Anda di halaman 1dari 11

1. a.

Pengertian filsafat
Filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala
sesuatu berdasarkan pikiran atau rasio. Filsafat adalah pandangan hidup seseorang
atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang
dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan
dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari
segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.  Filsafat juga merupakan
sumber dari segala cabang ilmu yang ada. Dalam istilah bahasa Inggris, philosophy,
yang berarti filsafat, juga berasal dari kata Yunani yaitu “philosophia” yang lazim
diterjemahkan ke dalam bahasa tersebut sebagai cinta kearifan. Menurut
pengertiannya yang semula dari zaman Yunani Kuno itu, filsafat berarti cinta
kearifan.
Filsafat adalah usaha untuk memahami atau mengerti semesta dalam hal makna
(hakikat) dan nilai-nilainya (esensi) yang tidak cukup dijangkau hanya dengan panca
indera manusia sekalipun. Bidang filsafat sangatlah luas dan mencakup secara
keseluruhan sejauh dapat dijangkau oleh pikiran. Filsafat berusaha untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan tentang asal mula dan sifat dasar alam semesta tempat manusia
hidup serta apa yang merupakan tujuan hidupnya.

b. Dasar filsafat

secara garis besar dasar-dasar filsafat dibagi kedalam beberapa aspek, seperti
Ontologi, Kosmologi, Efistemologi, dan Oxiologi.
 Ontologi berasal dari bahasa Yunani, "Onto" artinya yang ada dan
"logos" berarti ilmu pengetahuan. Dengan demikian ontologi adalah
cabang filsafat yang mempelajari tentang wujud (being) sesuatu sejauh
itu ada. Oleh karena itu ontlogi bukan saja mempelajari tentang
hakekat Tuhan, akan tetapi juga mempelajari substansi dan hakekat
suatu benda dan persoalan lainnya.
 Epistemologi berasal dari bahasa Yunani Episteme berarti pengetahuan
dan logos artinya ilmu atau teori. Jadi epistemologi adalah cabang
filsafat yang mempelajari tentang pengetahuan dalam mengkaji asal
usul filsafat dan benda
Secara terminologi epistemologi adalah salah satu problem logika yang
dapat menentukan kebenaran dan cara memperoleh  pengetahuan
tentang filsafat yang tepat, yang merupakan cara yang ditempuh dalam
memperoleh pengetahuan filsafat, baik yang teoritis maupun yang
praktis.
 Aksiologi, berasal dari bahasa Yunani juga yaitu "Axio" berarti
bermanfaat atau bernilai dan "logos" berarti ilmu pengetahuan. Jadi
aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai estetika
dan etika terhadap hasil dari pengetahuan. Aksiologi juga merupakan
ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat nilai terhadap persoalan
kefilsafatan, nilai yang dimaksud adalah nilai guna, nilai fungsi dan
nilai manfaat.
 Kosmologi, adalah berasal dari bahasa Yunani yaitu "kosmos" berarti
alam (material) dan logos berarti ilmu pengetahuan. Jadi kosmologi
adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang struktur dan lapisan
alam beserta isinya yang melibatkan manusia sebagai subjek
 Logika, berasal dari kata "logic" berarti akal atau rasio. Jadi logika
adalah cabang filsafat yang mepelajari tentang hukum-hukum atau
silogisme-silogisme dalam mengumpulkan data, dengan menggunakan
metode deduktif dan induktif, negasi-negasi terhadap proposisi-
proposisi yang akhirnya akan mendapatkan kesimpulan yang bersifat
rasional.

c. Tujuan Filsafat
1. Mendalami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluru kita dapat
memahami sumber hakekat dan tujuan ilmu.
2. Memamahi sejarah pertumbuhan, perkembangan dan kemajuan ilmu
diberbagai bidang, sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu
komtemporer secara historis.
3. Menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami study di
perguruan tinggi, terutama untuk membedakan persoalan yang ilmiah dan non
ilmiah.
4. Mendorong para calon ilmuwan dan iluman untuk konsisten dalam mendalami
ilmu dan mengembangkannya.
5. Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan
agama tidak ada pertentangan.

