Anda di halaman 1dari 16

Tugas Buta Warna

Nama

Murti Aggraeni

Kelas/Prodi

S1 Reguler 7B

Mata Kuliah

Persepsi Sensori

A. Fisiologi
Penglihatan warna sangat dipengaruhi oleh tiga macam pigmen di dalam sel kerucut sehingga
sel kerucut/conus menjadi peka secara selektif terhadap berbagai warna biru, merah, dan
hijau. Banyak teori berbeda diajukan untuk menjelaskan fenomena penglihatan, tapi biasanya
teori-teori itu didasarkan pada pengamatan yang sudah dikenal dengan baik, yaitu bahwa
mata manusia dapat mendeteksi hampir semua gradasi warna bila cahaya monokromatik
merah, hijau, dan biru dicampur secara tepat dalam berbagai kombinasi (lihat gambar 1).

Gambar 1: Gradasi Warna


Penglihatan bergantung pada stimulasi fotoreseptor retina oleh cahaya. Benda-benda tertentu
di lingkungan, misalnya matahari, api, dan bola lampu, memancarkan cahaya. Pigmenpigmen di berbagai benda secara selektif menyerap panjang gelombang tertentu cahaya yang
datang dari sumber-sumber cahaya, dan panjang gelombang yang tidak diserap dipantulkan
dari permukaan benda. Berkas-berkas cahaya yang dipantulkan inilah yang memungkinkan
kita melihat benda tersebut. Suatu benda yang tampak biru menyerap panjang gelombang
cahaya merah dan hijau yang lebih panjang dan memantulkan panjang gelombang biru yang
lebih pendek, yang dapat diserap oleh fotopigmen di sel-sel kerucut biru mata, sehingga
terjadi pengaktifan sel-sel tersebut (Sherwood, 2001).
Mekanisme pengenalan tiga warna

Semua teori mengenai penglihatan warna berdasarkan pada observasi yang telah dikenal
secara baik, yakni bahwa mata manusia sebenarnya dapat mendeteksi hampir semua gradasi
warna bila cahaya monokromatik dari warna merah, hijau,dan biru dipersatukan dalam
bermacam-macam kombinasi.
Berdasarkan uji penglihatan warna, sensitivitas spektrum ketiga tipe sel kerucut pada manusia
telah terbukti pada dasarnya sama seperti kurva absorpsi cahaya untuk ketiga tipe pigmen
yang ditemukan di dalam sel kerucut. Kurva ini dapat menjelaskan hampir semua fenomena
penglihatan warna (lihat gambar 2).

Gambar 2: Peragaan besarnya rangsangan yang timbul pada berbagai sel kerucut yang peka
terhadap warna oleh cahaya monokromatik dari warna biru, hijau, kuning, dan jingga
Penglihatan warna diperankan oleh sel kerucut yang mempunyai pigmen terutama cis
aldehida A2. Penglihatan warna merupakan kemampuan membedakan gelombang sinar yang
berbeda. Warna ini terlihat akibat gelombang elektromagnetnya mempunyai panjang
gelombang yang terletak antara 440-700 (Ilyas, 2008). Warna primer yaitu warna dasar yang
dapat memberikan jenis warna yang terlihat dengan campuran ukuran tertentu. Pada sel
kerucut terdapat 3 macam pigmen yang dapat membedakan warna dasar merah, hijau dan
biru.
1

Sel kerucut yang menyerap long-wavelength light (red)

Protanopia
( Defisiensi merah )

Reseptor warna ( kerucut ) pada mata orang dengan protanopia tidak sensitif
terhadap panjang gelombang yang jauh ( merah ), karena hilangnya pigmen
peka-merah.

Normal

Protanopia

Sel kerucut yang menyerap middle- wavelength light (green)

Deuteranopia
( Defisiensi hijau )
Deuteranopia adalah bentuk terbanyak dari buta warna. Orang dengan kondisi ini
memiliki sel-sel kerucut yang tidak sensitif terhadap panjang gelombang menengah
( hijau ), karena menghilangnya pigmen peka-hijau.
Normal

Deuteranopia

Sel kerucut yang menyerap short-wavelength light (blue)

Tritanopia
( Defisiensi Biru )
Tritanopia lebih jarang dijumpai daripada beberapa kategori yang telah
disebutkan di atas.
Normal

