Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN RESMI

PEMERIKSAAN ORGAN TUBUH MANUSIA

TES BUTA WARNA

DOSEN PEMBIMBING : Eko Retnowati, S.Si.Mi.Si.,M.Farm.,Apt

DISUSUN OLEH :

Nama : Tri Widayati

NIM : 52019050001

Kelas : 1A

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

2019/2020
BAB I

TES BUTA WARNA

I. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui gambaran adanya kelainan persepsi penglihatan warna pada
probandus normal atau abnormal
2. Untuk mengetahui cara melakukan pengujian test buta warna
BAB II

I. DASAR TEORI

Buta warna adalah suatu kelainan yang disebabkan ketidak mampuan sel-sel kerucut
mata untuk menangkap suatu spektrum warna tertentu akibat faktor genetis sehingga
penderita buta warna tidak mampu membedakan warna- warna dasar tertentu. Buta warna
merupakan kelainan genetik yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya, kelainan ini
sering juga disebut sex linked, karena kelainan ini dibawa oleh kromosom X. Artinya
kromosom Y tidak membawa faktor buta warna. Hal inilah yang membedakan antara
penderita buta warna pada laki dan wanita. Hal ini menujukkan ada satu kromosom X yang
membawa sifat buta warna. Wanita dengan pembawa sifat, secara fisik tidak mengalami
kelainan buta warna sebagaimana wanita normal pada umumnya. Tetapi wanita dengan
pembawa sifat berpotensi menurunkan faktor buta warna kepada anaknya kelak. Apabila
pada kedua kromosom X mengandung faktor  buta warna maka seorang wanita tersebut
menderita buta warna. ( Suryo, 2008 : 191-193)

Retina mata memiliki hampir tujuh juta sel fotoreseptor yang terdiri dari dua jenis sel
yaitu sel batang dan sel kerucut yang terkonsentrasi di bagian tengahnya yang disebut
makula. Sel batang sangat sensitif terhadap cahaya, dan dapat menangkap cahaya yang lemah
seperti cahaya dari bintang di malam hari, tetapi sel itu tidak dapat membedakan warna.
Berkat sel batang kita dapat melihat hal-hal di sekitar kita di malam hari, tetapi hanya dalam
nuansa hitam, abu-abu, dan putih. Sel kerucut dapat melihat detail obyek lebih rinci dan
membedakan warna tetapi hanya bereaksi terhadap cahaya terang. Kedua jenis sel tersebut
berfungsi saling melengkapi sehingga kita bisa memiliki penglihatan yang tajam, rinci, dan
beraneka warna. Ada tiga jenis sel kerucut pada retina. Mereka masing-masing berisi pigmen
visual (opsin) yang berbeda sehingga bereaksi terhadap panjang gelombang cahaya yang
berbeda : merah, hijau dan biru. Sel kerucut menangkap gelombang cahaya sesuai dengan
pigmen masing-masing dan meneruskannya dalam bentuk sinyal transmisi listrik ke otak.
Otak kemudian mengolah dan menggabungkan sinyal warna merah, hijau dan biru dari retina
ke tayangan warna tertentu. Karena perbedaan intensitas dari masing-masing warna pokok
tersebut, kita dapat membedakan jutaan warna. Gangguan  penerimaan cahaya pada satu jenis
atau lebih sel kerucut di retina berdampak langsung  pada persepsi warna di otak. Seseorang
yang buta warna memiliki cacat atau kekurangan satu atau lebih jenis sel kerucut.
(Cummings, 2011 : 81)

Saraf sel di retina terdiri atas sel batang yang peka terhadap hitam dan putih, serta sel
kerucut yang peka terhadap warna lainnya. Buta warna terjadi ketika syaraf reseptor cahaya
di retina mengalami perubahan, terutama sel kerucut. Buta warna sendiri dapat
diklasifikasikan menjadi 3 jenis yaitu trikromasi, dikromasi dan monokromasi. Buta warna
jenis trikomasi adalah perubahan sensitifitas warna dari satu jenis atau lebih sel kerucut.

Ada tiga macam trikomasi yaitu:


1. Protanomali yang apabila yang rusak/lemah adalah bagian mata yang sensitif warna
merah.
2. Deuteromali yaitu apabila yang rusak/lemah adalah bagian mata yang sensitif terhadap
warna hijau.
3. Tritanomali (low blue) yaitu apabila yang rusak/lemah adalah bagian mata yang sensitif
terhadap warna biru.

Dikromasi merupakan tidak adanya satu dari 3 jenis sel kerucut, tediri dari:
1. Protanopia yaitu tidak adanya sel kerucut warna merah sehingga kecerahan warna merah
dan perpaduannya berkurang.
2. Deuteranopia yaitu tidak adanya sel kerujut yang peka terhadap hijau, dan 3.
3. Tritanopia untuk warna biru.

Sedangkan monokromasi ditandai dengan hilangnya atau berkurangnya semua


penglihatan warna, sehingga yang terlihat hanya putih dan hitam pada jenis typical dan sedikt
warna pada jenis atypical. Jenis buta warna ini prevalensinya sangat jarang. Buta warna
dibagi dalam dua kategori, yaitu buta warna total dan buta warna parsial. Pada  buta warna
total, pandangnya tidak bisa mengenali warna lain, kecuali hitam dan  putih. Untungnya,
kasus yang disebabkan ketiadaan pigmen warna pada sel retina dan ini sangat jarang terjadi.
Sementara itu, pada buta warna parsial, penyandang mengalami defisiensi (kekurangan)
pigmen dalam sel retina sehingga tidak bisa melihat warna tertentu saja. Gabungan defisiensi
merah dan hijau adalah gangguan yang paling sering terjadi, sedangkan defisiensi biru jarang
sekali. Yang perlu diluruskan, penderita  buta warna bukan tidak bisa mengenali satu warna
tertentu, tetapi ia tak bisa mengenali kombinasi atau campuran warna. Ia bisa saja tahu
warna-warna dasar, seperti kuning, merah, dan biru, serta warna-warna sekunder, seperti
hijau, jingga, dan ungu. Namun, ketika warna-warna itu dikombinasikan lagi dengan warna
lainnya, ia tidak mampu mengenali atau bingung menentukan, apakah itu hijau tua atau biru,
dan sebagainya Buta warna dapat dites dengan tes Ishihara, dimana lingkaran- lingkaran
berwarna yang beberapa diantaranya dirancang agar ada tulisan tertentu yang hanya dapat
dilihat atau tidak dapat dilihat oleh penderita buta warna.

II. ALAT DAN BAHAN


ALAT :
1. Buku Tes Buta Warna Ishihara’s testfor colour-blindness
BAHAN : -
BAB III

PROSEDUR KERJA

PROBANDUS

LETAKKAN BUKU ISHIHARA’S TESTFOR COLOUR-BLINDNESS


PADA JARAK 75 CM

PENGUJI MENUNJUKKAN GAMBAR


NO.1 SAMPAI NO.14

SETIAP GAMBAR BERDURASI 3 DETIK


BAB IV

HASIL

No Terlihat Oleh
Terlihat Oleh Penguji
. Probandus
1. 12 12
2. 8 8
3. 5 5
4. 29 29
5. 74 74
6. 7 7
7. Jalan Jalan
8. 45 45
9. 2 2
10. 16 16
11. Jalan Jalan
12. 35 35
13. 96 96
14. Jalan Jalan

BAB V

PEMBAHASAN
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara melakukan pengujian tes buta
warna. Langakah-langkah yang dilakukan pada praktikum ini yaitu menguji masing-
masing  praktikan untuk melihat kemampuannya membedakan warna yang terlihat
pada buku test buta warna pada kolom-kolom yang telah disediakan di buku
petunjuk praktikum.

Buta warna adalah suatu kelainan yang disebabkan ketidak mampuan sel-sel kerucut
mata untuk menangkap suatu spektrum warna tertentu akibat faktor genetis sehingga
penderita buta warna tidak mampu membedakan warna- warna dasar tertentu. Buta warna
merupakan kelainan genetik yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya, kelainan ini
sering juga disebut sex linked, karena kelainan ini dibawa oleh kromosom X. Artinya
kromosom Y tidak membawa faktor buta warna. Hal inilah yang membedakan antara
penderita buta warna pada laki dan wanita. Hal ini menujukkan ada satu kromosom X yang
membawa sifat buta warna. Wanita dengan pembawa sifat, secara fisik tidak mengalami
kelainan buta warna sebagaimana wanita normal pada umumnya. Tetapi wanita dengan
pembawa sifat berpotensi menurunkan faktor buta warna kepada anaknya kelak. Apabila
pada kedua kromosom X mengandung faktor  buta warna maka seorang wanita tersebut
menderita buta warna.

Tes Ishihara adalah sebuah metode pengetesan buta warna yang dikembangkan
oleh Dr. Shinobu Ishihara. Tes ini pertama kali dipublikasikan pada tahun 1917
di Jepang. Sejak saat itu tes ini terus digunakan diseluruh dunia sampai sekarang.
Tes buta warna ishihara terdiri dari lembaran yang didalamnya terdapat titik-titik dengan 
berbagai warna dan ukuran. Titik berwarna tersebut disusun sehingga membentuk 
lingkaran. warna titik itu dilihat sedemikian rupa sehingga orang buta warna
tidak akan melihat perbedaan warna seperti yang dilihat orang normal.

BAB VI

KESIMPULAN
Buta warna adalah suatu kelainan yang disebabkan ketidak mampuan sel-sel kerucut
mata untuk menangkap suatu spektrum warna tertentu akibat faktor genetis sehingga
penderita buta warna tidak mampu membedakan warna- warna dasar tertentu. Buta warna
merupakan kelainan genetik yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya

Tes buta warna dilakukan dengan menggunakan buku Ishihara testfor colour-blindness,
buku ini diletakkan atau dihadapkan pada praktikan dengan jarak 75 cm dan penguji
menunjukkan gambar selama 3 detik pergambar atau halaman.

BAB VIII

LAMPIRAN
BUKU

ISHIHARA’S TESTFOR COLOUR-BLINDNESS

TES BUTA WARNA

Anda mungkin juga menyukai