DISUSUN OLEH :
NPM : 12114201160019
FAKULTAS KESEHATAN
Puji syukur saya panjatkan kehadirat tuhan yang Maha Esa karena dengan
rahmat,karunia, saya dapat menyelesaikan makalah tentang penyakit buta warna ini
dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai apa itu buta warna, penyebab buta
warna serta penatalaksanaan yang dapat di berikan.
semoga makalah yang sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya
sendiri maupun pembaca. sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.
DAFTAR ISI
Cover …………………………………………………………
A. Definisi …………………………………………………………
B. Anatomi …………………………………………………………
C. Etiologi …………………………………………………………
D. Patofisiologi …………………………………………………………
E. Manifestasi klinis …………………………………………………………
F. Pemeriksaan diagnostic …………………………………………………………
G. Penatalaksanaan medis …………………………………………………………
H. Komplikasi …………………………………………………………
TINJAUAN MATERI
A. Definisi
Buta warna merupakan suatu kelainan yang diakibatkan oleh sel-sel kerucut
mata yang tidak mampu dalam menangkap suatu spektrum warna-warna tertentu.
B. Anatomi Fisiologi
Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan, dan
multilapis yang melapisi bagian dalam dua per tiga posterior dinding bola mata,
mengandung reseptor yang menerima rangsangan cahaya (Ilyas,2008) .
Menurut Guyton & Hall (1997), retina merupakan bagian mata yang peka
terhadap cahaya mengandung sel-sel kerucut yang berfungsi untuk penglihatan
warna dan sel-sel batang yang terutama berfungsi untuk penglihatan dalam gelap.
Retina terdiri atas pars pigmentosa disebelah luar dan pars nervosa di sebelah
dalam. Permukaan luar retina sensorik bertumpuk dengan lapisan epitel berpigmen
retina, sehingga bertumpuk dengan membrane B ruch, khoroid, dan sclera, dan
permukaan dalam berhubungan dengan corpus vitreum (Snell, 2006).
e. Lapisan inti dalam badan sel bipolar, amakrin dan sel horizontal
C. Etiologi
Buta warna karena herediter dibagi menjadi tiga: monokromasi (buta warna
total), dikromasi (hanya dua sel kerucut yang berfungsi), dan anomalus trikromasi
(tiga sel kerucut berfungsi, salah satunya kurang baik). Dari semua jenis buta warna,
kasus yang paling umum adalah anomalus trikromasi, khususnya deutranomali,
yang mencapai angka 5% dari pria. Sebenarnya, penyebab buta warna tidak hanya
karena ada kelainan pada kromosom X, namun dapat mempunyai kaitan dengan 19
kromosom dan gen-gen lain yang berbeda. Beberapa penyakit yang diturunkan
seperti distrofi sel kerucut dan akromatopsia juga dapat menyebabkan seseorang
menjadi buta warna (Anonim, 2008).
Gen buta warna terkait dengan dengan kromosom X (X-linked genes). Jadi
kemungkinan seorang pria yang memiliki genotif XY untuk terkena buta warna
secara turunan lebih besar di bandingkan wanita yang bergenotif XX untuk terkena
buta warna. Jika hanya terkait pada salah satu kromosom X nya saja, wanita disebut
carrier atau pembawa, yang bias menurunkan gen buta warna pada anak-anaknya.
Menurut salah satu riset 5-8% pria dan 0,5% wanita dilahirkan buta warna. Dan 99%
penderita buta warna termasuk dikromasi, protanopia, dan deuteranopia. Dua gen
yang berhubungan dengan munculnya buta warna adalah OPN1LW (Opsin 1 Long
Wave), yang menyandi pigmen merah dan OPN1MW (Opsin 1 Middle Wave), yang
menyandi pigmen hijau (SamiS.Deeb dan Arno G. Motulsky, 2005).
Buta warna dapat juga ditemukan pada penyakit macula saraf optik, sedang
pada kelainan retina ditemukan cacat relative penglihatan warna biru dan kuning
sedang kelainan saraf optik memberikan kelainan melihat warna merah dan hijau
(Ilyas, 2008).
D. Patofisiologi
E. Manifestasi Klinik
Gejala paling sering dari Kelainan ini adalah perubahan penglihatan. Contohnya,
mungkin kesulitan membedakan antara warna merah dan hijau pada lampu merah
perempatan jalan. Warna mungkin terlihat lebih redup dibandingkan normal. Dan
warna terlihat sama.Kelainan ini sering terjadi saat usia muta ketika anak
mempelajari warna. Pada beberapa orang, tidak terdeteksi karena dia sudah
mengetahui teorinya. Misal orang tersebut tahu kalau rumput berwarna hijau,
padahal dia buta warna, maka ketika ditanya rumput warna nya apa, dia dapat
menjawab.Pada kondisi ini anda harus berkonsultasi ke dokter terkait kelainan pada
anak. Diagnosis diperlukan dan menyingkirkan kemungkinan lainnya
F. Pemeriksaan Diagnostik
I. Pemerikasaan diagnostik
Pemerikasaan diagnostik buta warna pada umumnya disebut uji
ishiara.Uji ishiara merupakan uji untuk mengetahui adanya efek pengelihatan
warna,didasarka pada menentukan angka atau pola yang ada pada kartu
dengan berbagai ragam warna. Tes shihara adalah tes buta warna yang
dikembangkan oleh Dr, Shidou Ishihara ini pertama dipublikasi pada tahun
1917 di jepang. Sejak saat itu, tes ini terusdigunakan di seluruh dunia sampai
sekarang. Tes shihara terdiri dari lembaran yangdidalamnya terdapa titik-titik
dengan berbagai warna dan ukuran. Titik berwarna tersebutdisusun sehingga
membentuk lingkaran. Karena titik itu dibuat sedemikian rupa sehinggaorang
buta warna tidak akan melihat perbedaan warna seperti yang dilihat orang
normal. Pada orang normal di dalam lingkaran akan tampak angka atau garis
tertentu.T etapi pada orang buta warna yang tampak pada lingkaran akan
berbeda seperti yangdilihat oleh orang normal. Tes ishihara biasanya
dilengkapi oleh kunci jawaban untuk setiap lembarnya. hasil tes seseorang
akan dibandingkan dengan kunci jawaban tersebut.dari sini dapat ditentukan
apakah seseorang normal atau buta warna.
G. Penatalaksanaan Medis
!ampai sekarang belum ditemukan pengobatan untuk pengidap buta warna, halini
karena buta warna bukanlah sebuah penyakit melainkan kecacatan yang bersifat
genetik.
H. Komlikasih