Anda di halaman 1dari 11

PEMERINTAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN

DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS TEBING BULANG
Jalan Sekayu – Jirak KM 30 Desa Tebing Bulang Kecamatan Sungai Keruh
Telp. 082225133541 Email: tebingbulangpuskesmas@gmail.com
Kode Pos 30751

Panduan pelayanan proses asuhan gizi Puskesmas


I. Definisi
Upaya perbaikan gizi masyarakat merupakan salah satu amanat Undang-
Undang Nomor 39 tahun 2009 tentang kesehatan. Upaya perbaikan gizi ditujukan
untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat yang dilakukan
pada seluruh siklus kehidupan sejak dalam kandungan sampai lanjut usia,
dengan prioritas pada kelompok rawan, yaitu bayi dan balita, remaja perempuan,
ibu hamil dan ibu menyusui. Dalam rencana pembangunan jangkah menengah
nasional (RPJMN) 2020-2024 bidang kesehatan telah ditetapkan sasaran
kelompok pembangunan bidang kesehatan dan gizi masyarakat yang bertujuan
meningkatkan status kesehatan bayi dan ibu serta status gizi masyarakat dengan
target indicator pada tahun 2024 sebagai berikut :
1. Merupakan prevalensi balita pendek dan sangat pendek (stunting) menjadi
14%.
2. Menurunkan balita kurus (Wasting) menjadi 7%.
3. Menurunkan prevalensi ibu hamil KEK menjadi 10%.
4. Meningkatkan presentase Kabupaten/Kota yang melaksanakan surveilans
gizi menjadi 100%
5. Meningkatakan presentase Pusekesmas mampu tata laksana gizi buruk
pada balita 60%.
6. Meningkatkan prevalensi bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendaptakan
ASI Ekslusif emnjadi 60%.
7. Meningkatkan balita mendapatkan suplementasi gizi mikro sebanyak
290.000.
8. Meningkatkan presentase balita yang dipantau pertumbuhan dan
perkembangannya menjadi 80%.
Dalam rangka mewujudkan peningkatan gizi perseorangan dan masyarakat,
serta mendukung pencapaian target RPJMN 2020-2024 dan Renstra
Kementerian Kesehatan tahun 2020-2024, Kementerian Kesehatan telah
menetapkan upaya pelayanan gizi sebagai salah satu Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM) esensial dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) yang
dilakuakn di setiap puskesmas untuk mendukung standar pelayanan minimal
Kabupaten/Kota bidang kesehatan. Pelayanan gizi dimaksud dapat berupa
pendidikan, suplementasi, tatalaksana, dan surveilans gizi,
Uapaya pelayanan gizi perseorangan lebih bersifat layanan individu mencakup
upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative. Sedangkan upaya pelayanan
gizi masyarakat mencakup upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan
upaya kuratif dan rehabilitative dengan pendekatan keluarga. Pelayanan gizi
perseorangan dan masyarakat dapat dilakukan di dalam dan di luar gedung.

II. Ruang Lingkup


Ruang lingkup meliputi kegiatan asuhan gizi dalam Upaya Kesehatan
Perseorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) oleh tenaga
Kesehatan yang memberikan pelayanan gizi di puskesmas.

III. Tata Laksana


Tata laksana gizi di puskesmas berdasarkan 20 indikator program gizi, antara lain:
1. Presentase ibu hamil anemia
Pemeriksaan kadar Hb pada ibu hamil perlu dilakukan untuk mengetahui
apakah seorang ibu hamil mengalami anemia atau tidak. Pemeriksaan kadar
Hb dalam darah dilakukan dengan menggunakan metode
Cyanmethemoglobin, sesuai anjuran WHO. Khusu untuk survei dilapangan
dignakan metode yang sama dengan alat HemoCue.

Populasi Tidak Anemia Anemia (Hb


g/dl)

Ringan Sedang Berat

Ibu Hamil 11 10.0-10.9 7.0-9.9 < 7.0


Ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya (ANC) harus diperiksa kadar
Hb nya dan diberikan Tablet Tambah Darah (TTD) sesuai aturan. Pemberian
TTD diiringi dengan pemberian konseling.

2. Presentase Ibu Hamil KEK


Proses asuhan ibu hamil kurang energi protein (KEK) antara lain :
I. Pengkajian
1. Antropometri :
- Ibu hamil KEK jika pengukuran LILA <23,5
- Pada trimester I IMT ibu hamil <18,5 kg/m maka dikatakan ibu hamil
KEK
- Penambahan berat badan selama hamil
2. Laboratorium
Pemeriksaan Hb untuk mengetahui apakah ibu hamil mengalami anemia
serta kemungkinan adanya penyakit penyerta lainnya yang memungkinkan
terjadinya KEK pada ibu hamil
3. Fisik/klinis,
Pemeriksaan fisik/ klinis meliputi wajah pucat, badan kurus, ibu hamil
terlihat letih dan lesu.
4. Riwayat Gizi
Asupan dan kebiasaan makan sehari-hari, melakukan food recall untuk
melihat asupan zat gizi sehari, pengetahuan ibu hamil, suami dan keluraga
tentang pemberian makan pada ibu hamil, serta akses ketersediaan dan
keamanan pangan.
5. Riwayat Klien
- Prevalensi ibu hamil melakukan ANC cukup
- Prevalesni mendapatkan TTD
- Proporsi ibu hamil usia remaja
- Prevalensi bayi BBLR

II. Diagnosisi
1. Problem
Tingginya prevalensi ibu hamil kurang energi kronik di wilayah kerja
Puskesmas Tebing Bulang dikarenakan banyaknya jumlah anak, tidak rutin
melakukan pemeriksaan ANC.
2. Etiologi
- Rendahnya asupan ibu hamil yang disebabkan oleh ketersediaan di
tingkat rumah tangga yang kurang
- Kurangnya pengetahuan ibu, suami, dan keluarga tentang pemberian
makan pada ibu hamil

III. Intervensi
Menurunkan prevalensi ibu hamil KEK di wilayah kerja Puskesmas Tebing
Bulang dari 30 ibu hamil kek menjadi…………

IV. Monitoring dan Evaliasu


Monitoring dan evaluasi dilakuakan secara berkala untuk memantau :
jumlah ibu hamil KEK setelah di intervensi, ibu hamil KEK yang mengalami
kenaikan berat badan, ibu hamil KEK mendapkan PMT.

3. Cakupan Ibu hamil yang mendapatkan TTD


Untuk menghitung kebutuhan TTD ibu hamil di puskesmas sebaiknya
berdasarkan sasaran rill, sedangkan untuk penyediaan TTD di Provinsi,
Kabupaten dan Kota menggunakan data proyeksi. Dalam menghitung TTD
menggunakan rumus berikut :
TTD = (Jumlah ibu hamil x minimal 90 tablet) + (10%)

4. Cakupan ibu hamil kurang energi kronik (KEK) yang mendapatkan makanan
tambahan
Pemberian makanana tambahan bagi ibu hamil KEK selama minimal 90 hari
(MT Pemulihan). MT yang dilaksanakan berupa MT yang diolak pabrikan
mengacu pada Permenkes Nomor 51 Tahun 2016 Tentang Standar Produk
Suplementasi Gizi. Disini kami memberikan makanan tambahan umtuk ibu
hamil KEK selama satu bulan, lalu kami pantau berat badan dan LILA, jika
berat badan dan lila sudah normal kami berikan Penyuluhan, jika LILA dan
berat badan belum normal kami berikan makanan tambahan pabrik dan kami
beri penyuluhan.

5. Cakupan ibu nifas mendapaktan Vitamin A


Untuk mencukupi kebutuhan vitamin A bagi ibu nifas, sejak tahun 1996, di
Indonesia telah dilakukan program pemberian dua kapsul vitamin A dosis
tinggi dengan takaran 200.000 IU untuk ibu nifas, yang diberikan 1 kapsul
segera setelah melahirkan dan 1 kapsul pada hari berikutnya tidak lebih dari 6
minggu.
Perhitungan kebutuhan kapsul Vitamin A untuk ibu nifas :
Perhitungan jumlah kapsul Vitamin A merah yang dibutuhkan ibu nifas dalam 1
tahun
Jumlah ibu melahirkan : 7.000 jiwa
Jumlah kebutuhan kapsul dalam 1 : 7.000 x 2 kapsul = 14.000 kapsul
tahun
Kebutuhan tidak terduga : 10% x 14.000 kapsul = 1.400 kapsul
(+)
Kapsul vitamin A merah yang dibutuhkan untuk ibu nifas = 15.400

