Anda di halaman 1dari 9

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

PENYAKIT BUTA WARNA

DISUSUN OLEH :

NAMA : CHEROLYN PATTIASINA

KELAS : KEPERAWATAN A 2016

NPM : 12114201160019

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU


Kata pengantar

Puji syukur saya panjatkan kehadirat tuhan yang Maha Esa karena dengan
rahmat,karunia, saya dapat menyelesaikan makalah tentang penyakit buta warna ini
dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.

saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai apa itu buta warna, penyebab buta
warna serta penatalaksanaan yang dapat di berikan.

Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat


kekurangan dan jauh dari kata sempurna. oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang akan nantinya saya buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.

semoga makalah yang sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya
sendiri maupun pembaca. sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.
DAFTAR ISI

Cover …………………………………………………………

Kata pengantar …………………………………………………………

Daftar isi …………………………………………………………

BAB I Tinjauan materi …………………………………………………………

A. Definisi …………………………………………………………
B. Anatomi …………………………………………………………
C. Etiologi …………………………………………………………
D. Patofisiologi …………………………………………………………
E. Manifestasi klinis …………………………………………………………
F. Pemeriksaan diagnostic …………………………………………………………
G. Penatalaksanaan medis …………………………………………………………
H. Komplikasi …………………………………………………………

Daftar pustaka …………………………………………………………


BAB I

TINJAUAN MATERI

A. Definisi

Buta warna adalah penglihatan warna-warna yang tidak sempurna.Buta


warna juga dapat diartikan sebagai suatu kelainan penglihatan yang disebabkan
ketidak mampuan sel-sel kerucut (cone cell) pada retina mata untuk menangkap
suatu spektrum warna tertentu sehingga objek yang terlihat bukan warna yang
sesungguhnya.

Buta warna merupakan suatu kelainan yang diakibatkan oleh sel-sel kerucut
mata yang tidak mampu dalam menangkap suatu spektrum warna-warna tertentu.

B. Anatomi Fisiologi
Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan, dan
multilapis yang melapisi bagian dalam dua per tiga posterior dinding bola mata,
mengandung reseptor yang menerima rangsangan cahaya (Ilyas,2008) .

Menurut Guyton & Hall (1997), retina merupakan bagian mata yang peka
terhadap cahaya mengandung sel-sel kerucut yang berfungsi untuk penglihatan
warna dan sel-sel batang yang terutama berfungsi untuk penglihatan dalam gelap.
Retina terdiri atas pars pigmentosa disebelah luar dan pars nervosa di sebelah
dalam. Permukaan luar retina sensorik bertumpuk dengan lapisan epitel berpigmen
retina, sehingga bertumpuk dengan membrane B ruch, khoroid, dan sclera, dan
permukaan dalam berhubungan dengan corpus vitreum (Snell, 2006).

Lapisan-lapisan retina, mulai dari sisi dalamnya, adalah sebagai berikut:

a. Membrana limitans interna

b. Lapisan serat saraf, yang mengandung akson-akson sel ganglion


yangberjalan menuju ke nervus optikus

c. Lapisan sel ganglion


d. Lapisan pleksiformis dalam, yang mengandung sambungan-sambungan
sel ganglion dengan sel amakrin dansel bipolar

e. Lapisan inti dalam badan sel bipolar, amakrin dan sel horizontal

f. Lapisan pleksiformis luar, yang mengandung sambungan-


sambungansel bipolar dan sel horizontal dengan fotoreseptor

g. Lapisan inti luar sel fotoreseptor

h. Mambrana limitans eksterna

i. Lapisan fotoreseptor segmen dalam dan luar sel kerucut

j. Epithelium pigmen retina. Lapisan dalam membrane Bruch Sebenarnya


adalah membrane basalis epithelium pigmen retina (Vaughan, 2000).

C. Etiologi

Buta warna itu sendiri adalah ketidak mampuan seseorang untuk


membedakan warna tertentu. Orang tersebut biasanya tidak buta semua warna
melainkan hanya pada warna tertentu saja, meskipun demikian ada juga seseorang
yang sama sekali tidak bisa melihat warna jadi hanya tampak hitam, putih dan abu-
abu saja. Normalnya sel kerucut (cone) di retina mata mempunyai spectrum
terhadap tiga warna dasar, yaitu merah, hijau dan biru. Pada orang yang mempunyai
sel-sel kerucut yang sensitive untuk tiga jenis warna ini, maka ia dikatakan normal.

Buta warna karena herediter dibagi menjadi tiga: monokromasi (buta warna
total), dikromasi (hanya dua sel kerucut yang berfungsi), dan anomalus trikromasi
(tiga sel kerucut berfungsi, salah satunya kurang baik). Dari semua jenis buta warna,
kasus yang paling umum adalah anomalus trikromasi, khususnya deutranomali,
yang mencapai angka 5% dari pria. Sebenarnya, penyebab buta warna tidak hanya
karena ada kelainan pada kromosom X, namun dapat mempunyai kaitan dengan 19
kromosom dan gen-gen lain yang berbeda. Beberapa penyakit yang diturunkan
seperti distrofi sel kerucut dan akromatopsia juga dapat menyebabkan seseorang
menjadi buta warna (Anonim, 2008).

Gen buta warna terkait dengan dengan kromosom X (X-linked genes). Jadi
kemungkinan seorang pria yang memiliki genotif XY untuk terkena buta warna
secara turunan lebih besar di bandingkan wanita yang bergenotif XX untuk terkena
buta warna. Jika hanya terkait pada salah satu kromosom X nya saja, wanita disebut
carrier atau pembawa, yang bias menurunkan gen buta warna pada anak-anaknya.
Menurut salah satu riset 5-8% pria dan 0,5% wanita dilahirkan buta warna. Dan 99%
penderita buta warna termasuk dikromasi, protanopia, dan deuteranopia. Dua gen
yang berhubungan dengan munculnya buta warna adalah OPN1LW (Opsin 1 Long
Wave), yang menyandi pigmen merah dan OPN1MW (Opsin 1 Middle Wave), yang
menyandi pigmen hijau (SamiS.Deeb dan Arno G. Motulsky, 2005).

Buta warna dapat juga ditemukan pada penyakit macula saraf optik, sedang
pada kelainan retina ditemukan cacat relative penglihatan warna biru dan kuning
sedang kelainan saraf optik memberikan kelainan melihat warna merah dan hijau
(Ilyas, 2008).

D. Patofisiologi

Penglihatan bergantung pada stimulasi fotoreseptor retina oleh cahaya.


Benda-benda tertentu di lingkungan, misalnya matahari, api, dan bola lampu,
memancarkan cahaya. Pigmen-pigmen di berbagai benda secara selektif menyerap
panjang gelombang tertentu cahaya yang datang dari sumber-sumber cahaya, dan
panjang gelombang yang tidak diserap di pantulkan dari permukaan benda. Berkas-
berkas cahaya yang dipantulkan inilah yang memungkinkan kita melihat benda
tersebut. Suatu benda yang tampak biru menyerap panjang gelombang cahaya
merah dan hijau yang lebih panjang dan memantulkan panjang gelombang biru
yanglebih pendek, yang dapat diserap oleh fotopigmen di sel-sel kerucut biru mata,
sehingga terjadi pengaktifan sel-sel tersebut (Sherwood, 2001).

Penglihatan warna diperankan oleh sel kerucut yang mempunyai pigmen


terutama cis aldehida A2. Penglihatan warna merupakan kemampuan membedakan
gelombang sinar yang berbeda. Warna ini terlihat akibat gelombang
elektromagnetnya mempunyai panjang gelombang yang terletak antara 440-700
(Ilyas, 2008). Warna primer yaitu warna dasar yang dapat memberikan jenis warna
yang terlihat dengan campuran ukuran tertentu. Pada sel kerucut terdapat 3 macam
pigmen yang dapat membedakan warna dasar merah, hijau dan biru.
a. Sel kerucut yang menyerap long-wavelength light (red)

b. Sel kerucut yang menyerap middle-wavelength light (green)

c. Sel kerucut yang menyerap short-wavelength light (blue)

Ketiga macam pigmen tersebut membuat kita dapat membedakan warna


mulai dari ungu sampai merah. Untuk dapat melihat normal, ketiga pigmen sel
kerucut harus bekerja dengan baik. Jika salah satu pigmen mengalami kelainan atau
tidak ada, maka terjadi buta warna. Warna komplemen ialah warna yang bila
dicampur dengan warna primer akan berwarna putih. Putih adalah campuran semua
panjang gelombang cahaya, sedangkan hitam tidak ada cahaya (Ilyas, 2008).

