Anda di halaman 1dari 5

KANJURUHAN TRAGEDY “HOW MEDICAL LEARN AND PREPARE”:

EVALUASI MASS CASUALTY INCIDENT

RESUMEKULIAH PAKAR

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Bencana


Dosen Pengampu:Ns. Rismawan Adi Yunanto, M.Kep.

Oleh
Aisyah Nourma Andini
NIM 192310101099
Kelas C

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2022
Bencana menurut Undang-Undang RI No. 24 tahun 2007 didefinisikan
sebagai persitiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam
dan/atau non alam serta faktor manusia, sehinga mengakibatkan timbulnya korban
jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis. Bencana dapat terjadi secara tidak terprediksi, mendadak atau tidak
pada waktu tertentu, sumber daya yang tersedia untuk mengahadapi bencana jauh
dibawah kebutuhan sehingga memerlukan koordinasi yang baik dalam
penatalaksanaan bencana terutama pada bencana dengan korban massal.

Bencana dengan korban massal memiliki karakteristik jumlah korban yang


banyak dengan berbagai macam tingkat keparahan dan variasi cedera seperti
hipoksia, trauma, masalah psikologis, dan lain-lain. Kebanyakan kondisi ini tidak
dapat diatasi oleh pemerintah dan fasilitas medis setempat untuk menyediakan
pelayanan medis untuk seluruh korban. Oleh karena itu perlu adanya persiapan,
kebijakan, perencanaan, prosedur kerja untuk meminimalisir masalah korban
massal.

Mass Casualty Management (MCM) merupakan kunci komponen dari


manajemen disaster. Dalam manajemen ini perlu adanya koordinasi dari
pemerintah atau instistusi pemerintah serta organisasi atau institusi lintas sektor
yang memiliki peranan dalam situasi darurat dan bencana. Beberapa kunci
penanganan masalah bencana korban massal meliputi:

1. Harus memahami tentang ancaman/bahaya dan risiko spesifik di setiap


wilayah
2. Manajemen kedaruratan dan manajemen bencana harus mencakup
identifikasi dari garis komando, manajemen keuangan, sistem komunikasi,
dan perencanaan komunikasi
3. Penyiagaan yang baik: fasilitas kesehatan (RS, puskesmas, klinik) dan
ketersediaan dari bahan dan alat, data dasar tentang masalah yang spesifik
mengenai kemungkinan-kemungkinan yang terjadi.
4. Penanganan sesuai dengan ketentuan dan tata kerja yang baik

Permasalahan pada bencana dengan korban massal:

1. Jumlah korban jiwa


2. Kondisi korban
3. Situasi geografis
4. Kemudahan akses menuju fasilitas kesehatan

Operasional dalam melakukan evakuasi bergantung pada:


1. Organisasi di wilayah setempat
2. Fasilitas
3. Komunikasi
4. Data dan dokumen  perlu untuk melanjutkan pelaksanaan mitigasi
5. Manajemen  bagaimana manajemen dari SDM, sarana dan prasarana

Komponen-komponen ini perlu dipersiapkan dari jauh hari agar pencegahan


dapat dilakukan dengan baik untuk mengurangi angka morbiditas dan mortalitas
karena banyak korban yang dapat diselamatkan

Perencanaan rumah sakit saat menghadapi bencana meliputi external dan


internal. Perencanaan external rumah sakit meliputi bagaimana pengiriman
personel tim medikal menuju tempat kejadian. Hal ini perlu direncanakan dan
diperhitungkan untuk mencegah terjadinya kekurangan nakes di rumah sakit atau
kelebihan nakes di tempat kejadian. Kedua, perencanaan rumah sakit ketika harus
menerima korban massa secara mendadak. Sedangkan perencanaan internal yaitu
bagaimana caranya memanajemen bencana dari luar tidak menjadi bencana di
dalam rumah sakit sehingga menyebabkan kolaps.

Tugas dan tanggung jawab rumah sakit dalam Hospital Disaster Plan,
meliputi:

1. Buat perencanaan dalam menghadapi bencana dan selalu lakukan evaluasi


2. Koordinasi dengan unit kerja dalam rumah sakit dan instansi luar rumah
sakit
3. Lakukan latihan periodik dan lanjutan untuk personil di rumah sakit
4. Menentukan penanggungjawab dan jadwal yang diketahui oleh seluruh
pekerja di rumah sakit (memperjelas pengorganisasian untuk menhadapi
bencana)
5. Menyiapkan sistem komunikasi, transportasi/ambulan, menyediakan obat-
obatan dan persediaan untuk korban massal

Struktur tim organisasi, meliputi:

1. Ketua
a. Direktur rumah sakt
b. Dibantu oleh:
- Penasihat medis
- Humas
- Liaison
- Keamanan
2. Pelaksana  disesuaikan dengan struktur organisasi rumah sakit 
operasional, logistic, keuangan, perencenaan
Berikut adalah analisis MCI yang dilakukan oleh RSUD Kanjuruhan dalam
menghadapi korban massal Kanjuruhan:

Permasalahan pada bencana dengan korban massal:

1. Jumlah korban jiwa  pada peristiwa Kanjuruhan terdapat 42.000


penonton menjadi korban dalam peristiwa ini
2. Kondisi korban  banyak yang mengalami hipoksia, fraktur, cedera, luka
ringan
3. Situasi geografis  jarak RS dengan stadion yaitu 1,07 km yang dapat
ditempuh kurang lebih selama 5 menit jika lalu lintas tidak macet
4. Kemudahan akses menuju fasilitas kesehatan  walaupun jarak RS
dengan tempat kejadian dekat, akses jalan tidak kondusif karena lalu lintas
macet akibat banyaknya kendaraan yang berlalu lalang setelah acara di
stadion selesai.

Operasional dalam melakukan evakuasi bergantung pada:

1. Organisasi di wilayah setempat  adanya rumah sakit, kepolisian,


puskesmas yang saling berkoordinasi
2. Fasilitas  Fasilitas di RSUD Kanjuruhan memenuhi dan siap untuk
menangani korban massal, tersedianya ambulance untuk mengevakuasi
korban dari tempat kejadian ke rumah sakit,
3. Komunikasi  di RS terdapat call center sehingga memudahkan pihak RS
untuk berkoordinasi dengan lintas sektor seperti kepolisian dan pihak-
pihak penyuplai kebutuhan rumah sakit, selain itu pihak RS juga
berkoordinasi dengan pemerintah.
4. Data dan dokumen  Pihak RS telah berkoordinasi dengan pemerintah
serte kepolisian dalam mengidentifikasi identitas korban. Selain itu, pihak
RS juga mendokumentasikan jumlah korban yang telah dirawat dan
melaporkannya pada pemerintah maupun media
5. Manajemen  manajemen RSUD dalam menghadapi korban massal
terbilang baik. Dimana pihak RS sendiri sebelumnya telah melakukan
latihan dan perencanaan bencana sehingga ketika suatu peristiwa bencana
terjadi secara mendadak pihak RS tidak kewalahan dan siap siaga untuk
mengatasinya. Hal ini dibuktikan dengan koordinasi yang baik dalam
internal maupun eksterbal RS. Ketika pihak RS mendapatkan panggilan
darurat terjadi kerusuhan di stadion Kanjuruhan, pihak RS langsung
berkoordinasi dengan seluruh ambulans puskesmas dan mempersiapkan
ambulans untuk stand by di area pendopo yang berjarak kurang lebih 1,5
km dari stadion. Pihak RS juga berkoordinasi dengan pihak kepolisian
untuk mengetahui kondisi terkini di dalam stadion, jika dirasa sudah aman
segera melakukan evakuasi. Selain itu, RS juga melakukan eskalasi jumlah
nakes seperti dokter, perawat yang berada di RS untuk segera menuju ke
ruang emergency, sedangkan nakes yang berada di rumah siaga 1 jika
tenaga di rumah sakit kurang. Adanya manajemen yang baik, koordinasi
lintas sektor dapat berjalan dengan baik dan korban massal dapat diatasi
dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai