Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Dasar Keluarga

a. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling

berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan. (WHO

(1969) dalam Yohanes (2013).

keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari

suami, istri atau suami istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau

ibu dan anaknya. (Keluarga UU No. 10 tahun 1992 Dalam Yohanes

(2013)

keluarga dalah suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar

perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup

bersama atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau

tanpa anak, bai ananknya sendiri atau adopsi dan tinggal dalam sebuah

rumah tangga. Menurut Sayekti (1994) dalam Yohanes (2013).

Berdasarkan tiga definisi diatas dapat disumpulkan keluarga

merupakan ikatan perkawinan antara jenis kelamin laki-laki dan

perempuan yang bisa menjadi ikatan keluarga yang terdapat anak.

b. Ciri-Ciri Dan Sifat Keluarga

Menurut Robert Marc Iver dan Charles Horton (2013) asuhan

keperawatan keluarga adalah sebagai berikut :


1) Keluarga merupakan hubungan perkawinan

2) Keluarga membentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan

hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk atau di pelihara

3) Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama (Nomen Clatur)

termasuk perhitungan garis keturunan

4) Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh

anggotanya-anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk

mempunyai keturunan dan membesarkan anak

5) Keluarga merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah

tangga

Menurut Stuart (2001), asuhan keperawatan keluarga (2013)

lima sifat keluarga yang dijabarkan adalah sebagai berikut :

1) Keluarga merupakan unit terkecil dari suatu istem

2) Keluarga mempertahankan fungsinya secara konsisten terhadap

perlindunga, makanan, dan sosialisasi anggotanya

3) Dalam keluarga ada komitmen saling melengkapi antar anggota

keluarga

4) Setiap keluarga Indonesia dapat atau tidak dapat saling

berhubungan dan dapat atau tidak dapat tinggal dalam satu atap

5) Keluarga bisa memiliki anak atau tidak.

c. Tipe Keluarga

Menurut Anderson Carter asuhan keperawatan keluarga (2013)

terdiri atas :
1) Keluarga inti (Nuclear Family): kelurga yang terdiri atas ayah, ibu

dan anak-anak

2) Keluarga besar (extended family): keluarga inti ditambah dengan

sanak saudara, nenek, kakek, keponakan, sepupu, paman, bibi dan

sebagainya

3) Keluarga berantai (serial family): keluarga yang terdiri atas wanita

dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan keluarga

inti

4) Keluarga duda atau janda (single family): keluarga ini terjadi

karena adanya perceraian dan kematian

5) Keluarga berkomposisi : keluarga yang perkawinannya

berpoligami dan hidup secara bersama-sama

6) Keluarga kabitas : dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi

membentuk satu keluarga

Pembagian tipe keluarga menurut Setiadi asuhan keperawatan

keluarga (2013) terdiri atas :

1) Secara tradisional

a) Keluarga inti (Nuclear family) adalah keluarga yang hanya

terdiri dari ayah ibu dan anak yang di peroleh dari

keturunannya atau adopsi atau keduanya.

b) Keluarga besar (Extended Family) adalah keluarga inti

ditambah aggota keluarga lain yang masih memunyai

hubungan darah (kakek,nenek,paman,bibi)

2) Secara modern

a) Tradisional Nuclear
Keluarga inti (ayah, ibu, anak ) tinggal dalam satu rumah

ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan

perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah

b) Reconstituted Nuclear

Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkwinan

kembali suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah

dengan anak-anaknya baik itu bawaan dari perkawinan yang

lama maupun hasil dari perkawinan baru, satu / keduanya dapat

bekerja diluar rumah

c) Niddle Age / Aging Couple

Suami sebagai pencari uang, Istri di rumah / kedua-duanya

bekerja di rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah

karena sekolah /perkawinan/karier

d) Dyadic Nuclear

Suami istri sudah merumur dan tidak mempunyai anak yang

keduanya atau salah satu bekerja di luar rumah

e) Single Parent

Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian

pasangnya dan anak-anaknya dapat tinggal dirumah atau diluar

rumah.

f) Dual Carrier

Suami atau istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak

g) Commuter Married
Suami atau istri atau keduanya orang karier dan tinggal

terpisah pada jarak tertentu. Keduanya sering mencari pada

waktu tertentu

h) Single Adult

Wanita atau pria biasa yang tinggal sendiri dengan tidak

adanya keinginan untuk kawin

i) Three Generation

Yaitu tiga generasi atau lebi tinggal dlam satu rumah

j) Institusional

Yaitu anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam satu

panti

k) Comunall

Yaitu satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang

monogomi dengan anak-anaknya dan bersana-sama dalam

penyediaan fasilitas

l) Group Marriage

Yaitu satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya

di dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin

dengan orang lain dan semua adalah orang tua dari anak

m) Unmaried Parent and Child

Yaitu ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki,

anaknya adopsi

n) Cohibing Couple

Dua orang atau satu pasangan yang hidup bersama tanpa ikatan

perkawinan
o) Gay and Lesbian Family

Keluarga atau pasangan yang di bentuk oleh pasangan yang

berjenis kelamin sama.

d. Tugas Dan Tahap Perkembangan Keluarga

Tabel 2.1 tugas dan tahap perkembangan keluarga Harmoko, (2012)

Tahap Siklus Kehidupan Tugas Perkembangan Keluarga


keluarga
Tahap I (Keluarga pemula) 1) Membangun Perkawinan yang saling memuaskan
2) Menghubungkan jaringan persaudaraan secara
harmonis
3) Keluarga berencana

Tahap II (keluarga sedang 1. Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang
mengasuh anak) mntap (mengintegrasikan bayi baru ke dalam
keluarga
2. Rekonsiliasi tugas-tugas yang bertentangan dan
kebutuhan anggota keluarga
3. Mempertahankan hubungan perkawinan yang
memuaskan
4. Memperluas persahabatan dengan keluarga besar
dengan menambah peran-peran orang tua dan kakek-
nenek

Tahap III (keluarga dengan 1. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti


anak usia prasekolah) rumah, ruang bermain, privasi, dan keamanan
2. Mensosialisasikan anak
3. Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap
memenuhi kebutuhan anak-anak yang lain
4. Mempertahankan hubungan yang sehat dalam
keluarga (hubungan perkawinan dan hubungan orang
tua dan anak)
Tahap IV (keluarga dengan 1. Mensosialisasikan anak-anak termasuk meningkatkan
anak usia sekolah ) prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan
dengan teman sebaya yang sehat
2. Mempertahankan hubungan perkawinan yang
memuaskan
3. Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota
keluarga
Tahap V (keluarga dengan 1. Menyeimbangkan kebiasaan dengan tanggung jawab
anak usia remaja) ketika remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri
2. Memfokuskan kembali hubungan perkawinan
3. Berkomunikasi secara terbuka
Tahap VI (keluarga yang 1. Memperluas siklus keluarga denga memuaskan
melepaskan anak usia anggota keluarga yang baru didapatkan melalui
dewasa muda) perkawinan anak-anak
2. Melanjutkan untuk memperbahani dan menyesuaikan
kembali hubungan perkawinan
3. Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari
suami maupun istri
Tahap VII (keluarga 1. Menyediakan lingkungan yang meningkatkan
dengan orang tua usia kesehatan
pertengahan) 2. Mempertahankan hubungan-hubungan yang
memuaskan dan penuh arti dengan para orang tua
lansia dan anak-anak
3. Memperkokoh hubungan perkawinan
Tahap VIII (keluarga 1. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
dengan orag tua lanjut 2. Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun
usia) 3. Mempertahankan hubungan perkawinan
4. Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan

e. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan

Menurut friedman (1998) dalam hamoko (2012) membagi lima

tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan, yaitu

1) Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya

Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara

tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga,

maka apabila menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat

kapan terjadinya perubahan apa yang terjadi dan beberapa besar

perubahannya

2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi

keluarga

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari

pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan

pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai

kemampuan memutuskanuntuk menentukan tindakan keluarga


maka segera melakukan tindakan tepat agar masalah kesehatan

dapat dikurangi atau bahkan teratasi jika keluarga mempunyai

keterbatasan yang meminta bantuan orang lain dilingkungan

sekitar keluarga

3) Memberikan perawatan bagi anggota keluarganya yang sakit

Perawat ini dapat dilakukan tindakan dirumah apabila keluarga

memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan

pertama atau kepelayanan kesehatan untuk memperoleh tindakan

lanjutan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi

4) Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah suasana rumah

yang sehat

Untuk mengetahu sejauh mana kemampuan keluarga

mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat (dari

segi fisik, psikis,ekonomi) hal yang perlu dikaji adalah sejauh

mana keluarga melihat keuntungan atau manfaat pemeliharaan

lingkungan, sejauh mana keluarga melihat keuntungan / manfaat,

sejauh mana mengetahui upaya pencegahan penyakit, sejauh mana

sifat/pandangan keluarga terhadap hiegene dan sanitasi dan sejauh

mana kekompakan antar anggota keluarga

5) Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat

Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga

menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan dimasyarakat, hal yang

perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga memahami keuntungan-

keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan sejauh


mana tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas dan fasilitas

kesehatan.

2. Konsep Dasar ISPA

a. Pengertian Penyakit Infeki Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut

yang melibatkan organ saluran pernapasan bagian atas dan saluran

pernapasan bagian bawah. Infeksi ini di sebabkan oleh virus, jamur

dan bakteri ( Markamah.et al. 2012 ) sedangkan menurut Wong infeksi

pernapasan akut adalah proses inflamasi yang di sebabkan oleh virus,

bakteri, atipikal (mikoplasma), atau aspirasi pernapasan. Saluran

pernapasan atas (jalan napas atas) terdiri dari hidung faring dan laring.

Saluran pernapasan bawah terdiri dari bronkus, bronkiolus dan alveoli.

Dalam Marni (2014)

Ispa merupakan infeksi berawal dari saluran pernapasan,

hidung, tenggorokan, laring, trakea, bronchi dan alveoli. ISPA

merupakan penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian

atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga

alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus,

rongga teliga tengah dan pleura (Wong dkk, 2008) dalam Fibrilla

(2015)

b. Etiologi

ISPA (infeksi saluran pernapasan akut) di sebabkan oleh:


1) Bakteri :Escherichia coli, streptococcus pneumonia, chlamidya

trachomatis, clamidia pneumonia, mycoplasma pneumoniae, dan

beberapa bakteri lain

2) Virus miksovirus, adenovirus, koronaviru, pikornairus, virus

influenza, virus parainfluenza, rhinovirus, respiratorik syncytial

virus, dan beberapa virus lain

Faktor resiko terjadinya ISPA adalah status imunisasi, anak

yang tidak mendapat imunisasi mempunyai resiko lebih tinggi dari

pada yang mendapatkan imunisasi. Kedua ada pemberian kapsul

vitamin A meningkatkan imunitas anak, anak atau bayi yang tidak

mendapatkan vitamin A, beresiko lebih besar terkena penyakit ISPA,

ketiga adalah keberadaan anggota keluarga yang merokok dalam

rumah (Mahkamah.et al. 2012). Klasifikasi ISPA berdasarkan umur

(Depkes RI, 2010) :

1) Bayi baru lahir

ISPA pada bayi baru lahir sering kali terjadinya karena aspirasi,

infeksi virus varicella-zoster dan infeksi berbagai bakteri seperti

bakteri Coli, torch, streptococus dan Pneumococus

2) Balita dan anak pra sekolah

ISPA pada balita dan anak pra-sekolah sering kali disebabkan oleh

virus yaitu virus Adeno , parainfluenza, influenza dan berbgai

bakteri yaitu : pneumoniae, Hemophilus influenzae, streptococcus,

staphylococcus aureus dan Chlamydia

3) Anak usia sekolah dan remaja


ISPA pada anak usia sekolah dan remaja biasanya disebabkan oleh

virus yaitu adeno parainfluenza, influenza dan berbagai bakteri

yaitu Pneumoniae, Streptococcus dan Mycoplasma

c. Jenis-jenis ISPA

Beberapa kondisi yang dapat berkembang menjadi ISPA

1) Influenza

Influenza merupakan adalah infeksi primer yang umumnya

menyerang bayi dan anak-anak dan penyakit ini biasanya cenderung

berlangsung lebih berat karena infeksi mencakup daerah sinus

paranasal telinga tengah dan nasofaring di sertai dengan demam

yang tinggi (Ngatiyah,2005). Influenza merupakan infeksi saluran

pernapasan atas yang di sebabkan oleh virus haemophiillus

influenza yang mempunyai tanda nyeri kepala yang hebat, nyeri

otot, demam menggigil dan anoreksia (Soemantri, 2007)

2) Common Cold (Acute Viral Nasopharingitis )

Nasopharingitis Akut (setara dengan “ommon cold”) di sebabkan

oleh sejumlah virus biasanya rhinoviruses,RSV, adenovirus, virus

influenza, atau parainfluenza (Hartono & Rahmawati, 2012)

3) Acute streptococcal pharingitis disebabkan oleh grup A-B

hemolytic streptococcus pharingitis disebabkan oleh grup A B-

hemolytic streptococcus (GABHS). Infeksi saluran nafas bagian

atas (radang tenggorokan) bukan merupakan penyakit serius, tetapi

efek bagi anak merupakan resiko serius (Hartono & Rahmawati,

2012)

4) Radang Amandel
Radang amandel sering terjadi bersamaaan dengan pharyngitis.

Karena melimpahnya kelenjar getah bening dan frekuensi dari

ISPA. Radang amandel adalah penyakit yang biasa menyerang

anak-anak, penyebabnya bisa di karenakan oleh virus atau bakteri

(Hartono & Rahmawati, 2012)

5) Laringitis

Laringitis akut pada orang dewasa hanya penyakit ringan saja, tetapi

pada anak berbeda karena disertai batuk keras, suara serak sampai

afoni, sesak nafas dan stridor. Penyebab laringitis umumnya adalah

streptococcus hemolyticus, streptococcus viridians, pneumokokus,

staphylococcus hemolyticus. Proses radang pada laring dipermudah

oleh trauma, bahan kimia, radiasi, alergi dan pemakaian suara

berlebihan (Ngastiyah, 2005)

6) Faringitis dan Tonsilofaringitis

Radang faring pada bayi dan anak hampir selalu melibatkan orang

di sekitarnya, sehingga infeksi pada faring biasanya juga mengenai

tonsi (Ngastiyah, 2005)

7) Otitis Media

OM adalah salah satu penyakit paling umum pada anak usia dini.

Kejadian tertinggi pada anak usia 6 bulan sampai tahun, kemudian

secara bertahap menurun sesuai dengan usia kecuali untuk

peningkatan kecil pada usia 5 atau 6 tahun saat masuk sekolah.

Anak laki-laki usia pra sekolah lebih sering terkena dibanding anak

perempuan usia pra sekolah. Insiden otitis media akut paling tinggi

dimusim dingin (Hartono&Rahmawati, 2012)


8) Epiglotis akut adalah proses inflamasi obstruktif serius yang terjadi

terutama pada anak-anak antara 2-5 tahun tetapi bisa terjadi dari

bayi sampai orang dewasa (Hartono & Rahmawati, 2012)

9) Pneumonia

Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal

bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi

jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat (dahlan,2010) .

d. Manifestasi klinis

Menurut Rosmalah, 2004 asuhan keperawatan pada anak sakit,

(2014) Gejala ringan demam, batuk, hidung tersumbat dan sakit

tenggorokan secara klinis pada pemeriksaan respirasi takipnea, napas

tidak teratur (apnea), retraksi dinding thorax, napas cuping hidung,

sianosis, suara napas lemah atau hilang dan wheezing sedangkan pada

sistem kardiovaskuler terdapat takikardi, bradikardi, sedangkan hasil

pemeriksaan laboratorium adalah jika ditemukan hipoksemia,

hiperkepnea, dan asidosis metabolik dan asidosis respiratorik.

e. Komplikasi ISPA

Komplikasi yang dapat timbul pada penyakit ISPA diantara

lain adalah :

Apabila penyakit ISPA tidak diobati dan jika disertai dengan

malnutrisi, maka penyakit tersebut akan menjadi berat dan akan

menyebabkan terjadinya bronchitis, pneumona, otitis media, sinusitis,

gagal napas, cardiac arrest, syok dan sebaginya Marni, (2014)

f. Pencegahan ISPA
Pencegah penularan ISPA dapat dilakukan dengan imunisasi,

ada vaksin tiga jenis virus utama flu yang formulanya berganti tiap

tahun untuk menghindari risiko virus kebal pada vaksin. Cara lain

yang utama adalah menjaga daya tahan tubuh lewat perilaku hidup

sehat, termasuk mengkonsumsi makanan bergizi seimbang dan cukup

istirahat. Sebelum dibawa ke Puskesmas, rumah sakit atau ke tempat

praktek pengobatan, sangatlah penting bagi kader dan orang tua balita

untuk memahami penyakit ini meliputi gejala gejalanya dan bagaimana

penanganannya di rumah. Kader kesehatan adalah tenaga yang berasal

dari masyarakat yang dipilih oleh masyarakat dan bekerja bersama

untuk masyarakat secara sukarela dan dilatih untuk menanggani

masalah-masalah kesehatan perseorangan maupun masyarakat serta

untuk bekerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempattempat

pemberian pelayanan kesehatan terutama tentang pencegahan dan

perawatan balita dengan ISPA.

Perawatan penyakit ISPA pada balita di rumah yang melibatkan

keluarga (orang tua balita) karena keluarga (orang tua) merupakan

orang yang pertama mengetahui tanda dan gejala ISPA, demikian pula

petugas puskesmas seperti perawat dan bidan yang merupakan tenaga

kesehatan di daerah tersebut. Peran serta orang tua, kader kesehatan

dan perawat serta bidan puskesmas sangat diperlukan untuk

pencegahan dan perawatan penyakit ISPA pada balita tersebut agar

balita dapat beraktifitas kembali sehingga tumbuh kembang tidak

mengalami hambatan berjalan secara optimal dan jika ini berhasil

angkakesakitan dan kematian pada balita juga menurun. Jika sudah


terkena ISPA yang lebih berat, anak balita harus mendapat perawatan

di Rumah Sakit dengan biaya yang cukup besar. Selain ditempatkan di

unit perawatan intensif (ICU), pasien mendapat obat penunjang di luar

anti virus flu, termasuk antibiotik guna mencegah infeksi sekunder

oleh bakteri. Mardiah, (2017)

g. Pemeriksan penunjang

Pemeriksaan foto rongten: thoraks

Pemeriksaan laboratorium darah lengkap:

hemoglobin,hematokrit, kultur tenggorokan, kadar protein C reaktif,

tes antibody: tes serology untuk lgM atau peningkatan titer IgG

menunjukkan infeksi oleh mycoplasma atau Chlamydia. Hipoksemia,

hiperkapnea, dan asidosis metabolik maupun asidosis respiratorik.

Marni, (2014)

h. Penatalaksanaan Medis

Untuk penderita ISPA yang masih ringan cukup di rawat di

rumah dengan di berikan obat penurun panas yang bisa di beli di toko

obat/apotik, apabila di sertai batuk bisa diberikan obat tradisional

berupa ½ sendok the madu/kecap, bisa diberikan 3-4x sehari, jika

dalam tiga hari bbelum ada perbaikan, segera bawa ke dokter/pusat

layanan kesehatan

Penanganan yang dilakukan meliputi terapi suportif dan

terapi etiologi. Terapi suportif dengan memberikan oksigen sesuai

kebutuhan anak, meningkatkan asupan makanan anak, mengoreksi

ketidak seimbangan asam basa dan elektrolit sesuai kebutuhan anak


tersebut. Apabila penyebab iISPA belum di ketahui secara pasti dapat

di berikan antibiotik secara empiris, tetapi kalau sudah diketahui secara

pasti, misalnya disebabkan oleh virus maka tidak perlu di berikan

antibiotik, antibiotic yang biasa digunakan untuk mengatasi penyakit

ISPA adalah obat kontrimoksasol, ampisilin,amoksisilin, gentamisin,

sefotaksim, dan eritromisin Marni, (2014)

3. Konsep Hendrik L. Blum

Menjelaskan empat faktor determinan yang mempengaruhi

timbulnya masalah kesehatan. Faktor tersebut antara lain faktor

genetik/keturunan, faktor perilaku/gaya hidup (meliputi diet, latihan fi sik,

dan kepatuhan berobat), faktor pelayanan kesehatan (jenis cakupan dan

kualitas, adanya penyuluhan), dan faktor lingkungan (sosial, ekonomi,

pendidikan, dan budaya). Keempat faktor tersebut saling berinteraksi yang

dapat mempengaruhi kesehatan perorangan dan derajat kesehatan

masyarakat (Endra, 2010).

