Anda di halaman 1dari 6

PENGLIHATAN II

VI. Buta Warna Organik dan Fungsional


TUJUAN
1. Memeriksa ada atau tidak adanya buta warna organik pada seseorang dengan
menggunakan benang wol Holmgren dan buku pseudoisokromatik
2. Menentukan jenis kelainan buta warna seseorang berdasarkan buku pseudoisokromatik
3. Mendemonstrasikan cara menimbulkan buta warna fungsional pada seseorang dan
menerangkan mekanisme terjadinya.

PRINSIP KERJA
Buta warna adalah ketidakmampuan yang diwarisi untuk membedakan warna, yang
dihasilkan dari tidak adanya atau kekurangan salah satu dari tiga jenis sel kerucut. Jenis yang
paling umum adalah kebutaan warna merah-hijau, kerucut merah atau kerucut hijau yang hilang.
Akibatnya, orang tersebut tidak dapat membedakan antara warna merah dan hijau 1. Meskipun
demikian ada juga orang yang tidak bisa membedakan semua warna, jadi hanya tampak hitam,
putih, dan abu-abu saja, tetapi kasus ini sangat jarang terjadi.
Pada kondisi normal, sel kerucut memiliki tiga spektrum warna, yaitu merah, hijau, dan
biru. Seseorang yang sensitif terhadap ketiga spektrum warna pada sel kerucutnya, maka ia
dikatakan normal. Sedangkan, pada orang yang mengalami buta warna, mungkin hanya ada dua
atau bahkan satu atau tidak ada sel kerucut yang sensitif terhadap ketiga warna tersebut. Setiap
sel kerucut memiliki fotopigmen yang berbeda, fotopigmen tipe S di sel kerucut biru menyerap
cahaya secara maksimal di bagian panjang sel gelombang pendek (biru) spektrum yang tampak,
sementara fotopigmen tipe M di sel kerucut hijau paling sensitif terhadap panjang gelombang
medium (hijau) cahaya tampak, dan fotopigmen tipe L pada sel kerucut merah paling baik
berespons pada panjang gelombang yang panjang (merah). Namun, sel kerucut juga berespons
pada panjang gelombang lain dengan derajat bervariasi sehingga seseorang mampu melihat
warna selain merah, hijau, dan biru2.
Buta warna umumnya diturunkan, penurunan pada buta warna bersifat X linked
recessive, yang berarti penurunannya melalui kromosom X. Pada laki-laki, karena memiliki satu
kromosom X, maka kelainan pada satu kromosom X sudah dapat mengakibatkan buta warna.
Sedangkan pada perempuan, terdapat dua kromosom X, jadi untuk dapat timbul buta warna
harus ada kelainan pada kedua kromosom X tersebut, yaitu dari kedua orangtuanya. Hal ini
menjelaskan bahwa buta warna hampir selalu ditemukan pada laki-laki, sedangkan perempuan
hanya sebagai pembawa/carrier3.
Pada retina yang normal, sel batang dan sel kerucut sensitif terhadap cahaya dengan
kondisi tertentu, sel batang (rod cell) merupakan sel yang tidak menghasilkan penglihatan
berwarna dan tajam, sel batang akan aktif pada kondisi cahaya yang rendah/redup, sedangkan sel
kerucut (cone cell) menghasilkan penglihatan yang berwarna dan aktif pada kondisi cahaya yang
intensitasnya tinggi (terang). Jadi sel kerucut inilah yang membuat seseorang mampu melihat
dan membedakan warna-warna. Gangguan persepsi warna terjadi jika salah satu atau lebih dari
pigmen tersebut sangat kurang atau tidak ada. Penglihatan dengan persepsi warna normal disebut
Trichromats, sedangkan penglihatan yang mengalami defisiensi salah satu pigmen warna disebut
Anomalous Trichromats. Tipe ini yang paling sering ditemukan pada buta warna. Pada seseorang
yang sama sekali tidak memiliki pigmen warna disebut Dichromats.

Klasifkasi Buta Warna:


1. Trikromasi
Mata mengalami perubahan sensitivitas warna dari salah satu atau lebih sel kerucut. Jenis
buta warna inilah yang paling sering dialami oleh orang-orang. Ada 3 jenis subtipe buta
warna trikromasi, yaitu:
 Protonomali, seseorang yang sulit mengenali warna merah
 Deuteromali, seseorang yang sulit mengenali warna hijau
 Trinomali (Low Blue), seseorang yang sulit mengenali warna biru.

2. Dikromasi
Ketika tidak adanya salah satu sel kerucut dari ketiga sel kerucut yang ada. Ada 3 subtipe
dikromasi, yaitu:
 Protanopia, ketika sel kerucut merah tidak ada sehingga tingkat kecerahan warna
merah dan warna perpaduannya berkurang
 Deuteranopia, retina tidak memiliki sel kerucut hijau
 Tritanopia, retina tidak memiliki sel kerucut biru.

3. Monokromasi
Jenis buta warna inilah yang dianggap umum, yang terjadi ketika lapisan fotoreseptor
pada retina mengalami kerusakan total dalam merespon warna, sehingga hanya warna
hitam dan putih yang mampu diterima oleh retina.

Gangguan buta warna dapat dideteksi dengan menggunakan table warna khusus yang
ada disebut Ishihara Test Plate. Tes buta warna Ishihara terdiri dari lembaran yang berisi titik-
titik yang akan membentuk suatu angka dalam lingkaran dengan berbagai warna dan ukuran.
Pada orang normal, di dalam lingkaran akan tampak angka atau garis tertentu, tetapi pada orang
buta warna, yang tampak pada lingkaran akan berbeda dan sulit untuk menentukan adanya
angka pada lembaran tersebut.
Pada kelainan persepsi warna, tidak ada pengobatan atau tindakan yang dapat
dilakukan. Namun pada buta warna ringan dapat belajar mengasosiasikan warna dengan objek
tertentu.
ALAT YANG DIGUNAKAN
1. Benang wol Holmgren
2. Buku pseudoisokromatik Ishihara
3. Plastik mika merah, hijau, dan biru

TATA KERJA
A. ORGANIK
1. Suruh OP mengumpulkan benang-benang wol Holmgren yang sewarna dalam
kelompok-kelompok.
2. Catat kesalahan-kesalahan.
3. Suruh OP mengenali angka atau gambar yang terdapat di dalam buku
pseudoisokromatik Ishihara.
4. Catat hasil pemeriksaan Saudara dalam formulir yang tersedia.

B. FUNGSIONAL
1. Suruh OP melihat melalui plastik mika merah atau hijau selama 60 detik ke arah
suatu bidang yang terang (contohnya:awan putih, luar jendela).
2. Segera setelah itu, periksa keadaan buta warna yang terjadi dengan menggunakan
buku pseudoisokromatik Ishihara.
3. Catat hasil pemeriksaan Saudara pada formulir yang tersedia.

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. ORGANIK
Ketika OP diberikan kumpulan benang wol warna-warni dan diminta untuk
memisahkan dan mencocokkan setiap benang wol dengan warna yang sama, hasilnya OP
mampu memisahkan dan mencocokkan dengan warna yang sesuai. Hal ini berarti ketiga
sel kerucut OP berfungsi dengan baik sehingga OP tersebut dinyatakan tidak mengalami
buta warna.

B. FUNGSIONAL
Ketika OP diberikan plastik mika berwarna hijau untuk melihat ke arah luar
jendela selama satu menit dan setelah itu OP langsung diminta untuk membaca buku
Ishihara, ternyata OP masih mampu mengenali gambar-gambar yang diberikan, tetapi
terjadi perbedaan pada sensasi warna merah disekelilingnya untuk beberapa saat, dan
sulit membedakan warna merah dan hijau. Peristiwa yang dialami OP disebabkan oleh
kelelahan sel kerucut dalam menangkap warna hijau, sehingga ketika plastik mika
dilepas, kerja sel kerucut menurun dalam menangkap warna hijau. Jadi yang terlihat
adalah warna komplementer dari warna hijau yaitu warna merah.
PERTANYAAN & JAWABAN
1. Bagaimana mekanisme terjadinya buta warna fungsional? Jelaskan!
Buta warna fungsional adalah sensasi melihat bayangan, atau warna, atau cahaya,
saat tidak ada cahaya yang sebenarnya. Hal ini disebabkan kelelahan sel kerucut dalam
menangkap atau merespon warna. Jika seseorang melihat warna merah selama 30 detik
atau lebih, sel kerucut akan kelelahan dalam menangkap warna merah. Ketika diganti
dengan kertas putih, maka sel kerucut sulit untuk menangkap warna merah bahkan tidak
menangkap warna merah sama sekali, jadi yang terlihat adalah warna komplementernya
yaitu warna hijau. Begitu juga sebaliknya. Kejadian seperti ini disebut Negative after
Images yang merupakan salah satu bentuk dari adaptasi sel kerucut.

DOKUMENTASI
DAFTAR PUSTAKA
1
Tortora GJ, Nielsen M. Principles of Human Anatomy. Ed 14. USA. Wiley. 2014
2
Lauree S. Fisiologi Manusia: Dari Sel Ke Sistem. Ed 8. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2016
3
Hall EJ, Guyton AC. Guyton & Hall Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2016

Anda mungkin juga menyukai