6. Bayi dengan Berat Badan lahir Rendah (BBLR)

7. Cakupan bayi baru lahir mendapat inisiasi menyusui dini (IMD)


Inisiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan permulaan menyusu dini yang
dilakukan dengan usaha bayi sendiri segera setelah ia lahir. IMD dapat
dilakukan dengan meletakkan bayi dalam posisi tengkurap pada dada atau
perut ibu tanpa terhalang oleh kain, selama minimal satu jam dimulai segera
setelah bayi lahir. Dengan demikian terjadi kontak langsung antara kulit bayi
dan kulit ibu (skin-to-skin contact), sehingga secara alami sang bayi akan
mulai aktif merangkak untuk mencari payudara ibu (breast crawl) dan akan
menemukan puting susu lalu segera menyusu. Peristiwa menakjubkan ini
tentu saja memerlukan dukungan dari seluruh anggota keluarga maupun tim
kesehatan yang membantu proses persalinan dengan menciptakan suasana
yang tenang, nyaman bagi ibu serta bayi, dan juga kesabaran bagi
keberhasilan bayi menemukan puting payudara sang ibu. Kontak langsung
antara kulit bayi dan kulit ibu segera setelah lahir ini memiliki dampak
menguntungkan bagi keduanya. Selain tercipta ikatan kasih sayang antara ibu
dan bayi sejak awal kehidupan, suhu tubuh ibu secara alami akan
memberikan kehangatan bagi bayi. Kulit ibu ini bersifat termoregulasi bagi
bayi, ibu akan memberikan suhu hangat ketika bayi merasa kedinginan dan
kulit ibu akan menurunkan suhu tubuhnya saat bayi merasa kepanasan.
Dalam melakukan IMD, tenaga kesehatan telah mengeringkan tubuh bayi
termasuk kepalanya secara cepat, memberikan topi bayi untuk mengurangi
pengeluaran panas dari kepalanya, dan tanpa dibedong bayi diposisikan
tengkurap pada perut atau dada ibu lalu keduanya diselimuti bersama-sama
sehingga bayi tidak akan mengalami kedinginan. Manfaat lainnya yaitu
gerakan bayi selama berada di atas tubuh ibu akan membantu pengeluaran
hormon oksitosin (hormon kasih sayang) yang berperan dalam produksi Air
Susu Ibu (ASI). Kontak kulit bayi dan kulit ibu juga akan membantu
menstabilkan frekuensi napas dan denyut jantung bayi sehingga bayi akan
lebih jarang menangis, ibu pun juga merasa lebih tenang. Aktivitas bayi
merangkak, menjilat dan menyusu pada payudara ibu juga berperan sebagai
kontak mikrobiom, yaitu proses mendapatkan bakteri baik dari kulit ibu. Bakteri
baik yang tertelan bayi ini berperan dalam menurunkan risiko infeksi pada bayi
baru lahir serta dapat meningkatkan imunitas bayi untuk melawan bakteri jahat
dari lingkungan.

Bagi bayi yang diberi kesempatan untuk melakukan IMD memiliki peluang
keberhasilan menyusui eksklusif yang lebih baik. Bayi juga akan mendapatkan
ASI kolostrum, yaitu cairan ASI yang pertama kali keluar sejak hari pertama
sampai dengan hari kelima setelah persalinan. Kolostrum ini berwarna kuning
pekat dengan konsistensi yang kental dan lengket. Kandungannya sangat
kaya akan antibodi, tinggi protein, serta kaya akan vitamin larut lemak dan
mineral. Kolostrum sangat penting bagi daya tahan tubuh bayi terhadap infeksi
dan akan melindungi dinding usus bayi, sehingga pemberian ASI eksklusif
yang dimulai sejak bayi lahir ini sangat berperan dalam mengurangi risiko
kematian pada bayi. Ibu tidak perlu merasa khawatir akan produksi ASI yang
masih sedikit atau merasa ASI tidak keluar, karena sebenarnya setiap ibu
yang baru melahirkan, tubuhnya secara alami memproduksi ASI. Ibu tetap
perlu menyusui bayi setiap 2 – 3 jam sekali untuk merangsang hormon
oksitosin dan payudara. Sejauh tidak ada masalah yang berarti dan didukung
dengan posisi perlekatan bayi pada puting payudara ibu sudah tepat, bayi
yang diberi kesempatan secara aktif menghisap puting ibu maka produksi ASI
akan bertambah secara bertahap secara alami.