Tritanopia

Ketiga macam pigmen tersebut membuat kita dapat membedakan warna mulai dari ungu
sampai merah. Untuk dapat melihat normal, ketiga pigmen sel kerucut harus bekerja dengan
baik. Jika salah satu pigmen mengalami kelainan atau tidak ada, maka terjadi buta warna.
Warna komplemen ialah warna yang bila dicampur dengan warna primer akan berwarna
putih. Putih adalah campuran semua panjang gelombang cahaya, sedangkan hitam tidak ada
cahaya (Ilyas, 2008).
Gelombang elektromagnit yang diterima pigmen akan diteruskan rangsangannya pada
korteks pusat penglihatan warna di otak. Bila panjang gelombang terletak di antara kedua
pigmen maka akan terjadi penggabungan warna (Ilyas, 2008). Seseorang yang mampu
membedakan ketiga macam warna, disebut sebagai trikromat (lihat gambar 3). Dikromat
adalah orang yang dapat membedakan 2 komponen warna dan mengalami kerusakan pada 1
jenis pigmen kerucut. Kerusakan pada 2 pigmen sel kerucut akan menyebabkan orang hanya
mampu melihat satu komponen yang disebut monokromat. Pada keadaan tertentu dapat
terjadi seluruh komponen pigmen warna kerucut tidak normal sehingga pasien tidak dapat
mengenal warna sama sekali yang disebut sebagai akromatopsia (Ilyas, 2008).

Gambar 3 : Kombinasi Warna Dasar dengan Putaran Maxwell


Teori Young-Helmholtz merupakan teori penting pertama mengenai penglihatan warna adalah
dari Young, yang kemudian dikembangkan dan diberi dasar eksperimental yang lebih
mendalam oleh Helmholtz. Menurut teori ini ada tiga jenis sel kerucut yang masing-masing
beraksi secara maksimal terhadap suatu warna yang berbeda. Oleh sebab itu menurut teori ini
ada 3 macam conus, yaitu :
1
2
3

Conus yang menerima warna hijau


Conus yang menerima warna merah
Conus yang menerima warna violet

Ketiga macam conus itu mengandung zat photokemis yaitu substansi yang dapat dipecah
oleh sinar matahari. Jika ketiga macam conus itu mendapat rangsang bersama-sama, maka
terlihatlah warna putih. Warna-warna lain adalah kombinasi dari 3 warna dasar itu dengan
perbandingan

berbeda-beda. Contohnya cahaya monokromatik merah dengan panjang

gelombang 610 milimikron merangsang kerucut merah ke suatu nilai rangsang sebesar kirakira 0.75 (76% dari puncak perangsangan pada panjang gelombang optimum), sedangkan ia
merangsang kerucut hijau ke suatu nilai rangsang sebesar kira-kira 0.13 dan kerucut biru
sama sekali tidak dirangsang. Jadi rasio perangsangan dari ketiga jenis conus dalam hal ini
adalah 75 :13 : 0, sehingga sistem saraf menafsirkan kelompok rasio ini sebagai sensasi
merah. Unsuk sensasi biru, kelompok rasionya adalah 0 : 14 : 86; untuk sensasi jingga tua-

kuning, kelompok rasionya 100 : 50 : 0, untuk sensasi hijau, kelompok rasionya 50 : 85 : 15,
demikian seterusnya
B. Etiologi
Buta warna adalah kondisi yang diturunkan secara genetik. Dibawa oleh kromosom X
pada perempuan, buta warna diturunkan kepada anak-anaknya. Ketika seseorang mengalami
buta warna, mata mereka tidak mampu menghasilkan keseluruhan pigmen yang dibutuhkan
untuk mata berfungsi dengan normal. Cacat mata ini merupakan kelainan genetik yang
diturunkan oleh ayah atau ibu.
Dari semua jenis buta warna, kasus yang paling umum adalah anomalus trikromasi,
khususnya deutranomali, yang mencapai angka 5% dari pria. Sebenarnya, penyebab buta
warna tidak hanya karena ada kelainan pada kromosom X, namun dapat mempunyai kaitan
dengan 19 kromosom dan gen-gen lain yang berbeda dan resesif bila ada kelainan pada
makula dan saraf optic. Beberapa penyakit yang diturunkan seperti distrofi sel kerucut dan
akromatopsia juga dapat menyebabkan seseorang menjadi buta warna (Anonim, 2008).
Gen buta warna terkait dengan dengan kromosom X (X-linked genes). Jadi kemungkinan
seorang pria yang memiliki genotif XY untuk terkena buta warna secara turunan lebih besar
dibandingkan wanita yang bergenotif XX untuk terkena buta warna. Jika hanya terkait pada
salah satu kromosom X nya saja, wanita disebut carrier atau pembawa, yang bisa
menurunkan gen buta warna pada anak-anaknya. Menurut salah satu riset 5-8% pria dan
0,5% wanita dilahirkan buta warna. Dan 99% penderita buta warna termasuk dikromasi,
protanopia, dan deuteranopia (Nina Karina, 2007).
Seorang ayah dengan kelainan akan menurunkan alel mutan ke semua anak perempuannya.
Jika ibu homozigot dominan, anak perempuan akan memiliki fenotip normal, tetapi akan
menjadi carrier mutasi (lihat gambar 4).

