Anda di halaman 1dari 5

A.

Ssub klaster Kesehatan Keluarga (Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada Situasi


Darurat Bencana)
1. Situasi
Pelayanan kesehatan reproduksi pada kondisi darurat sering kali tidak tersedia
karena tidak dianggap sebagai kebutuhan yang mendesak dan bukan merupakan
prioritas. Padahal pada kondisi darurat bencana terdapat kondisi- kondisi yang
sangat membutuhkan pertolongan segera, diantaranya :

a. Ibu hamil yang membutuhkan pertolongan,


b. Terdapat kejadian proses kelahiran yang tidak dapat ditunda,
c. Adanya kebutuhan alat kontrasepsi pada layanan keluarga berencana,
d. Serta layanan lainnya yang mengarah pada terjadinya kekerasan seksual pada
wanita.
Data korban yang harus mendapat perhatian dan bantuan baik populasi rentan
maupun non rentan yang harus mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi dalam
situasi darurat bencana, meliputi :
a. Bayi 2.634 jiwa
b. Balita 6.431 jiwa
c. Bumil 2.895 jiwa
d. Lansia 10.296 jiwa
Pengalaman diKabupaten Kerinci untuk penanganan permasalahan dalam
situasi bencana dilapangan yang paling krusial adalah ketidaksiapan lokal mulai
pengurangan dampak resiko melalui kesiapsiagaan hingga rehabilitasi.

2. Sasaran dan Tujuan


Sasaran

a. Identifikasi organisasi dan individu untuk memfasilitasi koordinasi dengan lintas


sektor terkait kegiatan reproduksi sejak awal untuk mengatasi keadaan darurat dan
bekerja dibawah koordinator umum penanggulangan krisis kesehatan akibat
bencana.
b. Pencegahan dan manajemen kekerasan seksual dan akibatnya. Semua petugas
yang terlibat dalam penanggulangan keadaan darurat harus sensitive terhadap
masalah kekerasan seksual. Langkah-langkah untuk membantu korban kekerasan
seksual, termasuk permerkosaan harus sudah disusun pada fase awal darurat.
Korban kekerasan seksual harus segera dirujuk ke fasilitas kesehatan dan pihak
berwajib yang harus terlibat dalam memberikan perlindungan dan dukungan
hukum.
c. Menekan penularan HIV melalui:
 Menekan tindakan kewaspadaan universal (universal precaution). Dalam
keadaan darurat ada kecenderungan mengabaikan tindakan kewaspadaan
universal.
 Menjamin tersedianya kondom secara gratis.
d. Pencegahan morbiditas dan mortalitas maternal dan bayi baru lahir dengan cara ;
 Menyediakan alat kit yang berisi alat persalinan yang bersih, untuk dapat
digunakan dalam persalinan yang bersih apabila terpaksa dilakukan
dirumah.
 Menyediakan kit persalinan untuk menjamin persalinan yang bersih dan
aman. Pada fase awal keadaan darurat, persalinan sering terjadi diluar
fasilitas kesehatan sehingga penting menyediakan kit persalinan bagi
bidan.
 Memantapkan sistim rujukan untuk mengelolah kasus kegawat daruratan
kebidanan. Oleh karena itu, sisitim rujukan yang mampu menangani
komplikasi kebidanan 24 jam sehari harus segera tersedia. Diperlukan
koordinasi dengan pemerintah mengenai kebijakan dan prosedur rujukan.
e. Perencanan pelayanan kesehatan reproduksi komprehensif yang terintegrasi
dalam pelayanan kesehatan dasar.
 Pengumpulan informasi kematian ibu, bayi baru lahir, prevalensi IMS/HIV
dan prevalensi pemakaian kontrasepsi.
 Identifikasi faskes yang memadai untuk pelayanan kesehatan reproduksi
komprehensif.
f. Terlaksananya pertolongan persalinan dalam kondisi gawat darurat.
g. Terlaksananya pelayanan kesehatan ibu dan anak, kesehatan reproduksi lainnya
termasuk KB.
h. Bertanggung jawab terhadap pencatatan dan pelaporan setiap kegiatan ke sektor
wabah dan bencana.
Tujuan

a. Tersusunnya acuan bagi petugas kesehatan dalam penangangan Banjir


b. Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai dalam pelayanan kesehatan
ibu dan anak untuk kasus bencana Banjir
c. Terbentuknya kerjasama lintas sektor dan lintas program dalam penanganan
kesehatan ibu dan anak di Rumah Sakit maupun Puskesmas rujukan pada kasus
Banjir
d. Terbentuknya pembagian tugas bagi bidan yang bertanggungjawab sebagai tim
bantuan kesehatan, bidan pelaksana pelayanan kesehatan di pengungsian dan di
ambulans GSI
3. Sumber Daya Manusia (SDM)
Tenaga bidan yang dibutuhkan pada saat penanganan bencana Banjir di
tempat pengungsian sebanyak 8-16 orang
4. Kegiatan

a. Berkoordinasi dengan porgram yankes dalam penyediaan pos pelayanan


kesehatan reproduksi.
b. Menjangkau sasaran (sweeping ke daerah terisolasi) dalam memberikan
pelayanan kesehatan ibu dan anak secara terpadu.
c. Memvisualisasikan alur rujukan maternal perinatal.
d. Melakukan koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor terkait.
e. Berkoordinasi dengan program terkait dalam hal hygiene dan sanitasi ibu, bayi dan
balita
f. Melaksanakan pelayanan kesehatan ibu dan anak, kesehatan reproduksi lainnya
termasuk KB.
g. Melaporkan setiap kegiatan ke sektor wabah dan bencana

NO KEGIATAN PELAKU/ WAKTU TAHAPAN


INSTANSI BENCANA

1 Melakukan koordinasi dan Dinas Kesehatan Selama masa Persiapan


pembagian wewenang dan Instansi Terkait tahapan
tanggung jawab persiapan
dalampengelolaan obat dan
perbekalan kesehatan
penanggulangan bencanc
2 Melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan 1 jam Kejadian
TRC dan RHA terkait bencana (tahap
kebutuhan pelayanan penyiagaan)
kesehatan
3 Menyiagakan sumber daya Dinas Kesehatan - 1 jam Kejadian
baik manusia maupun logistik - Mengikuti Bencana
sesuai dengna analisa data perkembangan
lingkungan dan sasaran
4 Memberikan informasi ke Dinas Kesehatan - 1 jam Kejadian
semua sumber daya yang ada Mengikuti Bencana
dan memobilisasi sumber daya perkembangan
yang ada sesuai kebutuhan
5 Melakukan koordinasi Bidan Dinas Kesehatan Mengikuti Kejadian
yang tergabung dalam Tim perkembangan Bencana
Bantuan Kesehatan terkait
persiapan pelayanan
kesehatan ibu dan bayi baru
lahir berdasarkan data di
lapangan
6 Melaksanakan koordinasi Dinas Kesehatan Mengikuti Kejadian
dengan lintas sektor terkait perkembangan Bencana
dalam memfasilitasi
aksessibilitas penanganan
tanggap darurat bencana
kususnya pelayanan
kesehatan ibu dan bayi baru
lahir
7 Melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan Akhir masa Kejadian
lintas program dan lintas tanggap darurat Bencana
sektor terkait pelayanan
kesehatan dasar di
pengungsian khususnya
kesehatan reproduksi
8 Pendistribusian alkes dan obat Dinas Kesehatan Akhir masa Kejadian
ke lokasi pengungsian tanggap darurat Bencana

9 Penyusunan dan pelaksanaan Dinas Kesehatan Setiap hari masa Pasca Bencana
stress paska trauma pemulihan
khususnya kegiatan
penyuluhan dan konseling
10 Membuat laporan dan Akhir masa Pasca Bencana
melaporkan penanganan tanggap darurat
darurat bencana tahap dan akhir masa
pemulihan secara menyeluruh pemulihan

Iklim

Buku Analisa Hujan Bulan Januari 2019 serta Prakiraan Hujan Maret, April dan
Mei 2019 Memuat informasi berkaitan dengan kondisi iklim terutama curah hujan yang
terjadi pada bulan Januari 2019 dan perkiraan hujan 3(tiga) bulan kedepan yaitu hujan
bulan Maret,April,dan Mei 2019.Dalam buletin ini,dimuat juga analisis dinamika atmosfer
dan laut selama bulan Januari serta prakiraan ENSO,Indian Ocean Dipole dan suhu
untuk periode bulan Maret,April dan Mei 2019.
Kabupaten Bantul menurut catatan kependudukan memiliki tingkat kepadatan
1.818 jiwa/km2, dengan kenaikan penduduk pada tahun tahun 2010 mencapai 9.760
jiwa, dan tercatat jumlah penduduk Kabupaten Bantul tahun 2010 sebanyak 911.503
jiwa. Dengan salah satu karakteristik geografis sebagai muara sungai-sungai yang
mengalir di DI. Yogyakarta.
Adapun Penilaian risiko didasari dengan penilaian ancaman, yaitu dengan
menilai probality, yaitu kemungkinan terjadinya bencana dan dampak
kerugian/kerusakan yang ditimbulkan dengan asumsi skoring.

NO VARIABEL PROBIBILITAS DAMPAK TOTAL


I Gempa Bumi 4 5 9
Angin Puting Beliung /
2 5 3 8
Cuaca ekstrim
3 Banjir 5 4 9
4 Tanah Longsor 4 3 7
5 Kekeringan 4 3 7
6 Tsunami 4 5 9
Epidemi dan Wabah
7 4 2 6
Penyakit
Abrasi dan Gelombang
8 4 1 5
Ekstrim
Kebakaran hutan dan
9 4 2 6
Lahan

Berdasarkan tabel penilaian bahaya dan matrik skala tingkat bahaya, maka
dapat dilihat bahwa ancaman kerugian banjir dalam tingkatan TINGGI dengan tingkat
ancaman probabilitas yang SANGAT TINGGI dan indeks kerugian tinggi. Sehingga
dalam diskusi grup terarah dihasilkan kesepakatan bahwa banjir menjadi proritas untuk
penyusunan rencana kontinjensi, hal ini didasarkan tren banjir yang tinggi hal ini
berkaitan dengan cuaca ekstrim yang di informasikan oleh BMKG terjadi pada awal
tahun 2013, November 2017 dan Maret 2019.

Anda mungkin juga menyukai