Anda di halaman 1dari 23

Presented by Rifa Alifia atika (23712097)

Buta Pembimbing:
dr. Toto Agustianto, Sp. M
dr. Sukoto, Sp. M
Warna dr. Ivon Bremmy W S, Sp. M
Pendahuluan
Gangguan penglihatan warna atau buta warna merupakan penyakit yang
disebabkan oleh ketidakmampuan sel kerucut untuk menangkap suatu
spektrum warna tertentu
95% buta warna terjadi pada laki-laki pada reseptor merah dan hijau
Penyebab --> faktor genetik atau faktor lain (cedera, trauma pada retina, dll)
Buta warna dapat menyulitkan atau membuat seorang tidak mampu
melakukan pekerjaan tertentu yang membutuhkan persepsi warna
Definisi
Buta warna adalah suatu kelainan penglihatan yang
disebabkan ketidakmampuan sel-sel kerucut (cone cell) pada
retina mata untuk menangkap suatu spektrum warna
tertentu sehingga objek yang terlihat bukan warna yang
sesungguhnya.
Anatomi & Fisiologi Penglihatan Warna

Bayangan yang masuk ke bola mata


akan diproyeksikan ke retina
Retina berisi sel-sel fotoreseptor
(sel batang dan sel kerucut) -->
akan mengubah bayangan yang
masuk menjadi impuls saraf yang
diteruskan ke otak
Anatomi & Fisiologi Penglihatan Warna
Anatomi & Fisiologi Penglihatan Warna
Sel batang = untuk melihat dalam
kondisi kurang cahaya
Sel kerucut = untuk melihat dengan
cahaya yang cukup
Sel kerucut --> S cone, M cone, L cone
(berdasarkan sensitivitas sel terhadap
panjang gelombang cahaya) -->
perbandingan jumlah L:M:S = 12:6:1
Sel batang hanya satu tipe --> tidak
mampu mengidentifikasi warna
Mekanisme Penglihatan Warna

Tiga tipe sel kerucut --> 3


sistem cone-opsin
S-cone = peka sinar biru
M-cone = peka sinar hijau
L-cone = peka sinar merah
jika salah satu pigemn tidak
ada --> terjadi buta warna
Mekanisme Penglihatan Warna
Teori Hering’s Teori Modern
Teori Trikomatik Opponent Colors Opponent Colors

3 reseptor yang sensitif terhadap Hering menemukan bahwa Teori ini menyatakan
3 spektrum warna warna tertentu tidak terjadi bahwa warna yang
Gambaran warna muncul karena secara bersamaan dan kontras diterima di reseptor warna
rasio signal dari 3 reseptpr warna ikut berpengaruh untuk dikirim ke retina untuk
warna yang dikirim oe otak membedakan warna yang diubah sinyalnya dan baru
sampai menampilkan warna berpasangan dikirim ke otak
Etiologi dan Patofisiologi
Buta warna yang diturunkan
tidak bersifat progresif dan
tidak dapat diobati
Buta warna herediter -->
kelainan genetik sex-linked
pada kromosom X ayah dan
ibu
Mutasi gen opsin pada
kromosom X --> OPN1LW
menyandi warna merah dan
OPN1MW menyandi warna
hijau
Hukum Kollner
Defek penglihatan warna Gangguan penglihatan biru
kuning terdapat pada glaukoma,
merah hijau merupakan lesi
ablasio retina, degenerasi
saraf optik
pigmen retina, penambahan usia
Defek penglihatan biru kuning
gangguan penglihatan merah
akibat kelainan pada epitel
hijau terdapat pada kelainan
sensori retina/lapis kerucut
saraf optik, keracunan
dan batang retina tembakai, atrofi optik
Klasifikasi
Trikomatik
Mempunyai 3 pigmen kerucut yang mengatur fungsi penglihatan, namun terjadi kerusakan sensitivitas
dapat melihat berbagai warna, tetapi dengan interpretasi berbeda dari normal
1. Deuteranomali --> defek penglihatan hijau/kelemahan M cone atau absorpsi M cone bergeser ke
arah gelombang yang lebih panjang
2. Protanomali --> kelemahan fotopigmen L cone atau absorpsi L cone ke arah gelombang lebih rendah
3. Tritanomali --> defek penglihatan warna biru atau fotopigmen S cone atau absorpsi S cone bergeser
ke arah gelombang yang lebih panjang
Klasifikasi
Dikromatik
Mempunyai 2 pigmen kerucut --> terjadi satu kerusakan pigmen kerucut
Sulit membedakan warna tertentu
1. Protanopia --> paling sering ditemukan, defek penglihatan warna merah hijau atau kurangnya
sesnsitifitas pigmen merah kerucut (hilangnya L cone) --> tidak berjalannya mekanisme red-
green opponent
2. Deuteranopia --> kekurangan pigmen hijau kerucut (hilang M cone) sehingga tidak dapat
membedakan kemerahan dan kehijauan --> kurang berjalannya viable red-green opponent
3. Tritanopia --> terdapat kesulitan membedakan warna biru dari kurning karena hilangnya S cone
Tritanopia (tidak kenal biru)
Protanopia (tidak kenal merah)
Deuteranopia (tidak kenal hijau)
Klasifikasi
Monokromatik (Akromasia)
Buta warna total --> hanya terdapat satu jenis pigmen sel keruut, dua pigmen lainnya rusak
pasien sering mengeluh fotofobia, tajam penglihatan kurang, tidak mampu membedakan warna dasar,
silai, dan nistagmus
1. monokromatisme sel batang (rod monockromatisme --> seluruh komponen pigmen kerucut tidak
normal
2. monokromatisme sel kerucut (cone monochromatism) --> haya sedikit defek satu pigmen sel
kerucut --> tajam penglihatan normal, tidak terdapat nistgamus, tidak terdapat diskriminasi
warna
Diagnosis
Tes Ishihara
Paling sering digunakan
Uji ini memakai seri titik bola kecil dengan warna dan besar
berbeda (gambar pseudokromatik) sehingga keseluruhan terlihat
warna pucat
Pasien diminta mengenai tanda gambar diperlihatkan selama 10
detik --> menjawab cepat < 3 detik
Diagnosis
Nagel Anomaloskop
Terdiri dari test plate yang bagian bawahnya warna kuning
(dapat disesuaikan kontrasnya)
pasien mencocokan bagian atas sampai warna kuning
bercampur warna merah dan hijau
Diagnosis
Uji Farnsworth
Metode untuk melihat kemampuan menyusun kecerahan warna
Terdiri dari 4 set chips yang harus disusun sesuai dengan
progression of hue
Pasien dengan buta warna akan membuat kesalahan dalam
menyusun chips pada lokasi di sekitar hue circle
Tes ini dapat membedakan tipe defisiensi penglihatan warna dan
mengevaluasi tingkat keparahan diskriminasi warna
Tatalaksana
Tidak terdapat pengobatan untuk buta warna yang diturunkan,
sedangkan buta warna didapat diterapi sesuai penyebab
1. Lensa kontak dan kacamata specially tinted --> dapat
membantu uji warna, namun tidak memperbaiki
2. Kacamata blokade glare --> dapat membedakan penglihatan
warna saat tidak terlalu terang
3. Terapi gen --> untuk memperbaiki mutasi genetik
(memasukan gen sehat ke dalam retina)
4. Prostesis Retina (mata bionik) --> perangkat implan yang
merangsang retina untuk memulihkan penglihatan
Kesimpulan

Gangguan penglihatan warna atau buta warna adalah kelainan penglihatan yang disebabkan
ketidakmampuan sel kerucut mata untuk menangkap suatu spektrum warna tertentu.
Prevalensi buta warna di Indonesia sebesar 0,7% dan 95% terjadi pada laki-laki dengan buta warna
merah-hijau.
Buta warna sering menjadi masalah saat seseorang harus memilih jurusan dalam jenjang
pendidikan untuk pekerjaan yang membutuhkan warna sebagai kode dalam pekerjaan.
Belum terdapat pengobatan untuk buta warna yang diturunkan, sedangkan buta warna didapat
diterapi sesuai penyebab.
Question Time

Anda mungkin juga menyukai