Gelombang elektromagnit yang diterima pigmen akan diteruskan


rangsangannya pada korteks pusat penglihatan warna di otak. Bila panjang
gelombang terletak di antara kedua pigmen maka akan terjadi penggabungan warna
(Ilyas, 2008).Seseorang yang mampu membedakan ketiga macam warna, disebut
sebagai trikromat. Dikromat adalah orang yang dapat membedakan 2 komponen
warna dan mengalami kerusakan pada 1 jenis pigmen kerucut. Kerusakan pada 2
pigmen sel kerucut akan menyebabkan orang hanya mampu melihat satu komponen
yang disebut monokromat.Pada keadaan tertentu dapat terjadi seluruh komponen
pigmen warna kerucut tidak normal sehingga pasien tidak dapat mengenal warna
sama sekali yang disebut sebaga iakromatopsia (Ilyas, 2008).

E. Manifestasi Klinik

Gejala paling sering dari Kelainan ini adalah perubahan penglihatan. Contohnya,
mungkin kesulitan membedakan antara warna merah dan hijau pada lampu merah
perempatan jalan. Warna mungkin terlihat lebih redup dibandingkan normal. Dan
warna terlihat sama.Kelainan ini sering terjadi saat usia muta ketika anak
mempelajari warna. Pada beberapa orang, tidak terdeteksi karena dia sudah
mengetahui teorinya. Misal orang tersebut tahu kalau rumput berwarna hijau,
padahal dia buta warna, maka ketika ditanya rumput warna nya apa, dia dapat
menjawab.Pada kondisi ini anda harus berkonsultasi ke dokter terkait kelainan pada
anak. Diagnosis diperlukan dan menyingkirkan kemungkinan lainnya
F. Pemeriksaan Diagnostik

Buta warna mempengaruhi penderitanya dalam memilih program study untuk


melanjutkan pendidikannya, bahkan dalam memilih karir selanjutnya,karena
beberapa program study dan pekerjaan mensyaratkan mahasiswa atau karyawan
tidak buta warna. Dampak pada Psikologi Deskriminasi terhadap orang-orang
penyandang buta warna masih sering terjadi, ketidakmampuan dalam membedakan
warna sering kali menjadi bahan ejekan, yang dapat penyandang buta warna
merasa dikucilkan dan tidak percaya diri.

I. Pemerikasaan diagnostik
Pemerikasaan diagnostik buta warna pada umumnya disebut uji
ishiara.Uji ishiara merupakan uji untuk mengetahui adanya efek pengelihatan
warna,didasarka pada menentukan angka atau pola yang ada pada kartu
dengan berbagai ragam warna. Tes shihara adalah tes buta warna yang
dikembangkan oleh Dr, Shidou Ishihara ini pertama dipublikasi pada tahun
1917 di jepang. Sejak saat itu, tes ini terusdigunakan di seluruh dunia sampai
sekarang. Tes shihara terdiri dari lembaran yangdidalamnya terdapa titik-titik
dengan berbagai warna dan ukuran. Titik berwarna tersebutdisusun sehingga
membentuk lingkaran. Karena titik itu dibuat sedemikian rupa sehinggaorang
buta warna tidak akan melihat perbedaan warna seperti yang dilihat orang
normal. Pada orang normal di dalam lingkaran akan tampak angka atau garis
tertentu.T etapi pada orang buta warna yang tampak pada lingkaran akan
berbeda seperti yangdilihat oleh orang normal. Tes ishihara biasanya
dilengkapi oleh kunci jawaban untuk setiap lembarnya. hasil tes seseorang
akan dibandingkan dengan kunci jawaban tersebut.dari sini dapat ditentukan
apakah seseorang normal atau buta warna.

G. Penatalaksanaan Medis

!ampai sekarang belum ditemukan pengobatan untuk pengidap buta warna, halini
karena buta warna bukanlah sebuah penyakit melainkan kecacatan yang bersifat
genetik.
H. Komlikasih

Komplikasi buta warna antara lain ;

1. Dampak pada Keseharian penyandang buta warna ;


Penyandang buta warna mengalami kesulitan untuk membedakan warna
pakaian, warna lampu lalu lintas, dan simbol-simbol tertentu.

2. Dampak pada bidang pendidikan;


Buta warna mempengaruhi penderitanya dalam memilih program studyuntuk
melanjutkan pendidikannya, bahkan dalam memilih karir selanjutnya,karena
beberapa program study dan pekerjaan mensyaratkan mahasiswa
ataukaryawan tidak buta warna.

3. Dampak pada Psikologi;


Deskriminasi terhadap orang-orang penyandang buta warna masih
seringterjadi, ketidakmampuan dalam membedakan warna sering kali menjadi
bahanejekan, yang dapat penyandang buta warna merasa dikucilkan dan
tidak percaya diri.

Anda mungkin juga menyukai