Anda di halaman 1dari 3

Diskusi 1 Kriminologi

Soal :

Dalam perkembangannya ilmu tentang kriminologi tidak dapat berdiri


sendiri dan memerlukan ilmu lain salah satunya adalah sosiologi

Diskusikan:

Menurut saudara jelaskan hubungan/keterkaitan antara kriminologi


dengan sosiologi.

Jawaban :

korupsi sebagai kejahatan serius yang harus diberantas dengan tegas. Saya mendukung
penghukuman dan pembinaan terhadap para koruptor sebagai perwujudan reaksi sosial
formal atas tindakan mereka. Saya juga percaya bahwa solusi jangka panjang untuk
mengatasi korupsi adalah dengan melakukan sistem reformasi dan pemberantasan korupsi
secara menyeluruh. Secara objektif, sistem peradilan di Indonesia perlu terus diperbaiki
untuk memberikan keadilan bagi seluruh masyarakat dan menghindari adanya perlakuan
khusus terhadap mereka yang memiliki kekuasaan atau uang. Pemerintah Indonesia telah
melakukan upaya-upaya untuk menangani korupsi dan memperketat sistem hukum dalam
rangka pemberantasan tindak pidana korupsi, seperti dengan pembentukan Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) dan berbagai regulasi terkait.

Namun, masih banyak tantangan yang dihadapi dalam upaya pemberantasan korupsi di
Indonesia, seperti lemahnya pengawasan dan penegakan hukum, serta masih adanya
lingkungan yang memungkinkan terjadinya korupsi. Oleh karena itu, selain dengan upaya
hukum dan penjara, solusi yang ditawarkan juga perlu melibatkan aspek-aspek pencegahan,
seperti etika pendidikan, transparansi dalam pengelolaan keuangan publik, dan penguatan
sistem pengawasan dan pengendalian internal,memperkuat sistem pengawasan dan
pencegahan korupsi, meningkatkan transparansi dalam penggunaan anggaran dan sumber
daya publik, memberikan penghargaan kepada pegawai negeri dan institusi yang
mengungkap tindakan korupsi, serta memperbaiki kesejahteraan pegawai negeri untuk
mengurangi risiko terjadinya perbuatan korupsi.

Memang seperti yang kita tahu, Pasal 2 UU Tipikor menyebut hukuman penjara bagi
koruptor paling sedikit empat tahun penjara. Maksimal hukuman penjara bagi
koruptor adalah 20 tahun. Selain itu, UU Tipikor mengatur denda bagi koruptor
paling kecil Rp200 juta. Denda paling besar Rp1 miliar.

Menurut saya Salah satu cara luar biasa yang bisa dilakukan untuk mengatasi
masalah ini adalah menerapkan sanksi biaya sosial korupsi bagi koruptor. Koruptor
harus membayar seluruh biaya sosial yang diakibatkan dari tindakannya, jika perlu
langkah ini sampai memiskinkan koruptor.

Dengan cara ini, tidak ada lagi pelaku korupsi yang bisa hidup mewah dari hasil
kejahatannya selepas dari penjara. Hal ini sesuai dengan asas hukum asas malis
non expediat malos esse, yaitu pelaku kejahatan tidak boleh menikmati hasil
kejahatannya.

Saya berpendapat bahwa penghukuman dan pembinaan merupakan perwujudan reaksi sosial
formal yang tepat terhadap tindakan korupsi yang merugikan negara dan masyarakat.
Terlebih lagi, jika pelaku tindakan korupsi tersebut mendapat fasilitas mewah dan dapat
berpelesir tentu saja menjadi representatif yang buruk dan mencederai masyarakat yang
berdampak akan berkurangnya kepercayaan masyarakat ke instansi terkait.

Penghukuman harus dilakukan secara adil dan tegas, agar menjadi efek jera bagi pelaku
korupsi dan masyarakat luas. Selain itu, pembinaan juga perlu dilakukan agar pelaku korupsi
memahami dampak buruk dari tindakan mereka dan berkomitmen untuk tidak melakukan lagi
di masa depan.

Dan yang lebih utama adalah memastikan bahwa penghukuman dan pembinaan tidak hanya
berlaku bagi orang kecil, tetapi juga bagi pejabat atau tokoh yang memiliki kekuasaan dan
jabatan. Hal ini akan menunjukkan bahwa negara serius dalam memberantas korupsi dan
tidak pandang bulu dalam memberikan hukuman.

Dalam hal ini, saya berharap bahwa pemerintah dan lembaga hukum dapat bekerja sama
secara efektif untuk memberantas korupsi dan memberikan perlindungan bagi masyarakat
dari tindakan korupsi yang merugikan. Dan bila memungkinkan kembali memfasilitasi
penegak hukum dengan undang-undang yang hukumannya lebih berat, yang tidak hanya
tuntutan paling singkat 4 tahun penjara seperti pada pasal 12 UU No. 31 Tipikor agar
kedepannya dapat menimbulkan efek jera dan efek takut untuk melakukan korupsi. Karena
KUHP terbaru pada Pasal 603 hingga 605 tuntutan minimalnya hanya 1 dan 2 tahun
(tergantung sesuai kategori), dan semoga saja akan ada yang menguji materi ke Mahkamah
Konstitusi atas pasal ini.

Salah satu solusi yang paling tepat untuk menghukum para koruptor adalah pemiskinan
terhadap harta yang dimiliki oleh para koruptor, selain semua uang yang telah dikorupsi
diambil oleh negara, para koruptor juga harus melakukan berbagai pekerjaan sosial
dimasyarakat seperti menyapu dipinggir jalanan, menjadi petugas kebersiahan, dan lain-
lain.Hal ini sangat perlu dilakukan agar memberikan efek jera kepada para koruptor
sekaligus menjadi ancaman orang-orang yang ingin korupsi.

Korupsi merupakan kejahatan yang luar biasa atau juga disebut extraordinary crime.
Kejahatan korupsi disebut luar biasa karena dampak dari korupsi sangat besar. kita ambil
contoh korupsi yang baru saja terungkap, yaitu korupsi dana bansos. Korupsi dana bansos
atau dana bantuan sosial membuat banyak sekali rakyat indonesia menderita. Telebih lagi
korupsi ini dilakukan ketika rakyat sedang sangat kesilutan akibat dampak dari pandemi
covid 19.

Tanggapan dan solusi terkait hukuman bagi koruptor


Negara harus memberikan hukuman yang berat bagi para koruptor. Hal ini diperlukan agar
dapat memberikan efek jera bagi para koruptor. Selain itu harta dari hasil korupsi harus
mampu dilacak dan ditarik kemabali ke negara.

Penekanan hukum yang mengurisi korupsi juga harus diperkuat. Para koruptor memiliki
uang yang sangat banyak. Segala cara pasti akan mereka upayakan untuk melemahkan
instansi yang bertuga menindak kejahatan korupsi. Dalam hal ini negara harus tegas dan
tidak boleh kalah.

Anda mungkin juga menyukai