Anda di halaman 1dari 4

TES BUTA WARNA I.

Tujuan Percobaan Mengetahui cara pemeriksaan serta jenis buta warna serta ada tidaknya buta warna pada o.p. II. Dasar Teori Retina mata memiliki hampir tujuh juta sel fotoreseptor yang terdiri dari dua jenis sel sel batang dan sel kerucut yang terkonsentrasi di bagian tengahnya yang disebut makula. Sel batang sangat sensitif terhadap cahaya, dan dapat menangkap cahaya yang lemah seperti cahaya dari bintang di malam hari, tetapi sel itu tidak dapat membedakan warna. Berkat sel batang kita dapatmelihat hal-hal di sekitar kita di malam hari, tetapi hanya dalam nuansa hitam, abu-abu, dan putih. Sel kerucut dapat melihat detail obyek lebih rinci dan membedakan warna tetapi hanya bereaksi terhadap cahaya terang. Kedua jenis sel tersebut berfungsi saling melengkapi sehingga kita bisa memiliki penglihatan yang tajam, rinci, dan beraneka warna.Ada tiga jenis sel kerucut pada retina. Mereka masing-masing berisi pigmen visual (opsin) yangberbeda sehingga bereaksi terhadap panjang gelombang cahaya yang berbeda : merah, hijaudan biru. Sel kerucut menangkap gelombang cahaya sesuai dengan pigmen masing-masing danmeneruskannya dalam bentuk sinyal transmisi listrik ke otak. Otak kemudian mengolah danmenggabungkan sinyal warna merah, hijau dan biru dari retina ke tayangan warna tertentu. Karena perbedaan intensitas dari masing-masing warna pokok tersebut, kita dapat membedakan jutaan warna. Gangguan penerimaan cahaya pada satu jenis atau lebih sel kerucut di retinaberdampak langsung pada persepsi warna di otak. Seseorang yang buta warna memiliki cacat atau kekurangan satu atau lebih jenis sel kerucut. KLASIFIKASI BUTA WARNA Buta warna dikenal berdasarkan istilah Yunani protos (pertama), deutros (kedua), dan tritos (ketiga) yang pada warna 1. Merah, 2. Hijau, 3. Biru. 1. Anomalous trichromacy Anomalous trichromacy adalah gangguan penglihatan warna yang dapat disebabkan olehfaktor keturunan atau kerusakan pada mata setelah dewasa. Penderita anomalous trichromacy memiliki tiga sel kerucut yang lengkap, namun terjadi kerusakan mekanisme sensitivitas terhadap salah satu dari tiga sel reseptor warna tersebut. Pasien buta warna dapat melihat berbagai

warna akan tetapi dengan interpretasi berbeda daripada normal yang paling sering ditemukan adalah: a. Trikromat anomali, kelainan terdapat pada short-wavelenght pigment (blue). Pigmen biru ini bergeser ke area hijau dari spectrum merah. pasien mempunyai ketiga pigmen kerucut akan tetapi satu tidak normal, kemungkinan gangguan dapat terletak hanya padasatu atau lebih pigmen kerucut. Pada anomali ini perbandingan merah hijau yang dipilihpada anomaloskop berbeda dibanding dengan orang normal. b. Deutronomali, disebabkan oleh kelainan bentuk pigmen middle-wave lenght (green).Dengan cacat pada hijau sehingga diperlukan lebih banyak hijau, karena terjadigangguan lebih banyak daripada warna hijau.c. Protanomali adalah tipe anomalous trichromacy dimana terjadi kelainan terhadap long-wavelenght (red) pigmen, sehingga menyebabkan rendahnya sensitifitas warna merah.Artinya penderita protanomali tidak akan mempu membedakan warna dan melihatcampuran warna yang dilihat oleh mata normal. Penderita juga akan mengalamipenglihatan yang buram terhadap warna spektrum merah. Hal ini mengakibatkan merekadapat salah membedakan warna merah dan hitam. 2. Dichromacy Dichromacy adalah jenis buta warna di mana salah satu dari tiga sel kerucut tidak ada atautidak berfungsi. Akibat dari disfungsi salah satu sel pigmen pada kerucut, seseorang yangmenderita dikromatis akan mengalami gangguan penglihatan terhadap warna-warna tertentu.Dichromacy dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan pigmen yang rusak: a. Protanopia adalah salah satu tipe dichromacy yang disebabkanoleh tidak adanyaphotoreceptor retina merah. Pada penderita protonopia, penglihatan terhadap warnamerah tidak ada. Dichromacy tipe ini terjadi pada 1 % dari seluruh pria. Keadaan yangpaling sering ditemukan dengan cacat pada warna merah hijau sehingga sering dikenaldengan buta warna merah hijau. b. Deutranopia adalah gangguan penglihatan terhadap warna yang disebabkan tidakadanya photoreceptor retina hijau. Hal ini menimbulkan kesulitan dalam membedakanhue pada warna merah dan hijau (red-green hue discrimination). c. Tritanopia adalah keadaan dimana seseorang tidak memiliki shortwavelength cone.Seseorang yang menderita tritanopia akan kesulitan dalam membedakan warna birudan kuning dari spektrum cahaya tanpak.

Tritanopia disebut juga buta warna biru-kuningdan merupakan tipe dichromacy yang sangat jarang dijumpai. 3. Monochromacy Monochromacy atau akromatopsia adalah keadaan dimana seseorang hanya memilikisebuah pigmen cones atau tidak berfungsinya semua sel cones. Pasien hanya mempunyaisatu pigmen kerucut (monokromat rod atau batang). Pada monokromat kerucut hanya dapatmembedakan warna dalam arti intensitasnya saja dan biasanya 6/30. Pada orang dengan buta warna total atau akromatopsia akan terdapat keluhan silau dan nistagmus dan bersifat autosomal resesi Bentuk buta warna dikenal juga : 1. Monokromatisme rod (batang) atau disebut juga suatu akromatopsia di mana terdapatkelainan pada kedua mata bersama dengan keadaan lain seperti tajam penglihatan kurangdari 6/60, nistagmus, fotofobia, skotoma sentral, dan mungkin terjadi akibat kelainan sentralhingga terdapat gangguan penglihatan warna total, hemeralopia (buta silang) tidak terdapatbuta senja, dengan kelainan refraksi tinggi. Pada pemeriksaan dapat dilihat adanya makuladengan pigmen abnormal. 2. Monokromatisme cone (kerucut), di mana terdapat hanya sedikit cacat, hal yang jarang,tajam penglihatan normal, tidak nistagmus

III. Tata Kerja Tahapan dalam pemeriksaan buta warna dengan metode ishihara, yaitu : 1. Menggunakan buku Ishihara 38 plate. 2. Yang perlu diperhatikan : Ruangan pemeriksaan harus cukup pencahayaannya, Lama pengamatan untuk membaca angka masing-masing lembar maksimum 10 detik. 3. Pada tes pembacaan buku Ishihara dapat disimpulkan :1) Normal 2) Buta warna Parsiala. Bila plate no. 1 sampai dengan no 17. hanya terbaca 13 plate atau kurang. b. Bila terbaca angka-angka pada plate no. 18, 19, 20 dan 21 lebih mudah

atau lebih jelas dibandingkan dengan plate no. 14, 10, 13, dan 17.c. Bila ragu-ragu kemungkinan buta warna parsial dapat dites dengan: a) Membaca angka-angka pada plate no. 22, 23, 24, dan 25. Pada orang normal,akan terbaca dengan benar angka-angka pada plate-plate tersebut diatas secaralengkap (dua rangkap). Pada penderita buta warna parsial hanya terbaca satuangka pada tiap-tiap plate tersebut diatas. b) Menunjuk arah alur pada plate no. 26, 27, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, dan 38.Untuk orang normal bisa menunjuk alur secara benar sedangkan untuk butawarna parsial dapat menunjukkan adanya alur dari satu sisi yang lainnya.3) Buta warna total : Pada plate no. 28 dan 29, untuk orang normal, tidak bisa menunjukkan adanya alur,sedangkan untuk penderita buta warna parsial dapat menunjukkan adanya alur dari satusisi ke sisi yang lainnya. IV. Hasil Percobaan dan Analisa Nama OP : R.A. Witao.p. dapat membaca semua plate dan mengikuti alur di buku ishihara, o.p. normal, tidak butawarna. V. Kesimpulan Seseorang yang buta warna memiliki cacat atau kekurangan satu atau lebih jenis sel kerucut.Buta warna memiliki beberapa klasifikasi yang masingmasing bisa diuji melalui buku ishiharayang memiliki pola warna-warna tertentu yang harus dibaca. DAFTAR PUSTAKA repository.ui.ac.id/dokumen/lihat/2801.ppt sabtu, 03 april 2010.Thianren. 2008. Penurunan Visus Pada Katarak dengan Diabetes Mellitus

Anda mungkin juga menyukai