Kelompok 1
Dosen pembimbing :
Rahma Dalila Fitri, SST, M. Keb
PERKENALAN ANGGOTA
pelayanan neonatal esensial dan pelayanan kegawatdaruratan kebidanan dan neonatal termasuk:
1. Di tingkat rumah sakit rujukan: ketersediaan tenaga kesehatan terlatih (bidan, dokter, dokter spesialis) dan
pasokan (peralatan, obat dan bahan habis pakai) untuk penyediaan pelayanan kegawatdaruratan kebidanan dan
neonatal dasar dan komprehensif.
2. Di tingkat fasilitas kesehatan: ketersediaan tenaga kesehatan terlatih dan pasokan (peralatan, obat dan bahan
habis pakai) untuk persalinan pervaginam dan penyediaan penyediaan pelayanan kegawatdaruratan kebidanan
dan neonatal dasar (PONED)
3. Di tingkat masyarakat: penyediaan informasi kepada masyarakat tentang ketersediaan pelayanan persalinan
aman dan kegawatdaruratan maternal dan neonatal dan pentingnya mencari pertolongan dari fasilitas kesehatan.
4. Pada setiap kehamilan kemungkinan dapat terjadi komplikasi yang dapat mengakibatkan keadaan
kegawatdaruratan maternal neonatal. Sehingga penanggung jawab komponen maternal neonatal wajib untuk
memastikan petugas kesehatan mampu mengatasi kasus kegawatdaruratan
Berdasarkan hasil pemetaan fasilitas kesehatan, akan disusun sistem
rujukan untuk kegawatdaruratan maternal dan neonatal. Sistem rujukan
yang berfungsi 24 jam/7 hari adalah sangat penting untuk mengatasi
salah 1 faktor keterlambatan yang menyebabkan terjadinya kematian
ibu, yaitu terlambat mencapai fasilitas kesehatan rujukan.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam menyusun sistem rujukan:
a. Menyusun SOP atau protokol yang harus diikuti oleh puskesmas dan rumah sakit untuk memastikan rujukan yang
efisien. SOP dan protokol ini dilengkapi dengan informasi tentang fasilitas rujukan beserta nomor telepon penting yang
dapat dihubungi (no telepon ruang UGD, no telepon kamar bersalin, bank darah RS dll)
b. Mengetahui jarak dari lokasi masyarakat yang terdampak ke fasilitas kesehatan dan ke rumah sakit yang berfungsi,
termasuk kondisi jalan, waktu tempuh dan alat transportasi yang digunakan
c. Di setiap fasilitas kesehatan (termasuk di tenda kesehatan reproduksi) tersedia SOP yang menjelaskan kapan, kemana
dan bagaimana merujuk pasien dengan komplikasi kebidanan dan neonatal ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi
d. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang tanda bahaya dalam kehamilan dan persalinan dan kapan harus
pergi ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan pertolongan. Bila memungkinkan agar informasi juga diberikan dalam
bahasa setempat agar mudah dipahami dan diberikan di tempat-tempat strategis untuk dapat diketahui oleh banyak
orang. Bila telah terbentuk, masyarakat dapat berpartisipasi untuk membantu tersedianya sistem rujukan melalui
ambulans desa dengan memanfaatkan kendaraan milik warga yang secara sukarela disiagakan untuk membantu rujukan
bagi ibu hamil dan ibu melahirkan.
Kesimpulan
Ibu hamil, ibu pasca bersalin dan bayi baru lahir merupakan kelompok rentan, terlebih pada saat bencana. Mereka
memiliki kebutuhan yang berbeda, sehingga diperlukan penanganan yang tersendiri, misalnya terhadap kebutuhan
gizi, pemantauan ibu hamil risiko tinggi, pemantauan ibu pasca bersalin, dll. Pada situasi krisis kesehatan, kesehatan
reproduksi ada kalanya tidak tersedia padahal pelayanan terhadap ibu hamil yang akan melahirkan dan bayi baru lahir
tidak dapat menunggu situasi menjadi lebih stabil. Apabila situasi tersebut tidak tertangani, maka resiko akan
kesakitan dan kematian ibu serta bayi baru lahir semakin tinggi.
Untuk pemetaan fasilitas kesehatan, Jika pelayanan rujukan 24 jam/ 7 hari tidak tersedia maka penanggung jawab
komponen maternal neonatal perlu memastikan adanya petugas kesehatan di puskesmas yang tetap dapat melakukan
pelayanan kebidanan dasar dan perawatan neonatal melalui bimbingan dan konsultasi ahli (melalui konsultasi jarak
jauh).
TERIMA
KASIH