KOORDINASI UNTUK IMPLEMENTASI PAKET PELAYANAN AWAL MINUMUM (PPAM) Mekanisme koordinasi dalam penanggulangan bencana
Mekanisme koordinasi untuk masalah
kesehatan pada situasi bencana
Mekanisme koordinasi untuk PPAM di tingkat
nasional maupun di tingkat daerah Lembaga – lembaga yang terlibat anatara lain Tentara Nasonal Indonesia (TNI), Badan SAR Nasional (Basarnas), Palang Merah Indonesia (PMI), Perusahaan Air Minum (PAM) Kementerian Dalam Negeri (kemendagri), Kementrian Kesehatan (Kemenkes), Kementerian Agama (Kemenag), Kementerian Pertanian, Kementerian Kehutanan dan Kementerian serta Badan lainnya. Pelayanan Awal Minimum (PPAM) Kespro (Kespro) Pada Krisis Kesehatan & Situasi Tanggap Darurat Bencana, merupakan pelayanan yang tak terpisahkan dari pelayanan krisis lainya. PPAM Kespro menitik beratkan kepada pelayanan kesehatan Ibu, Bayi, Anak Balita dan Perempuan yang dipastikan semakin rentan saat krisis/bencana berlangsung. UU no 24 tahun 2007 tentang manajemen penanggulangan bencana mengatur tentang pembentukan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di tingkat nasional dan pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) tingkat propinsi dan kabupaten. BNPB bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan kegiatan penanggulangan bencana secara umum yang mencakup pencegahan bencana, penanganan tanggap darurat dan rehabilitasi dan rekonstruksi. Penanganan bencana dilaksanakan secara berjenjang dengan mempertimbangkan ketersediaan sumber daya dan kemampuan pemerintah daerah. Penanggulangan bencana di bidang kesehatan adalah menjadi tanggung jawab dari Pusat Penanggulangan Krisis (PPK) Kementerian Kesehatan dibawah koordinasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana di tingkat pusat. Pusat Penanggungan Krisis Kesehatan telah mendirikan 9 regional dan 2 sub regional untuk penanggulangan bencana di seluruh Indonesia. PPKK regional dan sub regional akan berkordinasi dengan Dinas Kesehatan Propinsi atau Kabupaten Regional PPKK berfungsi sebagai unit fungsional di daerah yang ditunjuk untuk mempercepat dan mendekatkan fungsi bantuan pelayanan kesehatan dalam penanggulangan kesehatan dan berfungsi sebagai : a. pusat pengendali bantuan kesehatan b. pusat rujukan kesehatan; dan c. pusat informasi kesehatan. Dikoordinir oleh seorang koordinator kespro Koordinator ini berperan penting untuk memastikan ketersediaan pelayanan dan menghindari kegiatan yang tidak efektif, efisien dan tumpang tindih.
Contoh kasus: tidak adanya koordinator kespro sesaat
setelah gempa di salah satu daerah. Seorang dokter spesialis kebidanan dan kandungan yang seharusnya menolong kegawatdaruratan kebidanan berganti tugas mengarahkan mobil parkir masuk karena banyaknya pasien yang masuk ke rumah sakit tersebut. Koordinator kespro adalah ketua dari tim siaga kespro yang berada di bawah tim penanggulangan bencana bidang kesehatan dan bertanggung jawab kepada koordinator tim penanggulangan krisis kesehatan di setiap jenjang administrasi. Tim siaga ini terdiri dari penanggung jawab komponen kekerasan berbasis gender, pencegahan penularan HIV, kesehatan maternal dan neonatal serta logistik. a. Penanganan bencana dilaksanakan secara berjenjang dengan mempertimbangkan ketersediaan sumber daya dan kemampuan pemerintah daerah. b. Dalam hal terjadi bencana, maka tanggung jawab pertama penanganan kespro ada pada tim kespro di tingkat Kabupaten/Kota. c. Apabila masalah kespro yang timbul tidak dapat tertangani, tim siag a kespro tingkat Kabupaten/Kota melaporkan ke tim siaga kespro di tingkat Provinsi dan jika tidak tertangani, tim siaga kespro di tingkat Provinsi akan melaporkan ke tim siaga kespro tingkat Pusat. d. Pelaksanaan kegiatan tim siaga kespro terintegrasi dengan tim penanggulangan bencana bidang kesehatan. e. Apabila tim siaga kespro tingkat Kabupaten/Kota/Provinsi belum terbentuk, maka tanggung jawab berada pada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota/Provinsi yaitu unit yang bertanggung jawab untuk Kespro/Kesehatan Ibu dan Anak. Di tingkat Pusat, tim siaga kespro berada di bawah Direktorat Bina Kesehatan Ibu, Subdirektorat Bina Perlindungan Kespro. KEANGGOTAAN KLASTER KESEHATAN Klaster Kesehatan tingkat pusat biasanya menyertakan: 1. Organisasi yang memberikan atau menyediakan pelayana kesehatan di wilayah terdampak – lembaga PBB (WHO, UNICEF, UNFPA), atau organisasi internasional lainnya (misal IOM, IFRC), masyarakat Palang Merah/Bulan Sabit merah, LSM internasional dan nasional, dan perwakilan penyedia layanan kesehatan swasta dan 2. Berbagai donor utama sektor kesehatan dan para pemangku kepentingan penting lainnya.
Klaster pada tingkat daerah (di bawah tingkat pusat) biasanya
menyertakan lembaga kesehatan aktif di daerah tersebut dan berbagai perwakilan donor atau pemangku kepentingan kesehatan lainnya yang ada pada tingkat tersebut. Mekanisme koordinasi merupakan proses yang rumit, banyak orang/lembaga yang berkontribusi, namun demikian penanganan kespro dan seksual dalam situasi darurat harus dilakukan secara efektif dan bertanggungjawab, untuk itu diperlukan koordinator dengan kapasitas yang memadai seperti kepemimpinan bertanggung jawab.