Gambar 4
Jika seorang perempuan karier bertemu dengan laki-laki fenotip normal, ada 50% peluang
untuk masing-masing anak perempuan menjadi karier dan 50% untuk masing-masing anak
laki-laki untuk memiliki kelainan (lihat gambar 5).

Gambar 5
Jika karier bertemu dengan laki-laki yang memiliki kelainan, akan ada peluang 50% untuk
masing-masing anak yang lahir menmiliki kelainan, apapun jenis kelaminnya. Anak
perempuan yang tidak memiliki kelainan akan menjadi karier, sedangkan anak laki-laki yang
tidak memiliki kelainan tidak memiliki alel resesif sama sekali (lihat gambar 6).

Lihat gambar 6
Dua gen yang berhubungan dengan munculnya buta warna adalah OPN1LW (Opsin 1 Long
Wave), yang menyandi pigmen merah dan OPN1MW (Opsin 1 Middle Wave), yang
menyandi pigmen hijau (Samir S. Deeb dan Arno G. Motulsky, 2005). Buta warna dapat juga
ditemukan pada penyakit makula, saraf optik, sedang pada kelainan retina ditemukan cacat
relative penglihatan warna biru dan kuning sedang kelainan saraf optik memberikan kelainan
melihat warna merah dan hijau (Ilyas, 2008).
Buta warna juga dapat terjadi pada :

Trauma kimia dengan kadar tinggi dapat menyebabkan buta warna, seperti karbon
monoksida, karbon disulfida.

Umur. Pada umur di atas 60 tahun,

dapat terjadi perubahan dalam kapasitas

penglihatan warna.

Kecelakaan atau pukulan yang menyebabkan kerusakan pada mata dapat


menyebabkan buta warna.

Obat. Beberapa antibiotik, barbiturat, obat-obat anti TBC, obat-obat hipertensi.

Toksin industri. Bahan-bahan

C. Manifestasi
Seseorang yang mengalami achromatopsia tidak dapat membedakan warna.
Beberapa orang dengan achromatopsia hanya bias melihat abu-abu. Seseorang dengan
kondisi ini biasanya memiliki jarak pandang yang pendek, sensitive pada cahaya, dan
gerakan mata cepat.
Jenis lain buta warna adalah dyschromatopsia yang mebih umum terjadi. Individu
dengan kondisi ini biasanya memiliki penglihatan yang sangat baik. Penderita
biasanya tidak dapat membedakan antara warna merah dan hijau. Dalam kasus yang

jarang terjadi, orang tidak dapat membedakan antara nuansa biru dan kuning. Banyak
orang dengan kondisi tidak menyadari bahwa mereka buta warna.
D. Asuhan Keperawatan
a

Pengkajian keperawatan

Identitas Data
a

Identitas klien meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan, alamat,
tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, No register, dan diagnosa medis.

Identitas orang tua yang terdiri dari : Nama Ayah dan Ibu, usia, pendidikan,
pekerjaan/sumber penghasilan, agama, dan alamat.

Identitas saudara kandung meliputi nama, usia, jenis kelamin, hubungan dengan
klien, dan status kesehatan.

Keluhan Utama
Keluhan utama klien dengan buta warna adalah salah dalam menginterpetasikan
warna tertentu yang dilihatnya.

Riwayat Kesehatan
a
b

Riwayat Kesehatan Sekarang


klien tidak bisa dan kesulitan membedakan warna tertentu yang dilihatnya.
Riwayat penyakit sebelumnya
Buta warna dapat juga disebabkan oleh penyakit pada kelainan makula (retinitis
sentral dan degenerasi makula sentral), serta saraf optik.
Riwayat penyakit keluarga
Penyebab buta warna yang sering terjadi dikarenakan oleh faktor keturunan atau
kongenital.

Riwayat Kehamilan dan Kelahiran


1

Prenatal

: ibu klien tidak ada gangguan pada masa kehamilan. Nutrisi

yang didapatkan cukup seperti susu dan gizi seimbang .


Intranatal
: waktu lahir klien tidak mengalami gangguan. Bayi lahir cukup

9 bulan dengan proses normal


Postnatal
: Nafas normal, menangis (+), sianosis (-)

Riwayat Tumbuh Kembang

Kemandirian dan bergaul

: klien masih belum mandiri dalam memenuhi

kebutuhan dasar manusianya.


Motorik Kasar

: klien sudah bisa melangkah dan berjalan tegak

4 langkah
Motorik Halus

: klien mampu membuka dan menutup buku,

memainkan sendok
Kognitif dan Bahasa

:klien sudah pandai meniru kata- kata, sudah

mulai bisa mengucapkan papa dan mama


Psikososial
: klien terlihat ramah dan mudah dekat
dengan perawat. Klien suka tersenyum dan tertawa.

Riwayat Sosial
1
2
3
4
5
a

Yang mengasuh klien


: Ibu
Hubungan dengan anggota keluarga
: Baik
Hubungan dengan teman sebaya : Baik
Pembawaan secara umum
: Periang
Lingkungan rumah
: Lingkungan rumah bersih

Pemeriksaan Fisik Mata


Tes penglihatan warna:
uji ishihara
Yaitu dengan memakai sejumlah lempeng polikromatik yang berbintik, warna primer
dicetak di atas latar belakang mosaic bintik-bintik serupa dengan aneka warna sekunder
yang membingungkan, bintik-bintik primer disusun menurut pola (angka atau bentuk
geometric) yang tidak dapat dikenali oleh pasien yang kurang persepsi warna (lihat
gambar 11).

Gambar 11: Pemeriksaan Ishihara


Uji Ishihara merupakan uji untuk mengetahui adanya defek penglihatan warna,
didasarkan pada menentukan angka atau pola yang ada pada kartu dengan berbagai
ragam warna (Ilyas, 2008). Menurut Guyton (1997) Metode Ishihara yaitu metode yang
dapat dipakai untuk menentukan dengan cepat suatu kelainan buta warna didasarkan
pada pengunaan kartu bertitik-titik. Kartu ini disusun dengan menyatukan titik-titik yang
mempunyai bermacam-macam warna.

Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan untuk penglihatan warna dengan memakai satu
seri gambar titik bola kecil dengan warna dan besar berbeda (gambar pseudokromatik),
sehingga dalam keseluruhan terlihat warna pucat dan menyukarkan pasien dengan
kelainan penglihatan warna melihatnya. Penderita buta warna atau dengan kelainan
penglihatan warna dapat melihat sebagian ataupun sama sekali tidak dapat melihat
gambaran yang diperlihatkan. Pada pemeriksaan pasien diminta melihat dan mengenali
tanda gambar yang diperlihatkan dalam waktu 10 detik (Ilyas, 2008).

Penyakit tertentu dapat terjadi ganguan penglihatan warna seperti buta warna merah dan
hijau pada atrofi saraf optik, optik

neuropati toksi dengan pengecualian neuropati

iskemik, glaukoma dengan atrofi optik yang memberikan ganguan penglihatan biru

kuning (Ilyas, 2008). Kesimpulan tes buta warna dan diagnosis buta warna dapat diambil
dari hasil pemeriksaan ini. (lihat tabel 1 dam gambar 11)

Tabel 1 : pengambilan kesimpulan tes buta warna


Kesimpulan tes

pengambilan kesimpulan

Buta warna total

Jika gambar 1 salah, dan jawaban gambar lain diabaikan

Buta

Jika gambar 1 benar, gambar 2 sampai gambar 16 salah

lebih dari 3, atau


Jika gambar 1 benar, gambar 22 sampai gambar 24

jawabannya hanya benar pada salah 1 gambar, atau


Jika gambar 1 benar, gambar 18 sampai gambar 21

warna

parsial

terlihat angka
Normal

Jika gambar 1 sampai gambar 17 benar, atau gambar 1

harus benar dan lebih dari 13 gambar dijawab benar


Gambar 22 sampai 24 benar atau 2 gambar benar

Pemeriksaan tajam penglihatan (visus dasar)


c.

Pemeriksaan anatomik dilakukan dengan cara objektif

Inspeksi: perhatikan tanda-tanda nyata (adanya pembengkakan,

kemerahan dan tumor)


Palpasi: untuk menentukan adanya tumor, rasa sakit (nyeri tekan),
keadaan dan tahanan intra okuler.

d.

Pemeriksaan Diagnostik

Oftalmoskop : Suatu alat dengan system pencahayaan khusus, untuk

melihat bagian dalam mata terutama retina dan struktur terkaitnya


Test elektrofisiologik
Elektroretinografi (ERG)
Untuk mengukur respon listrik retina terhadap kilatan cahaya bagian awal
respon flash ERG mencerminkan fungsi fotoreseptor sel krucut dan sel
batang
Elektro okulografi (EOG).

Untuk mengukur potensial korneoretina. Kelainan EOG terutama terjadi


pada penyakit secara difus mempengaruhi epitel pigmen retina dan
fotoreseptor.
b Diagnosa keperawatan
N

DIAGNOSA

NOC

O
1

Gangguan

Fungsi

NIC
sensori

: Peningkatan komunikasi : defisit

sensori persepsi penglihatan

penglihatan

(penglihatan)

Aktivitas :

b.d

defek

Indikator :
1

Ketajaman

penglihatan

penglihatan

warna

(kiri dan kanan)

depresi, menarik diri, dan

Ketajaman

menolak kenyataan)

DS :

o Keluhan
tidak

penglihatan

dapat

membedakan

4
pada

terang

penglihatan

pandang
(kiri

dan

Lapang

pandang
(kiri

Respon
penglihatan

buku ishihara

defisiensi
warna

yang

Andalkan penglihatan pasien


yang tersisa sebagaimana

dan

mestinya.

untuk Terapi kegiatan

o Interpretasi

angka dalam

pasien

kanan)
rangsangan

menyebutkan

reaksi

dimiliki
3

DO:
warna rendah
Tidak dapat

Menerima

Lapang

sekitar

cahaya

terhadap

kanan)

tertentu
o Keluhan

sekitar

rusaknya penglihatan (misal,

(kiri dan kanan)


pusat

warna

silau

pusat

Catat reaksi pasien terhadap

Aktivitas :
1

Tentukan komitmen pasien


untuk

meningkatkan

Kompensasi tingkah laku

frekuensi

penglihatan

jangkauan kegiatan

Indikator:
1

Bantu

dan/atau
untuk menemukan

Monitor gejala dari

makna diri melalui aktivitas

kemunduran

yang

penglihatan
bentuk

dan

defisiensi

biasa

(misalnya

bekerja) dan/atau aktivitas


liburan yang disukai

buta

warna

yang

dialami
2

Posisikan
untuk

sendiri

3
4

Menggunakan

kelemahan pasien

warna
Keluhan
salah

klien

dalam

membedakan
warna

yang

membuat

ia

4
5

6
DO :
mengalami
cedera

7
saat

Bantu mengidentifikasi dan


yang

filter

faktor

untuk

bahaya

Sediakan lingkungan yang

aman untuk klien


Ingatkan klien untuk tetap

lingkungan
Mengembangkan
resiko
Mengatur

diperlukan

kegiatan yang dikehendaki.


Environment Management
Aktivitas :

Kontrol

menggunakan

kacamata

dengan lensa yang berfilter

kontrol

warna

khusus

yang

strategi

memungkinkan klien untuk

kontrol bahaya yang

menginterpretasikan warna

diperlukan
Menyatakan resiko
Modifikasi
gaya

dengan

dlm

skrining

utk

melakukan

mengidentifikasi

aktivitasnya.

risiko.

dan

dapat

3
4

untuk menemani klien.


Memindahkan
barangbarang

ancaman

kesehatan
Berpartisipasi

baik

menghindari diri dari cidera


Menganjurkan
keluarga

untuk

menurunkan resiko
Menghindari
paparan

Klien

dapat

memiliki

hidup

cidera

yang

memperoleh sumber daya

strategi

DS :

apa

dengan lensa yang

resiko

interpretasi

Bantu untuk memfokuskan


dilakukan pasien bukan pada

Indikator :

kurangnya

dengan

cahaya yang adekuat

terhadap

sesuai

pada

Resiko
b.d

yang

Menggunakan

warna khusus
Risk Control

cedera

kegiatan

dan social
4

kacamata Kacamata

2.

memilih

kemampuan fisik, psikologi,

kebaikan

penglihatan

Bantu

yang

dapat

membahayakan
Berikan penjelasan

pada

pasien dan keluarga atau


pengunjung

adanya

perubahan status kesehatan


dan penyebab penyakit.

Harga

diri Body image

Self estem enhancement

rendah

b.d Indikator :

Aktivitas :

Gangguan

konsep diri

Menerima
tubuh

bagian

mengalami

o Merasa malu

gangguan
Puas

penampilan tubuh
Puas dengan fungsi

lain

Monitor pernyataan pasien

tentang dirinya
Bantu
pasien

yang

DS:
dengan orang

dengan
3

tubuh

DO:
o Tampak
murung
o Menarik

meningkatkan

penilaian

dirinya

terhadap

penghargaan dirinya
Bantu
pasien

untuk

meningkatkan kepercayaan
4

dirinya
Berikan

untuk pasien
Dorong kontak mata dalam

diri
o Perasaan (-)
terhadap

untuk

dorongan

kuat

komunikasi dengan semua


6

orang
Berikan

kesehatan kepada keluarga


Berikan
pendidikan

tubuh

pendidikan

kesehatan pada klien tentang


penyakit

Penatalaksanaan
Tidak ada pengobatan atau tindakan yang dapat dilakukan untuk mengobati masalah
gangguan persepsi warna. Namun penderita buta warna ringan dapat belajar mengasosiasikan
warna dengan objek tertentu. Untuk mengurangi gejala dapat digunakan kacamata berlensa
dengan filter warna khusus yang memungkinkan pasien melakukan interpretasi kembali
warna
Gangguan penglihatan warna yang diturunkan tidak dapat diobati atau dikoreksi. Beberapa
gangguan penglihatan warna yang didapat dapat diobati, bergantung pada penyebabnya.
Sebagai contoh jika katarak merupakan penyebab gangguan penglihatan warna, operasi untuk

mengangkat katarak dapat mengembalikan penglihatan warna menjadi normal. Beberapa cara
untuk membantu gangguan penglihatan warna, antara lain:
1

Memakai lensa kontak berwarna. Hal ini dapat membantu membedakan warna, tetapi
lensa ini tidak menjadikan penglihatan menjadi normal dan objek yang dilihat dapat

terdistorsi.
Memakai kacamata yang memblok sinar yang menyilaukan. Orang dengan masalah
penglihatan dapat membedakan warna lebih baik saat ada penghalang sinar yang
menyilaukan.

Pencegahan
Tidak ada cara untuk mencegah buta warna genetik. Tidak ada cara juga untuk
mencegah buta warna didapat yang berhubungan dengan penyakit Alzheimer,diabetes
mellitus, leukemia, penyakit hati, degenerasi makular, multipel sklerosis, penyakit Parkinson,
anemia sel bulan sabit, dan retinitis pigmentosa. Beberapa buta warna didapat dapat dicegah.
Membatasi penggunaan alkohol dan obat, seperti antibiotik, barbiturat, obat anti tuberkulosis,
pengobatan tekanan darah tinggi dan beberapa pengobatan yang digunakan untuk penyakit
saraf dan psikologis, ke level yang dibutuhkan untuk keuntungan terapeutik dapat membatasi
buta warna didapat.

Daftar Pustaka
https://www.scribd.com/doc/231653464/Buta-Warna
https://www.scribd.com/search?query=definisi+dan+etiologi+buta+warna
https://www.scribd.com/search?query=manifestasi+dan+tanda+gejala+buta+warna
https://www.scribd.com/doc/261826119/Askep-Buta-Warna
dendyevankiswara-feb11.web.unair.ac.id

Anda mungkin juga menyukai