1. Perilaku masyarakat

Perilaku merupakan faktor kedua yang mempengaruhi derajat

kesehatan masyarakat karena sehat atau tidak sehatnya lingkungan

kesehatan individu, keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada

perilaku manusia itu terdiri. Di samping itu, juga di pengaruhi oleh

kebiasaan, adat, istiadat kebiasaan, kepercayaan, pendidikan sosial

ekonomi, dan perilaku-perilaku lain yang melekat pada dirinya.

2. Lingkungan

Lingkungan memiliki pengaruh yang dan peranan terbesar diikuti

perilaku, fasilitas kesehatan dan keturunan. Lingkungan sangat bervariasi,


umumnya digolongkan menjadi tiga katagori, yaitu yang berhubungan

dengan aspek fisik dan sosial. Lingkungan yang berhubungan dengan

aspek fisik contohnya sampah, air, udara, tanah, iklim, perumahan, dan

sebagainya. Sedangkan lingkungan sosial merupakan hasil interaksi antar

manusia seperti kebudayaan, pendidikan,ekonomi, dan sebagainya

Berbicara mengeni lingkungan sering kali kita meninjau dari

kondisi fisik. Lingkungan yang memiliki kondisi sanitasi buruk dapat

menjadi sumber berkembangnya penyakit. Hal ini jelas membahayakan

kesehatan masyarakat kita terjadinya penumpukan sampah yang dapat di

kelola dengan baik, polusi udara, air dan tanah juga dapat menjadi

penyebab. Upaya menjaga lingkungan menjadi tanggung jawab semua

pihak untuk itulah perlu kesadaran semua pihak.

3. Pelayanan kesehatan

Pelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi

derajat kesehatan masyarakat karena keberadaan fasilitas kesehatan sangat

menentukan dalam pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap

penyakit, pengobatan dan keperawatan serta kelompok dan masyarakat

yag memerlukan pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas di pengaruhi

oleh lokasi, apakah dapat di jangkau atau tidak. Yang kedua adalah tenaga

kesehatan pemberi pelayanan, informasi dan motivasi masyarakat untuk

mendatangi fasilitas dala meperoleh pelayanan serta program pelayanan

kesehatan itu sendiri apakah sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang

memerlukan

4. Genetik/keturunan Heriditas
Seperti apa keturunan generasi muda yang diinginkan ? pertanyaan

itu menjadi kunci dalam mengetahui harapan yang akan dating. Nasib

suatu bangsa di tentukan oleh kualitas generasi muda kita agar mereka

mampu berkompetisi dan memiliki kreatifitas tinggi dala membangun

bangsanya Dalam hal ii kita harus memperhatikan status gizi balita sebab

pada masa inilah perkembangan otak annak yang menjadi asset kita di msa

mendatang. Namun masih banyak saja anak Indonesia statuus gizinya

kurang bahkan buruk. padahal potensi alam indonesia cukup mendukung.

Oleh sebab itulah program penanggulangan kekurangan gizi dan

peningkatan status gizi masyarakat masih tetap di perlukan. Utamanya

program pasyandu yang biaanya di laksanakan di tingkat RTRW. Dengan

berjaannya program ini maka akan terdeteksi secara dni status gizi

masyarakat dan cepat dan tertangani

2. Teori Family Centered Nursing

Praktek keluarga sebagai pusat keperawatan (family-centered

nursing) didasarkan pada perspektif bahwa keluarga adalah unit dasar

untuk perawatan individu dari anggota keluarga dan dari unit yang lebih

luas. Keluarga adalah unit dasar dari sebuah komunitas dan masyarakat,

mempresentasikan perbedaan budaya,rasial,etnik, dan sosial, ekonomi.

Aplikasi dari teori ini termasuk mempertimbangkan fator sosial, ekonomi,

politik, dan budaya ketika melakukan pengkajian, perencanaan,

implementasi, dan evaluasi perawatan pada anak serta keluarga

(Hitchcock, Schubert,Thomas, 1999) dalam Nursalam (2015).

Penerapan asuhan keperawatan keluarga dengan pendekatan family-

centered nursing salah satunya menggunakan Friedman Model. Pengkajian


dengan model ini melihat keluarga sebagai subsistem dari masyarakat

(Allender & Spraydley, 2005) dalam Nursalam (2015)

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ispa

Secara umum terdapat 3 (tiga) faktor resiko terjadinya ISPA, yaitu

faktor lingkungan, faktor individu anak, serta perilaku (Maryunani, 2010).

a. Faktor Lingkungan

1) Pencemaran udara dalam rumah

Gangguan saluran pernafasan yang diderita masyarakat selain

disebakan oleh infeksi kuman juga disebabkan oleh pencemaran udara

yang terdapat dalam rumah seperti asap dapur. Pencemaran udara

dalam rumah yang berasal dari aktivitas penghuninya antara lain

pengguna bahan bakar biomassa untuk memasak maupun ruangan,

asap rokok, pengguna insektisida semprot maupun bakar dan

penggunaan bahan bangunan sintesis seperti cat dan asbes.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian Vony Ekawati (2007) di

Cilacap dan Leonardis di Semarang (2007) dalam Pangaribuan, (2017)

2) Ventilasi rumah

Ventilasi adalah lubang angin tempat udara keluar masuk

secara bebas. Ventilasi mempunyai fungsi untuk menjaga aliran udara

didalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan

oksigen yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga.

Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya oksigen didalam

rumah, disamping itu juga menyebabkan kelembaban udara dalam

rumah naik karena terjadi proses penguapan cairan dari kulit dan
penyerapan. Kelembaban ini merupakan media yang baik untuk

pertumbuhan bakteri yang sering menyebabkan ISPA seperti

Streptococcuspneumoniae, Haemophilus influenzae, dan Staphylococcus

aureus dalam Pangaribuan, (2017)

.
b. Faktor Individu Anak

1) Berat Badan Lahir

Berat badan lahir menentukan pertumbuhan dan perkembangan

fisik dan mental pada masa balita. Bayi dengan berat badan lahir rendah

(BBLR) mempunyai resiko kematian yang lebih besar dibandingkan

dengan berat badan lahir normal, terutama pada bulan-bulan pertama

kelahiran karena pembentukan zat anti kekebalan kurang sempurna

sehingga lebih mudah terkena penyakit infeksi, terutama pneumonia dan

sakit saluran pernafasan lainnya ( Maryunani, 2010).

2) Status Gizi

Gizi baik adalah keseimbangan antara kebutuhan dan masukan

nutrisi sehingga berpengaruh terhadap daya tahan tubuh dan respon

imunologik terhadap penyakit, sedangkan gizi buruk merupakan status

kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi atau nutrisi di bawah standar

rata-rata (Soeditama, 2002). Konsumsi gizi pada seseorang dapat

menentukan tercapainya tingkat kesehatan bila tubuh berada dalam

tingkat kesehatan gizi yang optimum. Dalam kondisi demikian tubuh

terbebas dari penyakit dan mempunyai daya tahan tubuh yang sangat

tinggi (Notoatmodjo, 2003).

3) Status Imunisasi
Pemberian imunisasi dapat mencegah berbagai jenis penyakit

infeksi termasuk ISPA. Untuk mengurangi faktor yang meningkatkan

mortalitas ISPA, diupayakan imunisasi lengkap terutama DPT dan

Campak. Bayi dan balita yang mempunyai status imunisasi lengkap bila

menderita ISPA dapat diharapkan perkembangan penyakitnya tidak akan

menjadi berat. Ketidakpatuhan imunisasi berhubungan dengan

peningkatan penderita ISPA, hal ini sesuai dengan peneliti lain yang

mendapatkan bahwa imunisasi yang lengkap dapat memberikan peranan

yang cukup berarti dalam mencegah kejadian ISPA ( Maryunani, 2010 ).

c. Faktor Perilaku

Faktor perilaku yang bisa menyebabkan terjadinya ISPA adalah

sebagai berikut

1) Kebiasaan merokok

Manusia mempunyai banyak macam kebiasaan, adapun

berolahraga, membaca, menulis, dan masih banyak lain, akan tetapi

ada salah satu kebiasaan yang paling buruk dan sangat merugikan

manusia itu sendiri salah satunya merugikan kesehatan dirinya

dan orang lain, tetapi kebiasaan tesebut yang buruk tesebut masih

dilakukan oleh manusia tersebut yaitu kebiasaan merokok. Rokok

merupakan hasil olahan tembakau yang terbungkus, dihasilkan

dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nico tiana Rustica dan spesies

lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan

atau tanpa bahan tambahan (Heryani, 2014).

Nikotin adalah zat alkaloid yang ada secara natural

ditanaman tembakau nikotin juga didapati pada tanaman-tanaman


lain dari famili Solanaceae seperti tomat, kentang, terong dan

merica hijau pada level yang sangat kecil dibandingpada

tembakau nikotin tidak berwarna tetapi segera menjadi coklat

ketika bersentuhan dengan udara. Nikotin dapat menguap dan

dapat dimurnikan dengan cara penyulingan uap dari larutan yang

dibasakan (Heryani, 2014)

Penelitian yang di lakukan oleh Kristina Kalumbia. (2017)

tentang Hubungan Aktivitas Merokok dalam Rumah dengan Kejadian

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Tanralili Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros

menunjukkan hasil bahwa ada hubungan antara aktivitas merokok

dalam rumah dengan kejadian infeksi saluran pernapasan akut

(ISPA) pada balita di wilayah kerja Puskesmas Tanralili Kecamatan

Tanralili Kabupaten Maros tahun 2017 dimana nilai (ρ= 0,000).

2) Cuci tangan

Sering dianggap sebagai hal yang sepele di masyarakat, padahal

cuci tangan bisa memberi kontribusi pada peningkatan status

kesehatan masyarakat. Berdasarkan fenomena yang ada terlihat bahwa

anak-anak usia sekolah mempunyai kebiasaan kurang memperhatikan

perlunya cuci tangan dalam kehidupan sehari-hari. Mereka biasanya

langsung makan makanan yang mereka beli di sekitar sekolah tanpa

cuci tangan terlebih dahulu, padahal sebelumnya mereka bermain-main.

Perilaku tersebut tentunya berpengaruh dan dapat memberikan kontribusi

dalam terjadinya penyakit . Cuci tangan merupakan tehnik dasar yang

paling penting dalam pencegahan dan pengontrolan penularan infeksi.


Penelitian yang dilakukan oleh (Luby, Agboatwalla, Bowen, Kenah,

Sharker, dan Hoekstra, (2009

Penelitian yang di lakukan oleh Arsinta (2019) tentang Hubungan

Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Rumah Tangga Terhadap Kejadian

Infeksi Saluran Pernafasan Akut Dan Diare Pada Balita menunjukkan

hasil bahwa tidak ada hubungan antara cuci tangan dengan kejadian ISPA

(p=0,002)

3) Etika batuk

Batuk bukanlah suatu penyakit. Batuk merupakan mekanisme

pertahanan tubuh pernapasan dan merupakan gejala suatu penyakit atau

reaksi tubuh terhadap iritasi di tenggorokan karena adanya

lendir,makanan,debu,asap dan sebagainya. Etika adalah teori tentang

tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk

sejauh yang dapat ditentukan oleh akal. Etika Batuk adalah tata cara

batuk yang baik dan benar, dengan cara menutup hidung dan mulut

dengan tissue atau lengan baju. jadi bakteri tidak menyebar ke udara dan

tidak menular ke orang lain (Kemenkes RI, 2018)

Penelitian yang dilakukan oleh Dinaravony (2015) tentang Faktor

Lingkungan Rumah Dan Faktor Perilaku Penghuni Rumah Yang

Berhubungan Dengan Kejadian Ispa Pada Balita Di Wilayah Kerja

Puskesmas Sekaran menunjukkan hasil ada hubungan antara perilaku

batuk anggota keluarga balita dengan kejadian ISPA pada balita

(p=0,002)

Karakteristik hubungan keluarga yang mempengaruhi ispa


B. Kerangka teori

Faktor lingkungan: Faktor individu anak Faktor perilaku


pencemaran udara dalam Berat badan lahir Merokok
rumah Kebutuhan gizi Cuci tangan
ventilasi rumah Status imunisasi Etika batuk

Kejadian ISPA

Sumber: (Maryunani, 2010), (Heryani, 2014)., (Kemenkes RI, 2018). s

Tabel 2.2 Kerangka Teori Hubungan Karakteristik Keluarga dalam


Terjadinya Penyakit ISPA di Puskesmas Air Itam 2020

Anda mungkin juga menyukai