Keberhasilan proses IMD tersebut juga memerlukan peran aktif serta


dukungan positif dari seluruh anggota keluarga, terutama dukungan ayah bagi
sang ibu. Peran ayah dalam mendampingi ibu sejak proses persalinan hingga
selama IMD dilakukan dapat meningkatkan rasa percaya diri serta rasa aman
bagi ibu.

Proses asuhan gizi pada inisiasi menyusui dini (IMD) ada beberapa antara
lain:
I. Pengkajian
Pengkajian ini terdiri dari :
1. Antropometri
- Prevalensi/proporsi ibu hamil KEK di wilayah tertentu
- Prevalensi ibu hamil yang melhirkan di wilayah Puskesmas Tebing
Bulang
- Prevalesni/proporsi bayi BBLR di wilayah tertentu
2. Laboratorium seperti
3. Fisik/klinis seperti
4. Riwayat gizi
-.Proporsi/jumlah pengetahuan dan sikap ibu terhadap IMD
- Proporsi/jumlah bayi yang mendapat IMD

5. Riwayat Klien
- Cakupan kunjungan ibu hamil ANC
- Cakupan ibu hamil yang mengikuti kegiatan kelas ibu hamil
- Cakupan persalianan di fasilitas pelayanan kesehatan
- Adanya faktor penyulit sehingga tidak memungkinkan untuk
dilakukannya IMD, misalnya pada ibu hamil yang mengalami
pendarahan atau kejang.
II. Diagnosis
Diagnosis ini terdiri dari :
1. Problem
- Rendahnya cakupan Imd si wilayah kerja Puskesmas Tebing bulang
Tahun 2023 karean
2. Etiologi
- Adanya faktor penyulit dilakukannya IMD seperti ibu mengalami
pendarahan atau kejang
- Kurangnya dukungan keluarga ibu mendapatkan IMD
III. Intervensi
Tujuan intervensi untuk meningkatkan cakupan bayi yang mendapatkan IMD
pada puskesmas Tebing Bulang pada tahun 2023

8. Bayi usia 6 bulan mendaptakan ASI Ekslusif


Asi ekslusif adalah air susu ibu yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan
selama 6 bulan, tanpa menabahkan atau mengganti dengan makanan atau
minuman lain. ASI (Air Susu Ibu) memiliki faktor protektif dan nutrien yang
dapat menjamin status gizi bayi. Selain itu ASI juga berguna untuk mencegah
bayi dari berbagai infeksi seperti diare, otitis media, dan ISPA. Kolostrum (ASI
pertama) mengandung 10-17 kali lebih banyak zat antibodi dari pada ASI yang
keluar setelahnya, untuk itu sangat penting dilakukan inisiasi menyusui dini
(IMD) pada bayi baru lahir. Harapannya sistem imun bayi sudah terbentuk
sedini mungkin, sehingga angka morbiditas dan mortalitas bisa diturunkan.

9. Cakupan bayi usia 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A


Sasaran yang akan mendapatkan vitamin A yaitu, bayi 6-11 bulan, balita 12-59
bulan, dan ibu nifas. Dibawah ini adalah contoh perhitungan jumlah sasaran
dan kebutuhan kapsul vitamin A, untuk berbagai pemenuhan kebutuhan target
sasaran bayi (6-11 bulan), dan anak balita (12-59 bulan).

Perhitungan sasaran dan kebutuhan kapsul vitamin A untuk anak bayi 6-11
bulan dalam 1 tahun
Perhitungan sasaran bayi (6-11 bulan)
Jumlah bayi 0 tahun : 6.000 jiwa
Jumlah bayi (6-11 bulan) dalam satu : 5.000 jiwa
tahun
Perhitungan kebutuhan kapsul vitamin A biru dalam satu tahun
Jumlah kebutuhan kapsul satu tahun (2 : 11.000 bayi x 1 kapsul =
periode pemberian bulan februari dan 11.000 kapsul
agustus)
Kebutuhan tidak terduga : 10% x 10.000 = 1.100 kapsul
Jadi jumlah vitamin A kapsul biru yang di : Jumlah = 12.200 kapsul
perlukan adalah

Perhitungan sasaran dan kebutuhan kapsul vitamin A untuk anak balita 12-59
bulan dalam 1 tahun
Perhitungan sasaran anak balita (12-59 bulan)
Jumlah balita 0-4 tahun : 60.000 jiwa
Jumlah bayi lahir selamat 0 tahun : 5.000 jiwa
Jumlah balita 12-59 bulan 60.000-5.000 = 55.000 jiwa
Perhitungan kebutuhan kapsul vitamin A merah untuk anak balita dalam 1
tahun
Kebutuhan kapsul dalam 1 tahun : 55.000 bayi x 2 kapsul =
110.000 kapsul
Kebutuhan tidak terduga : 10% x 110.000 = 11.000
kapsul
Jadi jumlah vitamin A kapsul merah yang : 121.000 kapsul
di perlukan adalah

10. Cakupan balita gizi kurang mendapat makanan tambahan

11. Cakupan balita gizi buruk mendapat pelayanan dan makanan tambahan
- Tujuan pelayanan gizi buruk adalah untuk meningkatkan status gizi dan
menurunkan angka kematian anak gizi buruk.
- Prinsip dasar : meningkatkan jangkauan atau cakupan pemulihan gizi,
ketepatan waktu penemuan kasus gzii buruk secara dini sehingga dilakukan
penanganan lebih awal dan bersifat komperhensif, pelayanan yang tepat,
pelayanan yang terintegritasi, penanganan anak gizi buruk melibatkan peran
lintas sektor, dilakukan pemantauan secara rutin
- Kriteria anak gizi buruk tanpa komplikasi adalah : BB/TB <-3SD, terlihat
sangat kurus, adanya edema, LILA <11,5 cm untuk anak 6-59 bulan

12. Cakupan balita yang mendapatkan suplementasi gizi mikro


Suplementasi gizi makro adalah taburia, taburia ini diberikan pada anak 6-23
bulan (BB/U <2SD), taburia ini terdiri dari 12 vitamin dan 4 mineral yang
dibutuhkan untuk tumbuh kembang balita. Dan mencegah terjadinya anemia.

13. Cakupan balita yang ditimbang berat badannya (D/S)

14. Cakupan balita memiliki buku kesehatan ibu dan anak (KIA) / kartu menuju
sehat (KMS)
15. Cakupan balita ditimbang yang naik berat badannya (N/D)
16. Prevalensi berat badan kurang (berat bdan kurang dan sangat kurang pada
balita)
17. Prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek) pada balita
18. Cakupan remaja putri (rematri) mendapat TTD
19. Kelas ibu hamil
Kelas ibu hamil adalah kelompok belajar bagi para calon ibu tentang
kesehatan bagi ibu hamil secara keseluruhan. Tujuan kelas ibu hamil adalah
meningkatkan pengetahuan, merubah sikap dan perilaku ibu agar memahami
tentang kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan selama kehamilan,
perawatan kehamilan, persalinan, persalinan, perawatan nifas, KB pasca
persalinan, perawatan bayi baru lahir, mitos / kepercayaan / adat istiadat
setempat, dan tetang gizi bayi. kelas ini, ibu hamil akan belajar bersama
tentang kesehatan ibu hamil hingga perawatan bayi baru lahir, penyakit
menular, dan tentang gizi bayi. Mereka akan diskusi dan tukar pengalaman
tentang kesehatan ibu dan bayi secara menyeluruh dan sistematis.
20. Kelas ibu balita
merupakan kelas dimana para ibu yang mempunyai anak berusia 0-5 tahun
secara bersama-sama berdiskusi, tukar pendapat, tukar pengalaman akan
pemenuhan pelayanan kesehatan, gizi, dan stimulasi pertumbuhan dan
perkembangannya yang dibimbing oleh fasilitator dengan menggunakan buku
KIA.
21. Pendampingan balita stunting
Kegiatan pendampingan ini merupakan salah satu upaya memperbaiki satatus
gizi balita dengan adanya kerjasama yang baik dari pihak tim kesehatan
dengan keluarga, dalam hal ini terutama peran ibu sebagai pelaku utama
dalam pengasuhan balita. Tingkat pengetahuan kesehatan terutama dalam
bidang gizi serta ketelatenan dan keterampilan ibu dalam pemberian makanan
pada balita sangat berpengaruh terhadap status gizi balita.

22. Validasi data Gikia


Pertemuan ini bertujuan untuk menyamakan penyusunan data program
tersebut agar pelayanan terhadap kesehatan ibu dan reproduksi dapat
terlaksana dengan maksimal dalam masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai