Anda di halaman 1dari 7

ASKEP KEPERAWATAN PADA PASIEN BUTA WARNA

I.DEFINISI

Buta warna adalah penglihatan warna-warna yang tidak sempurna. Buta warna juga dapat diartikan
sebagai suatu kelainan penglihatan yang disebabkan ketidak mampuan sel-sel kerucut (cone cell) pada
retina mata untuk menangkap suatu spektrum warna tertentu sehingga objek yang terlihat bukan warna
yang sesungguhnya.Buta warna merupakan suatu kelainan yang diakibatkan oleh sel-sel kerucut mata
yang tidak mampu dalam menangkap suatu.

Buta warna adalah salah satu jenis penyakit keturunan yang akan terekspresi kepada pada para pria,
tetapi tidak pada wanita karena wanita secara genitis sebagai carrier atau pembawa sifat. Istilah buta
warna adalah pengertian yang salah, karena seorang penderita buta warna tidak buta terhadap seluruh
warna melainkan hanya beberapa warna, penyakit buta warna lebih tepat bila disebut sebagai gejala
gangguan pengelihatan warna tertentu saja atau disebut dengan colour vision difiency. Buta warna
merupakan kelainan yang bersifat genetika, sehingga obat untuk menyembuhkan buta warna ini sulit
untuk ditemukan. Buta warna diakibatkan karena retina mata penderita buta warna berbeda dengan
mata orang normal, untuk buta warna parsial sel kerucut bersifat sensitif dalam menagkap warna dan
sel batang sensitif terhadap cahaya, sedangkan buta warna total tidak memiliki sel kerucut sehingga
tidak dapat menangkap warna. (ed. Wirdianingsih 2010, hh. 36-37) Retina pada orang normal
mengandung dua jenis sel yang sensitif terhadap cahaya, yaitu sel batang yang aktif pada cahaya gelap
dan sel kerucut yang aktif pada cahaya terang. Mata manusia memiliki tiga jenis sel kerucut yang
masingmasing mengandung pigmen yang berbeda-beda. Sel kerucut aktif ketika menyerap cahaya,
namun spektrum penyerapan cahayanya memiliki nilai yang berbeda-beda.

II.ETIOLOGI

Buta warna itu sendiri adalah ketidak mampuan seseorang untuk membedakan warna tertentu. Orang
tersebut biasanya tidak buta semua warna melainkan hanya pada warna tertentu saja, meskipun
demikian ada juga seseorang yang sama sekali tidak bisa melihat warna jadi hanya tampak hitam, putih
dan abu-abu saja. Normalnya sel kerucut (cone) di retina mata mempunyai spectrum terhadap tiga
warna dasar, yaitu merah, hijau dan biru. Pada orang yang mempunyai sel-sel kerucut yang sensitive
untuk tiga jenis warna ini, maka ia dikatakan normal.

Buta warna karena herediter dibagi menjadi tiga: monokromasi (buta warna total), dikromasi (hanya dua
sel kerucut yang berfungsi), dan anomalus trikromasi (tiga sel kerucut berfungsi, salah satunya kurang
baik). Dari semua jenis buta warna, kasus yang paling umum adalah anomalus trikromasi, khususnya
deutranomali, yang mencapai angka 5% dari pria. Sebenarnya, penyebab buta warna tidak hanya karena
ada kelainan pada kromosom X, namun dapat mempunyai kaitan dengan 19 kromosom dan gen-gen lain
yang berbeda. Beberapa penyakit yang diturunkan seperti distrofi sel kerucut dan akromatopsia juga
dapatmenyebabkan seseorang menjadi buta warna (Anonim, 2008).

Dua gen yang berhubungan dengan munculnya buta warna adalah OPN1LW (Opsin 1 Long Wave), yang
menyandi pigmen merah dan OPN1MW (Opsin 1 Middle Wave), yang menyandi pigmen hijau
(SamiS.Deeb dan Arno G. Motulsky, 2005).
Buta warna dapat juga ditemukan pada penyakit macula saraf optik, sedang pada kelainan retina
ditemukan cacat relative penglihatan warna biru dan kuning sedang kelainan saraf optik memberikan
kelainan melihat warna merah dan hijau (Ilyas, 2008).

III.PATOFISIOLOGI

Penglihatan bergantung pada stimulasi fotoreseptor retina oleh cahaya. Benda-benda tertentu di
lingkungan, misalnya matahari, api, dan bola lampu, memancarkan cahaya. Pigmen-pigmen di berbagai
benda secara selektif menyerap panjang gelombang tertentu cahaya yang datang dari sumber-sumber
cahaya, dan panjang gelombang yang tidak diserap di pantulkan dari permukaan benda. Berkas-berkas
cahaya yang dipantulkan inilah yang memungkinkan kita melihat benda tersebut. Suatu benda yang
tampak biru menyerap panjang gelombang cahaya merah dan hijau yang lebih panjang dan
memantulkan panjang gelombang biru yanglebih pendek, yang dapat diserap oleh fotopigmen di sel-sel
kerucut biru mata, sehingga terjadi pengaktifan sel-sel tersebut (Sherwood, 2001).

Penglihatan warna diperankan oleh sel kerucut yang mempunyai pigmen terutama cis aldehida A2.
Penglihatan warna merupakan kemampuan membedakan gelombang sinar yang berbeda. Warna ini
terlihat akibat gelombang elektromagnetnya mempunyai panjang gelombang yang terletak antara 440-
700 (Ilyas, 2008). Warna primer yaitu warna dasar yang dapat memberikan jenis warna yang terlihat
dengan campuran ukuran tertentu. Pada sel kerucut terdapat 3 macam pigmen yang dapat
membedakan warna dasar merah, hijau dan biru.

a. Sel kerucut yang menyerap long-wavelength light (red)

b. Sel kerucut yang menyerap middle-wavelength light (green)

c. Sel kerucut yang menyerap short-wavelength light (blue)

Ketiga macam pigmen tersebut membuat kita dapat membedakan warna mulai dari ungu sampai
merah. Untuk dapat melihat normal, ketiga pigmen sel kerucut harus bekerja dengan baik. Jika salah
satu pigmen mengalami kelainan atau tidak ada, maka terjadi buta warna. Warna komplemen ialah
warna yang bila dicampur dengan warna primer akan berwarna putih. Putih adalah campuran semua
panjang gelombang cahaya, sedangkan hitam tidak ada cahaya (Ilyas, 2008).

Gelombang elektromagnit yang diterima pigmen akan diteruskan rangsangannya pada korteks pusat
penglihatan warna di otak. Bila panjang gelombang terletak di antara kedua pigmen maka akan terjadi
penggabungan warna (Ilyas, 2008).Seseorang yang mampu membedakan ketiga macam warna, disebut
sebagai trikromat.

Dikromat adalah orang yang dapat membedakan 2 komponen warna dan mengalami kerusakan pada 1
jenis pigmen kerucut. Kerusakan pada 2 pigmen sel kerucut akan menyebabkan orang hanya mampu
melihat satu komponen yang disebut monokromat.Pada keadaan tertentu dapat terjadi seluruh
komponen pigmen warna kerucut tidak normal sehingga pasien tidak dapat mengenal warna sama sekali
yang disebut sebaga iakromatopsia (Ilyas, 2008).

ASKEP KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN

1. Riwayat Kesehatan

a. Kapan keluhan dirasakan.

b. Apakah gangguan penglihatannya ini mempengaruhi ketajaman penglihatan.

c. Bagaimana gangguan penglihatan itu terjadi.

d. Apakah pasien merasakan adanya perubahan dalam matanya (massa tumor).

e. Apakah pasien merasa ketajaman penglihatannya berkurang.

f. Apakah ada keluhan lain yang menyertai (misalnya: gatal, pusing, keluar pus dan darah pada mata).

g. Apakah pasien sering minum obat-obat tertentu (nama obatnya dan lama penggunaannya).

h.Apakah pasien sebelumnya pernah menderita penyakit yang sama.

i.Apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit mata yang sama.

2. Riwayat Sosial

a.Tanyakan usia pasien dan bandingkan dengan perkembangan yang normal dari

matanya

b.Tanyakan tentang hobby dan kegiatan yang dilakukan pasien.

3. Riwayat Psikologis

a. Bagaimana perilaku dan reaksi pasien serta keluarganya terhadap gangguan penglihatan yang dialami
pasien.

b. Mekanisme koping yang biasa digunakan pasien dalam menghadapi dan

mengatasi masalahnya.

4. Pengkajian Fisik

a.Tes penglihatan warna: uji ishihara

b. Pemeriksaan tajam penglihatan (visus dasar)

- Visus OD
- Visus OS (tidak dapat diukur karena ada massa tumor)

c. Pemeriksaan anatomik dilakukan dengan cara objektif

- Inspeksi: perhatikan tanda-tanda nyata (adanya pembengkakan, kemerahan dan tumor)

- Palpasi: untuk menentukan adanya tumor, rasa sakit (nyeri tekan),keadaan dan tahanan intra okuler.

5. Pemeriksaan Diagnostik

- ERG: defisiensi salah satu sel kerucut

- Oftalmoskop Retina berwarna kuning-merah dengan bercak-bercak hitam-coklat.

Pengumpulan Data

DS: - Keluhan tidak dapat membedakan warna tertentu

- Keluhan atau pada cahaya terang

- Merasa malu dengan orang lain

DO: - Interpretasi warna rendah/kurang

- Tidak dapat menyebutkan angka dalam buku ishihara

- Tampak murung

- Menarik diri

- Perasaan terhadap tubuh

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan persepsi warna

2. Gangguan konsep diri

3. Resiko terhadap cedera

III. RENCANA KEPERAWATAN

1.Gangguan persepsi warna berhubungan dengan defek penglihatan warna ditandai dengan:

- Keluhan tidak dapat membedakan warna tertentu.


- Keluhan silau pada cahaya terang

- Interpretasi warna kurang

- Tidak dapat menyebutkan angka dalam buku ishihara

Tujuan: Gangguan persepsi warna teratasi dengan kriteria:

- Klien dapat membedakan warna dengan benar

- Tidak merasa silau pada cahaya terang

Intervensi:

a.Kaji bentuk defisiensi buta warna. Tentukan apakah salah satu atau kedua mata yang rusak:

Rasional: Menentukan kriteria buta warna yang diderita.

b.Lakukan tindakan untuk membantu klien mengurangi keterbatasan penglihatan pada cahaya terang,
contoh: perbaikan sinar/warna yang terang.

Rasional: Menurunkan rasa silau pada mata.

c.Anjurkan klien menggunakan teknik khusus dalam menginterpretasi warna, misalnya: dengan
menghafal bentuk, ukuran, ukuran/susunan dll suatu benda.

Rasional: Memudahkan klien menentukan warna yang dimaksud oleh suatu benda.

d.Kolaborasi dengan dokter untuk penggunaan kacamata.

Rasional: Kacamata dengan lensa yang memiliki filter warna khusus memungkinkan klien untuk
menginterpretasi warna dengan benar.

2. Gangguan konsep diri berhubungan dengan harga diri rendah ditandai dengan:

- Klien merasa malu

- Perasaan (-) terhadap tubuh

- Klien tampak murung

- Menarik diri dari lingkungan

Tujuan: Gangguan konsep diri teratasi dengan kriteria :(

- Klien tampak cerah

- Merasa optimis

- Dapat bergaul dengan lingkungan


- Menerima diri apa adanya

Intervensi:

a.Beri kesempatan klien untuk mengekspresikan perasaannya.

Rasional: Memvalidasi perasaan dan persepsi klien meningkatkan kesadaran diri dan mempertinggi
konsep diri.

b.Beri dukungan psikologis

Rasional: Dapat bersikap realistis dan menerima keadaannya.

c.Beri informasi yang akurat tentang penyakitnyaa

Rasional:Meningkatkan pemahaman klien tentang proses penyakitnya sehingga ansietasnya dapat


berkurang dan dapat menerima dirinya apa adanya.

3.Resiko terhadap cedera berhubungan dengan kurangnya interpretasi warna.

Tujuan: cedera tidak terjadi dengan kriteria:

- Klien dapat menginterpretasikan warna

- Klien dapat melindungi diri dari cedera

Intervensi:

a. Anjurkan untuk tetap menggunakan teknik-teknik khusus dalam menginterpretasi warna

Rasional: Klien dapat mengidentifikasi warna dari suatu benda yang dapat menurunkan resiko cedera.

b. Anjurkan orang terdekat untuk selalu bersama klien.

Rasional: Menurunkan kebingungan klien, di mana ia dapat ditanya pada orang terdekatnya bila ia tidak
bisa menginterpretasikan suatu benda.

c. Ingatkan klien untuk tetap menggunakan kacamata

Rasional: Penggunaan kacamata dengan lensa yang berfilter warna khusus memungkinkan klien untuk
menginterpretasikan warna dengan baik yang dapat menghindari dirinya dari cedera.

IV. IMPLEMENTASI

Dilaksanakan sesuai dengan rencana tindakan, menjelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan sesuai
prosedur yang telah ditentukan.

V. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi hasil menggunakan kriteria evaluasi yang telah ditentukan pada tahap

perencanaan keperawatan. Dilakukan secara periodik, sistematis dan terencana. Hasil

evaluasi segera dicatat dan didokumentasikan.

Anda mungkin juga menyukai