d. Hakekat Filsafat
Faktor-faktor Pendorong Timbulnya Filsafatdan Ilmu, Setiap kejadian atau
peristiwa pada dasarnya tidak dapat lepas dari peristiwa-peristiwa lain yang
mendahuluinya. Jadi, sesuatu itu bias terjadi karena ada hubungan dengan peristiwa
sebelumnya. Oleh karena itu kejadian demi kejadian atau peristiwa demi peristiwa
haruslah selalu diperhatian kehadirannya. Demikian pula dengan apa yang disebut
filsafat dan ilmu, ia muncul dan berkembang bukan karena ia sendiri, melainkan
adanya sesuatu (peristiwa) yang memicu muncul dan berkembangnya. Menurut Rinjin
(1997 : 9-10), filsafat dan ilmu timbul dan berkembang karena akal budi, thauma(sia),
dan aporia.
a. Manusia merupakan makhluk berakal budi.
Manusia pada dasarnya adalah makhluk yang berbudaya, sehingga manusia
memiliki akal dan budi, dengan demikian manusia diberi kemampuan untuk
berkomunikasi dan dengan berkomunikasi itu sebenarnya manusia adalah
mahkluk yang berbahasa. Didalam penyampaiannya selalu berbahasa dan oleh
karena itu manusia bias disebut sebagai mahkluk yg berbahasa (homo loquens)
dan yg selalu menggunakan symbol-simbol (animal symbolicum). Dengan akal
budinya, manusia dapat berpikir abstrak dan konseptual sehingga dirinya disebut
sebagai homo sapiens (makhluk pemikir) dan yang ditandai dengan sifat selalu
ingin tahu. Pada diri manusia melekat kehausan intelektual (intellectual curiosity),
yang menjelma dalam wujud aneka ragam pertanyaan. Bertanya adalah berpikir
dan berpikir dimanifestasikan dalam bentuk pertanyaan. Saling berjalin kelindan.
b. Manusia memiliki rasa kagum (thaumasia)
Manusia memliki rasa kagum yang terutama ditunjukkan pada alam semesta. Rasa
kagum itu bukan dari hasil belajar, melainkan berasal dari Sang Pencipta, oleh
karena itu setiap manusia memiliki rasa kagum itu. Rasa kagum itu muncul
terutama pula pada berbagai hal yang bagi manusia sulit untuk dijelaskan
keberasaannya, misalnya rasa kagum terhadap matahari, bumi, pada diri sendiri
dll. Akan tetapi justru dari rasa kagum itulah manusia kemudian mencari tahu
asal-usl, sebab akibat dan lain-lain, dan ini disebabkan pula oleh rasa
keingintahuan (sense of curiosity) manusia atas ketidaktahuannya itu. Bahkan ia
juga berusaha untuk bisa mengetahui kehidupan ini, berusaha untuk mengetahui
keberadaan dirinya sendiri.
c. Manusia senantiasa menghadapi masalah
Hal lain yang juga menjadi pendorong munculnya adalah berbagai permasalahan
yang selali dihadapi oleh manusia (aporia). Masalah demi masalah akan selalu
dihadapi oleh manusia, baik permasalahan yang akan berhubungan dengan
kehidupan praktis maupun akan berhubungan dengan kehidupan teoritis. Manusia
akan selalu terdorong untuk bisa mengatasi berbagai masalah yang muncul
tersebut. Manusia akan selalu mencari jalan keluarnya dan tidak jarang akan
memunculkan berbagai temuan baru yang sangat berharga atau berarti bagi
kehidupan manusia. Intinya selalu berproses untuk menyelesaikan masalah.

2. Sejarah filsafat
Filsafat berkembang atas dasar pemikiran kefilsafatan yang telah dibangun
sejak abad ke-6 SM. Ada dua orang filsuf yang corak pemikirannya boleh dikatakan
mewarnai diskusidiskusi filsafat sepanjang sejarah perkembangannya, yaitu
Herakleitos (535-475 SM) dan Parmenides (540-475 SM).
Pembagian secara periodisasi filsafat barat adalah zaman kuno, zaman abad
pertengahan, zaman modern, dan masa kini. Aliran yang muncul dan berpengaruh
terhadap pemikiran filsafat adalah Positivisme, Marxisme, Eksistensialisme,
Fenomenologi, Pragmatisme, dan NeoKantianianisme dan Neo-tomisme. Pembagian
secara periodisasi Filsafat Cina adalah zaman kuno, zaman pembauran, zaman Neo-
Konfusionisme, dan. zaman modern. Tema yang pokok di filsafat Cina adalah
masalah perikemanusiaan. Pembagian secara periodisasi filsafat India adalah periode
Weda, Wiracarita, Sutra-sutra, dan Skolastik. Adapun pada Filsafat Islam hanya ada
dua periode, yaitu periode Muta-kallimin dan periode filsafat Islam. Untuk sejarah
perkembangan ilmu pengetahuan di sini pembahasan mengacu ke pemikiran filsafat di
Barat.
Periode filsafat Yunani merupakan periode penting sejarah peradaban manusia
karena pada waktu itu terjadi perubahan pola pikir manusia dari mite-mite menjadi
yang lebih rasional. Pola pikir mite-mite adalah pola pikir masyarakat yang sangat
mengandalkan mitos untuk menjelaskan fenomena alam, seperti gempa bumi dan
pelangi. Gempa bumi tidak dianggap fenomena alam biasa, tetapi Dewa Bumi yang
sedang menggoyangkan kepalanya. Namun, ketika filsafat diperkenalkan, fenomena
alam tersebut tidak lagi dianggap sebagai aktivitas dewa, tetapi aktivitas alam yang
terjadi secara kausalitas. 
Perubahan pola pikir tersebut kelihatannya sederhana, tetapi implikasinya
tidak sederhana karena selama ini alam ditakuti dan dijauhi kemudian didekati bahkan
dieksploitasi. Manusia yang dulunya pasif dalam menghadapi fenomena alam menjadi
lebih proaktif dan kreatif, sehingga alam dijadikan objek penelitian dan pengkajian.
Dari proses ini kemudian ilmu berkembang dari rahim filsafat, yang akhirnya kita
nikmati dalam bentuk teknologi. Karena itu, periode perkembangan filsafat Yunani
merupakan poin untuk memasuki peradaban baru umat manusia. Jadi, perkembangan
ilmu pengetahuan seperti sekarang ini tidaklah berlangsung secara mendadak,
melainkan terjadi secara bertahap, evolutif. Karena untuk memahami sejarah
perkembangan ilmu mau tidak mau harus melakukan pembagian atau klasifikasi
secara periodik, karena setiap periode menampilkan ciri khas tertentu dalam
perkembangan ilmu pengetahuan. Perkembangan pemikiran secara teoretis senantiasa
mengacu kepada peradaban Yunani.
Periodisasi perkembangan ilmu dimulai dari peradaban Yunani dan diakhiri
pada zaman kontemporer.

