panjang baut
Simbol suaian
Kisar dalam satuan mm
Ukuran dimater puncak thread dalam mm
Ukuran ISO Metric threads

b. Tingkat ( Grade ) kekuatan bolt

Society of Automotive Engineers ( SAE ) menerbitkan standarisasi untuk mengklasifikasikan united ( inch-series ) bolt dan cap screw pada
beberapa grade berdasar material, treatment dan tensile strength ( kekuatan tariknya ).
Klasifikasi grade ditunjukan dengan tanda pada permukaan atas head bolt. Tabel berikut menunjukan spesifikasi dan tanda bolt berdasarkan
standarisasi SAE.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MECHANICAL ELEMENTS II - 3 - 21

Tabel 2. Tabel spesifikasi dan tanda bolt sesuai SAE.

Standarisasi Klasifikasi Grade bolt metric ditetapkan oleh International Standardization of Organization ( ISO ). Klasifgikasi berdasarkan atas
kekuatan tensile dan yield. Tanda angka pada permukaan atas bolt menandakan klasifikasi kekuatannnya. Semua bolt dan capscrew berdiameter
diatas 4-mm memiliki tanda angka pada permukaan atas head bolt. Tabel berikut menunjukkan klasifikasi dan tanda yang digunakan pada bolt
metric.

Tabel 3. Tabel spesifikasi dan tanda bolt sesuai ISO.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MECHANICAL ELEMENTS II - 4 - 21

2. Nuts

Nuts merupakan fastener aplikasi pemakaian sebagai pengikat berpasangan dengan bolt. Nut berbentuk segi enam
(Hexagon ) atau segi empat dengan lubang berulir kasar atau halus pada bagian tengahnya sesuai dengan bolt
pasangannya. American Standard For Testing Material ( ASTM ) dan SAE memberikan standarisasi untuk kelas
kekuatan nuts. Metric nuts yang biasa digunakan di USA klasifikasikan menjadi 5,9 dan 10. Angka ini ditujukan
kekuatan tarik (tensile stregth) tertinggi dari screw atau bolt yang harus digunakan untuk mencegah kerusakan. Nut
memiliki tiga dimensi penting yaitu ketebalan, lebar ( ukuran kunci ) dan diameter dalam. Gambar berikut
menunjukkan berbagai jenis bentuk nuts.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MECHANICAL ELEMENTS II - 4 - 21

3. Washer.

Washer merupakan cincin penutup yang dipergunakan antara bolt ataupun terhadap parts atau component yang
diikat. Berdasarkan fungsinya washer dibedakan dalam beberapa bentuk.
a. Plain washer, mendistribusikan beban pengikat dengan permukaan yang lebih luas dibanding bolt atau nut, juga
mencegah kerusakan permukaan part yang diikat.
b. Helical spring washer digunakan untuk menjamin agar bolt atau nut kencang ( tidak mudah kendor ) pada parts
atau component yang menerima getaran atau vibrasi.
c. Toothed lock washer digunakan untuk menjamin agar bolt atau nut tidak mudah kendor akibat getaran atau
vibrasi. Aplikasi penggunaannya mirip dengan washer spring. Toothed lock washer ini banyak digunakan pada
pemasangan nut pada terminal kabel.

Gambar berikut ini menunjukkan berbagai macam jenis washer :

HELICAL SPRING WASHER

PLAIN WASHER

External Internal External


Internal

TOOTHED LOCK WASHER

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MECHANICAL ELEMENTS II - 5 - 21

4. Screw.

Screw merupakan salah satu jenis fastener bentuknya hampir sama dengan bolt atau capscrew, tetap memiliki ukuran
kecil sebagai pengencang screw berpasangan dengan nut atau lubang tread. Driver yang digunakan sebagai
pengencang berupa screw driver, Kunci L atau socket screwdriver. Gambar 9 menunjukkan berbagai jenis screw.

Tapping screw digunakan untuk pengikat pada panel cover yang terbuat dari sheet metal, aluminium, perunggu atau
kuningan.

Gbr. 9. Macam – macam screw.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MECHANICAL ELEMENTS II - 5 - 21

5. Studs.

Studs merupakan salah satu jenis fastener berupa steel rod yang memiliki ulir atau thread pada kedua bagian
ujungnya. Salah satu thread dikencangkan pada parts atau komponen, sedangkan salah satu ujungnya mengikat part
dengan menggunakan nut. Gambar berikut menunjukkan bentuk stud dan pemasangannya sebagai pengikat.

TYPICAL STUDS

INSTALLED STUD

HOW STUDS SIMPLILY THE ASSEMBLY OF SEVERAL PARTS

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MECHANICAL ELEMENTS II - 6 - 21

6. Pins.

Secara umum pin digunakan sebagai fastener pada bagian part atau komponen yang saling bergerak selain itu pin
juga digunakan sebagai lock, sebagai pelurus posisi parts yang saling disambungkan. Berbagai bentuk pin
ditunjukkan pada gambar berikut :

DOWEL PIN
COTTER SPRING
PIN PIN

CLEVIS
QUICK LOCK
PIN SPRING LOCKING
PIN
PIN
GROOVED
TAPER PIN
PIN

Fungsi masing – masing pin :


a. Cotter pin berfungsi sebagai lock pada clevis pin, slotted nut dan caste nut.
b. Dowel pin berfungsi sebagai pelurus ( alignment ) terhadap komponen yang diikat.
c. Clevis pin digunakan sebagai pin engsel untuk u yoke pada linkage dalam pemasangan dilengkapi cotter pin sebagai lock.
d. Spring pin berfungsi sebagai pengikat yang bersifat self locked pin, spring pin berbentuk cylinder spring yang berukuran
oversize terhadap lubang pin sehingga pada saat dipasang terdapat gaya tekan dari spring pin terhadap lubang.
e. Quick lock pin digunakan sebagai lock terhadap pin dengan kemudahan untuk membuka atau melepas pin.
f. Taper pin digunakan sebagai lock terhadap dua komponen yang dipasang tetap.
g. Grooved pin digunakan sebagai fastener seperti spring pin.
h. Spring lock pin merupakan fastener digunakan berpasangan dengan clevis pin mempermudah melepas dan memasang bagian
yang saling berhubungan.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MECHANICAL ELEMENTS II - 7 - 21

7. Snap ring.

Snap ring merupakan pendukung yang berfungsi sebagai lock penempatan posisi atau penahan ( retainer ), contoh
menempatkan dan menahan posisi shaft pada hole. Macam – macam bentuk snap ring ditunjukkan pada gambar
berikut :

INTERNAL INTERNAL
PRONG TYPE HOLE TYPE EXTERNAL EXTERNAL
8. Clamps. HOLE TYPE “ E “ TYPE

Clamp yang digunakan untuk pengikat pada penyambungan hose ke pipa logam, clamp digunakan sebagai pengikat
agar tidak terjadi kebocoran cairan atau udara, clamp ini disebut hose clamp. Bentuk clamp lain yang digunakan
adalah wire rope clamp yang digunakan sebagai clamp untuk penyambungan wire rope. Gambar berikut menunjukkan
berbagai jenis clamp.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MECHANICAL ELEMENTS II - 8 - 21

9. Key.

Key atau pasak digunakan sebagai lock antara roda gigi atau pulley terhadap shaft. Terdapat dua jenis key yaitu
rectangular atau square key dan woodruff key seperti ditunjukkan pada gambar dibawah ini :

SQUARE
KEY
WOODRUFF KEY

INSTALLED KEY

Key
Installed
A KEY AND THE KEYWAY IN A GEAR AND SHAFT

HOW THE WOODRUFF KEY IS USED

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MECHANICAL ELEMENTS II - 8 - 21

B. BEARING.

Bearing berfungsi untuk mengurangi gesekan dan keausan serta hilangnya tenaga akibat bagian yang saling berputar.
Macam – macam type bearing dibedakan menjadi dua type :
1. Plain Bearing.
Plain bearing mengurangi gesekan dengan adanya sliding contact antara permukaan yang saling bergesekan, plain
bearing disebut juga dengan bushing atau bearing. Antara bearing dan bushing memiliki pengertian sinonim sehingga
untuk segala jenis bushing bisa disebut bearing. Secara umum bisa dibedakan berdasar kriteria berikut ini :

Plain bearing disebut bushing bila :


a. Berbentuk sleeve satu lingkaran penuh dengan pemasangan di press terhadap lubang.
b. Memungkinkan proses finishing pada bagian dalam dari bushing untuk mendapatkan suaian yang tepat.
c. Digunakan untuk putaran lambat dengan tingkat beban ringan sampai berat atau putaran sedang dengan beban
ringan

Plain bearing disebut slit bearing bila : PLAIN BEARING SLIT


a. Berbentuk sleeve setengah lingkaran sehingga untuk mendukung BEARING
dibutuhkan satu pasang terdiri dari 2 ( dua ) buah
sleeve setengah lingkaran.
b. Digunakan untuk putaran tinggi.

PLAIN BEARINGS
BUSHING

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MECHANICAL ELEMENTS II - 9 - 21

2. Material Plain Bearing.

Plain bearing terbuat dari berbagai macam material tergantung pada kecepatan putaran shaft, beban yang didukung
dan type pelumasan yang digunakan plain bearing terbuat dari material kayu, karet, plastik, besi tuang, tembaga,
kuningan, perunggu dan babied (Aluminium).

Berdasarkan lubrikasinya plain bearing digolongkan pada type pelumasan kering ( dryfriction ), pelumas terbatas dan
pelumas penuh.
a. Pelumas kering : Tidak terdapat lubrikasi antara permukaan yang saling bersinggungan.
b. Pelumas terbatas : Pelumas dengan kondisi lapisan film tipis antara bagian yang saling bergesekan.
c. Pelumas penuh : Keseluruhan permukaan yang bersinggung dipisahkan oleh lapisan.

DRY FRICTION
BOUNDARY LUBRICATION
FULL FACE LUBRICATION

Gbr. 16. Type pelumasan.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MECHANICAL ELEMENTS II - 10 - 21

3. Anti Friction Bearing.

Anti friction bearing memiliki tiga jenis bentuk dasar


bearing yaitu :

a. Ball Bearing.
b. Roller Bearing.
c. Needle Bearing.

BALL ROLLER NEEDLE


BEARING BEARING BEARING

Anti friction bearing terbuat dari baja yang dikeraskan


( hardened steel ). Bagian – bagian utama anti friction
bearing adalah :

a. Race adalah cincin bagian dalam ( inner races ) dan


cincin bagian luar ( outer races ) sebagai tempat
dudukan elemen gelinding.
b. Ball, rollers atau needle adalah element gelinding untuk
mengurangi gesekan.
c. Separator atau cages adalah pengatur jarak antar
element gelinding.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MECHANICAL ELEMENTS II - 11 - 21

Roller dan needle bearing hanya memiliki dua macam race yaitu split race dan continuous race bearing. Sedangkan ball
bearing memiliki 4 macam race yaitu :

a. Contact bearing
b. Full type bearing
c. Split race bearing
d. Angular contact bearing

Gbr. 19 Bentuk – bentuk ball bearing race.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MECHANICAL ELEMENTS II - 12 - 21

Berdasarkan beban yang diterima ball bearing dibedakan atas 4 macam:

a. Radial Load bearing


b. Radial and thrust Load bearing
c. Self Aligning radial Load bearing
d. Thrust Load bearing

Gbr. 20 Type - type Ball Bearing. SINGLE ROW SINGLE ROW DOUBLE ROW DOUBLE ROW
RADIAL RADIAL THRUST RADIAL THRUST SELF ALIGNING
RADIAL

Roller bearing berfungsi untuk menumpu beban yang lebih besar dibanding ball bearing jenis dasar roller bearing
digolongkan menjadi:

a. Radial Load, straight roller bearing.


b. Radial and Thrust Load, tapered roller.
c. Self aligning, radial and thrust Load
d. Self aligning, radial and thrust Load
concave roller bearing.
e. Thrust Load bearing

Gbr. 21 Type - type roller bearing RADIAL LOAD RADIAL THRUST SELF ALIGNING SELF ALIGNING
STRAIGHT TAPERED RADIAL THRUST RADIAL THRUST
SPHERICAL ROLLERS CONCAVE ROLLERS

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MECHANICAL ELEMENTS II - 12 - 21

TAPERED

SELF ALLIGNING
BANDED SPHERICAL SELF ALIGNING
OPEN FACE BALL THRUST
BALL THRUST OR SHIELDED
BALL THRUST

Gbr. 22. Thrust load ball bearing Gbr. 23. Thrust load roller bearing

Needle bearing

Needle bearing memiliki elemen gelinding berdiameter kecil atau berbentuk jarum, karena bentuknya tersebut maka
needle bearing banyak digunakan untuk tempat dengan ruang terbatas.
Jenis needle bearing meliputi :
~ Radial load bearing
~ Thrust load bearing

Pemasangan Anti – Friction Bearing, Cara pemasangan bearing harus diperhatikan agar tidak terjadi kerusakan
~ Perubahan bentuk bearing
~ Element gelinding lepas atau
~ Terjadi ketidaklurusan antara inner race dan outer race.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MECHANICAL ELEMENTS II - 13 - 21

~ Bearing clearance dan preload yang tidak tepat.


~ Kerusakan seals pada bearing.

Beberapa bearing memiliki seals untuk menahan pelumas dan mencegah debu. Long life bearing memiliki seal pada
kedua sisi sebagai penahan Long Life lubricant.
Anti friction bearing dipasang dengan cara press fit dan push fit. Push fit berarti pemasangan race dengan kekuatan
tangan atau memukul ringan.
Press fit berarti pemasangan race menggunakan alat press atau penekan. Press fit digunakan pada pemasangan bearing
race terhadap bagian yang berputar sedangkan push fit digunakan untuk memasang bearing race terhadap bagian yang
diam. Kedua bearing race dipasang dengan metode press fit apabila bearing tersebut menerima beban berat atau
kecepatan tinggi.

RADIAL LOAD
BEARING
THRUST LOAD
BEARING

Gbr. 24. Basic types of needle bearing

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MECHANICAL ELEMENTS II - 13 - 21

Gbr. 25 Pemasangan anti friction bearing yang sempurna

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MECHANICAL ELEMENTS II - 14 - 21

Gbr. 25 Pemasangan anti friction bearing yang kurang sempurna

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MECHANICAL ELEMENTS II - 15 - 21

C. SEALS.

Seal digunakan sebagai penyekat atau perapat pada bagian yang saling disambungkan terhadap kebocoran cairan,
udara, debu dan juga untuk menjaga tekanan.

Terdapat dua jenis dasar bentuk seals yaitu :

1. Dynamic Seals.

Digunakan sebagai perapat pada parts yang bergerak, contoh :


~ Radial lip seal
~ Clearance seal
~ Ring seal
~ Face seal
~ Compression packing
~ Molded packing
~ Diaphragm seal

2. Static Seals.

Digunakan sebagai perapat pada parts statis ( fixed parts ), contoh :


~ Static o - ring
~ Metallic gasket
~ Non Metallic gasket
~ Sealant

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MECHANICAL ELEMENTS II - 15 - 21

a. Radial lip seal ( Oil seal ).

Radial lip seal digunakan sebagai penyekat untuk menahan pelumas pada sistem yang memiliki shaft berputar.
Radial lip seal ini bisa disebut juga oil seal. Penyekatan atau perapatan ( sealing ) berdasarkan perbedaan ukuran
antara elemen seal yang flexible terhadap ukuran shaft. Interferensi diameter dalam seal dan diameter luar shaft
merupakan dasar prinsip sealing, juga ditambahkan tekanan spring dibelakang lip seal.

Antara lip seal dengan shaft harus terdapat lapisan film sebagai perapat dan pelumas. Bila lapisan film terlalu tebal,
cairan akan bocor tetapi bila terlalu tipis akan timbulnya gesekan dan keausan pada lip seal. Tebal tipisnya lapisan
film dipengaruhi oleh tekanan lip seal. Gambar berikut menunjukkan bentuk dasar lip seal atau oil seal.

Gbr. 28. Struktur dasar oil seal.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MECHANICAL ELEMENTS II - 16 - 21

Oil Seal dibedakan berdasarkan bentuk lip seal gambar berikut menunjukkan bentuk oil seal.

Gbr. 29. Oil seal.

A. Single lip, lip tidak menggunakan spring loaded. Untuk sealing cairan kental seperti grease pada shaft kecepatan lambat.
B. Single lip spring loaded, spring loaded membantu kerapatan seal, digunakan untuk sealing cairan dengan viskositas yang
rendah pada shaft kecepatan putar tinggi, pada daerah yang tidak berdebu.
C. Double lip, lip seal menghadap berlawanan arah dan memiliki spring loaded pada kedua sisi atau salah satu sisi saja. Seal ini
digunakan sebagai sealing terhadap cairan lip yang dilengkapi spring loaded, sedangkan sisi lip yang lain melakukan sealing
terhadap debu atau partikel.
D. Dual lip, Lip seal menghadap berlawanan arah dan memiliki spring loaded pada kedua sisinya. Digunakan sebagai sealing
terhadap pelumas kental pada salah satu sisi dan sebagai sealing terhadap cairan pada sisi yang lain.

Pemasangan oil seal

Penanganan dan pemasangan oil seal perlu diperhatikan utuk mencegah kerusakan dini atau kebocoran oli akibatnya rusaknya
lip seal. Lip mudah sobek dan rusak. Sebelum dipasang seal harap disimpan secara aman,jauh dari panas dan debu.

b. Packing.

Packing dibedakan atau digolongkan menjadi dua tipe yaitu compression packing dan molded packing.
Compression packing membentuk seal ketika packing tersebut dipasang dan tertekan antara alur poros dan housing. Gaya
tekan akan mengakibatkan packing mengembang sealing terhadap alur dan poros maupun housing, terdapat tiga jenis
compressioon packing yaitu : fabric ( serat ), metallic dan plastic. Gambar berikut menunjukkan bentuk compression
packing.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MECHANICAL ELEMENTS II - 17 - 21

Gbr. 30. Compression packing.

Molded packing merupakan dynamic seals terdiri dari dua tipe yaitu lip type dan squeeze type. Jenis – jenis lip type yaitu
flange, cup, u-cup, u-ring dan v-ring. Jenis squeeze type adalah o-ring dalam berbagai bentuk. Lip type
packing melakukan sealing karena adanya gaya tekan fluida atau udara yang menyebabkan lip mengembang. Gambar
berikut menunjukkan contoh pemasangan u-cup packing.

Gbr. 31. Pemasangan u-cup packing.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MECHANICAL ELEMENTS II - 17 - 21

c. O-ring.

O-ring berfungsi sebagai seal akibat tertekan ( squeezed ) akibat proses pemasangan dan proses sealing terjadi akibat tekanan
cairan menekan o-ring. Static o-ring memberikan sealing terhadap komponen static ( tidak ) bergerak untuk mencegah
kebocoran fluida atau udara.
Dynamic o-ring digunakan sebagai sealing terhadap fluida pada bagian komponen yang saling bergerak. Terdapat
tiga penggunaan dynamic o-ring yaitu :
~ Reciprocating, bila digunakan sebagai seal piston ring atau sealing pada sekitar piston rod.
~ Oscilating, bila seal berputar bolak – balik pada derajat yang terbatas atau seal berputar beberapa kali putaran pada saat
proses sealing.
~ Rotating, apabila o-ring memberikan sealing terhadap shaft yang berputar pada dynamic dalam o-ring.
Gambar berikut menunjukkan berbagai macam pemasangan o-ring.

Gbr.32. O-ring squeeze Gbr.33. O-ring rolling action

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MECHANICAL ELEMENTS II - 18 - 21

d. Gasket.
Gasket merupakan static, mencegah kebocoran cairan melalui permukaan bidang kontaknya terhadap komponen
yang dirakit. Faktor utama dalam penggunaan gasket adalah seal material dapat menyesuaikan bentuk ( conform )
terhadap ketidak sempurnaan kontak antara bidang permukaan bentuk gasket terhadap perrmukaan kontak
komponen yang dirakit.

Gbr.34. Conformation of gasket to flange.

Pada pemasangan gasket sebagai penyekat perlu diperhatikan besarnya tekanan pada saat pemasangan. Semakin kuat
tekanan diberikan pada gasket tidak berarti akan menghasilkan kemampuan sealing yang semakin baik.

Tekanan minimum yang diperlukan gasket tergantung pada :

~ Jenis material gasket.


~ Tekanan dalam ( internal pressure )
~ Fluida yang sealing
~ Width / Thickness ratio.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MECHANICAL ELEMENTS II - 19 - 21

Jenis material gasket.


Kemampuan sealing minimum tergantung pada tingkatan jenis material gasket yang umum digunakan sebagai gasket :
asbestos cork, rubber, plastic, sand paper atau campuran dari beberapa material tersebut.
Internal pressure
Internal pressure cenderung menekan fluida keluar melalui seal assembly. Hal penting untuk menentukan beberapa besar
tekanan flange diperlukan untuk menekan seal.
Sealed fluida.
Viskositas fluida yang terdapat pada tempat dimana gasket berfungsisebagai penyekat menentukan tekanan yang diperlukan
untuk mengencangkan gasket.

Width / Thickness Ratio.


Penurunan kekuatan tekanan terhadap sealing gasket sering dengan perbandingan lebar sealing gasket terhadap kenaikan
ketebalan gasket pada saat ditekan.

Dengan kata lain semakin kecil perbandingan antara lebar


kontak permukaan sealing terhadap tebal gasket membutuhkan
kekuatan tekan yang lebih tinggi. Oleh karena itu gasket memiliki
lubang bolt. Lubang bolt tidak boleh terlalu dekat terhadap sisi
dalam gasket.

Gbr. 27. Berbagai macam cara pemasangan gasket.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MECHANICAL ELEMENTS II - 19 - 21

D. BELTS.

Belt memindahkan power melalui kontak antara belt dengan pulley penggerak dan pulley yang digerakkan. Belt
digerakkan oleh gaya gesek penggerak, kemampuan belt untuk memindahkan tenaga tergantung pada :

~ Tegangan belt terhadap pulley.


~ Gesekan antara belt dan pulley.
~ Sudut kontak antara belt dan pulley.
~ Kecepatan belt.
Terdapat tujuh macam bentuk belt yang umum dipergunakan :

~ Round belts
~ Flat belts
~ V-belts
~ Banded V -belts TYPES
~ Linked V -belts OF
~ Timing belts BELTS
~ V-ribbed belts
ROUND BELT FLATE BELT “ V “ BELT

( Gbr.35 ) Macam macam belt


BANDED “ V “ BELT LINKED “ V “ BELT TIMING BELT “ V “ RIBBED BELT

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MECHANICAL ELEMENTS II - 20 - 21

1. Round Belts

Round belts terbuat dari solid rubber dengan cord. Belt ini hanya digunakan untuk beban ringan seperti untuk sewing
machine projector films.
2. Flat Belts

Penggunaan flat belts semakin berkurang dengan dipergunakan v-belts pada sistem pemindahan tenaga. Flat belts
terbuat dari leather ruberized fabric dan cord. Flat belts semakin tidak dipergunakan karena membutuhkan pulley
yang lebih besar, tempat yang lebih luas dan kurang flexible.
Flat belts juga dipergunakan sebagai pemindahan tenaga high power untuk mesin penggerak yang terpisah dengan
mesin yang dipergerakkan. Contoh : saw mils.
3. V – Belts.
V-belts banyak dipergunakan sebagai pemindahan beban antara pulley yang berjarak pendek. Gaya jepit ditimbulkan
oleh bentuk alur V.
Gaya tarik atau load yang lebih besar menghasilkan gaya jepit belt yang kuat keuntungan v-belts
adalah :
~ Gaya jepit belt memungkinkan sudut kontak yang lebih kecil dan perbandingan kecepatan yang tinggi.
~ Meredam kejutan terhadap motor dan bearing akibat perubahan beban.
~ Memiliki level vibrasi dan noise yang rendah.
~ Mudah dan cepat dalam melakukan penggantian dan perawatan.
~ Efficiency transmissinya tinggi sampai 45 %.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
MECHANICAL ELEMENTS II - 21 - 21

4. Banded V – Belts.

Banded v – belts adalah multiple v – belts yang dibentuk cetak permanen dalam tie band. Banded v-belts
mengurangi timbul masalahnya pada penggerak dimana belts bergeser, melintir atau terlepas dari alurnya.
5. Links V - Belts

Link v – belts dibentuk dari multiple belts yang disusun saling menyambung. Digunakan untuk penggerak-penggerak
besar dengan memiliki jarak centre yang tetap, dimana terdapat kesulitan untuk memastikan ukuran belts yang
tetap. Link dapat ditambah atau dikurangi untuk mendapatkan panjang belt yang tetap.

6. Timing Belts
Timing belts merupakan aksi gabungan antara chain dan sprocket pada bentuk flat belt. Bentuk dasarnya merupakan
flat yang memiliki gigi-gigi berukuran sama pada permukaan kontak dengan gigi pulley. Sebagaimana penggerak
gear rantai, membutuhkan kelurusan pada pemasangan pulley.
Keuntungan timing belts :

~ Tidak terjadi slip atau variasi kecepatan.


~ Membutuhkan perawatan yang ringan.
~ Mampu dipergunakan pada range beban yang lebar.
~ Memiliki effisiensi mekanis tinggi karena tidak terjadi gesekan / slip, initial tension berkurang dan memiliki
konstruksi yang tipis.
7. V – Ribbed Belts.
V – ribbed belts merupakan gabungan alur luar berbentuk v – belt. Terbuat dari molded rubber. Lapisan inti penguat
terdapat pada bagian datar belt. Sebagiamana v-belt kemampuan memindahkan power tergantung pada aksi
jepit antara alur dan belt.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
M A T E R I A L III - 1 - 9

A. DIESEL FUEL

Diesel fuel merupakan hasil proses distilasi terhadap crude oil, dengan cara memanaskan crude oil. Gambar berikut
menunjukkan proses distilasi sehingga diperoleh diesel fuel. Crude oil dituangkan dari bagian atas tower pemisah
dan dipanaskan pada bagian bawah. Akibat proses pemanasan diperoleh berbagai tingkatan hasil distilasi berdasar
boiling point yang berbeda.

Petroleum gas
(Propane, Butane, dll)
Temperature terendah pada bagian tas

Boiling point ºC

Rendah
Light gasoline

Heavy gasoline 30 s.d 180


Kerosene

Boiling point
170 s.d 250
Light diesel oil
Heavy diesel oil
240 s.d 350
Residual oil

Tinggi
Min 350
Heat

Fuel yang digunakan pada diesel adalah light diesel Oil yang memiliki boiling Point 240º C – 350º C dan dihasil dari
proses distilasi setelah kerosene. Fuel dari jenis light diesel oil ini sesuai dipergunakan untuk diesel engine kecil
maupun besar kecepatan tinggi. Komatsu merekomendasikan light diesel oil sebagai bahan bakar untuk engine
Komatsu.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
M A T E R I A L III - 1 - 9

Hal – hal penting yang perlu diperhatikan pada spesifikasi fuel adalah :

1. Specific Gravity.

Fuel dengan viskositas dan boiling point tinggi memiliki specific gravity yang lebih besar dari pada fuel dengan
viskositas dan boiling point rendah. Pada suhu konstan dan panjang langkah injeksi yang sama diperoleh jumlah
bahan bakar yang diijinkan lebih banyak dibanding dengan specific yang tinggi.

2. Flash Point.

Fuel dengan flash point rendah lebih mudah penyalaannya ( ignition ), perlu penanganan yang hati – hati terhadap
fuel dengan point rendah. Flash point merupakan nilai yang lebih menunjukkan temperatur penyalaan bahan bakar.

3. Kandungan sulfur.

Kandungan sulfur pada fuel akan bereaksi dengan oksigen pada saat pembakaran sehingga menghasilkan Asam
Sulfat ( Sulfuric Acid ).

Asam sulfat ini akan bersifat korosif terhadap engine. Maksimum kandungan sulfur pada fuel 0.5 % dengan jadwal
penggantian oli setiap 250 Hm. Bila kandungan sulfur pada fuel lebih tinggi dari 0.5 % jadwal penggantian oli
harus dipercepat.

4. Pour Point.

Pour point menunjukkan temperature terendah fuel dapat mengalir, pour point tinggi mengakibatkan fuel susah
mengalir sehingga mengakibatkan kemampuan starting pada daerah dingin menjadi buruk

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
M A T E R I A L III - 2 - 9

5. Cetane Number.

Cetane number merupakan nilai menunjukkan kemudahan pembakaran fuel. Cetane number sangat menentukan
kemudahan start dan pembakaran. Cetane number rendah mengakibatkan pembakaran buruk, terjadinya
pembakaran tunda ( detonasi ), sulit start, pada temperatur rendah tercampurnya oli oleh fuel yang tidak terbakar.
Cetane number tinggi mengakibatkan pembakaran trlalu mudah sehingga terjadi knocking pada ruang bakar.

6. Ash Content.

Ash pada fuel sebenarnya terdiri dari tiga tipe yaitu particle padat ( solid particle ), campuran garam inorganic ( in
organic salt solution ) dan oli soluble organic. Rata – rata kandungan ash ( ash content ) pada fuel yang diizinkan
pada Diesel oil adalah 0.02 – 0.03 %. Kenaikan kandungan ash disebabkan oleh debu dan kotoran dari luar.

Masing – masing produk engine memiliki spesifikasi fuel yang dipersyaratkan dalam penggunaan. Gunakan
spesifikasi fuel sesuai rekomendasi dalam mengoperasikan engine.

Penanganan Fuel

Fuel harus ditangani secara hati – hati agar tidak terjadi kontaminasi terhadap air, debu, kotoran atau minyak tanah.

~ Jangan menggunakan pompa dan hose bergantian untuk diesel fuel, kerosene dan oli.
~ Bila fuel disimpan dalam drum :
• Tempatkan drum terlindung dari sinar matahari atau panas.
• Tumpuk drum pada posisi mendatar dan posisikan tutup drum tertutup oleh fuel ( tutup fuel pada posisi jam 3
atau jam 9 ).
~ Gunakan fuel reservoir ( fuel tank ) untuk penyimpanan fuel dalam skala besar dan pastikan adanya drain cock
untuk membuang endapan atau air.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
M A T E R I A L III - 3 - 9

B. LUBRICANT.
Terdapat dua jenis lubricant yang biasa digunakan pada pemakaian sehari – hari yaitu solid Lubricant dan liquid
lubricant . Oli merupakan jenis liquid lubricant sedangkan grease merupakan salah satu bentuk solid lubricant.

1. Oil ( Liquid lubricant )

Oil dibuat dari “ base oil “ ( bahan dasar ) dan “ additive “ ( bahan tambahan ). Terdapat tiga jenis base oil yang
digunakan :
~ Crude oil ( minyak bumi ) : • Parrafinis base oil
• Naptanic base oil
• Aromatic base oil
~ Natural oil ( Minyak nabati )
~ Minyak Hewani
~ Syntetic oil ( Bahan Kimia )

2. Additive

Additive adalah bahan tambahan yang berfungsi untuk memperbaiki sifat-sifat mutu oil seperti :
~ Extreme pressure – memperbaiki ketahanan oil terhadap tekanan dan beban gesek berat.
~ Viskositas Index ( VI ) improver memperbaiki nilai viskositas oli pd temperatur tinggi.
~ Anti wear memperbaiki sifat oli untuk mencegah kerusakan dan keausan dari metal.
~ Anti Rust / corrosion memperbaiki sifat oli, memisahkan debu dan mencegah korosif.
~ Oxidation inhibitor memperbaiki sifat oli terhadap peristiwa oksidasi. Oxidasi oli menghasilkan lumpur mk prlu diurai oleh
Oxidation inhibitorutk mencegah proses oxdasi tsb
~ Dispersant dpt Melarutkan lumpur didlm oli pd temperatur rendah
~ Anti foam memperbaiki sifat oli agar oli tidak mudah berbusa. Adanya busa pd oli mengakibatkn cavitation dan kerusakn pd
film oli.
Oil terbuat dari 80 – 85 % bases oil dan 15 – 20 % additive. Mutu oil tidak dapat ditentukan hanya dengan melihat
bentuk fisik maupun merasakannya dengan panca indra kita.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
M A T E R I A L III - 3 - 9

Oli diklasifikasikan ke dalam 5 macam jenis oli :


~ Engine oil.
~ Hydraulic oil.
~ Gear oil.
~ Brake oil.
~ Automotatic Transmission Fluida ( ATF ).

Semua jenis oil tersebut memiliki sifat kekentalan, yang diukur berdasar atas angka kekentalan kinematisnya.
Kekentalan kinematis pelumas diuji menggunakan beberapa metode uji. Salah satunya menggunakan metode uji
dengan standard viscosity cinematic yang dinyatakan dalam centi stoke ( cST ).
Berdasarkan pada nilai viscosity cinematic tersebut oil dikelompokkan pada grade-grade tertentu dalam viscosity
grade.

Viscosity grade adalah angka yang menunjukkan tingkat kekentalan pelumas. Terdapat beberapa standard
kekentalan oil yang dikeluarkan oleh beberapa badan internasional sebagai pedoman standard kekentalan pelumas,
yaitu :

1. SAE (Society Of Automotive Engineers) dengan skala SAE 10, SAE 20, SAE 30, SAE 40, SAE 20W-50, SAE 90 dst,

2. AGMA ( American Gear Manufacture Association ) dengan skala GL1, GL 2, GL 3, GL 4, 5, 6, 7, 8, 8A.

3. ISO ( International Standardization Organization ) dengan skala 32 – 1500.

4. API ( American Petroleum Institute )


• Oli untuk Gasoline Engine : SA, SB, SC, SD, SE, SF, SG, SH, SI dan SJ.
• Oli untuk Diesel Engine : CA, CB, CC, CD, CE, CF, CG dan CH

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
M A T E R I A L III - 4 - 9

3. Viskositas Index.
Viscosity Index adalah bilangan atau angka yang menunjukkan kestabilan kekentalan oil terhadap perubahahan
temperature. Oil berubah kekentalannya akibat pengaruh panas atau temperature, oil akan menjadi encer akibat
panas.
Oil berdasar viscosity indexnya dikelompokkan menjadi empat golongan :
a. Rendah ( bila nilai viskositas indexnya 1 – 29 )
b. Sedang ( bila nilai viskositas indexnya 30 – 79 )
c. Tinggi ( bila nilai viskositas indexnya 80 – 100 )
d. Sangat tinggi ( bila nilai viscosity indexnya diatas 100 )

Contoh berikut menunjukkan oili dengan viscosity grade yang sama tetapi viscosity indexnya berbeda.
Perbedaannya ada dibawah tabel ini :

Nama Oli No SAE Viskostas Index Visc Cinematic 40ºC Visc kin 100 ºC
Mesran B-30 30 103 91 cST 10.79 cST
Mesran 30 30 107 98 cST 11.63 cST
• No SAE menunjukkan viscosity grade yang dikeluarkan SAE.
Mesran 30 memiliki viscosity index yang lebih tinggi dibanding mesran B-30 karena memiliki ketahanan temperature
yang lebih baik.

Pelumas yang digunakan pada mesin harus sesuai dengan spesifikasi yang direkomendasikan oleh pembuat mesin.
Contoh berikut menjelaskan jenis produk dan spesifikasi pemakaian yang berbeda.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
M A T E R I A L III - 5 - 9

Jenis Produk Pelumas Spesefikasi pemakaian

1. Mesran Dianjurkan untuk melumasi kendaraan dengan bahan bakar bensin dengan
menghendaki pelumasan yang sempurna.
2. Mesran B Dianjurkan untuk pelumas mesin diesel non turbocharge yang memakai bahan
bakar solar dan mesin bensin yang memerlukan pelumas jenis ini.
3. Meditran Dianjurkan untuk melumasi mesin diesel putaran tinggi beban ringan dengan
turbocharge dan mesin bensin yang memerlukan pelumas jenis ini.

4. Meditran S D Dianjurkan untuk pelumas mesin diesel yang dilengkapi dengan supercharge
dan menggunakan bahan bakar solar.
4. GREASE ( Solid Lubricant )

Grease merupakan pelumas berbentuk padat. Terbuat dari minyak pelumas yang dipadatkan dengan campuran sabun
metalic atau non sabun metalic dan additive. Berikut schematic beban yang digunakan pada pembuatan grease.

Base Oil + Additive + Thickening Agent + Filter


• Extreme Pressure • Calcium Soap (Ca) Graphite
• Anti wear • Lithium Soap (Li) MSO2
• Anti Corrosion • Sodium Soap (Sa) Copper, Hake, dll
• Oxidation inhibit • Aluminum Soap (Al)
• Pour point • Silica Gel
• VI improver’s • Betane
• Anti foam
Liquid Lubricant (Oil)

Semi Solid Lubricant ( Grease )

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
M A T E R I A L III - 5 - 9

Klasifikasi Grease.

OIL diklasifikasikan berdasar tingkat kekentalan, sedangkan grease diklasifikasikan berdasarkan tingkat kekerasaan
(consistency). Klasifikasi tingkat kekerasan grease ditentukan oleh National Lubricating Grease Institute (NLGI), yang
membagi tingkat kekerasan grease menjadi 9 tingkat kekerasaan ( 000 ~ 6 ). Penetuan kekerasan ini diuji berdasar
persyaratan uji ASTM D217 ( American Standard Testing and Material ) dengan mengukur jarak penetrasi grease
( 1/10 mm ). Pada temperature 25ºC dengan alat one quarter scale cone equipment. Table berikut menunjukkan
klasifikasi tingkat kekentalan grease yang ditetapkan oleh NLGI.

NLGI No Penetration at 25ºC { ASTM D (1/10 mm)}

000 445 / 475

00 400 / 430

0 355 / 385

1 310 / 340

2 265 / 295

3 220 / 250

4 175 / 205

5 130 / 160

6 85 / 115

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
M A T E R I A L III - 6 - 9

Spesifiaksi Grease.

Spesifiaksi grease dipengaruhi oleh ciri fisik grease yang menetukan kemampuan grease sebagai pelumas.

~ Penetration atau penetrasi adalah kemampuan grease melakukan penetrasi dipengaruhi oleh kekentalan grease. Semakin kental
/ keras grease angka penetrasinya semakin kecil. Grease dengan kemampuan penetrasi tinggi akan mampu memberikan
pelumasan pada celah yang kecil dengan baik.
~ Drop point atau titik leleh adalah titik suhu pada saat grease mulai mencair akibat panas. Drop point menentukan suhu kerja
maksimum grease yang biasanya ditentukan dibawah drop point.

Pokok – pokok pelumasan yang benar.

~ Pastikan bahwa jenis pelumas yang digunakan sesuai untuk setiap titik / bagian pelumasan sesuai rekomendasi pembuat mesin.
~ Berikan pelumasan atau penggantian pada selang waktu yang tetap sesuai rekomendasi pembuat mesin.
~ Berikan pelumasan atau penggantian pelumas dengan cara yang tepat dan sesuai petunjuk OMM.
~ Berikan pelumasan dalam jumlah yang tepat sesuai petunjuk perawatan dan pengoperasian.
~ Jaga agar pelumas tetap bersih dengan cara menutup tempatnya dan menjaga kebersihan ruang penyimpanannya.
~ Berikan pelumasan dengan peralatan yang bersih dan cegah terjadinya kontaminasi pelumas.

Penyimpanan dan penanganan pelumas.

Pelumas sedapat mungkin di bawah atap sehingga tidak terpengaruh cuaca. Apapun bentuk kemasan / tempat pelumas bila
sudah pernah dibuka dan isinya sudah dipakai haruslah ditutup kembali. Bila penyimpanan drum yang belum dibuka diluar
tidak dapat dihindarkan maka beberapa tindakan pencegahan harus dilakukan.

~ Drum sebaiknya disimpan dengan posisi tidur, dengan posisi tutup membentuk garis horizontal ( jam tiga atau sembilan ).
~ Bila oleh suatu sebab drum harus disimpan berdiri, drum harus terlepas dari tanah dan diletakkan dengan posisi terbalik
(tutup dibawah). Bila tidak mungkin posisikan drum miring agar air hujan tidak mengenai tutup.
~ Gunakan lap untuk membersihkan hose, pipa atau peralatan lain, tetapi jangan gunakan lap dari bahan katun wool lepas
yang cenderung meninggalkan serat pada saat digunakan lap.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
M A T E R I A L III - 7 - 9

5. COOLANT

Coolant adalah zat cair yang digunakana pada circuit pendingin engine. Fungsi utama coolant adalah sebagai
penyerap panas, pada bagian – bagian engine seperti cylinder block & cylinder head.
~ Memiliki sifat penyerap panas / sebagai media pemindah panas.
~ Mencegah terjadinya / timbulnya endapan pada sirkuit system pendingin.
~ Tidak berakibat korosif logam besi tembaga ataupun aluminum.
Air merupakan media praktis sebagai penyerap panas walaupun demikian lambat laun air dapat menyebabkan korosi
dan karena kandungan mineral dalam air dapat mengakibatkan timbulnya endapan pada permukaan saluran
pendingin.
Clorida, sulfat, magnesium dan calsium pada air dapat menyebabkan scale deposit dan sludge deposit atau korosi.
Air yang telah mengalami distilasi atau detonisasi direkomendasikan penggunaannya untuk mengurangi efek yang
dibutuhkan oleh kandungan mineral pada air. Kandungan maksimum mineral dalam air pendingin ditunjukkan dalam
tabel berikut :
Nilai maksimum yang diijinkan

Minerals Parts per million Grains per galon

Chloride 40 2.5
Sulfates 100 5.8
Total Dissolved 340 20
Magnesium & Calsium 170 10

Selain batas maksimum kandungan mineral air tidak boleh bersifat asam atau bersifat basa atau memiliki pH 7,
selain air itu harus bersih, tidak berwarna dan tidak berasa.

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
M A T E R I A L III - 8 - 9

6. BATTERY ELECTROLYTE.

Battery menghasilkan arus berdasarkan reaksi kimia antara material aktif seperti plate dan asam sulfat (sulfuric acid)
dari larutan electrolyte. Larutan electrolyte tersebut dari campuran antara air suling ( H 2O ) dan asam sulfat (H2SO4)
dengan konsentarsi larutan H2O 64 % dan H2SO4 36 %. Skema berikut menggambarkan komposisi larutan electrolyte.

64 % WATER + 36 % ACID = ELECTROLYTE


SP.GR = 1.00 SP.GR = 1.835 SP.GR = 1.270

Electrolyte pada saat kondisi battery fuel charge merupakan campuran dari concentrate asam sulfat pada air seperti
pada skema diatas yang memiliki specific gravity 1.270 pada suhu 27ºC.
Tegangan pada cell battery tergantung pada perbedaan kimia antara plate ( aktif material ) dan konsentrasi atau kandungan
electrolyte. Battery terdiri dari plate positif yang terbuat dari peroksida timbal ( PbO 2 ), plate negatif yang terbuat dari timbal
(Pb) dan larutan electrolyte ( H2SO4 ). Pada saat discharge arus battery dihasilkan dan peristiwa reaksi kimia sbb :
Plate positif (PbO2) terbuat dari campuran antara timbal (Pb) dan Oksigen (O 2). Sedangkan asam sulfat ( S ) dan oksigen.
Oksigen pada plat positif dan Hydrogen pada asam sulfat bereaksi membentuk air ( H 2O ). Pada saat yang sama timbal ( Pb )
Pada plate positif maupun negatif beraksi dengan SO 4 sehingga menjadi PbSO4.

PbO2 + 2H2SO4 + Pb PbSO 4 + 2H2O + PbSO4 ( Discharge )

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara
M A T E R I A L III - 9 - 9

Pada saat proses charging terjadi reverse proses kimia pada larutan electrolyte battery. Timbal sulfat ( PbSO 4 ) terurai
menjadi Pb dan SO4. Sedangkan air ( H2O ) teruari menjadi hydrogen dan bereaksi dengan SO 4 menjadi asam sulfat
(H2SO4). Pada saat yang sama oksigen ( O 2 ) dari terurainya H2O , diikat oleh timbal ( Pb ). Plate positif membentuk timbal
( PbO2 ).

PbSO4 + 2H2O + PbSO4 PbO2 + 2H2SO4 + Pb ( Charger )

Pada saat proses dischariging specific gravity electrolyte battery mengalami penurunan karena pada saat tersebut sulfuric
acid ( asam sulfat ) diikat oleh timbal sehingga menjadi timbal sulfat ( PbSO 4 ) sehingga yang tersisa dari electrolyte
Mechanic Development.
adalah air. Pada peristiwa charging specific gravity larutan electrolyte akan naik karena pada saat tersebut terbentuk
PT Pamapersada Nusantara
larutan asam sulfat ( H2SO4 ). Specific gravity dan tegangan battery.
M A T E R I A L III - 9 - 9

Pada proses charging H2O terurai H2 dan O2 untuk bereaksi dengan Pb dan SO 4. Gas H2 bersifat mudah terbakar dan
explosive sehingga perlu terdapat ventilasi yang cukup dan hindarkan dari api., Bila melakukan charging dengan
charger, tutup battery harus dibuka dan pastikan lubang ventilasi tutup battery selalu bersih, battery yang mengalami
over charging ditandai dengan penambahan air battery yang berlebihan, karena H 2O menguap pada saat reaksi
charging yang berlebihan sehingga temperatur mengalami kenaikan yang berlebih pula. Untuk menambah level
electrolyte battery gunakan air suling ( H 2O ).

Mechanic Development.
PT Pamapersada Nusantara

Anda mungkin juga menyukai