Nama
Murti Aggraeni
Kelas/Prodi
S1 Reguler 7B
Mata Kuliah
Persepsi Sensori
A. Fisiologi
Penglihatan warna sangat dipengaruhi oleh tiga macam pigmen di dalam sel kerucut sehingga
sel kerucut/conus menjadi peka secara selektif terhadap berbagai warna biru, merah, dan
hijau. Banyak teori berbeda diajukan untuk menjelaskan fenomena penglihatan, tapi biasanya
teori-teori itu didasarkan pada pengamatan yang sudah dikenal dengan baik, yaitu bahwa
mata manusia dapat mendeteksi hampir semua gradasi warna bila cahaya monokromatik
merah, hijau, dan biru dicampur secara tepat dalam berbagai kombinasi (lihat gambar 1).
Semua teori mengenai penglihatan warna berdasarkan pada observasi yang telah dikenal
secara baik, yakni bahwa mata manusia sebenarnya dapat mendeteksi hampir semua gradasi
warna bila cahaya monokromatik dari warna merah, hijau,dan biru dipersatukan dalam
bermacam-macam kombinasi.
Berdasarkan uji penglihatan warna, sensitivitas spektrum ketiga tipe sel kerucut pada manusia
telah terbukti pada dasarnya sama seperti kurva absorpsi cahaya untuk ketiga tipe pigmen
yang ditemukan di dalam sel kerucut. Kurva ini dapat menjelaskan hampir semua fenomena
penglihatan warna (lihat gambar 2).
Gambar 2: Peragaan besarnya rangsangan yang timbul pada berbagai sel kerucut yang peka
terhadap warna oleh cahaya monokromatik dari warna biru, hijau, kuning, dan jingga
Penglihatan warna diperankan oleh sel kerucut yang mempunyai pigmen terutama cis
aldehida A2. Penglihatan warna merupakan kemampuan membedakan gelombang sinar yang
berbeda. Warna ini terlihat akibat gelombang elektromagnetnya mempunyai panjang
gelombang yang terletak antara 440-700 (Ilyas, 2008). Warna primer yaitu warna dasar yang
dapat memberikan jenis warna yang terlihat dengan campuran ukuran tertentu. Pada sel
kerucut terdapat 3 macam pigmen yang dapat membedakan warna dasar merah, hijau dan
biru.
1
Protanopia
( Defisiensi merah )
Reseptor warna ( kerucut ) pada mata orang dengan protanopia tidak sensitif
terhadap panjang gelombang yang jauh ( merah ), karena hilangnya pigmen
peka-merah.
Normal
Protanopia
Deuteranopia
( Defisiensi hijau )
Deuteranopia adalah bentuk terbanyak dari buta warna. Orang dengan kondisi ini
memiliki sel-sel kerucut yang tidak sensitif terhadap panjang gelombang menengah
( hijau ), karena menghilangnya pigmen peka-hijau.
Normal
Deuteranopia
Tritanopia
( Defisiensi Biru )
Tritanopia lebih jarang dijumpai daripada beberapa kategori yang telah
disebutkan di atas.
Normal
Tritanopia
Ketiga macam pigmen tersebut membuat kita dapat membedakan warna mulai dari ungu
sampai merah. Untuk dapat melihat normal, ketiga pigmen sel kerucut harus bekerja dengan
baik. Jika salah satu pigmen mengalami kelainan atau tidak ada, maka terjadi buta warna.
Warna komplemen ialah warna yang bila dicampur dengan warna primer akan berwarna
putih. Putih adalah campuran semua panjang gelombang cahaya, sedangkan hitam tidak ada
cahaya (Ilyas, 2008).
Gelombang elektromagnit yang diterima pigmen akan diteruskan rangsangannya pada
korteks pusat penglihatan warna di otak. Bila panjang gelombang terletak di antara kedua
pigmen maka akan terjadi penggabungan warna (Ilyas, 2008). Seseorang yang mampu
membedakan ketiga macam warna, disebut sebagai trikromat (lihat gambar 3). Dikromat
adalah orang yang dapat membedakan 2 komponen warna dan mengalami kerusakan pada 1
jenis pigmen kerucut. Kerusakan pada 2 pigmen sel kerucut akan menyebabkan orang hanya
mampu melihat satu komponen yang disebut monokromat. Pada keadaan tertentu dapat
terjadi seluruh komponen pigmen warna kerucut tidak normal sehingga pasien tidak dapat
mengenal warna sama sekali yang disebut sebagai akromatopsia (Ilyas, 2008).
Ketiga macam conus itu mengandung zat photokemis yaitu substansi yang dapat dipecah
oleh sinar matahari. Jika ketiga macam conus itu mendapat rangsang bersama-sama, maka
terlihatlah warna putih. Warna-warna lain adalah kombinasi dari 3 warna dasar itu dengan
perbandingan
gelombang 610 milimikron merangsang kerucut merah ke suatu nilai rangsang sebesar kirakira 0.75 (76% dari puncak perangsangan pada panjang gelombang optimum), sedangkan ia
merangsang kerucut hijau ke suatu nilai rangsang sebesar kira-kira 0.13 dan kerucut biru
sama sekali tidak dirangsang. Jadi rasio perangsangan dari ketiga jenis conus dalam hal ini
adalah 75 :13 : 0, sehingga sistem saraf menafsirkan kelompok rasio ini sebagai sensasi
merah. Unsuk sensasi biru, kelompok rasionya adalah 0 : 14 : 86; untuk sensasi jingga tua-
kuning, kelompok rasionya 100 : 50 : 0, untuk sensasi hijau, kelompok rasionya 50 : 85 : 15,
demikian seterusnya
B. Etiologi
Buta warna adalah kondisi yang diturunkan secara genetik. Dibawa oleh kromosom X
pada perempuan, buta warna diturunkan kepada anak-anaknya. Ketika seseorang mengalami
buta warna, mata mereka tidak mampu menghasilkan keseluruhan pigmen yang dibutuhkan
untuk mata berfungsi dengan normal. Cacat mata ini merupakan kelainan genetik yang
diturunkan oleh ayah atau ibu.
Dari semua jenis buta warna, kasus yang paling umum adalah anomalus trikromasi,
khususnya deutranomali, yang mencapai angka 5% dari pria. Sebenarnya, penyebab buta
warna tidak hanya karena ada kelainan pada kromosom X, namun dapat mempunyai kaitan
dengan 19 kromosom dan gen-gen lain yang berbeda dan resesif bila ada kelainan pada
makula dan saraf optic. Beberapa penyakit yang diturunkan seperti distrofi sel kerucut dan
akromatopsia juga dapat menyebabkan seseorang menjadi buta warna (Anonim, 2008).
Gen buta warna terkait dengan dengan kromosom X (X-linked genes). Jadi kemungkinan
seorang pria yang memiliki genotif XY untuk terkena buta warna secara turunan lebih besar
dibandingkan wanita yang bergenotif XX untuk terkena buta warna. Jika hanya terkait pada
salah satu kromosom X nya saja, wanita disebut carrier atau pembawa, yang bisa
menurunkan gen buta warna pada anak-anaknya. Menurut salah satu riset 5-8% pria dan
0,5% wanita dilahirkan buta warna. Dan 99% penderita buta warna termasuk dikromasi,
protanopia, dan deuteranopia (Nina Karina, 2007).
Seorang ayah dengan kelainan akan menurunkan alel mutan ke semua anak perempuannya.
Jika ibu homozigot dominan, anak perempuan akan memiliki fenotip normal, tetapi akan
menjadi carrier mutasi (lihat gambar 4).
Gambar 4
Jika seorang perempuan karier bertemu dengan laki-laki fenotip normal, ada 50% peluang
untuk masing-masing anak perempuan menjadi karier dan 50% untuk masing-masing anak
laki-laki untuk memiliki kelainan (lihat gambar 5).
Gambar 5
Jika karier bertemu dengan laki-laki yang memiliki kelainan, akan ada peluang 50% untuk
masing-masing anak yang lahir menmiliki kelainan, apapun jenis kelaminnya. Anak
perempuan yang tidak memiliki kelainan akan menjadi karier, sedangkan anak laki-laki yang
tidak memiliki kelainan tidak memiliki alel resesif sama sekali (lihat gambar 6).
Lihat gambar 6
Dua gen yang berhubungan dengan munculnya buta warna adalah OPN1LW (Opsin 1 Long
Wave), yang menyandi pigmen merah dan OPN1MW (Opsin 1 Middle Wave), yang
menyandi pigmen hijau (Samir S. Deeb dan Arno G. Motulsky, 2005). Buta warna dapat juga
ditemukan pada penyakit makula, saraf optik, sedang pada kelainan retina ditemukan cacat
relative penglihatan warna biru dan kuning sedang kelainan saraf optik memberikan kelainan
melihat warna merah dan hijau (Ilyas, 2008).
Buta warna juga dapat terjadi pada :
Trauma kimia dengan kadar tinggi dapat menyebabkan buta warna, seperti karbon
monoksida, karbon disulfida.
penglihatan warna.
C. Manifestasi
Seseorang yang mengalami achromatopsia tidak dapat membedakan warna.
Beberapa orang dengan achromatopsia hanya bias melihat abu-abu. Seseorang dengan
kondisi ini biasanya memiliki jarak pandang yang pendek, sensitive pada cahaya, dan
gerakan mata cepat.
Jenis lain buta warna adalah dyschromatopsia yang mebih umum terjadi. Individu
dengan kondisi ini biasanya memiliki penglihatan yang sangat baik. Penderita
biasanya tidak dapat membedakan antara warna merah dan hijau. Dalam kasus yang
jarang terjadi, orang tidak dapat membedakan antara nuansa biru dan kuning. Banyak
orang dengan kondisi tidak menyadari bahwa mereka buta warna.
D. Asuhan Keperawatan
a
Pengkajian keperawatan
Identitas Data
a
Identitas klien meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan, alamat,
tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, No register, dan diagnosa medis.
Identitas orang tua yang terdiri dari : Nama Ayah dan Ibu, usia, pendidikan,
pekerjaan/sumber penghasilan, agama, dan alamat.
Identitas saudara kandung meliputi nama, usia, jenis kelamin, hubungan dengan
klien, dan status kesehatan.
Keluhan Utama
Keluhan utama klien dengan buta warna adalah salah dalam menginterpetasikan
warna tertentu yang dilihatnya.
Riwayat Kesehatan
a
b
Prenatal
4 langkah
Motorik Halus
memainkan sendok
Kognitif dan Bahasa
Riwayat Sosial
1
2
3
4
5
a
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan untuk penglihatan warna dengan memakai satu
seri gambar titik bola kecil dengan warna dan besar berbeda (gambar pseudokromatik),
sehingga dalam keseluruhan terlihat warna pucat dan menyukarkan pasien dengan
kelainan penglihatan warna melihatnya. Penderita buta warna atau dengan kelainan
penglihatan warna dapat melihat sebagian ataupun sama sekali tidak dapat melihat
gambaran yang diperlihatkan. Pada pemeriksaan pasien diminta melihat dan mengenali
tanda gambar yang diperlihatkan dalam waktu 10 detik (Ilyas, 2008).
Penyakit tertentu dapat terjadi ganguan penglihatan warna seperti buta warna merah dan
hijau pada atrofi saraf optik, optik
iskemik, glaukoma dengan atrofi optik yang memberikan ganguan penglihatan biru
kuning (Ilyas, 2008). Kesimpulan tes buta warna dan diagnosis buta warna dapat diambil
dari hasil pemeriksaan ini. (lihat tabel 1 dam gambar 11)
pengambilan kesimpulan
Buta
warna
parsial
terlihat angka
Normal
d.
Pemeriksaan Diagnostik
DIAGNOSA
NOC
O
1
Gangguan
Fungsi
NIC
sensori
penglihatan
(penglihatan)
Aktivitas :
b.d
defek
Indikator :
1
Ketajaman
penglihatan
penglihatan
warna
Ketajaman
menolak kenyataan)
DS :
o Keluhan
tidak
penglihatan
dapat
membedakan
4
pada
terang
penglihatan
pandang
(kiri
dan
Lapang
pandang
(kiri
Respon
penglihatan
buku ishihara
defisiensi
warna
yang
dan
mestinya.
o Interpretasi
angka dalam
pasien
kanan)
rangsangan
menyebutkan
reaksi
dimiliki
3
DO:
warna rendah
Tidak dapat
Menerima
Lapang
sekitar
cahaya
terhadap
kanan)
tertentu
o Keluhan
sekitar
warna
silau
pusat
Aktivitas :
1
meningkatkan
frekuensi
penglihatan
jangkauan kegiatan
Indikator:
1
Bantu
dan/atau
untuk menemukan
kemunduran
yang
penglihatan
bentuk
dan
defisiensi
biasa
(misalnya
buta
warna
yang
dialami
2
Posisikan
untuk
sendiri
3
4
Menggunakan
kelemahan pasien
warna
Keluhan
salah
klien
dalam
membedakan
warna
yang
membuat
ia
4
5
6
DO :
mengalami
cedera
7
saat
filter
faktor
untuk
bahaya
lingkungan
Mengembangkan
resiko
Mengatur
diperlukan
Kontrol
menggunakan
kacamata
kontrol
warna
khusus
yang
strategi
menginterpretasikan warna
diperlukan
Menyatakan resiko
Modifikasi
gaya
dengan
dlm
skrining
utk
melakukan
mengidentifikasi
aktivitasnya.
risiko.
dan
dapat
3
4
ancaman
kesehatan
Berpartisipasi
baik
untuk
menurunkan resiko
Menghindari
paparan
Klien
dapat
memiliki
hidup
cidera
yang
strategi
DS :
apa
resiko
interpretasi
Indikator :
kurangnya
dengan
terhadap
sesuai
pada
Resiko
b.d
yang
Menggunakan
warna khusus
Risk Control
cedera
kegiatan
dan social
4
kacamata Kacamata
2.
memilih
kebaikan
penglihatan
Bantu
yang
dapat
membahayakan
Berikan penjelasan
pada
adanya
Harga
rendah
b.d Indikator :
Aktivitas :
Gangguan
konsep diri
Menerima
tubuh
bagian
mengalami
o Merasa malu
gangguan
Puas
penampilan tubuh
Puas dengan fungsi
lain
tentang dirinya
Bantu
pasien
yang
DS:
dengan orang
dengan
3
tubuh
DO:
o Tampak
murung
o Menarik
meningkatkan
penilaian
dirinya
terhadap
penghargaan dirinya
Bantu
pasien
untuk
meningkatkan kepercayaan
4
dirinya
Berikan
untuk pasien
Dorong kontak mata dalam
diri
o Perasaan (-)
terhadap
untuk
dorongan
kuat
orang
Berikan
tubuh
pendidikan
Penatalaksanaan
Tidak ada pengobatan atau tindakan yang dapat dilakukan untuk mengobati masalah
gangguan persepsi warna. Namun penderita buta warna ringan dapat belajar mengasosiasikan
warna dengan objek tertentu. Untuk mengurangi gejala dapat digunakan kacamata berlensa
dengan filter warna khusus yang memungkinkan pasien melakukan interpretasi kembali
warna
Gangguan penglihatan warna yang diturunkan tidak dapat diobati atau dikoreksi. Beberapa
gangguan penglihatan warna yang didapat dapat diobati, bergantung pada penyebabnya.
Sebagai contoh jika katarak merupakan penyebab gangguan penglihatan warna, operasi untuk
mengangkat katarak dapat mengembalikan penglihatan warna menjadi normal. Beberapa cara
untuk membantu gangguan penglihatan warna, antara lain:
1
Memakai lensa kontak berwarna. Hal ini dapat membantu membedakan warna, tetapi
lensa ini tidak menjadikan penglihatan menjadi normal dan objek yang dilihat dapat
terdistorsi.
Memakai kacamata yang memblok sinar yang menyilaukan. Orang dengan masalah
penglihatan dapat membedakan warna lebih baik saat ada penghalang sinar yang
menyilaukan.
Pencegahan
Tidak ada cara untuk mencegah buta warna genetik. Tidak ada cara juga untuk
mencegah buta warna didapat yang berhubungan dengan penyakit Alzheimer,diabetes
mellitus, leukemia, penyakit hati, degenerasi makular, multipel sklerosis, penyakit Parkinson,
anemia sel bulan sabit, dan retinitis pigmentosa. Beberapa buta warna didapat dapat dicegah.
Membatasi penggunaan alkohol dan obat, seperti antibiotik, barbiturat, obat anti tuberkulosis,
pengobatan tekanan darah tinggi dan beberapa pengobatan yang digunakan untuk penyakit
saraf dan psikologis, ke level yang dibutuhkan untuk keuntungan terapeutik dapat membatasi
buta warna didapat.
Daftar Pustaka
https://www.scribd.com/doc/231653464/Buta-Warna
https://www.scribd.com/search?query=definisi+dan+etiologi+buta+warna
https://www.scribd.com/search?query=manifestasi+dan+tanda+gejala+buta+warna
https://www.scribd.com/doc/261826119/Askep-Buta-Warna
dendyevankiswara-feb11.web.unair.ac.id