 Zaman Pra Yunani Kuno

Pada masa ini manusia masih menggunakan batu sebagai peralatan. Oleh
karena itu, zaman pra Yunani Kuno disebut juga Zaman Batu yang berkisar antara
empat juta tahun sampai 20.000 tahun. Antara abad ke-15 sampai 6-SM, manusia
telah menemukan besi, tembaga, dan perak untuk berbagai peralatan. Abad kelima
belas Sebelum Masehi peralatan besi dipergunakan pertama kali di Irak, tidak di
Eropa atau Tiongkok.
Pada abad ke-6 SM di Yunani muncul lahirnya filsafat. Timbulnya filsafat di
tempat itu disebut suatu peristiwa ajaib (the greek miracle). Ada beberapa faktor yang
sudah mendahului dan seakan-akan mempersiapkan lahirnya filsafat di Yunani.
Pada bangsa Yunani, seperti juga pada bangsa-bangsa sekitarnya, terdapat
suatu mitologi yang kaya serta luas. Mitologi ini dapat dianggap sebagai perintis yang
mendahului filsafat, karena mite-mite sudah merupakan percobaan untuk mengerti.
Mite-mite sudah memberi jawaban atas pertanyaan yang hidup dalam hati manusia:
dari mana dunia kita? Dari mana kejadian dalam alam? Apa sebab matahari terbit, lalu
terbenam lagi? Melalui mite-mite, manusia mencari keterangan tentang asal usul alam
semesta dan tentang kejadian-kejadian yang berlangsung di dalamnya. anya disebut
mite kosmogonis, sedangkan mite jenis kedua yang mencari keterangan.Mite jenis
pertama yang mencari keterangan tentang asal usul alam semesta sendiri biasan
tentang asal usul serta sifat kejadian dalam alam semesta disebut mite kosmologis.
Khusus pada bangsa Yunani ialah mereka mengadakan beberapa usaha untuk
menyusun mite-mite yang diceritakan oleh rakyat menjadi suatu keseluruhan yang
sistematis. Dalam usaha itu sudah tampaklah sifat rasional bangsa Yunani. Karena
dengan mencari suatu keseluruhan yang sistematis, mereka sudah menyatakan
keinginan untuk mengerti hubungan mite-mite satu sama lain dan menyingkirkan mite
yang tidak dapat dicocokkan dengan mite lain.
Kedua karya puisi Homeros yang masing-masing berjudul Ilias dan Odyssea
mempunyai kedudukan istimewa dalam kesusasteraan Yunani. Syair-syair dalam
karya tersebut lama sekali digunakan sebagai semacam buku pendidikan untuk rakyat
Yunani. Pada dialog yang bernama Foliteia, Plato mengatakan Homeros telah
mendidik seluruh Hellas.
Karena puisi Homeros pun sangat digemari oleh rakyat untuk mengisi waktu
terluang dan serentak juga mempunyai nilai edukatif.
Pengaruh Ilmu Pengetahuan yang pada waktu itu sudah terdapat di Timur Kuno.
Orang Yunani tentu berutang budi kepada bangsa-bangsa lain dalam menerima
beberapa unsur ilmu pengetahuan dari mereka. Demikianlah ilmu ukur dan ilmu
hitung sebagian berasal dari Mesir dan Babylonia pasti ada pengaruhnya dalam
perkembangan ilmu astronomi di negeri Yunani. Namun, andil dari bangsa-bangsa
lain dalam perkembangan ilmu pengetahuan Yunani tidak boleh dilebih-lebihkan.
Orang Yunani telah mengolah unsur-unsur tadi atas cara yang tidak pernah disangka-
sangka oleh bangsa Mesir dan Babylonia. Baru pada bangsa Yunani ilmu pengetahuan
mendapat corak yang sungguh-sungguh ilmiah.
Pada abad ke-6 Sebelum Masehi mulai berkembang suatu pendekatan yang
sama sekali berlainan. Sejak saat itu orang mulai mencari berbagai jawaban rasional
tentang problem yang diajukan oleh alam semesta. Logos (akal budi, rasio) mengganti
mythos. Dengan demikian filsafat dilahirkan.
Pada zaman Pra Yunani Kuno di dunia ilmu pengetahuan dicirikan
berdasarkan know how yang dilandasi pengalaman empiris. Di samping itu,
kemampuan berhitung ditempuh dengan cara one-to one correspondency atau
mapping process. Contoh cara menghitung hewan yang akan masuk dan ke luar
kandang dengan kerikil. Namun pada masa ini manusia sudah mulai memperhatikan
keadaan alam semesta sebagai suatu proses alam.

 Zaman Yunani Kuno

Zaman Yunani Kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada
masa ini orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya.
Yunani pada masa itu dianggap sebagai gudang ilmu dan filsafat, karena Bangsa
Yunani pada masa itu tidak lagi mempercayai mitologi-mitologi. Bangsa Yunani juga
tidak dapat menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap receptive attitude
(sikap menerima begitu saja), melainkan menumbuhkan sikap an inquiring attitude
(suatu sikap yang senang menyelidiki sesuatu secara kritis). Sikap belakangan inilah
yang menjadi cikal bakal tumbuhnya ilmu pengetahuan modern. Sikap kritis inilah
menjadikan bangsa Yunani tampil sebagai ahli pikir terkenal sepanjang masa.
Beberapa filsuf pada masa itu antara lain Thales (625-545 SM), Phytagoras (580-500
SM), Socrates (469-399 SM), Plato (427-347 SM), hingga Aristoteles (384-322 SM).
Zaman Kuno meliputi zaman filsafat pra-Socrates di Yunani. Tokoh-tokohnya
dikenal dengan nama filsuf pertama atau filsuf alam. Mereka mencari unsur induk
(arche) yang dianggap asal dari segala sesuatu. Menurut Thales arche itu air,
Anaximandros berpendapat arche itu “yang tak terbatas” (to apeiron). Anaximenes
arche itu udara, Pythagoras arche itu bilangan, Heraklitos arche itu api, ia juga
berpendapat bahwa segala sesuatu itu terus mengalir (panta rhei). Parmenedes
mengatakan bahwa segala sesuatu itu tetap tidak bergerak.

 Zaman Keemasan Filsafat Yunani

Pada waktu Athena dipimpin oleh Perikles kegiatan politik dan filsafat dapat
berkembang dengan baik. Ada segolongan kaum yang pandai berpidato (rethorika)
dinamakan kaum sofis. Kegiatan mereka adalah mengajarkan pengetahuan pada kaum
muda. Yang menjadi objek penyelidikannya bukan lagi alam tetapi manusia,
sebagaimana yang dikatakan oleh Prothagoras, Manusia adalah ukuran untuk segala-
galanya. Hal ini ditentang oleh Socrates dengan mengatakan bahwa yang benar dan
yang baik harus dipandang sebagai nilai-nilai objektif yang dijunjung tinggi oleh
semua orang. Akibat ucapannya tersebut Socrates dihukum mati.
Hasil pemikiran Socrates dapat diketemukan pada muridnya Plato. Dalam
filsafatnya Plato mengatakan: realitas seluruhnya terbagi atas dua dunia yang hanya
terbuka bagi pancaindra dan dunia yang hanya terbuka bagi rasio kita. Dunia yang
pertama adalah dunia jasmani dan yang kedua dunia ide.
Pendapat tersebut dikritik oleh Aristoteles dengan mengatakan bahwa yang
ada itu adalah manusia-manusia yang konkret. “Ide manusia” tidak terdapat dalam
kenyataan. Aristoteles adalah filsuf realis, dan sumbangannya kepada perkembangan
ilmu pengetahuan besar sekali. Sumbangan yang sampai sekarang masih digunakan
dalam ilmu pengetahuan adalah mengenai abstraksi, yakni aktivitas rasional di mana
seseorang memperoleh pengetahuan. Menurut Aristoteles ada tiga macam abstraksi,
yakni abstraksi fisis, abstraksi matematis, dan metafisis.
 Abstraksi yang ingin menangkap pengertian dengan membuang unsur-unsur
individual untuk mencapai kualitas adalah abstraksi fisis. Sedangkan abstraksi di
mana subjek menangkap unsur kuantitatif dengan menyingkirkan unsur kualitatif
disebut abstraksi matematis. Abstraksi di mana seseorang menangkap unsur-unsur
yang hakiki dengan mengesampingkan unsur-unsur lain disebut abstraksi metafisis.

 Masa Helinitis Dan Romawi

Pada zaman Alexander Agung (359-323 SM) sebagai kaisar Romawi dari
Macedonia dengan kekuatan militer yang besar menguasai Yunani, Mesir, Hingga
Syria. Pada masa itu berkembang sebuah kebudayaan trans nasional yang disebut
kebudayaan Hellinistis, karena kekuasaan Romawi dengan ekspansi yang luas
membawa kebudayaan Yunani tidak terbatas lagi pada kota-kota Yunani saja, tetapi
mencakup juga seluruh wilayah yang ditaklukkan Alexander Agung. Bidang filsafat,
di Athena tetap merupakan suatu pusat yang penting, tetapi berkembang pula pusat-
pusat intelektual lain, terutama kota Alexandria. Jika akhirnya ekspansi Romawi
meluas sampai ke wilayah Yunani, itu tidak berarti kesudahan kebudayaan dan filsafat
Yunani, karena kekaisaran Romawi pun pintu di buka lebar untuk menerima warisan
kultural Yunani.
Dalam bidang filsafat tetap berkembang, namun pada saat itu tidak ada filsuf
yang sungguh-sungguh besar kecuali Plotinus. Pada masa ini muncul beberapa aliran
berikut:
Pertama, Sinisme. Menurut paham ini jagat raya ditentukan oleh kuasa-kuasa
yang disebut Logos. Oleh karena itu, segala kejadian berlangsung menurut
ketetapan yang tidak dapat dihindari. Aliran Sinisme merupakan
pengembangan dari aliran Stoik.
Kedua, Stoik. Menyatakan penyangkalannya adanya “Ruh” dan “Materi”
aliran ini disebut juga dengan Monoisme dan menolak pandangan Aristoteles
dengan Dualismenya. Ketiga, Epikurime. Segala-galanya terdiri atas atom-
atom yang senantiasa bergerak. Manusia akan bahagia jika mau mengakui
susunan dunia ini dan tidak boleh takut pada dewa-dewa. Setiap tindakan
harus dipikirkan akan akibatnya. Aliran ini merupakan pengembangan dari
teori atom Democritus sebagai obat mujarab untuk menghilangkan rasa takut
pada takhayul. Keempat, Neo Platonisme. Paham yang ingin menghidupkan
kembali filsafat Plato. Tokohnya adalah Plotinus. Seluruh filsafatnya berkisar
pada Allah sebagai yang satu. Segala sesuatu berasal dari yang satu dan ingin
kembali kepadanya.

 Zaman Abad Pertengahan


Abad Pertengahan ditandai dengan tampilnya para teolog di lapangan ilmu
pengetahuan. Para ilmuwan pada masa ini hampir semua adalah para teolog, sehingga
aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Semboyan yang berlaku bagi
ilmu pada masa ini adalah ancilla theologia atau abdi agama. Namun demikian harus
diakui bahwa banyak juga temuan dalam bidang ilmu yang terjadi pada masa ini.
Periode Abad Pertengahan mempunyai perbedaan yang mencolok dengan
abad sebelumnya. Perbedaan itu terutama terletak pada dominasi agama. Timbulnya
agama Kristen yang diajarkan oleh Nabi Isa as. pada permulaan Abad Masehi
membawa perubahan besar terhadap kepercayaan keagamaan.
Pada zaman ini kebesaran kerajaan Romawi runtuh, begitu pula dengan
peradaban yang didasakan oleh logika ditutup oleh gereja dan digantikan dengan
logika keagamaan. Agama Kristen menjadi problema kefilsafatan karena mengajarkan
bahwa wahyu Tuhanlah yang merupakan kebenaran yang sejati. Hal ini berbeda
dengan pandangan Yunani Kuno yang mengatakan bahwa kebenaran dapat dicapai
oleh kemampuan akal. Mereka belum mengenal adanya wahyu. Pada zaman itu
akademia Plato di Athena ditutup meskipun ajaran-ajaran Aristoteles tetap dapat
dikenal. Para filosof nyaris begitu saja menyatakan bahwa Agama Kristen adalah
benar.
Mengenai sikap terhadap pemikiran Yunani ada dua: Golongan yang menolak
sama sekali pemikiran Yunani, karena pemikiran Yunani merupakan pemikiran orang
kafir, karena tidak mengakui wahyu. Menerima filsafat Yunani yang mengatakan
bahwa karena manusia itu ciptaan Tuhan, kebijaksanaan manusia berarti pula
kebijaksanaan yang datangnya dari Tuhan. Mungkin akal tidak dapat mencapai
kebenaran yang sejati maka akal dapat dibantu oleh wahyu.
Filsafat pada zaman Abad Pertengahan mengalami dua periode, yaitu: Periode
Patristik, berasal dari kata Latin patres yang berarti bapa-bapa Gereja, ialah ahli-ahli
agama Kristen pada abad permulaan agama Kristen. Periode ini mengalami dua tahap:
1). Permulaan agama Kristen. Setelah mengalami berbagai kesukaran terutama
mengenai filsafat Yunani, maka agama Kristen memantapkan diri. Keluar
memperkuat gereja dan ke dalam menetapkan dogma-dogma.
2). Filsafat Agustinus yang merupakan seorang ahli filsafat yang terkenal pada
masa patristik. Agustinus melihat dogma-dogma sebagai suatu keseluruhan.
Periode Skolastik, berlangsung dari tahun 800-1500 M. Periode ini dibagi
menjadi tiga tahap: 1) Periode skolastik awal (abad ke-9-12), ditandai oleh
pembentukan rnetode-metode yang lahir karena hubungan yang rapat antara
agama dan filsafat. Yang tampak pada permulaan ialah persoalan tentang
Universalia. 2) Periode puncak perkembangan skolastik (abad ke-13), ditandai
oleh keadaan yang dipengaruhi oleh Aristoteles akibat kedatangan ahli filsafat
Arab dan Yahudi. Puncak perkembangan pada Thomas Aquinas. 3) Periode
skolastik akhir (abad ke-14-15), ditandai dengan pemikiran kefilsafatan yang
berkembang ke arah nominalisme, ialah aliran yang berpendapat bahwa
universalisme tidak memberi petunjuk tentang aspek yang sama dan yang
umum mengenai adanya sesuatu hal. Pengertian umum hanya momen yang
tidak mempunyai nilai-nilai kebenaran yang objekti.

 Zaman Renaissance
Zaman Renaissance ditandai sebagai era kebangkitan kembali pemikiran yang
bebas dari dogma-dogma agama. Renaissance ialah zaman peralihan ketika
kebudayaan Abad Pertengahan mulai berubah menjadi suatu kebudayaan modern.
Manusia pada zaman ini adalah manusia yang merindukan pemikiran yang bebas.
Manusia ingin mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri, tidak didasarkan
atas campur tangan ilahi. Penemuan ilmu pengetahuan modern sudah mulai dirintis
pada Zaman Renaissance. Ilmu pengetahuan yang berkembang maju pada masa ini
adalah bidang astronomi. Tokoh-tokoh yang terkenal seperti Roger Bacon,
Copernicus, Johannes Keppler, Galileo Galilei. Berikut cuplikan pemikiran para filsuf
tersebut yaitu Roger Bacon, Copernicus, Johannes Keppler (awal 1600-an), dan
Galileo Galilei.
 Zaman Modern
Zaman modern ditandai dengan berbagai penentuan dalam bidang ilmiah.
Perkembangan ilmu pengeahuan pada zaman modern sesungguhnya sudah dirintis
sejak Zaman Renaissance. Seperti Rene Descartes (1596-1650), tokoh yang terkenal
sebagai bapak filsafat moden. Rene Descartes juga seorang ahli ilmu pasti.
Penemuannya dalam ilmu pasti adalah sistem koordinat yang terdiri atas dua garis
turus X dan Y dalarn bidang datar. Isaac Newton dengan temuannya teori gravitasi.
Charles Darwin dengan teorinya strugglefor life (perjuangan untuk hidup). JJ.
Thompson dengan temuannya elektron.

 Zaman Kontemporer (Arad Ke-20 Dan Seterusnya).


Di antara ilmu khusus yang dibicarakan oleh para filsuf, bidang fisika
menempati kedudukan yang paling tiggi. Menurut Traut fisika dipandang sebagai
dasar ilmu pengetahuan yang subjek materinya mengandung unsur-unsur fundamental
yang mernbentuk alam semesta juga menunjukkan bahwa secara historis hubungan
antara fisika dengan flsafat terliht dalam dua cara. Pertama, persuasi filosafis
mengenai metode fisika, dan dalam interaksi antara pandangan subtasional tentang
fisika (misalnya: tentang materi, kuasa, konsep ruang, dan waktu). Kedua, ajaran
filsafat tradisional yang menjawab fenornena tentang materi, kuasa, ruang, dan waktu.
Dengan demikian, sejak semula sudah ada hubungan yang erat antara filsafat dan
fisika.
Fisikawan abad ke-21 adalah Albert Einstain menyatakan bahwa alam itu
tidak terhingga besarnya dan tidak terbatas, tetapi juga tidak berubah status
totalitasnya atau bersifat statis dari waktu ke waktu. Einstein percaya akan kekekalan
materi. Ini berarti bahwa alam semesta itu bersifat kekal, atau dengan kata lain tidak
mengakui adanya penciptaan alam. Di samping teori mengenai fisika, teori alam
semesta, dan lain-lain, Zaman Kantemporer ini ditandai dengan penemuan berbagai
teknologi canggih. Teknologi komunikasi dan informasi termasuk salah satu yang
rrrengalami kemaj uan sangat pesat.
Mulai dari penemuan komputer, berbagai satelit komunikasi, internet, dan
sebagainya. Bidang ilmu lain juga mengalami kemajuan pesat, sehingga terjadi
spesialisasi ilmu yang semakin tajam. Ilmuwan kantemporer mengetahui hal yang
sedikit, tetapi secara rnendalam. Ilmnu kedokteran semakin menajam dalam spesialis
dan subspesialis atau super-spesialis, demikian pula bidang ilmu lain. Di samping
kecenderungan ke arah spesialisasi, kecenderungan lain adalah sintesis antara bidang
ilmu satu dengan lainya, sehingga dihadirkannya bidang ilmu baru seperti
bioteknologi yang dewasa ini dikenal dengan teknolagi kloning.

3. Dua Toko Filsafat


a. Immanuel Kant
Immanuel Kant adalah seorang filsuf Jerman. Karya Kant yang terpenting
adalah Kritik der Reinen Vernunft, 1781. Dalam bukunya ini ia “membatasi
pengetahuan manusia”. Atau dengan kata lain “apa yang bisa diketahui manusia.” Ia
menyatakan ini dengan memberikan tiga pertanyaan:

 Apakah yang bisa kuketahui?


 Apakah yang harus kulakukan?
 Apakah yang bisa kuharapkan?
Kant merasa sangat penting untuk melestarikan dasar-dasar kepercayaan
kristiani, sama seperti Berkeley.

Kant adalah filosof pertama yang sejauh ini kita ketahui pernah mengajarkan
filsafat di universitas.

Kant adalah orang yang mencari jawaban sendiri bagi pertanyaan-pertanyaan


filosofis dan juga orang yang menjadi ahli dalam sejarah filsafat tapi tidak
menyusun filosofinya sendiri.

Kant akrab dengan rasionalismenya Descartes dan Spinoza serta


empirismenya Locke, Berkeley, dan Hume.

Kant beranggapan bahwa pandangan rasionalis dan empiris itu sama-sama


benar separuh dan juga sama-sama salah separuh.

Kant juga beranggapan bahwa baik ‘indra’ maupun ‘akal’ sama-sama


memainkan peranan dalam konsepsi kita mengenai dunia.

Dalam titik tolaknya Kant setuju dengan Hume dan kaum empiris bahwa
seluruh pengetahuan kita tentang dunia berasal dari indra kita. Tapi dalam akal
kita juga terdapat faktor-faktor pasti yang menentukan bagaimana kita
memandang dunia di sekitar kita.

Kant menyebut ‘waktu’ dan ‘ruang’ itu dua ‘bentuk intuisi’ kita. Waktu dan
ruang termasuk pada kondisi manusia. Waktu dan ruang pertama-tama dan
terutama adalah cara pandang dan bukan atribut dari dunia fisik.

Kant menyatakan bahwa bukan hanya pikiran yang menyesuaikan diri dengan
segala sesuatu. Segala sesuatu itu sendiri menyesuaikan diri dengan pikiran.
Kant menyebut ini Revolusi Copernicus dalam masalah pengetahuan manusia.

b. KARL MARX (1818-1883)

Karl Heinrich Marx adalah seorang filsuf, pakar ekonomi politik dan teori
kemasyarakatan dari Prusia. Walaupun Marx menulis tentang banyak hal semasa
hidupnya, ia paling terkenal atas analisisnya terhadap sejarah, terutama mengenai
pertentangan kelas, yang dapat diringkas sebagai "Sejarah dari berbagai masyarakat
hingga saat ini pada dasarnya adalah sejarah tentang pertentangan kelas",
sebagaimana yang tertulis dalam kalimat pembuka dari Manifesto Komunis.
Karl Marx lahir dalam keluarga Yahudi progresif di Trier, Prusia, (sekarang di
Jerman). Ayahnya bernama Herschel, keturunan para rabi, meskipun cenderung
seorang deis, yang kemudian meninggalkan agama Yahudi dan beralih ke agama
resmi Prusia, Protestan aliran Lutheran yang relatif liberal, untuk menjadi pengacara.
Herschel pun mengganti namanya menjadi Heinrich. Saudara Herschel, Samuel —
seperti juga leluhurnya— adalah rabi kepala di Trier. Keluarga Marx amat liberal dan
rumah Marx sering dikunjungi oleh cendekiawan dan artis masa-masa awal Karl.
Marx terkenal karena analisis nya di bidang sejarah yang dikemukakan nya di kalimat
pembuka pada buku ‘Communist Manifesto’ (1848) :” Sejarah dari berbagai
masyarakat hingga saat ini pada dasarnya adalah sejarah tentang pertentangan kelas.”
Marx percaya bahwa kapitalisme yang ada akan digantikan dengan komunisme,
masyarakat tanpa kelas setelah beberapa periode dari sosialisme radikal yang
menjadikan negara sebagai revolusi keditaktoran proletariat(kaum paling bawah di
negara Romawi).

Marx sering dijuluki sebagai bapak dari komunisme, Marx merupakan kaum
terpelajar dan politikus. Ia memperdebatkan bahwa analisis tentang kapitalisme
miliknya membuktikan bahwa kontradiksi dari kapitalisme akan berakhir dan
memberikan jalan untuk komunisme. Di lain tangan, Marx menulis bahwa kapitalisme
akan berakhir karena aksi yang terorganisasi dari kelas kerja internasional.
“Komunisme untuk kita bukanlah hubungan yang diciptakan oleh negara, tetapi
merupakan cara ideal untuk keadaan negara pada saat ini. Hasil dari pergerakan ini
kita yang akan mengatur dirinya sendiri secara otomatis. Komunisme adalah
pergerakan yang akan menghilangkan keadaan yang ada pada saat ini. Dan hasil dari
pergerakan ini menciptakan hasil dari yang lingkungan yang ada dari saat ini. –
Ideologi Jerman- Dalam hidupnya,Marx terkenal sebagai orang yang sukar
dimengerti, ide-ide nya mulai menunjukkan pengaruh yang besar dalam
perkembangan pekerja segera setelah ia meninggal. Pengaruh ini berkembang karena
didorong oleh kemenangan dari Marxist Bolsheviks dalam Revolusi Oktober Rusia.
Namun, masih ada beberapa bagian kecil dari dunia ini yang belum mengenal ide
Marxian ini sampai pada abad ke-20. Hubungan antara Marx dan Marxism adalah
titik kontroversi. Marxism tetap berpengaruh dan kontroversial dalam bidang akademi
dan politik sampai saat ini. Dalam bukunya Marx, Das Kapital (2006), penulis
biografi Francis Wheen mengulangi penelitian David McLellan yang menyatakan
bahwa sejak Marxisme tidak berhasil di Barat, hal tersebut tidak menjadikan
Marxisme sebagai ideologi formal, namun hal tersebut tidak dihalangi oleh kontrol
pemerintah untuk dipelajari.

Marx menjalani sekolah di rumah sampai ia berumur 13 tahun. Setelah lulus


dari Gymnasium Trier, Marx melanjutkan pendidikan nya di Universitas Bonn
jurusan hukum pada tahun 1835 pada usia nya yang ke-17, dimana ia bergabung
dengan klub minuman keras Trier Tavern yang mengakibatkan ia mendapat nilai yang
buruk. Marx tertarik untuk belajar kesustraan dan filosofi, namun ayahnya tidak
menyetujuinya karena ia tak percaya bahwa anaknya akan berhasil memotivasi
dirinya sendiri untuk mendapatkan gelar sarjana. Pada tahun berikutnya, ayahnya
memaksa Karl Marx untuk pindah ke universitas yang lebih baik, yaitu Friedrich-
Wilhelms-Universität di Berlin. Pada saat itu, Marx menulis banyak puisi dan esai
tentang kehidupan, menggunakan bahasa teologi yang diwarisi dari ayahnya seperti
‘The Deity’ namun ia juga menerapkan filosofi atheis dari Young Hegelian yang
terkenal di Berlin pada saat itu. Marx mendapat gelar Doktor pada tahun 1841 dengan
tesis nya yang berjudul ‘The Difference Between the Democritean and Epicurean
Philosophy of Nature’ namun, ia harus menyerahkan disertasi nya ke Universitas Jena
karena Marx menyadari bahwa status nya sebagai Young Hegelian radikal akan
diterima dengan kesan buruk di Berlin.

Pada tahun 1835, Marx mendaftar di Universitas Bonn untuk belajar hukum,
dan di sana ia bergabung dengan Trier Tavern Club, dan sempat menjadi presiden
Klub, sehingga prestasi sekolahnya buruk. Setahun kemudian, ayah Marx
mendesaknya untuk pindah ke Universitas Friedrich-Wilhelms di Berlin, agar dapat
lebih serius belajar. Di sini, Marx banyak menulis puisi dan esai tentang kehidupan,
dengan menggunakan bahasa teologis yang diperoleh dari ayahnya yang deis. Pada
saat itulah ia mengenal filsafat atheis yang dianut kelompok Hegelian-kiri. Marx
memperolehi doktorat pada tahun 1841 dengan tesis yang bertajuk "Perbedaan
Filsafat Alam Demokritos dan Epikurus", tetapi beliau harus menyerahkan tesisnya
kepada Universitas Jena karena beliau diamarankan bahwa reputasinya di antara
fakultas sebagai seorang Hegelian-kiri akan menyebabkan penerimaan yang buruk di
Berlin.

Di Berlin, minat Marx beralih ke filsafat, dan bergabung ke lingkaran


mahasiswa dan dosen muda yang dikenal sebagai Pemuda Hegelian. Sebagian dari
mereka, yang disebut juga sebagai Hegelian-kiri, menggunakan metode dialektika
Hegel, yang dipisahkan dari isi teologisnya, sebagai alat yang ampuh untuk
melakukan kritik terhadap politik dan agama mapan saat itu.
Karya-karya Marx: Manifest der Kommunistischen Partei dan Achtzehnte Brumaire.
Teori realitas – materialisme dialektika.

Realitas adalah manifestasi dari pertentangan mendasar dari sebuah materi,


diwujudkan dalam bentuk gerak pertentangan ini merupakan sebuah oposisi
dialektika, yang menghasilkan sebuah proses dan transmutasi sendiri. Masyarakat
manusia juga merefleksikan proses seprti itu. Proses tersebut melibatkan (engels): (1)
hukum pertentangan – semua realitas merupakan kesatuan yang tidak stabil dan
interpenetrai terbalik; (2) hukum transformasi – perubahan kualitatif bersamaan
dengan perubahan kuantitatif; (3) hukum penegasian negasi – perubahan membentuk
sebuah sintesis kontradiksi atau oposisi sejak semula yakni tesis dan antitesis yang
membawa isu-isu ke dalam kintradiksi baru dan sintesis baru.

Anda mungkin juga menyukai