Anda di halaman 1dari 13

PEMERINTAH KABUPATEN KONAWE

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS UNAAHA
Alamat : Jl. Inowa No. 77Tlp.: (0408) 242101
Kelurahan Puunaaha Kec.Unaaha Kab. Konawe Kodepos 93411
Website : puskesmas-unaaha.com e-mail: pkmunaaha@gmail.comm
PEDOMAN

PROGRAM MANAJEMEN KEDARURATAN DAN BENCANA


PUSKESMAS PAGEDANGAN

TAHUN 2023

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Bencana bisa terjadi dimana saja, baik di dalam Puskesmas maupun di


luar puskesmas, merupakan suatu potensi ataupun suatu resiko yang harus
kita terima. Hal ini bisa terjadi karena faktor alam, yang disebut bencana alam,
serta bencana industri, yang disebabkan karena human error, atau
kecelakaan karena sifat bahan / material yang diolah dan sifat pekerjaan yang
mengandung sumber bahaya.

Bencana terjadi setiap saat, dengan rangkaian mata rantai terakhir


berupa kerugian moril, materiil, begitu juga banyaknya korban akibat bencana
tersebut. Kehilangan anggota keluarga, kehilangan sumber pencaharian,
kehilangan rumah, mobil, bahkan kehilangan nyawa, belum lagi gangguan
psikologis akibat trauma yang ditimbulkan bencana tersebut. Untuk dapat
mengurangi jumlah korban jiwa manusia akibat bencana ini perlu adanya
usaha pertolongan medik darurat (pra-puskesmas dan atau di
puskesmas) yang melibatkan berbagai unsur kesehatan dari berbagai
instansi pemerintah maupun swasta secara terpadu dan terintegrasi.
Sehingga diperlukan adanya suatu upaya kesiapsiagaan dan kewaspadaan
dalam memberikan pertolongan medik darurat terutama di puskesmas
(Hospital disaster Planning).

Berdasarkan perhitungan HVA (Hazard and Vulnerability Analysis)


yang telah dilakukan tim penanggulangan bencana, resiko-resiko yang
teridentifikasi dapat terjadi terdiri atas bencana yang berasal dari luar
puskesmas dan
bencana yang berasal dari dalam Puskesmas Pagedangan adalah banjir,
kebakaran, keracunan dan kecelakaan lalu lintas. Hal ini dapat kita
maklumi karena Kecamatan Tigaraksa memiliki wilayah geografis yang
berada tepat di tepi Sungai Cimanceuri yang memiliki potensi bencana banjir.

Kultur masyarakat masih mengedepankan gotong royong dalam


hubungan sosial kemasyarakatan yang kental dalam berbagai acara
kemasyarakatan melibatkan banyak warga sekaligus berpotensi
menimbulkan kejadian keracunan. Kecamatan Tigaraksa juga merupakan
wilayah yang dilewati jalan raya yang padat yang menghubungkan kabupaten
Tangerang menuju Kabupaten Serang sehingga memiliki jalur lalu lintas yang
sangat padat dan berpotensi terjadi kecelakaan lalu lintas. Hal ini membuat
Puskesmas Pagedangan harus bersiap diri menghadapi kemungkinan-
kemungkinan terjadinya bencana tersebut.

Dalam usaha efektivitas pelaksanaan penanggulangan bencana


tersebut maka dengan ini di susun Pedoman Program Manajemen
Kedaruratan dan Bencana yang diberlakukan di Puskesmas Pagedangan.

B. TUJUAN

1. Sebagai pedoman dalam menanggulangi bencana yang terjadi,baik


dari dalam maupun dar i luar Puskesmas Pagedangan
yang mengenai pegawai, pasien, pengunjung dan masyarakat sekitar.

2. Menentukan tanggung jawab dari masing-masing personel dan unit


kerja pada saat terjadinya bencana

3. Sebagai acuan dalam penyusunan standar prosedur operasional


dalam penanggulangan kegawat daruratan dan bencana.

BAB II GAMBARAN UMUM


A. DEFINISI BENCANA

Bencana adalah suatu peristiwa yang terjadi secara mendadak atau


secara berlanjut yang menimbulkan dampak terhadap pola kehidupan yang
normal atau kerusakan ekosistem sehingga diperlukan tindakan darurat
dan
luar biasa untuk menolong dan menyelamatkan manusia
beserta lingkungannya.

Bencana (disaster) pada dasarnya merupakan suatu kejadian dimana


terdapat korban manusia, kerusakan materi, kebutuhan yang melebihi sumber
daya lokal, dan terganggunya mekanisme kehidupan sehari-hari. Korban
massal adalah banyaknya korban dengan penyebab kejadian yang sama,
sehingga membutuhkan pertolongan medik yang lebih memadai dalam hal
fasilitas maupun tenaga sehingga dapat memberikan pelayanan yang cepat
dan tepat.

B. KATEGORI BENCANA

Yang termasuk dalam kategori bencana/disaster di Puskesmas :

1. Intern

Bencana yang berasal dari intern puskesmas dan menimpa puskesmas


dengan segala obyek vitalnya yaitu pasien, pegawai, material dan
dokumen.

Contoh: Kebakaran di Puskesmas

2. Ekstern

Bencana bersumber berasal dari luar puskesmas yang dalam waktu


singkat mendatangkan korban bencana dalam jumlah melebihi rata-rata
keadaan biasa sehingga memerlukan penanganan khusus dan mobilisasi
tenaga pendukung lainnya.

Contoh: Korban keracunan massal, korban kecelakaan misal, bencana


alam,dll.

C. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pedoman penanggulangan bencana Puskesmas


Pagedangan adalah sistem penatalaksanaan korban bencana yang terdiri
dari unit-unit kerja di Puskesmas Pagedangan yang bekerjasama dengan
menggunakan prosedur tetap untuk meminimalkan tingkat kematian dan
kecacatan korban bencana yang terjadi di wilayah Kecamatan Tigaraksa
dengan menggunakan segala sumber daya yang ada secara efisien. Program
tersebut antara lain mengintregasikan upaya penilaian kebutuhan kesehatan
akibat bencana; pelayanan kesehatan dasar dan spesialistik; perbaikan
gizi darurat; imunisasi, pengendalian vektor, sanitasi dan dampak
lingkungan; penyuluhan kesehatan; bantuan logistik kesehatan dan lain-lain.

darurat; imunisasi, pengendalian vektor, sanitasi dan dampak


lingkungan; penyuluhan kesehatan; bantuan logistik kesehatan dan lain-lain.
BAB III PENATALAKSANAAN

A. IDENTIFIKASI JENIS, KEMUNGKINAN, DAN AKIBAT DARI BENCANA YANG


MUNGKIN TERJADI

Bencana dari luar maupun dari dalam puskesmas akan mendatangkan


korban yang bersifat massal, karenanya berdasarkan jumlah korban yang
datang bencana dengan korban massal dibagi menjadi 3 tingkat, yaitu :

a. Siaga 3 : jumlah korban yang datang 3-4 orang saja.


b. Siaga 2 : jumlah korban yang datang 5 – 10 orang

c. Siaga 1 : korban yang datang lebih dari 10 orang

Keadaan siaga ini ditentukan oleh dokter yang bertugas pada saat itu,
yang selanjutnya dilaporkan kepada ketua tim penanggulangan bencana
Puskesmas Pagedangan. Tatacara penilaian awal, dipergunakan dalam
prosedur kegawatdaruratan rutin yang dapat diadaptasi untuk kecelakaan-
kecelakaan besar. Triase adalah tindakan pemilihan korban sesuai kondisi
kesehatannya untuk mendapat label tertentu dan kemudian dikelompokkan
serta mendapatkan pertolongan / penanganan sesuai dengan kebutuhan

Triase dipimpin oleh dokter bersama perawat. Penanggulangan awal penderita


dilakukan oleh dokter, perawat dan tenaga kesehatan dari ruangan lain yang
dimobilisasikan. Korban dikelompokkan dalam 5 kondisi kesehatan dan diberi
label sebagai berikut :

a. Label Hijau

Penderita yang tidak mengalami luka dan bila dibiarkan tidak


berbahaya. Korban yang tak memerlukan pengobatan atau pemberian
pengobatan dapat ditunda, mencakup korban dengan :

- Fraktur minor Luka minor,

- Luka bakar minor

b. Label Kuning
Korban dengan cidera berat yang perlu mendapatkan perawatan khusus
dan kemudian dapat dipulangkan atau dirawat di puskesmas atau dirujuk ke
rumah sakit, termasuk dalam kategori ini :

- Korban dengan risiko syok (korban dengan gangguan jantung, trauma


abdomen berat)

- Fraktur disable

- Luka bakar luas

- Gangguan kesadaran / trauma kepala

c. Label Biru

Penderita yang trauma kepala berat dan pendarahan dalam rongga


perut.

d. Label Merah

Korban dengan cidera berat yang memerlukan observasi ketat, kalau perlu
tindakan operasi. Penderita yang memerlukan tindakan cepat, live saving
sehingga terhindar dari kecacatan atau kematian Dengan kemungkinan
harapan hidup yang masih besar dan memerlukan perawatan puskesmas atau
rujuk ke puskesmas lain, termasuk dalam kategori ini :

- Syok oleh berbagai kausa

- Gangguan pernapasan

- Trauma kepala dengan pupil anisokor

- Perdarahan eksternal missal

e. Label Hitam

Korban yang sudah meninggal dunia. Pada label dituliskan : nama korban,
umur, jenis kelamin, alamat pasien. Bila korban tidak dikenal ditulis “tidak
dikenal”.
B. PERAN PUSKESMAS DALAM KEJADIAN BENCANA

Dalam keadaan bencana seperti ini maka secara otomatis


pengorganisasian penanggulangan bencana yang telah ditetapkan menjadi
aktif.

Tim penanggulangan bencana Puskesmas Pagedangan

Tim Penanggulangan Bencana di Puskesmas Pagedangan adalah wadah


non struktural di bawah Kepala Puskesmas. Tim Penanggulangan
Bencana dipimpin oleh Ketua Tim sebagai pemegang komando, meliputi :

a. Kepala Puskesmas Pagedangan

b. Kasub bag TU Puskesmas Pagedanga

c. Tim dari Pelayanan Klinis Puskemas Pagedangan

d. Tim dari Pelayanan Upaya Kesehatan Masyarakat Puskesmas


Unaaha

2. Koordinasi Lintas Sektor

Sesuai dengan rencana penatalaksanaan korban bencana massal


nasional, Puskesmas Pagedangan akan berkoordinasi dengan sektor-
sektor berikut :

a. Polsek Kecamatan Tigaraksa

b. Pemerintah Kecamatan Kecamatan Tigaraksa

c. Pemerintah Desa/Kelurahan se-Kecamatan Tigaraksa

d. Palang Merah

e. Rumah sakit rujukan (RSUD Balaraja)

f. Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang

C. MANAJEMEN SUMBER DAYA

Perencanaan sumber daya manusia (SDM) untuk menghadapi


penanggulangan bencana ditentukan berdasarkan :
- Jumlah korban yang ada pada saat itu

- Jumlah tenaga yang ada pada saat itu

Ketentuan perencanaan SDM adalah sebagai berikut :

1. Siaga 3

Jumlah korban yang datang 3-4 orang. Dokter dan Perawat yang
berdinas dibantu oleh perawat lain agar dapat memenuhi kebutuhan
tenaga.

2. Siaga 2

Jumlah korban yang datang 5-10 orang. Diperlukan tambahan tenaga


perawat sesuai kebutuhan

3. Siaga 3

Jumlah korban yang datang lebih dari 10 orang. Diperlukan tambahan


tenaga kesehatan dari unit kerja lain.

Perencanaan SDM untuk kebakaran:

1. Kebakaran Ringan

Untuk memadamkan api diperlukan 1-2 orang dari pegawai yang sedang
bertugas atau yang berada di sekitar kejadian saja dengan menggunakan
1-2 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

2. Kebakaran Sedang

Untuk memadamkan api diperlukan 3-5 orang dari pegawai yang


bertugas dengan APAR yang jumlahnya lebih banyak, 2-3 orang untuk
evakuasi pasien, dokumen ataupn barang berharga lainnya yang ada di
ruangan atau lokasi kejadian.

3. Kebakaran Besar

Untuk memadamkan api diperlukan bantuan dari dinas kebakaran,


dengan mengerahkan seluruh pegawai yang bertugas saat itu untuk
melakukan evakuasi.
D. STRATEGI KOMUNIKASI

Komunikasi dalam penanggulangan bencana di puskesmas merupakan hal


yang sangat penting. Untuk itu ada hal-hal yang harus dipenuhi dalam
berkomunikasi, yaitu :

1. Komunikasi dilakukan dengan singkat, jelas dan benar

2. Bagi pengirim berita sebutkan identitas (nama, instransi dan alamat) dan
isi berita yang menyebutkan jenis kejadian, lokasi kejadian, jumlah
korban tindakan yang telah dilakukan.

3. Penerima harus mencatat identitas pelapor, jam penerima berita, isi


berita dan mencari kebenaran berita tersebut kemudian melaporkan ke
atasan.

Alat-alat komunikasi yang dapat dipakai adalah :

1. Telepon
2. Heandphone

E. PENYEDIAAN PELAYANAN DAN ALTERNATIFNYA

Perbekalan logistik umum dan obat-obatan dan alat umum maupun


alat medis sangat diperlukan saat penanggulangan bencana, hal menjadi
peranan penting bagi tim pendukung logistik untuk merencanakan
pelaksanaan sesuai dengan kondisi pada saat itu.

Peranan Transportasi juga tidak kalah pentingnya untuk pengangkutan


korban, oleh karena itu ketua tim penanggulangan bencana dapat
menggunakan alat transportasi ambulan untuk merujuk korban ke rumah sakit
rujukan dan bilamana perlu dapat berkoordinasi dengan ambulan rumah sakit.

Jika bencana terjadi dalam radius 20 menit dari Puskesmas, Tim Siaga
Penanggulangan Bencana di puskesmas akan segera di berangkatkan ke
lokasi kejadian. Jika lokasi kejadian tersebut terjadi dalam jarak lebih dari 20
menit dari puskesmas, tim tersebut hanya akan diberangkatkan berdasarkan
permintaan Tim Penanggulangan Bencana Desa/Kelurahan.
Mobilisasi Internal Petugas Puskesmas Petugas Unit Gawat Darurat
yang diberangkatkan ke lokasi kecelakaan harus segera digantikan dengan
petugas dari keperawatan lain. Petugas dari bagian lain juga harus membantu
mempersiapkan ruangan yang akan dipergunakan untuk menampung korban
massal tersebut. Bantuan harus diberikan kepada unit-unit utama dalam
penanggulangan bencana di puskesmas, yaitu unit gawat darurat,
laboratorium, dan petugas-petugas lain seperti petugas kebersihan, petugas
keamanan harus pula dimobilisasi.

BAB IV PELAPORAN

Informasi cepat tentang jumlah/beratnya korban harus segera di dapat dalam

2 s/d 4 jama. Dilakukan evaluasi secara cepat dan tepat oleh ketua tim
penanggulangan bencana dan selanjutnya dibuat laporan untuk disampaikan
kepada kepala puskesmas. Dalam melaksanakan kegiatan dilakukan
pendokumentasian sebagai berikut :

1. Menyiapkan konsep perencanaan, evaluasi dan pelaporan sesuai


dengan ketentuan yang berlaku.

2. Melaksanakan monitoring, evaluasi dan penilaian hasil kerja Tim


secara berkala.

3 . Bersama tim lain berkoordinasi guna mengiventarisasi permasalahan yang


ada yang berhubungan dengan kebencanaan dan potensi musibah sekaligus
rencana kegiatan kepada sub bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan
(PE) serta menyusun laporan tindak lanjut untuk penyelesaian masalah.

4. Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada atasan baik lisan maupun


tertulis sebagai bahan masukan untuk peningkatan kualitas Tim.

Anda mungkin juga menyukai