Anda di halaman 1dari 22

Penanganan Gizi

pada Kelompok
Rentan
Stikes Citra Delima Bangka
Belitung
Tahun 2019
A. Penanganan Gizi Anak Usia 0-23
bulan
Bayi dan anak usia 0-23 bulan atau dibawah dua
tahun (Baduta) merupakan kelompok yang paling
rentan sehingga memerlukan penanganan gizi
khusus. Penanganan gizi anak usia 0-23 bulan
mengikuti prinsip Pemberian Makanan Bayi dan
Anak (PMBA).
1. Prinsip PMBA
a) Pemberian ASI pada bayi/ baduta sangat penting, ASI tetap diberikan
pada situasi bencana.
b) PMBA merupakan bagian dari penanganan gizi dalam situasi bencana.
c) PMBA dalam situasi bencana harus dilakukan dengan benar dan tepat
waktu.
d) Institusi penyelenggara PMBA adalah Pemerintah Daerah yang dibantu
oleh Dinas Kesehatan setempat yang mempunyai tenaga terlatih
penyelenggaraan PMBA dalam situasi bencana.
e) Apabila Dinas Kesehatan setempat belum memiliki atau keterbatasan
tenaga pelaksana PMBA dalam situasi bencana, dapat meminta
bantuan tenaga dari Dinas Kesehatan lainnya.
f) PMBA harus diintegrasikan pada pelayanan
kesehatan ibu, bayi dan anak.
g) Penyelenggaraan PMBA diawali dengan penilaian
cepat untuk mengidentifikasi keadaan ibu, bayi dan
anak termasuk bayi dan anak piatu.
h) Ransum pangan harus mencakup kebutuhan
makanan yang tepat dan aman dalam memenuhi
kecukupan gizi bayi dan anak.
i) Susu formula, produk susu lainnya, botol dan dot
tidak termasuk dalam penanganan ransum.
2. Prinsip PMBA pada Situasi Bencana:
a) Penilaian cepat Penilaian cepat sebagai berikut:
 Penilaian cepat dilakukan untuk mendapatkan data
tentang jumlah dan keadaan ibu menyusui, bayi dan
anak termasuk bayi piatu.
 Penilaian cepat dilakukan pada tahap tanggap
darurat awal fase I sebagai bagian dari menghitung
kebutuhan gizi.
 Penilaian cepat dilakukan oleh petugas gizi yang
terlibat dalam penanganan bencana.
 Penilaian cepat dilakukan dengan mencatat, mengolah
dan melaporkan data tentang jumlah dan keadaan ibu
menyusui, bayi dan anak termasuk bayi piatu.
 Instrumen penilaian cepat meliputi:
o Profil penduduk terutama kelompok rentan dan anak yang
kehilangan keluarga.
o Kebiasaan penduduk terkait PMBA, termasuk pemberian
ASI Eksklusif dan MPASI serta bayi piatu.
o Keberadaan susu formula, botol dan dot.
o Data ASI Eksklusif dan MPASI sebelum bencana.
o Risiko keamanan pada ibu dan anak.
Jika hasil penilaian cepat memerlukan tambahan
informasi, dilakukan pengumpulan data kualitatif dan
kuantitatif sebagai bagian dari analisis faktor risiko
penyebab masalah gizi dalam situasi bencana.
b) Dukungan untuk keberhasilan PMBA.
 Penyediaan tenaga konselor menyusui dan MPASI
di pengungsian.
 Tenaga kesehatan dan Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) Kesehatan memberikan
perlindungan, promosi dan dukungan kepada ibu-
ibu untuk keberhasilan menyusui termasuk
relaktasi.
 Memberikan konseling menyusui dan PMBA di
pengungsian, RS lapangan dan tempat pelayanan
kesehatan lainnya yang ada di lokasi bencana.
 Pembentukan pos pemeliharaan dan pemulihan gizi
bayi dan Balita.
 Melakukan pendampingan kepada keluarga yang
memiliki bayi atau anak yang menderita masalah gizi.
3. Kriteria Bayi 0-5 bulan dan Balita (6-23 bulan) yang mendapat
Susu Formula atau Pengganti Air Susu Ibu (PASI):
a) Bayi dan Balita yang benar-benar membutuhkan sesuai
pertimbangan professional tenaga kesehatan yang berkompeten
(indikasi medis).
b) Bayi dan Balita yang sudah menggunakan susu formula sebelum
situasi bencana.
c) Bayi dan Balita yang terpisah dari ibunya (tidak ada donor ASI).
d) Bayi dan Balita yang ibunya meninggal, ibu sakit keras, ibu
sedang menjalani relaktasi, ibu menderita HIV+ dan memilih
tidak menyusui bayinya serta ibu korban perkosaan yang tidak
mau menyusui bayinya.
4. Cara penyiapan dan Pemberian Susu Formula
a) Cuci tangan terlebih dahulu hingga bersih dengan menggunakan
sabun.
b) Gunakan cangkir atau gelas yang mudah dibersihkan, mencuci alat
dengan menggunakan sabun.
c) Gunakan selalu alat yang bersih untuk membuat susu dan
menyimpannya dengan benar.
d) Sediakan alat untuk menakar air dan susu bubuk (jangan menakar
menggunakan botol susu).
e) Sediakan bahan bakar untuk memasak air dan gunakan air bersih,
jika memungkinkan gunakan air minum dalam kemasan.
f) Lakukan pendampingan untuk memberikan konseling menyusui.
5. Pengelolaan Bantuan Susu Formula atau PASI.
a) Memberikan informasi kepada pendonor dan media massa
bahwa bantuan berupa susu formula/ PASI, botol dan dot
pada korban bencana tidak diperlukan.
b) Bantuan berupa susu formula/ PASI harus mendapat izin dari
Kepala Dinas Kesehatan setempat.
c) Pendistribusian dan pemanfaatan susu formula/ PASI harus
diawasi secara ketat oleh petugas kesehatan, Puskesmas dan
Dinas Kesehatan setempat .
d) Selalu diperhatikan batas kadaluarsa kemasan susu formula
untuk menghindari keracunan dan kontaminasi.
B. Penanganan Gizi Anak Balita 24-
59 bulan
1. Hindari penggunaan susu dan makanan lain yang
penyiapannya menggunakan air, penyimpanan yang tidak
higienis karena berisiko terjadinya diare, infeksi dan
keracunan.
2. Keragaman menu makanan dan jadual pemberian makanan
disesuaikan dengan kemampuan tenaga pelaksana. Daftar
menu ditempelkan ditempat yang mudah dilihat oleh
pelaksana pengolahan makanan.
3. Pemberian kapsul vitamin A.
4. Makanan utama yang diberikan sebaiknya berasal dari
makanan keluarga yang tinggi energi, vitamin dan mineral.
C. Penanganan Gizi Ibu Hamil dan
Ibu Menyusui
Ibu hamil perlu penambahan energi sebanyak 300
kkal dan 17 g protein, sedangkan ibu menyusui perlu
penambahan energi 500 kkal dan 17 g protein. Ibu
hamil dan ibu menyusui perlu diberikan nasehat atau
anjuran gizi dan kesehatan melalui kegiatan
konseling menyusui dan konseling MPASI serta
pendistribusian Tablet Tambah Darah (TTD) bagi ibu
hamil.
D. Penanganan Gizi Lanjut Usia
Usia lanjut perlu makanan dalam porsi kecil tetapi
padat gizi dan mudah dicerna. Pemberian makanan
pada usia lanjut harus memperhatikan faktor
psikologis dan fisiologis agar makanan yang
disajikan dapat dihabiskan.
Pelaksanaan
Pemantauan
Status Gizi (PSG)
A. Penyediaan instrumen dan
peralatan
1. Instrumen PSG terdiri dari kuesioner dan
formulir yang akan diisi oleh petugas pengumpul
data di lapangan.
2. Peralatan dan bahan yang dibutuhkan antara lain:
a) Timbangan digital untuk menimbang berat badan
Balita 0-59 bulan, anak usia sekolah, remaja dan
dewasa.
b) Timbangan bayi digital (baby scale) untuk
menimbang berat badan bayi.
c) Alat ukur panjang badan untuk mengukur panjang
badan anak usia 0-24 bulan.
d) Microtoise untuk mengukur tinggi badan anak diatas
usia 24 bulan, remaja dan dewasa.
e) Pita LiLA untuk mengukur Lingkar Lengan Atas
Wanita Usia Subur (WUS) dan ibu hamil.
f) Tabel Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut umur
(IMT/U).
g) Buku Standar Antropometri Penilaian Status Gizi
Anak.
h) Alat pengolah data.
i) Alat tes cepat garam beriodium (larutan uji garam
beriodium).
B. Pemantauan Status Gizi (PSG)
PSG dilakukan dengan kegiatan pengumpulan data
terdiri dari pengukuran antropometri dan wawancara
dengan menggunakan kuesioner.
C. Pelaksana PSG.
Pengumpulan data dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Provinsi maupun Kabupaten/ Kota dibantu pelaksana
gizi di Puskesmas atau dengan bantuan tenaga bidan
atau kader setempat.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai