Anda di halaman 1dari 23

TELAAH JURNAL

BUTA WARNA

Raynhard Bonaventura Fandres, S.Ked


K1A1 15 109
 PEMBIMBING :
dr. Melvin Manuel Philips, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama :-

Umur : 19 Tahun

Tanggal Lahir :-

Suku :-

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama :-
ANAMNESIS

Keluhan Utama :
Tidak mampu membedakan warna tertentu

Anamnesis Terpimpin :
Pasien Perempuan 19 tahun datang dengan keluhan tidak
mampu membedakan warna tertentu. Keadaan mata normal,
Pasien tidak memiliki keluhan nyeri pada mata kanan dan
kiri, Tidak terdapat riwayat trauma mata kanan dan kiri.
Pasien memiliki riwayat keluarga yang mengalami keluhan
PEMERIKSAAN FISIK

Pada pemeriksaan fisik pasien didapatkan, kesadaran

komposmentis, tekanan darah 130/80 mmHg, laju nadi

84 kali/menit, laju pernapasan 20 kali/menit, dan suhu

tubuh 36,2°C. Status generalis didapatkan dalam batas

normal.
PEMERIKSAAN MATA

Pemeriksaan mata dilakukan dengan menggunakan tes Ishihara, Tes dilakukan dalam ruangan
dengan pencahayaan cukup dan pasien dalam posisi duduk. Prosedur tes meliputi:

 Pasien akan diminta untuk menutup salah satu mata.


 Dengan mata yang terbuka, pemeriksa akan menunjukkan serangkaian kartu yang berisi pola
berbentuk titik-titik aneka warna. Terdapat angka atau simbol di dalam pola tersebut.
 Pasien akan diminta untuk mengidentifikasi angka atau simbol tersebut. Penderita buta warna
akan mengalami kesulitan dalam membedakan pola dengan angka atau simbol tersebut.
 Setelah mengecek satu mata, mata lainnya akan diperiksa.
 Pemeriksa mungkin akan meminta pasien memberi deskripsi intensitas warna yang dilihat oleh
satu mata dan mata lainnya. Hal ini dilakukan karena pasien mungkin mengalami gangguan
dalam melihat intensitas warna.
PEMERIKSAAN MATA

 Berikut lampiran tabel pemeriksaan :


No. Nama Gambar Respon

1. 12 12
2. 8 3
3. 29 70
4. 5 2
5. 3 5
6. 15 17
7. 74 21
8. 6 X
9. 45 X
10. 5 X

11. 7 X

12. 15 X

13. 73 X

14. X 5

15. X 45
DIAGNOSIS
Pasien didiagnosis dengan buta warna parsia

TERAPI
Tidak ada pengobatan atau tindakan yang dapat dilakukan untuk mengobati masalah
gangguan persepsi warna.
RESUME
Pasien Perempuan 19 tahun datang dengan keluhan sulit membedakan warna tertentu.
Keadaan mata normal, Pasien tidak memiliki keluhan nyeri pada mata kanan dan kiri,
Tidak terdapat riwayat trauma mata kanan dan kiri.

Riwayat penggunaan obat‐obatan dalam jangka waktu lama baik obat lokal mata
maupun sistemik serta riwayat alergi disangkal. Pasien mengatakan memiliki riwayat
keluarga yang mengalami keluhan serupa.

Pada pemeriksaan fisik pasien didapatkan, kesadaran komposmentis, tekanan darah


130/80 mmHg, laju nadi 84 kali/menit, laju pernapasan 20 kali/menit, dan suhu tubuh
36,2°C. Status generalis didapatkan dalam batas normal

Tidak ada pengobatan atau tindakan yang dapat dilakukan untuk mengobati masalah
gangguan persepsi warna.
TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI

Buta warna merupakan kelainan penglihatan yang disebabkan oleh ketidakmampuan sel-
sel cone (cone cells) pada retina mata untuk menangkap suatu spectrum warna tertentu
sehingga warna yang terlihat bukan warna yang sesungguhnya. Buta warna juga dapat
diartikan sebagai ketidakmampuan secara herediter untuk membedakan warna, akibat
absence atau difisiensi dari satu atau lebih dari tiga tipe sel cone
EPIDEMIOLOGI
Hampir 5% laki-laki dinegara barat menderita buta warna yang diturunkan, lebih sering terda-
pat pada laki-laki dibanding perempuan
No Type Name Cause of Preva-
defect lence
1 Anomalous Protanimaly L-cone de- 1,3%
trichomaly fect
Deuteronomaly M-cone de- 4,9%
fect
Tritanomaly S-cone de- 0,01%
fect
2 Dichromacy Protanimaly L-cone de- 1%
fect
Deuteronomaly M-cone de- 1,1%
fect
Tritanomaly S-cone de- 0,002%
fect
3 Monochro- Red Nofunction- Very
macy monochro- ing cones rare
Klasifikasi gangguan penglihatan warna dan prevalensi pada ras western
macy
ETIOLOGI

Buta warna adalah kondisi yang diturunkan secara genetik. Dibawa oleh kromosom X pada
perempuan, buta warna diturunkan kepada anak-anaknya.

Ketika seseorang mengalami buta warna, mata mereka tidak mampu menghasilkan keselu-
ruhan pigmen yang dibutuhkan untuk mata berfungsi dengan normal.

Cacat mata ini merupakan kelainan genetik yang diturunkan oleh ayah atau ibu.

Dari semua jenis buta warna, kasus yang paling umum adalah anomalus trikromasi, khusus-
nya deutranomali, yang mencapai angka 5% dari pria.
PATOFISIOLOGI

Buta warna adalah kondisi yang diturunkan secara genetik. Dibawa oleh kromosom X pada
perempuan, buta warna diturunkan kepada anak-anaknya. Ketika seseorang mengalami buta
warna, mata mereka tidak mampu menghasilkan keseluruhan pigmen yang dibutuhkan untuk
mata berfungsi dengan normal

Pada bagian tengah retina, terdapat photoreceptor atau cone yang memungkinkan kita untuk
bisa membedakan warna. Photoreceptor ini terdiri dari tiga pigmen warna ; yaitu merah,
hijau dan biru. Gangguan persepsi terhadap warna terjadi apabila satu atau lebih dari pigmen
tersebut tidak ada atau sangat kurang
DIAGNOSIS

Diagnosis buta warna dapat ditegakkan melalui anamnesis, pe-


meriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan buta
warna dilakukan dengan uji anomaloskop, uji Farnsworth Munsell
100 hue, uji Holmgren, dan uji Ishihara. Uji Farnsworth dan
Ishihara sering digunakan sebagai pemeriksan optamologis.
Anamnesis
Beberapa orang tidak menyadari bahwa dirinya menderita buta
warna. Hal itu dikarenakan mereka telah beradaptasi dengan keadaan.
Beberapa orang mengetahuinya ketika mereka atau anak mereka
mengalami kebingungan, seperti kesulitan membedakan warna di
lampu merah atau mengartikan kode warna dalam materi
pembelajaran. Anamnesis yang sesuai seperti terdapat riwayat buta
warna di dalam keluarga atau terdapat riwayat trauma kranial yang
menyebabkan kelainan saraf atau macula.
Pemeriksaan Buta Warna
1. Tes ishihara
Tes ishihara Yaitu dengan
memakai sejumlah lempeng
polikromatik yang berbintik,
warna primer dicetak di atas
latar belakang mosaic bintik-
bintik serupa dengan aneka
warna sekunder yang mem-
bingungkan, bintik-bintik
primer disusun menurut pola
(angka atau bentuk geometric)
yang tidak dapat dikenali oleh
pasien yang kurang persepsi
warna.
Pemeriksaan Buta Warna
2. Nagel Anomaloskop
Nagel anomaloskop terdiri
dari test plate yang bagian
bawahnya berwarna kuning
yang dapat disesuaikan
kontrasnya. Pasien
berusaha mencocokkan
bagian atas sampai
berwarna kuning dengan
mencampur warna merah
dan hijau. Orang dengan
buta warna hijau akan
menggunakan banyak warna
hijau dan begitujuga pada
orang dengan buta warna
Pemeriksaan Buta Warna
3. Uji Farnsworth-Munsell
Uji Farnsworth-Munsell
terdiri dari 4 set chips yang
harus disusun sesuai
dengan progression of hue.
Orang dengan defi siensi
penglihatan beberapa warna
akan membuat kesalahan
menyusun chips pada lokasi
di sekitar hue circle. Tes ini
dapat membedakan tipe defi
siensi penglihatan warna
dan mengevaluasi tingkat
keparahan diskriminasi
warna.
Pemeriksaan Buta Warna
4. Uji Holmgren
PENATALAKSANAAN

Tidak ada pengobatan atau tindakan yang dapat dilakukan untuk mengobati
masalahgangguan persepsi warna. Namun penderita buta warna ringan dapat be-
lajar mengasosiasikan warna dengan objek tertentu. Untuk mengurangi gejala
dapat digunakan kacamata berlensa dengan filter warna khusus yang memu-
ngkinkan pasien melakukan interpretasi kembali warna
PROGNOSIS

Buta warna tidak akan bertambah parah sesuai meningkatnya usia, tidak
berbahaya, akan tetapi akan membatasi aktifitas, karis serta pendidikan.
Penyakit ini adalah penyakit herediter, sehingga harus dilakukan konseling dan
screening sedini mungkin untuk mengetahui apakah terdapat kelainan buta
warna. Prognosis yang lebih buruk pada buta warna total karena penderita
hanya dapat melihat warna hitam,putih, dan abu-abu saja
PENCEGAHAN

Tidak ada cara untuk mencegah buta warna genetik. Tidak ada cara juga untuk
mencegah buta warna didapat yang berhubungan dengan penyakit Alzheimer, dia-
betes mellitus, leukemia, penyakit hati, degenerasi makular, multipel sklerosis,
penyakit Parkinson, anemia sel bulan sabit, dan retinitis pigmentosa. Beberapa buta
warna didapat dapat dicegah. Membatasi penggunaan alkohol dan obat, seperti an-
tibiotik, barbiturat, obat anti tuberkulosis, pengobatan tekanan darah tinggi dan be-
berapa pengobatan yang digunakan untuk penyakit saraf danpsikologis, ke level yang
dibutuhkan untuk keuntungan terapeutik dapat membatasi buta warna didapat.
PEMBAHASAN
Langkah-langkah yang dilakukan pada pemeriksaan yaitu menguji pasien un-
tuk melihat kemampuannya membedakan warna dengan menulis apa yang
terlihat pada buku test butawarna pada kolom-kolom yang telah disediakan di
buku petunjuk, kemudian mencocokkan hasil yang diperoleh dengan angka/
gambar yang sebenarnya lalu langkah yang terakhir yaitu menghitung berapa
persen kesalahan yang dibuat dalam tes tersebut. Alat dan bahan yang digu-
nakan dalam pemeriksaan ini adalah buku test buta warna (ishihara’s test).
Thank you

Anda mungkin juga menyukai