Anda di halaman 1dari 147

i

KESPRO.indb 1 14/4/15 5:40 PM


614.599 2 Katalog Dalam Terbitan, Kementerian Kesehatan RI
Ind
Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi
b
dan Kesehatan Ibu dan Anak
Buku Pedoman Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM),
Kesehatan Reproduksi pada Krisis Kesehatan. - Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI, 2014

ISBN 978-602-235-769-8

1. Judul I. REPRODUCTIVE PHYSIOLOGICAL PROCESESSES


II. ENVIRONMENT AND PUBLIC HEALTH
III. DISASTERS PLANNING
IV. RESCUE WORK

ii

KESPRO.indb 2 14/4/15 5:40 PM


614.599 2
Ind
b

BUKU PEDOMAN

PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI
PADA KRISIS KESEHATAN

iii

KESPRO.indb 3 14/4/15 5:40 PM


iv

KESPRO.indb 4 14/4/15 5:40 PM


v

KESPRO.indb 5 14/4/15 5:40 PM


KATA SAMBUTAN
KEMENTERIAN KESEHATAN

Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dipenuhi dalam situasi apapun, terma-
suk pada situasi bencana. Demikian halnya dengan kesehatan reproduksi yang merupakan
bagian dari kesehatan. Oleh karena itu, pelayanan kesehatan reproduksi harus selalu ada
dan tersedia pada situasi bencana, agar hak kesehatan reproduksi dapat tetap terpenuhi.

Dalam respon bencana bidang kesehatan, pelayanan kesehatan reproduksi dilaksanakan


melalui Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM) Kesehatan Reproduksi yang difokuskan
pada upaya pencegahan kekerasan berbasis gender, pencegahan penularan HIV dan pence-
gahan meningkatnya kematian maternal dan neonatal melalui koordinasi dengan berbagai
pihak untuk penyediaan pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualitas dan terjangkau.
Setelah situasi memungkinkan dan mulai stabil, maka pelayanan kesehatan reproduksi yang
komprehensif harus segera diselenggarakan secara rutin di fasilitas pelayanan kesehatan.

PPAM Kesehatan Reproduksi merupakan intervensi global dari respon kemanusiaan saat
bencana yang disusun berdasarkan pengalaman lapangan dimana ketersediaan pelayanan
kesehatan reproduksi sering terabaikan. Padahal pada saat bencana tetap ada ibu hamil
yang dapat melahirkan sewaktu waktu, bahkan mengalami komplikasi maternal dan harus
segera mendapat pertolongan tenaga kesehatan. Demikian juga dengan risiko meningkat-
nya penularan HIV karena lemahnya penerapan kewaspadaan standar dan risiko meningkat-
nya kekerasan berbasis gender, utamanya pada situasi konflik.

vi

KESPRO.indb 6 14/4/15 5:40 PM


Di Indonesia, PPAM Kesehatan Reproduksi mulai dikembangkan sejak tahun 2008 dengan
menyusun panduan dan modul pelatihan yang berasal dari Inter Agency Working Group
(IAWG) on Reproductive Health in Crisis dan melatih fasilitator PPAM Kesehatan Reproduksi
yang berasal dari pengelola program di pusat dan 9 Regional Pusat Krisis Kesehatan. Saat
ini PPAM telah menjadi bagian dari penanggulangan krisis kesehatan melalui penetapan
Peraturan Menteri Kesehatan R.I. Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penanggulangan Krisis
Kesehatan.

Saya menyambut gembira dengan terbitnya Buku Pedoman Paket Pelayanan Awal Minimum
Kesehatan Reproduksi pada Krisis Kesehatan yang diadaptasi dari Buku Pedoman Lapangan
Antar Lembaga Kesehatan Reproduksi Dalam Situasi Darurat Bencana. Buku pedoman ini
diadaptasi sesuai dengan perkembangan program kesehatan reproduksi dan situasi lapang-
an penanggulangan krisis kesehatan dewasa ini. Saya harap buku ini dapat menjadi acuan
bagi stakeholder, instansi, organisasi dan tenaga lapangan di bidang kemanusiaan dalam me-
nyediakan pelayanan kesehatan reproduksi pada situasi bencana.

Jakarta, 18 Februari 2015


Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak,

dr. Anung Sugihantono, M.Kes


NIP. 196003201985021002

vii

KESPRO.indb 7 14/4/15 5:40 PM


KATA SAMBUTAN
UNFPA INDONESIA

Indonesia adalah salah satu negara yang rawan bencana di dunia. Berlokasi di Pacific
Ring of Fire, Indonesia sering menghadapi situasi darurat bencana seperti gempa
bumi, tsunami, gunung berapi, banjir, tanah longsor, kemarau dan kebakaran hutan
yang sering kali menimbulkan dampak buruk. Dalam situasi darurat bencana, kebu-
tuhan akan kesehatan reproduksi sering kali terabaikan. Risiko komplikasi pada pe-
rempuan ketika melahirkan dapat meningkat, karena terpaksa harus melahirkan tan-
pa bantuan tenaga kesehatan terlatih. Risiko terhadap kekerasan seksual, kehamilan
yang tidak diinginkan dan penularan infeksi HIV dapat juga terjadi dalam situasi ben-
cana. Ketersediaan layanan kesehatan reproduksi pada situasi bencana akan menye-
lamatkan jiwa. Penyediaan pelayanan kesehatan reproduksi melalui Paket Pelayanan
Awal Minimum (PPAM) Kesehatan Reproduksi dapat membantu mengurangi risiko
yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi pada situasi darurat bencana.

UNFPA akan terus memastikan adanya akses terhadap kesehatan reproduksi pada
situasi bencana. Di Indonesia, UNFPA mendukung Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia dalam mengintegrasikan PPAM Kesehatan Reproduksi ke dalam sistem
kesiapsiagaan dan respon bencana. Pada saat terjadi bencana tsunami di Aceh pada
akhir tahun 2004, UNFPA memastikan layanan PPAM Kesehatan Reproduksi terse-
dia bagi penduduk yang terkena dampak bencana. Sejak saat itu, UNFPA telah men-
dukung berbagai respon bencana di wilayah lain di Indonesia, seperti respon gempa

viii

KESPRO.indb 8 14/4/15 5:40 PM


di Yogyakarta pada tahun 2006 dan Padang pada tahun 2009, bencana banjir Jakarta pada
tahun 2007, 2013, dan 2014, gempa dan tsunami di Kepulauan Mentawai pada tahun 2010,
serta respon bencana Gunung Sinabung dan Gunung Kelud yang meletus pada tahun 2014.
Indonesia juga lebih siap siaga dalam respon terhadap kebutuhan pelayanan kesehatan re-
produksi pada situasi bencana, termasuk upaya dalam pengadaptasian pedoman internasi-
onal dalam konteks Indonesia, aktivasi sub klaster kesehatan reproduksi dan penyusunan
rencana kontijensi.

Di siklus program UNFPA ketujuh dengan Pemerintah Indonesia, PPAM Kesehatan


Reproduksi telah diintegrasikan ke dalam sistem kesiapsiagaan dan respon bencana.
Selain itu, di siklus program UNFPA kedelapan, UNFPA berkolaborasi dengan Ikatan Bidan
Indonesia (IBI) mengintegrasikan PPAM Kesehatan Reproduksi ke dalam kurikulum sekolah
kebidanan sebagai bagian dari pelatihan prapelayanan untuk seluruh murid kebidanan.

Sejak saat itu program PPAM Kesehatan Reproduksi telah mengalami kemajuan yang sangat
signifikan. Dengan dukungan UNFPA, lebih dari 500 tenaga yang bekerja di penanggulangan
bencana bidang kesehatan telah dilatih PPAM Kesehatan Reproduksi. Untuk lebih mening-
katkan pelayanan PPAM Kesehatan Reproduksi, UNFPA dan Kementerian Kesehatan telah
mengidentifikasikan kebutuhan akan pedoman teknis PPAM Kesehatan Reproduksi yang
mudah digunakan dan sesuai dengan konteks Indonesia.

ix

KESPRO.indb 9 14/4/15 5:40 PM


Sehubungan dengan hal ini, UNFPA Indonesia bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan
menerbitkan Buku Pedoman Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM) Kesehatan
Reproduksi pada Krisis Kesehatan. Buku pedoman ini disusun berdasarkan referensi pe-
doman PPAM internasional yang kemudian diadaptasikan ke dalam konteks Indonesia.
Buku ini memberikan petunjuk praktis untuk pelaksanaan PPAM Kesehatan Reproduksi
di Indonesia dan akan menjadi referensi yang sangat bermanfaat bagi para aktor kemanu-
siaan yang mengimplementasikan pelayanan kesehatan reproduksi pada krisis kesehatan.
Harapan kami buku ini bermanfaat dalam meningkatkan pelayanan kesehatan reproduksi
yang efektif untuk kesiapsiagaan dan respon bencana di Indonesia.

Jakarta, Februari 2015

Jose Ferraris
Perwakilan UNFPA Indonesia

KESPRO.indb 10 14/4/15 5:40 PM


xi

KESPRO.indb 11 14/4/15 5:40 PM


DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang1
1.2. Tujuan3
1.3. Sasaran4
1.4. Dasar Hukum5

BAB II KONSEP DASAR BENCANA DAN KRISIS KESEHATAN, KONSEP DASAR


KESEHATAN REPRODUKSI, DAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA KRISIS
KESEHATAN 9
2.1. Konsep Dasar Bencana dan Krisis Kesehatan9
2.2. Konsep dasar Kesehatan Reproduksi 12
2.3. Kesehatan Reproduksi pada Krisis Kesehatan 13

BAB III PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)


KESEHATAN REPRODUKSI27
3.1. Mengidentifikasi koordinator PPAM Kesehatan Reproduksi 33
3.1.1. Pengorganisasian 35
3.1.2. Prinsip Dasar 37
3.2. Mencegah dan Menangani Kekerasan Seksual 38
3.2.1. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Koordinator Kesehatan Reproduksi
Dalam Pelayanan Klinis Untuk Penyintas Perkosaan 41
3.2.2. Pil Kontrasepsi Darurat 42
3.2.3. Perawatan untuk Dugaan Infeksi Menular Seksual (IMS) 43
3.2.4. Profilaksis Paska Pajanan (PPP) untuk Mencegah Penularan HIV 44

xii

KESPRO.indb 12 14/4/15 5:40 PM


3.2.5. Perawatan luka dan pencegahan tetanus 46
3.2.6. Rujukan untuk penanganan lebih lanjut bagi penyintas GBV 46
3.3. Mengurangi Penularan HIV 47
3.3.1. Kewaspadaan Standar 49
3.3.2. Menjamin Ketersediaan Kondom 55
3.4.
Mencegah Meningkatnya Kesakitan dan Kematian Maternal
dan Neonatal 52
3.4.1. Penanganan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan 57
3.4.2. Memastikan Tersedianya Penanganan Kegawatdaruratan Maternal
dan Neonatal di Fasilitas Kesehatan Rujukan 59
3.5. Merencanakan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Komprehensif dan
Terintegrasi ke dalam Pelayanan Kesehatan Dasar pada situasi stabil pas-
cakrisis kesehatan 60

BAB IV LOGISTIK KESEHATAN REPRODUKSI PADA TANGGAP DARURAT KRISIS


KESEHATAN63
4.1. Kit Individu 64
4.2. Kit Bidan 70
4.3. Kit Kesehatan Reproduksi (RH Kit ) 71

BAB V PENILAIAN KESEHATAN REPRODUKSI PADATANGGAP DARURAT KRISIS


KESEHATAN79
5.1. Langkah langkah dalam melakukan penilaian 80
5.2. Pihak yang menilai 81
5.3. Cara menganalisis, menggunakan dan mendiseminasikan hasil
penilaian. 82

xiii

KESPRO.indb 13 14/4/15 5:40 PM


BAB VI MONITORING DAN EVALUASI85
6.1. Cara Melakukan Monitoring PPAM 86
6.2. Evaluasi 87
6.2.1. Waktu Evaluasi 87
6.2.2. Instrumen Evaluasi 87
6.2.3. Data yang Dibutuhkan untuk Evaluasi 88
6.2.4. Penanggungjawab Evaluasi 88
6.2.5. Analisis dan Diseminasi Hasil Evaluasi 89

LAMPIRAN90
Lampiran 1: Formulir B-1 90
Lampiran 2 Data dasar kesehatan reproduksi prakrisis kesehatan 94
Lampiran 3 Cara melakukan estimasi statistik sasaran kesehatan reproduksi 96
Lampiran 4 Penilaian tentang kondisi fasilitas pelayanan kesehatan, ketersediaan tenaga,
alat dan obat 97
Lampiran 5 Daftar lembaga/organisasi/LSM yang bekerja di bidang
kesehatan reproduksi 100
Lampiran 6 Format wawancara ibu hamil dan pasca bersalin 101
Lampiran 7 Penilaian kondisi kamp pengungsian dan identifikasi resiko
terjadinya SGBV 103
Lampiran 8 Format dan isi laporan penilaian untuk koordinator kesehatan reproduksi di
tingkat pusat/propinsi/kabupaten 106
Lampiran 9 Lembar monitoring indikator PPAM 107
Lampiran 10 Lembar evaluasi 116
Lampiran 11 Daftar kontak 118
Lampiran 12 Daftar Pustaka 121
Lampiran 13 Daftar Istilah 122

xiv

KESPRO.indb 14 14/4/15 5:40 PM


xv

KESPRO.indb 15 14/4/15 5:40 PM


KESPRO.indb 16 14/4/15 5:40 PM
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Indonesia adalah negara yang rentan ter- besar, dapat menyebabkan terganggunya
hadap bencana. Hal ini dikarenakan kon- pelayanan kesehatan termasuk pelayanan
disi geografis, geologis, hidrologis maupun kesehatan reproduksi bahkan dapat me-
demografisnya. Bencana dapat disebabkan nimbulkan lumpuhnya sistem kesehatan di
oleh faktor alam, non alam maupun akibat tempat yang terkena dampak bencana.
perbuatan manusia yang dapat mengaki-
batkan kerusakan lingkungan, kerugian Krisis kesehatan merupakan peristiwa
harta benda bahkan korban jiwa. Bencana atau rangkaian peristiwa yang mengan-
juga dapat menimbulkan krisis kesehatan cam kesehatan individu atau masyarakat
yang menyebabkan korban luka, dampak yang disebabkan oleh bencana dan/atau
psikologis, korban meninggal, masalah potensi bencana. Penyelenggaraan pe-
gizi, masalah ketersediaan air bersih, ma- nanggulangan krisis kesehatan mengikuti
salah sanitasi lingkungan, penyakit menu- siklus penanggulangan bencana pada se-
lar, gangguan kejiwaan dan masalah lain- tiap tahapan bencana yang meliputi tahap
nya. Jika terjadi bencana berskala sangat prakrisis kesehatan, tanggap darurat krisis

KESPRO.indb 1 14/4/15 5:40 PM


kesehatan, dan pasca krisis kesehatan de- merencanakan dan memberikan pelayan-
ngan penekanan pada upaya mencegah an kesehatan reproduksi. Namun tidak
kejadian krisis kesehatan yang lebih parah kalah penting untuk melibatkan peran ma-
atau buruk dengan memperhatikan aspek syarakat yang terkena dampak di setiap ta-
pengurangan risiko bencana. hapan pada respon bencana, yang diawali
dari menilai kebutuhan, merencanakan,
Kesehatan merupakan hak asasi manusia melaksanakan dan mengevaluasi pelaksa-
yang harus terpenuhi dalam situasi apapun naan program yang sesuai dengan kebu-
termasuk pada situasi bencana. Demikian tuhan masyarakat setempat.
halnya dengan kesehatan reproduksi yang
merupakan bagian dari kesehatan. Agar Intervensi global kesehatan reproduksi
hak kesehatan reproduksi dapat tetap ter- dalam merespon bencana adalah melalui
penuhi, pada saat bencana, penduduk Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM)
yang terdampak harus memiliki akses in- Kesehatan Reproduksi. PPAM kesehatan
formasi dan pelayanan kesehatan repro- reproduksi disusun berdasarkan penga-
duksi. Oleh karena ruang lingkup kesehat- laman lapangan dari respon kemanusiaan
an reproduksi sangat luas, meliputi siklus dimana pada situasi bencana pelayanan
hidup manusia, maka dalam upaya peme- kesehatan reproduksi sering terabaikan.
nuhan hak reproduksi dibutuhkan pende- PPAM merupakan serangkaian kegiatan
katan multi program dan sektor yang ber- prioritas kesehatan reproduksi yang ha-
sifat terpadu. rus dilaksanakan segera pada tahap awal
bencana/saat tanggap darurat krisis kese-
Pada saat tanggap darurat krisis kesehat- hatan yang menitikberatkan pada pence-
an akibat bencana akan banyak pemberi gahan kematian, kesakitan dan kecacatan
bantuan kemanusiaan dari berbagai ins- pada populasi yang terkena dampak ben-
tansi, organisasi dan negara yang masing cana, khususnya pada kelompok perempu-
masing mempunyai peran penting dalam an dan remaja perempuan. Setelah situasi

KESPRO.indb 2 14/4/15 5:40 PM


memungkinkan dan mulai stabil, maka pe- menyusun sejumlah standar minimum
layanan kesehatan reproduksi yang kom- untuk sektor-sektor kunci yang berfokus
prehensif harus segera diselenggarakan. pada upaya penyelamatan jiwa berupa pa-
sokan air bersih, sanitasi dan promosi ke-
PPAM kesehatan reproduksi merupakan bersihan, ketahanan pangan dan gizi, huni-
bagian dari Standar Sphere. Sphere adalah an, permukiman dan bantuan non-pangan
standar yang disusun oleh kelompok orga- dan kesehatan. Sejak tahun 2013, PPAM
nisasi yang bergerak dibidang kemanusia- telah menjadi bagian dari penanggulang-
an untuk meningkatkan mutu pelayanan an krisis kesehatan di Indonesia sesuai
pada situasi bencana sehingga masyarakat dengan Peraturan Menteri Kesehatan No
yang terkena dampak bencana dapat hi- 64 tahun 2013 tentang Penanggulangan
dup secara layak dan bermartabat. Sphere Krisis Kesehatan.

1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum:

Tujuan dari buku pedoman ini adalah sebagai bahan acuan atau rujukan dalam menyelengga-
rakan kegiatan kesehatan reproduksi pada krisis kesehatan.

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Tersosialisasinya PPAM kesehatan reproduksi pada respon penanggulangan bencana bi-


dang kesehatan

b. Tersedianya PPAM kesehatan reproduksi pada tanggap darurat krisis kesehatan

KESPRO.indb 3 14/4/15 5:40 PM


c. Tersedianya informasi tentang kebutuhan logistik untuk PPAM kesehatan reproduksi
pada tanggap darurat krisis kesehatan dan cara pengelolaannya

d. Terlaksananya mekanisme koordinasi dalam pelaksanaan PPAM kesehatan reproduksi


pada tanggap darurat krisis kesehatan

e. Tersedianya informasi tentang cara melakukan penilaian kesehatan reproduksi pada


tanggap darurat krisis kesehatan

f. Tersedianya alat bantu untuk melaksanakan monitoring dan evaluasi pelayanan kesehat-
an reproduksi pada tanggap darurat krisis kesehatan dan pascakrisis kesehatan

g. Tersusunnya rencana tindak lanjut dalam penyiapan pelaksanaan PPAM kesehatan


reproduksi

1.3 SASARAN
a. Penanggung Jawab Program Kesehatan Reproduksi/Kesehatan Ibu dan Anak di Tingkat
Pusat dan Daerah

b. Penanggung Jawab Penanggulangan Krisis Kesehatan di Tingkat Pusat dan Daerah

c. Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah

d. TNI dan POLRI yang terlibat dalam penanggulangan bencana

e. Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik dan Praktik Swasta

f. Institusi Pendidikan

g. Organisasi Profesi, Lembaga Swadaya Masyarakat, Organisasi Kemasyarakatan

KESPRO.indb 4 14/4/15 5:40 PM


1.4 DASAR HUKUM
a. Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 tahun 1981 tentang Pengesahan Konvensi
mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan

b. Undang-Undang Republik Indonesia No. 39 tahun 1999 tentang Hak Azazi Manusia
(HAM) di Indonesia

c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

d. Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan


dalam Rumah Tangga

e. Undang-Undang Republik Indonesia No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

f. Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak


Pidana Perdagangan Orang

g. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan


Bencana (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4723)

h. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran


Negara Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5063)

i. Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2014 tentang Perubahan atas UU no.
23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

j. Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan

k. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran


Negara Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3637)

l. Peraturan Pemerintah nomor 21Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan


Bencana

KESPRO.indb 5 14/4/15 5:40 PM


m. Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi

n. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi kemen-
terian Negara Serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara

o. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor. 1144/MENKES/Per/VIII/2010 tentang Organisasi


dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan

p. Peraturan Menteri Kesehatan no 64 tahun 2013 tentang Penanggulangan Krisis


Kesehatan

q. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 066/MENKES/SK/II/2006 tentang Pedoman


Manajemen Sumber Daya Manusia Kesehatan Dalam Penanggulangan Bencana

KESPRO.indb 6 14/4/15 5:40 PM


KESPRO.indb 7 14/4/15 5:40 PM
8

KESPRO.indb 8 14/4/15 5:40 PM


BAB II
KONSEP DASAR BENCANA DAN KRISIS KESEHATAN,
KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI, DAN
KESEHATAN REPRODUKSI PADA KRISIS KESEHATAN

2.1 KONSEP DASAR BENCANA DAN


KRISIS KESEHATAN
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian 1. Prabencana
peristiwa yang mengancam dan meng- -- Situasi tidak terjadi bencana, kegi-
ganggu kehidupan masyarakat yang dise- atannya berupa pencegahan dan
babkan oleh faktor alam dan/atau faktor mitigasi.
non alam maupun faktor manusia sehingga
-- Situasi dimana dinyatakan adanya
mengakibatkan timbulnya korban jiwa ma-
potensi terjadi bencana, kegiatan-
nusia, kerusakan lingkungan, kerugian har-
nya berupa kesiapsiagaan
ta benda, dan dampak psikologis (Undang-
2. Tanggap darurat terdiri dari kegiatan
Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
tanggap darurat
Penanggulangan Bencana).
3. Pasca bencana, terdiri dari pemulihan
Upaya penanggulangan bencana terdiri dan rekonstruksi
dari tiga tahap:

KESPRO.indb 9 14/4/15 5:40 PM


Penentuan masa tanggap darurat dite- Penanggulangan Bencana Daerah. Tahap-
tapkan oleh pemerintah berdasarkan an situasi bencana dapat digambarkan da-
rekomendasi dari Badan Nasional Pe- lam suatu siklus seperti di bawah ini:
nanggulangan Bencana maupun Badan

SIKLUS BENCANA

Kejadian/Krisis Pencegahan/
Pencegahan/ mitigasi
mitigasi

Kesiapsiagaan Tanggap Darurat


Pemulihan
Rekonstruksi

Pra Bencana Tanggap Darurat Pasca Bencana


Sumber: Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan

Setiap tahap penanggulangan bencana ti- dilanjutkan ke tahap berikutnya, yakni pe-
dak dapat dibatasi secara tegas. Artinya mulihan. Siklus ini harus dipahami bahwa
bahwa upaya pra bencana harus terle- pada setiap waktu, semua tahapan ben-
bih dahulu dilaksanakan sebelum me- cana dapat dilaksanakan secara bersama-
langkah pada tahap tanggap darurat dan an pada satu tahap tertentu dengan porsi

10

KESPRO.indb 10 14/4/15 5:40 PM


yang berbeda. Sebagai contoh, pada tahap sebelum terjadi bencana atau pada si-
pemulihan kegiatan utamanya berupa pe- tuasi terdapat potensi terjadinya ben-
mulihan, tetapi kegiatan pencegahan dan cana yang meliputi kegiatan perenca-
mitigasi dapat juga dilakukan untuk meng- naan penanggulangan krisis kesehatan,
antisipasi bencana yang akan datang. pengurangan risiko krisis kesehatan,
pendidikan dan pelatihan sumberdaya
Pada setiap bencana dapat timbul krisis manusia dan penetapan persyaratan
kesehatan. Penyelenggaraan penanggu- standar teknis dan analisis penanggu-
langan krisis kesehatan ditetapkan me- langan krisis kesehatan, kesiapsiagaan
lalui Permenkes No 64 tahun 2013 ten- dan mitigasi kesehatan
tang Penanggulangan Krisis Kesehatan. 2. Tanggap darurat krisis kesehatan ada-
Penyelenggaran pananggulangan krisis lah serangkaian kegiatan yang dilaku-
kesehatan tersebut mengikuti siklus pe- kan dengan segera pada saat kejadian
nanggulangan bencana seperti dijelaskan akibat bencana untuk memperkecil ri-
di atas, dengan penyesuaian pada tahapan siko dan menangani dampak kesehatan
bencana yang meliputi tahap prakrisis ke- yang ditimbulkan, yang meliputi kegiat-
sehatan, tanggap darurat krisis kesehatan, an penyelamatan dan evakuasi korban,
dan pascakrisis kesehatan dengan pene- pemenuhan kebutuhan dasar, pelin-
kanan pada upaya mencegah kejadian kri- dungan dan pemulihan korban, prasara-
sis kesehatan yang lebih parah atau buruk na serta fasilitas pelayanan kesehatan
dengan memperhatikan aspek pengurang-
3. Pascakrisis kesehatan merupakan se-
an risiko bencana.
rangkaian kegiatan yang dilakukan
dengan segera untuk memperbaiki,
Tahapan dalam krisis kesehatan:
memulihkan, dan/atau membangun
kembali prasarana dan fasilitas pela-
1. Prakrisis kesehatan merupakan se-
yanan kesehatan
rangkaian kegiatan yang dilakukan

11

KESPRO.indb 11 14/4/15 5:40 PM


Bencana Tsunami di Aceh Tahun 2004 Gempa di Padang Tahun 2009

2.2 KONSEP DASAR KESEHATAN


REPRODUKSI
Menurut UU No 36 tahun 2009 tentang ke- memiliki hak yang sama terhadap akses dan
sehatan pasal 71 ayat 1, kesehatan repro- pelayanan kesehatan reproduksi. Oleh ka-
duksi adalah suatu keadaan fisik, mental dan rena itu, untuk dapat memenuhi hak repro-
sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari duksi setiap individu, maka pelayanan kese-
penyakit atau kecacatan dalam segala aspek hatan reproduksi harus dilaksanakan secara
yang berhubungan dengan sistem reproduk- berkesinambungan dan terpadu, disesuai-
si, fungsi serta prosesnya baik pada laki-laki kan dengan usia individu dengan memper-
maupun perempuan. hatikan kesetaraan dan keadilan gender.

Dengan pengertian tersebut maka kesehat-


an reproduksi mempunyai ruang lingkup
yang sangat luas, yang mencakup keseluruh-
an siklus hidup manusia mulai sejak konsepsi
hingga lanjut usia. Laki-laki dan perempuan

12

KESPRO.indb 12 14/4/15 5:40 PM


2.3 KESEHATAN REPRODUKSI PADA
KRISIS KESEHATAN
Kesehatan reproduksi merupakan hak pertolongan. Pada saat bencana, bila pem-
asasi manusia, seperti hak asasi manusia berian pelayanan kesehatan reproduksi
lainnya. Untuk mewujudkan hak tersebut, dilaksanakan sesegera mungkin, dapat
penduduk yang terkena dampak bencana mencegah meningkatnya kesakitan dan
harus memiliki akses terhadap informasi kematian ibu dan bayi baru lahir, mencegah
dan pelayanan kesehatan reproduksi yang terjadinya kekerasan seksual serta men-
memungkinkan setiap individu dapat be- cegah penularan infeksi HIV. Pelayanan
bas dari masalah kesehatan reproduksi. kesehatan reproduksi akan selalu dibu-
tuhkan dalam setiap situasi dan harus se-
Pelayanan kesehatan reproduksi pada lalu tersedia. Dengan mengintegrasikan
saat bencana seringkali tidak tersedia pelayanan kesehatan reproduksi ke dalam
karena tidak dianggap sebagai prioritas, setiap respon penanggulangan bencana di
padahal selalu ada ibu hamil, ibu bersalin bidang kesehatan, diharapkan kebutuhan
dan bayi baru lahir yang membutuhkan pelayanan tersebut dapat terpenuhi.

KESEHATAN REPRODUKSI ADALAH KOMPONEN PENTING


PADA PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

Pelayanan kesehatan reproduksi pada darurat krisis kesehatan untuk men-


penanggulangan krisis kesehatan dilak- cegah dampak lanjut krisis kesehatan.
sanakan melalui Paket Awal Pelayanan Sedangkan pada tahap prakrisis kesehatan
Minimum (PPAM) Kesehatan Reproduksi dan pascakrisis kesehatan, pelayanan ke-
yang diselenggarakan sesegera mungkin sehatan reproduksi dilaksanakan melalui
pada awal bencana yaitu pada tanggap

13

KESPRO.indb 13 14/4/15 5:40 PM


pelayanan kesehatan reproduksi kompre- Penerapan pelayanan kesehatan repro-
hensif pada situasi normal. duksi berdasarkan tahapan krisis keseha
tan dapat digambarkan seperti pada tabel
di bawah ini:

Kesehatan Reproduksi pada Krisis Kesehatan

Tahap Bencana Kegiatan

Pembentukan tim kesehatan reproduksi, Pelatihan


Prakrisis kesehatan PPAM, Advokasi, Sosialisasi, Penyusunan Kebijakan,
Penyusunan Pedoman, dll

Tanggap darurat krisis Penerapan Paket Pelayanan Awal Minimum Kesehatan


kesehatan Reproduksi

Perencanaan Kesehatan Reproduksi Komprehensif,


Pascakrisis kesehatan
Perbaikan fasilitas PONED dan PONEK, dll

Untuk mewujudkan ketersediaan pelayan-


an kesehatan reproduksi yang berkuali-
tas terutama pada tanggap darurat krisis
kesehatan, koordinasi lintas program dan
sektor terkait serta keterlibatan masya-
rakat di setiap tahap pelayanan tersebut
sangat diperlukan, yaitu mulai dari penilai-
an, perencanaan, pelaksanaan, monitoring  Paska persalinan di tenda pengungsian
Tsunami Aceh 2004
dan evaluasi.

14

KESPRO.indb 14 14/4/15 5:40 PM


Meskipun sampai saat ini belum ada data ibu yang melahirkan saat terjadi letusan
dan laporan berapa jumlah ibu hamil di wi- gunung Merapi di Yogyakarta tahun 2010.
layah bencana di Indonesia, namun peng- Di Padang, ibu harus diangkut dengan mo-
alaman respon bencana sebelumnya me- bil bak terbuka untuk mencapai tempat
nunjukkan bahwa dalam situasi bencana, bidan ketika gempa terjadi. Bidan meno-
selalu ada ibu yang melahirkan atau meng- long ibu di luar rumah dengan peralatan
alami komplikasi kehamilan seperti kasus seadanya. Di Yogyakarta, ibu melahirkan
seorang Ibu yang melahirkan ketika gempa di mobil pada saat proses evakuasi sedang
di Padang pada bulan Oktober 2009 dan berlangsung.

Melahirkan saat gempa Padang 2009 Melahirkan saat evakuasi Gunung Merapi 2010

Pelayanan kesehatan reproduksi pada tanggap darurat krisis kesehatan per-


tanggap darurat krisis kesehatan difokus- lu dikoordinir oleh seorang koordinator
kan pada beberapa hal di bawah ini: kesehatan reproduksi. Koordinator ini
berperan penting untuk memastikan ke-
1. Koordinasi Kesehatan Reproduksi tersediaan pelayanan dan menghindari
Penerapan Paket Pelayanan Awal kegiatan yang tidak efektif, efisien dan
Minimum Kesehatan Reproduksi pada tumpang tindih. Akibat dari ketiadaan

15

KESPRO.indb 15 14/4/15 5:40 PM


koordinator kesehatan reproduksi di la- 2. Kekerasan Berbasis Gender (Gender
pangan dapat menyebabkan pengham- Based Violence/GBV)
buran sumber daya manusia dan material Kekerasan berbasis gender (Gender Based
yang tidak diperlukan. Contoh kasus: tidak Violence/GBV) rawan terjadi pada kondisi
adanya koordinator kesehatan reproduksi yang tidak stabil seperti pada situasi ben-
sesaat setelah gempa di salah satu daerah. cana, termasuk konflik, perang dan benca-
Seorang dokter spesialis kebidanan dan na alam. GBV berhubungan dengan status
kandungan yang seharusnya menolong ke- perempuan yang dianggap lebih rendah
gawatdaruratan kebidanan berganti tugas dalam suatu masyarakat sehingga rentan
mengarahkan mobil parkir masuk karena mengalami tindak kekerasan. Namun de-
banyaknya pasien yang masuk ke rumah mikian, kekerasan tidak hanya terjadi pada
sakit tersebut. perempuan, laki-laki dan anak laki-laki
dapat juga menjadi penyintas kekerasan
Keberadaan koordinator kesehatan re-
berbasis gender, termasuk kekerasan sek-
produksi diperlukan sejak awal tanggap
sual terutama ketika mereka mengalami
darurat krisis kesehatan. Adakalanya pe-
penyiksaan dan/atau penahanan.
nunjukan koordinator PPAM kesehatan
reproduksi yang telah disiapkan pada ta- Ada berbagai bentuk kekerasan berbasis
hap prakrisis menjadi korban dari bencana gender, seperti kekerasan fisik, kekeras-
itu sendiri yang menyebabkan tidak mung- an psikis, kekerasan seksual, Kekerasan
kin untuk melaksanakan tugasnya sesege- Dalam Rumah Tangga (KDRT), kekerasan
ra mungkin. Untuk itu dapat ditunjuk ko- ekonomi. Pada situasi bencana, interven-
ordinator kesehatan reproduksi lain yang si GBV difokuskan pada pencegahan dan
berasal dari satu wilayah atau dari wilayah penanganan kekerasan seksual (Sexual
terdekat atau apabila diperlukan dapat Gender Based Violence/SGBV). Namun
berasal dari pemerintah pusat. pada umumnya kasus kekerasan berbasis
gender yang terjadi pada situasi bencana
jarang dilaporkan.

16

KESPRO.indb 16 14/4/15 5:40 PM


Contoh Kasus Kekerasan Berbasis Gender
pada Situasi Bencana di Indonesia

Selama konflik di Aceh 1989-1998: 20 kasus perkosaan dan ke-


kerasan seksual oleh oknum militer, petugas keamanan dan ma-
syarakat umum (Laporan Komnas Perempuan, 2002)

3 kasus perkosaan di pengungsian pasca gempa di Padang ta-


hun 2009 (Laporan Program Pencegahan dan Respon GBV
Pasca Gempa Padang, UNFPA Indonesia)

4 kasus kekerasan seksual pengungsi Aceh pasca tsunami


(Catatan Kekerasan terhadap Perempuan, Tahun 2006, Komnas
Perempuan)

97 kasus kekerasan berbasis gender dilaporkan oleh 10


Community Support Center (CSC) selama program respon
Tsunami, 80% diantaranya adalah kasus Kekerasan Dalam
Rumah Tangga (KDRT), (Final Project Report, UNFPA Indonesia
2005-2006)

Komnas Perempuan mencatat dalam situasi konflik di seluruh


Indonesia tahun 1965-2009 telah terjadi kekerasan terhadap
perempuan, meliputi: a) kekerasan seksual sebanyak 1511 kasus,
b) kekerasan non seksual sebanyak 302.642 kasus

17

KESPRO.indb 17 14/4/15 5:40 PM


Pada situasi bencana terjadi peningkatan tenda, penempatan toilet dan fasilitas
risiko kekerasan berbasis gender karena: di tempat pengungsi yang tidak aman,
mekanisme distribusi bantuan yang ti-
a. Sistem perlindungan sosial terganggu: dak memperhatikan kebutuhan kelom-
keluarga yang terpisah, sistem keaman- pok rentan dll
an di lingkungan tempat tinggal yang ti- d. Hilangnya pendapatan sehingga mem-
dak berjalan pengaruhi stabilitas ekonomi rumah
b. Lemahnya aturan keamanan dan kese- tangga
lamatan pada saat terjadi konflik e. Tidak terpenuhinya kebutuhan seksual
c. Pengaturan tempat pengungsian dapat selama tinggal di pengungsian dalam
juga meningkatkan risiko terjadinya ke- jangka waktu yang lama
kerasan seksual, misalnya pengaturan

Kondisi pengungsi di daerah bencana

3. Infeksi Menular Seksual (IMS) dan disebabkan karena kekerasan seksual, pe-
Human Immunodeficiency Virus (HIV) kerja dengan mobilitas tinggi, transaksi

Pada situasi bencana, risiko terhadap seks, ketiadaan informasi dan akses kon-

penularan IMS dan HIV bisa meningkat dom, berkurangnya kepatuhan terhadap
kewaspadaan standar, dll.

18

KESPRO.indb 18 14/4/15 5:40 PM


Bencana dapat memicu situasi yang kom- kompleks dan saling berkaitan, termasuk
pleks seperti terjadinya konflik, ketidak prevalansi HIV di wilayah asalnya dan tem-
stabilan sosial, kemiskinan dan kerusakan pat pengungsian, tingkat interaksi antara
lingkungan yang dapat meningkatkan ke- pengungsi dan masyarakat sekitarnya, la-
rentanan dan risiko terhadap penularan manya pengungsian dan lokasi pengung-
HIV, melalui: sian. Pengungsi yang tinggal dan berbaur
dengan masyarakat perkotaan memiliki
a. Rusaknya infrastruktur dan minimnya risiko berbeda dengan pengungsi yang
peralatan kesehatan menyebabkan su- tinggal di tempat pengungsian.
litnya penerapan kewaspadaan stan-
dar. Beberapa kasus di situasi bencana, Mengintegrasikan upaya pencegahan HIV
tenaga kesehatan menggunakan alat- pada situasi bencana ke dalam strategi pe-
-alat medis yang tidak steril pada saat nyuluhan yang berhubungan dengan po-
melakukan pertolongan kepada korban pulasi dan kondisi bencana merupakan hal

b. Terganggunya sistem dukungan sosial yang sangat penting. Upaya komunikasi

yang dapat meningkatkan kekerasan pada respon awal difokuskan pada pembe-

seksual (perkosaan) dan pelecehan sek- rian informasi kepada penduduk tentang

sual di pengungsian tempat pelayanan dasar yang dapat diak-


ses. Perlu dipertimbangkan karakteristik
c. Perpindahan penduduk ke daerah de-
populasi sesegera mungkin, agar informasi
ngan prevalensi HIV yang lebih tinggi
tentang HIV sesuai dengan kebutuhan ma-
yang memungkinkan terjadinya risiko
syarakat, misalnya:
penularan HIV antara pengungsi de-
ngan penduduk setempat
a. Tingkat pengetahuan dan pemahaman
yang keliru tentang HIV di masyarakat
Faktor yang mempengaruhi penyebar-
b. Perilaku berisiko dalam penularan HIV
an HIV pada situasi bencana sangatlah

19

KESPRO.indb 19 14/4/15 5:40 PM


c. Faktor-faktor yang dapat meningkat- bencana, pengelola program harus mem-
kan risiko penularan HIV pada situasi pertimbangkan: 1) Kearifan lokal yang
bencana mendukung program pencegahan HIV

d. Sikap masyarakat terhadap ODHA dan AIDS, misalnya: budaya berkumpul


sebagai media untuk penyebaran infor-
masi 2) Ketersediaan dan akses pelayan-
Pemberian KIE tentang HIV dan AIDS yang
an Perawatan Dukungan dan Pengobatan
sesuai dengan kebutuhan masyarakat da-
(PDP) bagi ODHA, termasuk putus obat,
pat meningkatkan pengetahuan masya-
kapan memulai kembali atau melanjut-
rakat tentang HIV dan AIDS, mengurangi
kan pengobatan ARV 3) Stigma dan dis-
stigma serta diskriminasi pada ODHA.
kriminasi terhadap ODHA dan anggota
keluarganya.
Ketika merencanakan program pence-
gahan dan penularan HIV pada situasi

Kondisi fasilitas pelayanan kesehatan yang rusak dan tidak tersedianya alat dan bahan yang
memadai menyulitkan penerapan kewaspadaan standar

20

KESPRO.indb 20 14/4/15 5:40 PM


Contoh Pengalaman dari Beberapa Daerah di Indonesia

Saat bencana gempa, seorang petugas kesehatan di desa menerima be-


berapa korban gempa yang luka-luka. Dia hanya memiliki satu set alat
untuk menjahit luka pasien. Petugas kesehatan terpaksa menangani se-
mua pasien dengan alat yang sama tanpa melakukan sterilisasi

Hal ini juga terjadi di Unit Gawat Darurat (UGD) di Rumah Sakit yang
menangani korban dengan menggunakan alat jahit luka yang tidak steril,
karena banyaknya korban yang datang dan memerlukan pertolongan se-
gera. Jika salah satu pasien itu positif HIV, maka risiko untuk menularkan
ke pasien yang lain sangat besar!!

4. Kesehatan Maternal dan Neonatal Di seluruh dunia, 15% sampai dengan 20%

Angka Kematian Ibu di Indonesia masih ibu hamil akan mengalami komplikasi se-

tinggi. Kondisi ini akan lebih buruk bila lama kehamilan atau persalinan. Sekitar

terjadi pada kondisi bencana, karena ter- lebih dari 500.000 kematian ibu terjadi

ganggunya sistem pelayanan kesehatan. setiap tahun dengan 99% nya terjadi di

Sampai saat ini data kasus kematian ibu negara-negara berkembang. Di Indonesia,

pada daerah bencana belum terdokumen- berdasarkan hasil Survey Demografi

tasi, sehingga data yang digunakan sebagai Kesehatan Indonesia (SDKI 2012), Angka

rujukan adalah Angka Kematian Ibu pada Kematian Ibu sebesar 359 per 100,000

situasi normal. kelahiran hidup. Kematian bayi sangat di-


pengaruhi oleh proses persalinan. Sekitar
130 juta bayi di dunia lahir setiap tahun

21

KESPRO.indb 21 14/4/15 5:40 PM


dan 4 juta diantaranya meninggal dunia da- (SP, 2010) diperoleh bahwa 90% kematian
lam empat minggu pertama kehidupannya ibu terjadi pada saat persalinan dan se-
(periode neonatal). Angka Kematian Bayi gera setelah persalinan. Penyebab utama
32 per 1000 kelahiran hidup (SDKI 2012). kematian ibu adalah 1) Hipertensi dalam
Kehamilan (32%), 2) Komplikasi puerper-
Sebagian besar kematian ibu terjadi pada um (31%), 3) Perdarahan (20%), 4) Abortus
saat persalinan dan kematian bayi baru la- (4%), 5) Perdarahan Antepartum (3%), 6)
hir terjadi pada saat proses persalinan dan Partus macet/lama (1%), 7) Kelainan amni-
nifas. Dari analisa penyebab kematian Ibu on (2%), 8) lain lain (7%).

PENYEBAB KEMATIAN IBU

Lain-lain 7%
Kelainan Amnion 2% 20 % PBB

Komplikasi
Puerperium 31 %

Partus Lama 1% 32 % HDK


Abortus 4% 3 % APB Sumber: SP 2010

22

KESPRO.indb 22 14/4/15 5:40 PM


Sedangkan kematian bayi sebagian besar bersalin dan perawatan bayi harus dilaku-
disebabkan oleh masalah neonatal (BBLR, kan dalam sistem terpadu. Sebagian besar
asfiksia dan infeksi) yang sebenarnya da- kematian ibu dan bayi sebenarnya dapat
pat dihindari penyebabnya. Mengingat ke- dicegah apabila ditangani oleh petugas te-
matian bayi mempunyai hubungan erat de- rampil dengan sumber daya yang memadai
ngan mutu penanganan ibu, maka proses ditingkat fasilitas pelayanan kesehatan.

PENYEBAB KEMATIAN BAYI

3.7 %
Tidak diketahui

4.5 % Meningitis
penyebabnya

5.7 % Kelainan Kongenital

12.7 % Pneumonia
46.2 %
Masalah
Neonatal

15 % Diare
Sumber : Riskesdas 2007 1.7 % Tetanus

23

KESPRO.indb 23 14/4/15 5:40 PM


Pelayanan kesehatan maternal dan neona- rotasi atau bantuan dukungan dari wilayah
tal pada tanggap darurat krisis kesehatan terdekat untuk membantu pelayanan ke-
utamanya ditujukan untuk mengenali tan- sehatan reproduksi komprehensif.
da bahaya serta penanganan kegawatda-
ruratan melalui tindakan penyelamatan Pelayanan kesehatan reproduksi kompre-
nyawa yang dilakukan oleh tenaga kese- hensif dan terintegrasi dalam pelayanan
hatan terampil untuk menangani kompli- kesehatan dasar harus direncanakan se-
kasi maternal pada periode kehamilan, jak awal tanggap darurat krisis kesehatan
persalinan dan nifas dan pada neonatal. termasuk merencanakan tempat, sumber
daya manusia, peralatan, obat-obatan, es-
5. Pelayanan Kesehatan Reproduksi timasi kebutuhan dana dan kegiatan lain-
Komprehensif dan Terintegrasi kedalam nya sehingga layanan dapat terus tersedia
Pelayanan Kesehatan Dasar seperti pada situasi normal.

Pada situasi bencana, mungkin beberapa


tempat yang menyediakan kesehatan re-
produksi komprehensif tidak berfungsi
seperti sedia kala karena bangunan dan
peralatan rusak. Koordinator kesehatan
reproduksi harus merencanakan bagaima-
na pelayanan kesehatan reproduksi akan
diberikan pada masyarakat selama tang-
gap darurat dan pasca krisis kesehatan.
Penanganan kesehatan reproduksi pada
situasi bencana disediakan melalui pela-
yanan kesehatan bergerak (mobile clinic).
Apabila sumber daya manusia di tempat
tersebut juga menjadi korban, rencanakan

24

KESPRO.indb 24 14/4/15 5:40 PM


KESPRO.indb 25 14/4/15 5:40 PM
26

KESPRO.indb 26 14/4/15 5:40 PM


BAB III
PAKET PELAYANAN
AWAL MINIMUM (PPAM)
KESEHATAN REPRODUKSI
PPAM merupakan serangkaian kegiatan alat dan obat kontrasepsi (alokon) pada
prioritas kesehatan reproduksi yang harus pasangan usia subur dalam mencegah ter-
dilaksanakan segera pada tanggap darurat jadinya kehamilan yang tidak diinginkan.
krisis kesehatan untuk menyelamatkan
jiwa khususnya pada kelompok perempu- Pelayanan kesehatan reproduksi harus
an dan remaja perempuan. Jika kesehat- tersedia dalam kondisi apapun baik pada
an reproduksi diabaikan, akan memiliki kondisi normal maupun pada situasi ben-
konsekuensi sebagai berikut: 1) Kematian cana. Pada bencana berskala besar, bia-
maternal dan neonatal, 2) Kekerasan sek- sanya terjadi keterbatasan jumlah tenaga
sual dan komplikasi lanjutan, 3) Infeksi maupun sarana dan prasarana (alat dan
menular seksual (IMS), 4) Kehamilan yang bahan) kesehatan. Oleh karena itu inter-
tidak diinginkan dan aborsi yang tidak vensi pelayanan kesehatan reproduksi
aman, 5) Penyebaran HIV. Keluarga beren- difokuskan pada tindakan penyelamatan
cana bukan merupakan bagian dari PPAM jiwa melalui penerapan PPAM yang me-
kesehatan reproduksi, namun pelayanan rupakan pelayanan minimal yang harus
kontrasepsi dibutuhkan untuk memasti- tersedia. Sedangkan pada bencana ber-
kan kesinambungan dalam penggunaan skala kecil, biasanya tenaga dan sarana

27

KESPRO.indb 27 14/4/15 5:40 PM


kesehatan masih tersedia cukup sehingga obat serta penyusunan rencana program.
diharapkan semua pelayanan kesehatan Jika pada awal tanggap darurat krisis kese-
reproduksi tetap dapat dilaksanakan. hatan, sulit mendapatkan data sasaran ke-
sehatan reproduksi seperti jumlah Wanita
Pada bencana akan selalu ada kebutuhan Usia Subur (WUS), ibu hamil, pria yang
pelayanan kesehatan reproduksi. Untuk aktif secara seksual dan lain sebagainya,
itu diperlukan ketersediaan informasi yang maka data tersebut dapat diestimasi seca-
mendukung, agar pelayanan kesehatan re- ra statistik dari jumlah pengungsi.
produksi dapat dilaksanakan di pengung-
sian. Beberapa informasi dasar yang harus Bab ini menjelaskan tentang Paket
dikumpulkan meliputi data demografi dan Pelayanan Awal Minimum (PPAM) kese-
kesehatan penduduk yang terkena dam- hatan reproduksi dan yang harus dilaku-
pak. Informasi tersebut bisa diperoleh dari kan oleh koordinator kesehatan repro-
Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan, duksi pada situasi bencana. Koordinator
Badan Nasional Penanggulangan Bencana kesehatan reproduksi harus memiliki ke-
dan organisasi atau lembaga yang bekerja mampuan melakukan koordinasi, mempu-
di wilayah bencana tersebut. Selain itu di- nyai pengetahuan dasar pelayanan kese-
butuhkan juga informasi tentang kondisi hatan reproduksi dan dapat memastikan
fasilitas pelayanan kesehatan, tenaga ke- PPAM kesehatan reproduksi tersedia se-
sehatan, ketersediaan alat kesehatan dan suai standar.

Intervensi kesehatan reproduksi pada respon penanggulangan bencana


adalah melalui penerapan PPAM kesehatan reproduksi

PPAM kesehatan reproduksi dilaksanakan pada tanggap darurat krisis


kesehatan dan dapat diterapkan pada semua jenis bencana, baik benca-
na alam maupun non alam

28

KESPRO.indb 28 14/4/15 5:40 PM


TUJUAN PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM
KESEHATAN REPRODUKSI MELIPUTI:

1. MENGIDENTIFIKASI koordinator PPAM kesehatan reproduksi:


a. Menetapkan seorang koordinator pelayanan kesehatan reproduksi
untuk mengkoordinir lintas program, lintas sektor, lembaga lokal
dan internasional dalam pelaksanaan PPAM kesehatan reproduksi
b. Melaksanakan pertemuan koordinasi untuk mendukung dan mene-
tapkan penanggung jawab pelaksana di setiap komponen PPAM
(SGBV, HIV, Maternal dan Neonatal serta Logistik)
c. Melaporkan isu-isu dan data terkait kesehatan reproduksi, keterse-
diaan sumberdayaserta logistik pada pertemuan koordinasi
2. MENCEGAH DAN MENANGANI kekerasan seksual:
a. Melakukan perlindungan bagi penduduk yang terkena dampak,
terutama pada perempuan dan anak-anak
b. Menyediakan pelayanan medis dan dukungan psikososial bagi pe-
nyintas perkosaan
c. Memastikan masyarakat mengetahui informasi tersedianya pela-
yanan medis, psikososial, rujukan perlindungan dan bantuan hukum
d. Memastikan adanya jejaring untuk pencegahan dan penanganan
kekerasan seksual
3. MENGURANGI penularan HIV:
a. Memastikan tersedianya transfusi darah yang aman
b. Memfasilitasi dan menekankan penerapan kewaspadaan standar
c. Memastikan ketersediaan kondom

29

KESPRO.indb 29 14/4/15 5:40 PM


4. MENCEGAH meningkatnya kesakitan dan kematian maternal dan
neonatal:
a. Memastikan adanya tempat khusus untuk bersalin di beberapa
tempat seperti pos kesehatan, di lokasi pengungsian atau di tem-
pat lain yang sesuai
b. Memastikan tersedianya pelayanan persalinan normal dan kega-
watdaruratan maternal dan neonatal (PONED dan PONEK) di fasi-
litas pelayanan kesehatan dasar dan rujukan
c. Membangun sistem rujukan untuk memfasilitasi transportasi dan
komunikasi dari masyarakat ke puskesmas dan puskesmas ke ru-
mah sakit
d. Tersedianya perlengkapan persalinan yang diberikan pada ibu ha-
mil yang akan melahirkan dalam waktu dekat
e. Memastikan masyarakat mengetahui adanya layanan pertolongan
persalinan dan kegawatdaruratan maternal dan neonatal
5. MERENCANAKAN pelayanan kesehatan reproduksi komprehensif dan
terintegrasi ke dalam pelayanan kesehatan dasar ketika situasi stabil.
Mendukung lembaga/organisasi untuk:
a. Mengidentifikasi kebutuhan logistik kesehatan reproduksi berda-
sarkan estimasi sasaran
b. Mengumpulkan data riil sasaran dan data cakupan pelayanan
c. Mengidentifikasi fasilitas pelayanan kesehatan untuk menyeleng-
garakan pelayanan kesehatan reproduksi yang komprehensif
d. Menilai kemampuan tenaga kesehatan untuk memberikan pela-
yanan kesehatan reproduksi yang komprehensif dan merencana-
kan pelatihan

30

KESPRO.indb 30 14/4/15 5:40 PM


BAGAN TUJUAN PPAM KESEHATAN REPRODUKSI

Tujuan 1
Mengidentifikasi koordinator PPAM kesehatan reproduksi:
a. Menetapkan seorang koordinator pelayanan kesehatan reproduksi untuk mengkoordinir lintas program, lint
lokal dan internasional dalam pelaksanaan PPAM kesehatan reproduksi.
b. Melaksanakan pertemuan koordinasi untuk mendukung dan menetapkan penanggung jawab pelaksana di s
PPAM (SGBV, HIV, Maternal dan Neonatal serta logistik)
c. Melaporkan isu-isu dan data terkait kesehatan reproduksi, ketersediaan sumber daya serta logistik pada pe

RH Kit 0

Tujuan 5
MERENCANAKAN pelayanan kesehatan reproduksi komprehensif Mencegah da
dan terintegrasi ke dalam pelayanan kesehatan dasar ketika
situasi stabil. Mendukung lembaga/organisasi untuk: a. Melakukan p
a. Mengidentifikasi kebutuhan logistik kesehatan reproduksi terkena dam
berdasarkan estimasi sasaran Sasaran anak-anak
b. Menyediakan
b. Mengumpulkan data riil sasaran dan data cakupan pelayanan
c. Mengidentifikasi fasilitas pelayanan kesehatan untuk menyeleng- psikososial b
Menurunkan kematian, c. Memastikan
garakan pelayanan kesehatan reproduksi yang komprehensif kesakitan dan kecacatan pada
d. Menilai kemampuan tenaga kesehatan untuk memberikan tersedianya p
populasi yang terkena dampak perlindungan
pelayanan kesehatan reproduksi yang komprehensif dan meren-
krisis (pengungsi, pengungsi d. Memastikan
canakan pelatihan
RH Kit 4 RH Kit 5 RH Kit 7
internal, populasi setempat) penanganan

Tujuan 4
Mencegah meningkatnya kesakitan dan kematian maternal dan neonatal:
a. Memastikan adanya tempat khusus untuk bersalin di beberapa tempat
seperti pos kesehatan, di lokasi pengungsian atau di tempat lain yang Mengurangi p
sesuai
b. Memastikan tersedianya pelayanan persalinan normal dan kegawatdaru- a. Memastikan t
ratan maternal dan neonatal (PONED dan PONEK) di fasilitas pelayanan b. Memfasilitasi
kesehatan dasar dan rujukan kewaspadaan
c. Membangun sistem rujukan untuk memfasilitasi transportasi dan komu- c. Memastikan t
nikasi dari masyarakat ke puskesmas dan puskesmas kerumah sakit
d. Tersedianya perlengkapan persalinan yang diberikan pada ibu hamil yang RH K
akan melahirkan dalam waktu dekat
e. Memastikan masyarakat mengetahui adanya layanan pertolongan persal-
inan dan kegawatdaruratan maternal dan neonatal
catatan:
RH Kit 2 RH Kit 6 RH Kit 8 RH Kit 9 bagan ini bersambung
RH Kit 10 RH Kit 11 RH Kit 12
2 halaman
31

KESPRO.indb 31 14/4/15 5:40 PM


32

KESPRO.indb 32 14/4/15 5:40 PM


3.1 MENGIDENTIFIKASI KOORDINATOR
PPAM KESEHATAN REPRODUKSI
Pada tanggap darurat krisis kesehatan, harus ditetapkan seorang koordinator
pelayanan kesehatan reproduksi untuk mengkoordinir lintas program, lintas
sektor, lembaga lokal dan internasional dalam pelaksanaan PPAM kesehatan
reproduksi. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa kesehatan repro-
duksi menjadi prioritas pelayanan. Koordinator kesehatan reproduksi adalah
seseorang yang mempunyai tanggung jawab dalam penanganan kesehatan
reproduksi. Koordinator kesehatan reproduksi di tingkat provinsi dan kabu-
paten/kota berasal dari Dinas Kesehatan setempat dari program Kesehatan
Reproduksi atau Kesehatan Ibu dan Anak serta mengetahui tentang PPAM
kesehatan reproduksi.

Dalam melaksanakan tugasnya koordinator harus melakukan rapat koordina-


si untuk mendukung dan menetapkan penanggung jawab di setiap komponen
PPAM kesehatan reproduksi (SGBV, HIV, maternal dan neonatal, serta logis-
tik) serta melaporkan isu-isu dan data terkait kesehatan reproduksi, keterse-
diaan sumber daya serta logistik pada pertemuan koordinasi.

Tugas koordinator kesehatan reproduksi pada tanggap darurat krisis


kesehatan:

33

KESPRO.indb 33 14/4/15 5:40 PM


Langkah langkah:

a. Mengidentifikasi lembaga dan organisasi yang bergerak di bidang


Kesehatan Reproduksi di wilayah bencana
b. Melakukan rapat koordinasi dengan lembaga dan organisasi yang ber-
gerak di bidang Kesehatan Reproduksi untuk menentukan penang-
gung jawab komponen PPAM sesuai dengan bidang kerjanya serta
memperoleh data dari PPKK
c. Mengenalkan/mensosialisasikan PPAM kesehatan reproduksi dan me-
nyusun rencana kerja
d. Melakukan pertemuan rutin dengan lintas program/lintas sektor ke-
sehatan reproduksi dan organisasi terkait untuk menyelenggarakan
PPAM kesehatan reproduksi sesegera mungkin
e. Melaporkan kegiatan rutin untuk disampaikan kepada anggota mau-
pun lembaga atau sektor terkait lainnya
f. Memastikan terdapat pelayanan kesehatan reproduksi pada tenda
pengungsian
g. Mengkoordinir ketersediaan dan distribusi logistik kesehatan
reproduksi
h. Menghadiri pertemuan dan berkoordinasi dengan PPKK maupun
BNPB

34

KESPRO.indb 34 14/4/15 5:40 PM


Diskusi dengan seorang ibu di tempat pengungsian Banjir Jakarta 2013

3.1.1 Pengorganisasian

Koordinator kesehatan reproduksi adalah menyusun dan melaksanakan rencana ke-


ketua dari tim siaga kesehatan reproduksi siapsiagaan serta melaksanakan kompo-
yang berada di bawah tim penanggulangan nen PPAM kesehatan reproduksi pada saat
bencana bidang kesehatan dan bertang- bencana. Tim siaga ini terdiri dari penang-
gung jawab kepada koordinator tim pe- gung jawab komponen kekerasan berbasis
nanggulangan krisis kesehatan di setiap gender, pencegahan penularan HIV, kese-
jenjang administrasi. Tim siaga kesehatan hatan maternal dan neonatal serta logistik.
reproduksi dibentuk di setiap propinsi dan Berikut adalah struktur organisasi tim sia-
kabupaten pada situasi pra bencana untuk ga kesehatan reproduksi:

35

KESPRO.indb 35 14/4/15 5:40 PM


Struktur dan Mekanisme Koordinasi Kesehatan Reproduksi
pada Penanggulangan Krisis Kesehatan

Menkes

Sekjen

Direktorat Bina Kesehatan Ibu PPKK

Tim Siaga Kesehatan Reproduksi


(Koordinator)

Penanggung Jawab Penanggung Jawab Penanggung Jawab Penanggung Jawab


Komponen Penanganan Komponen Pencegahan Komponen Maternal Komponen Logistik
Kekerasan Berbasis Penularan HIV dan Neonatal (anggota)
Gender (anggota) (anggota) (anggota)

36

KESPRO.indb 36 14/4/15 5:40 PM


3.1.2 Prinsip Dasar

1. Penanggulangan krisis kesehatan di- 5. Tim siaga kesehatan reproduksi tingkat


laksanakan secara berjenjang dengan Pusat melakukan monitoring dan eva-
mempertimbangkan ketersediaan luasi terhadap upaya-upaya yang telah
sumber daya dan kemampuan peme- dilakukan oleh Provinsi serta dapat
rintah daerah melakukan intervensi sesuai dengan

2. Dalam hal terjadi krisis kesehatan, kebutuhan

maka tanggung jawab pertama pe- 6. Tim siaga kesehatan reproduksi ting-
nanganan kesehatan reproduksi ada kat Provinsi melakukan monitoring dan
pada tim kesehatan reproduksi di ting- evaluasi terhadap upaya-upaya yang
kat Kabupaten/Kota telah dilakukan oleh Kabupaten/Kota

3. Apabila masalah kesehatan reproduk- serta dapat melakukan intervensi sesu-

si yang timbul tidak dapat tertangani, ai dengan kebutuhan

tim siaga kesehatan reproduksi tingkat 7. Apabila tim siaga kesehatan reproduksi
Kabupaten/Kota melaporkan ke tim tingkat Kabupaten/Kota/Provinsi be-
siaga kesehatan reproduksi di tingkat lum terbentuk, maka tanggung jawab
Provinsi dan jika tidak tertangani, tim berada pada Dinas Kesehatan Kabu-
siaga kesehatan reproduksi di tingkat paten/Kota/Provinsi yaitu unit yang
Provinsi akan melaporkan ke tim siaga bertanggung jawab untuk Kesehatan
kesehatan reproduksi tingkat Pusat Reproduksi/Kesehatan Ibu dan Anak.

4. Pelaksanaan kegiatan tim siaga kese- Di tingkat Pusat, tim siaga kesehatan

hatan reproduksi terintegrasi dengan reproduksi berada di bawah Direktorat

tim penanggulangan bencana bidang Bina Kesehatan Ibu.

kesehatan

37

KESPRO.indb 37 14/4/15 5:40 PM


3.2 MENCEGAH DAN
MENANGANI
KEKERASAN
SEKSUAL
Kondisi bencana dan pengungsian dapat
menyebabkan meningkatnya risiko keke-
rasan seksual pada perempuan dan anak.
Kasus kekerasan seksual terjadi karena
kondisi di lokasi bencana yang tidak me-
madai, seperti: tenda dan toilet yang tidak
terpisah antara laki-laki dan perempuan, Rapat Koordinasi dengan sektor dan NGO internasional
dipimpin oleh Koordinator Kesehatan Reproduksi
lokasi sumber air bersih yang jauh dari Gempa Padang 2009
pengungsian, penerangan yang kurang me-
madai, tidak adanya sistim ronda maupun bersama dengan penanggung jawab kom-
keamanan di pengungsian dan lain-lain. ponen GBV dan tim kesehatan reproduksi
lainnya. Pada situasi bencana, pelayanan
Koordinator kesehatan reproduksi ha- pencegahan dan penanganan kekerasan
rus membahas masalah kekerasan sek- seksual adalah sebagai berikut:
sual didalam rapat koordinasi kesehatan

38

KESPRO.indb 38 14/4/15 5:40 PM


Langkah langkah:

a. Melakukan koordinasi dengan BNPB/BPBD dan Dinas Sosial untuk menempat-


kan kelompok rentan di pengungsian dan memastikan satu keluarga berada da-
lam tenda yang sama. Perempuan yang menjadi kepala keluarga dan anak yang
terpisah dari keluarga dikumpulkan di dalam satu tenda
b. Memastikan terdapat pelayanan kesehatan reproduksi pada tenda pengungsian
c. Menempatkan MCK laki-laki dan perempuan secara terpisah di tempat yang
aman dengan penerangan yang cukup. Pastikan bahwa pintu MCK dapat di kun-
ci dari dalam
d. Melakukan koordinasi dengan penanggung jawab keamanan untuk mencegah
terjadinya kekerasan seksual
e. Melibatkan lembaga-lembaga/organisasi yang bergerak di bidang pemberda-
yaan perempuan dan perempuan di pengungsian dalam pencegahan dan pena-
nganan kekerasan seksual
f. Menginformasikan adanya pelayanan bagi penyintas perkosaan dengan nomor
telepon yang bisa dihubungi 24 jam. Informasi dapat diberikan melalui leaflet,
selebaran, radio, dll
g. Memastikan adanya petugas kompeten untuk penanganan kasus kekerasan
seksual
h. Memastikan tersedianya pelayanan medis dan psikososial ada di organisasi/lem-
baga yang terlibat dalam respon bencana serta memastikan adanya mekanisme
rujukan, perlindungan dan hukum yang terkoordinasi untuk penyintas
i. Menyediakan fasilitas untuk pemenuhan kebutuhan seksual bagi pasangan sua-
mi istri yang sah, sesuai dengan budaya setempat atau kearifan lokal

39

KESPRO.indb 39 14/4/15 5:40 PM


Toilet yang aman: terpisah antara laki-laki dan perempuan dan bisa dikunci -
barak pengungsian Merapi dan pengungisan korban banjir Wassior

Toilet yang tidak aman: tidak terpisah antara laki-laki dan perempuan,
tidak ada penerangan, tidak bisa dikunci

40

KESPRO.indb 40 14/4/15 5:40 PM


3.2.1 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Koordinator Kesehatan Reproduksi Dalam
Pelayanan Klinis Untuk Penyintas Perkosaan

Saat menyiapkan tempat pelayanan klinis, e. Petugas pemberi pelayanan yang kom-
koordinator kesehatan reproduksi harus peten dalam menangani penyintas
berkoordinasi dengan pelaksana/petugas perkosaan
pelayanan kesehatan reproduksi untuk Pelayanan yang diberikan oleh petugas ke-
memastikan: sehatan reproduksi meliputi:
a. Tersedianya tempat konsultasi yang a. Memberikan konseling dan dukungan
menjamin privasi dan kerahasiaan pe- kepada penyintas
nyintas perkosaan b. Melakukan anamnesa dan pemeriksa-
b. Tersedianya protokol yang jelas serta an fisik
peralatan dan logistik yang memadai c. Mencatat dan mengumpulkan bukti-
c. Bahwa pelayanan dan mekanisme ru- bukti forensik
jukan ke rumah sakit tersedia 24 jam d. Menjaga kerahasiaan
sehari/7 hari seminggu e. Memastikan tersedianya obat-obatan
d. Pemberian informasi tentang keterse- yang diberikan pada penyintas, seperti:
diaan pelayanan. Informasi berisi ten- 1) Kontrasepsi darurat
tang pelayanan yang tersedia, kapan 2) Pencegahan IMS
harus mengakses pelayanan dan lokasi. 3) Profilaksis pasca-pajanan untuk
Gunakan jalur komunikasi yang sesuai mencegah penularan HIV
dengan situasi dan kondisi setempat
4) Obat perawatan luka dan pencegah-
(misalnya melalui bidan, kader kesehat-
an tetanus
an, tokoh masyarakat, pesan di radio
5) Pencegahan Hepatitis B
atau selebaran berisi informasi di toilet
f. Merujuk untuk pelayanan lebih lan-
perempuan)
jut, misalnya kesehatan, psikologis dan
sosial

41

KESPRO.indb 41 14/4/15 5:40 PM


3.2.2 Pil Kontrasepsi Darurat

Pil kontrasepsi darurat adalah pil yang da- samping yang mungkin timbul dan efek
pat mencegah kehamilan yang tidak dii- yang mungkin terjadi terhadap men-
nginkan jika digunakan dalam waktu 72 jam struasi berikutnya
(sampai 3 hari) dari saat terjadinya perko- c. Apabila penyintas perkosaan ingin me-
saan. Pil kontrasepsi darurat dapat diberi- lakukan hubungan seks dalam waktu
kan bila status kehamilan belum jelas dan dekat sebaiknya menggunakan kondom
tes kehamilan tidak tersedia, karena tidak
d. Jelaskan kepada penyintas perkosaan
ada bukti yang menunjukkan bahwa pil
bahwa ada risiko penggunaan pil tidak
kontrasepsi darurat dapat merugikan pe-
berhasil. Jadwal menstruasi harusnya
rempuan atau membahayakan kehamilan
terjadi sesuai siklus normal tetapi da-
jika sudah ada sebelumnya.
pat seminggu lebih awal atau beberapa
hari terlambat. Jika tidak menstruasi
Aturan penggunaan pil kontrasepsi daru-
dalam waktu satu minggu setelah per-
rat adalah sebagai berikut:
kiraan, penyintas harus kembali untuk
melakukan tes kehamilan dan konse-
a. Kontrasepsi darurat harus diberikan
ling. Jelaskan kepada penyintas bahwa
segera, sebelum 72 jam setelah per-
bercak-bercak atau pendarahan sedikit
kosaan karena keefektifannya akan
adalah hal biasa bila menggunakan le-
menurun seiring dengan waktu. Jika
vonorgestrel. Sehingga jangan salah me-
pil kontrasepsi darurat kemasan tidak
ngira bahwa itu menstruasi normal
tersedia, maka kontrasepsi darurat da-
pat diberikan dengan menggunakan pil e. Efek samping penggunaan: Sekitar

kontrasepsi oral biasa 50% pengguna kontrasepsi darurat


melaporkan rasa mual. Untuk mengu-
b. Beri petunjuk kepada penyintas perko-
rangi rasa mual, pil dapat dikonsumsi
saan tentang cara penggunaan pil, efek
bersama makanan. Jika muntah terjadi

42

KESPRO.indb 42 14/4/15 5:40 PM


dalam waktu dua jam setelah minum f. Pil kontrasepsi darurat tidak akan efek-
obat, ulangi dosisnya. Bila masih terja- tif dalam kasus kehamilan yang sudah
di muntah setelah pemberian obat anti terjadi. Tidak ada kontraindikasi medis
muntah, maka pil kontrasepsi darurat lain untuk penggunaan pil kontrasepsi
dapat diberikan lewat vagina dengan darurat
dosis yang sama

ATURAN PENGGUNAAN PIL KONTRASEPSI DARURAT

a. Levonorgestrel: 1.5 mg Levonorgestrel dalam dosis tunggal (ini adalah


sediaan yang direkomendasikan karena lebih efektif dengan efek sam-
ping yang lebih sedikit); atau
b. Kalau pilihan pertama tidak tersedia dapat menggunakan pil KB yang
ada di puskemas/klinik dengan menggunakan pil kombinasi estrogen
- progestogen (metode Yuzpe): 30 mikrogram Etinil Estradiol ditambah 0.15
mg Levonorgestrel 4 tablet, diminum secepat mungkin,diikuti dengan dosis yang
sama12 jam kemudian

3.2.3 Perawatan untuk Dugaan Infeksi Menular Seksual (IMS)

Pemberian antibiotik kepada penyintas Sebagai contoh, jika penyintas perkosaan


perkosaan sebagai pengobatan terhadap datang dalam waktu 30 hari setelah keja-
dugaan Gonorea, infeksi Klamidia, Sifilis dian, maka 400 mg Cefixime ditambah 1g
dan Trikomoniasis atau Chancroid. Azithromisin secara oral merupakan peng-
obatan yang cukup untuk dugaan Gonorea,
Berikan paket pengobatan yang paling infeksi Klamidia dan Sifilis inkubasi.
singkat yang tersedia sesuai protokol.

43

KESPRO.indb 43 14/4/15 5:40 PM


Perempuan yang sedang hamil atau yang penyintas, kecuali bila penyintas perkosa-
memiliki alergi tidak boleh minum antibio- an telah divaksinasi lengkap. Berikan seba-
tik tertentu, dan lakukan modifikasi peng- nyak tiga dosis dengan dosis kedua diberi-
obatan yang sesuai. kan empat minggu setelah dosis pertama
dan dosis ketiga delapan minggu setelah
Pemeriksaan untuk dugaan IMS dapat di- dosis kedua.
mulai pada hari yang sama dengan pem-
berian kontrasepsi darurat dan profilaksis Diagnosis pasien IMS dapat ditegakkan
paska pajanan (PPP) untuk mencegah pe- berdasarkan pendekatan sindrom pada sa-
nularan HIV. Informasikan mengenai efek rana pelayanan kesehatan yang tidak me-
samping dan cara menanggulanginya. miliki fasilitas laboratorium, atau secara
etiologis berdasarkan hasil pemeriksaan
Berikan vaksin Hepatitis B dalam wak- laboratorium sederhana.
tu 14 hari setelah penyerangan kepada

3.2.4 Profilaksis Paska Pajanan (PPP) untuk Mencegah Penularan HIV

Profilaksis paska pajanan diberikan kepa- Beberapa hal tentang PPP :


da penyintas perkosaan untuk mengurangi
risiko penularan HIV. Profilaksis paling a. Rejimen yang dianjurkan adalah AZT +
optimal diberikan sebelum 4 jam dan mak- 3TC + EFV atau AZT + 3TC + Lopinavir/
simal dalam 48-72 jam setelah kejadian Ritonavir.
perkosaan. AZT = ZDV (Zidovudine)

EFV = Efavirenz

3TC = Lamividine

44

KESPRO.indb 44 14/4/15 5:40 PM


ARV untuk PPP diberikan selama 1 dengan Pedoman Nasional Tatalaksana
bulan ARV

b. Monitoring efek samping dan tes HIV d. Ulangi tes HIV pada 3, 6 dan 12 bulan
secara berkala, pada bulan ke 3 dan 6 kemudian, bila hasilnya negatif
setelah pemberian PPP
Penting untuk diketahui:
c. Jika korban menderita Hepatitis B
a. Kehamilan bukan merupakan kontrain-
maka PPP yang digunakan sebaiknya
dikasi untuk PPP
mengandung TDF/3TC untuk mence-
gah terjadinya hepatic flare b. Saat konseling, informasikan tentang
efek samping obat yang umum seperti
Pelayanan bagi penyintas kekerasan rasa lelah, mual dan gejala seperti flu.
seksual: Efek samping ini bersifat sementara
a. Lakukan penilaian risiko terpapar HIV dan dapat dikurangi dengan pemberian
sebelum memberikan PPP. Periksalah obat simtomatik
riwayat kejadian (termasuk apakah ada c. Obat PPP dapat diberikan untuk 28
lebih dari satu penyerang), penetrasi hari penuh bagi penyintas yang tidak
vagina atau anal dan jenis luka yang ada dapat kembali ke tempat pelayanan de-
b. Lakukan test HIV segera kepada pe- ngan alasan apapun atau yang diperki-
nyintas perkosaan. Apabila hasilnya rakan dalam waktu lama tetap tinggal
negatif, PPP dapat mulai diberikan. di pengungsian
Apabila hasilnya positif, kemungkinan
infeksi telah terjadi sebelum peristiwa
perkosaan

c. Lakukan penatalaksanaan ARV bagi pe-


nyintas dengan hasil tes positif sesuai

45

KESPRO.indb 45 14/4/15 5:40 PM


3.2.5 Perawatan luka dan pencegahan tetanus

Pada kasus perkosaan, selain mengalami waktu 24 jam. Jangan menjahit luka yang
trauma psikis penyintas juga mengalami kotor. Pertimbangkan pemberian antibio-
trauma fisik. Perawatan yang diberikan tik yang sesuai dan penghilang rasa sakit
mengikuti prosedur standar operasional jika ada luka kotor yang besar. Berikan pro-
yang berlaku. Sangat penting untuk mem- filaksis tetanus jika ada luka robek pada
berikan injeksi Tetanus Toxoid pada kasus kulit atau mukosa dan penyintas belum
dengan luka terbuka mengingat keber- divaksinasi terhadap tetanus atau status
sihan lingkungan yang tidak mendukung vaksinasi tidak jelas. Sarankan penyintas
pada situasi bencana. Pada perawatan luka untuk menyelesaikan jadwal vaksinasi (do-
maka bersihkan setiap luka robek, luka dan sis kedua pada empat minggu, dosis ketiga
lecet dan jahitlah luka yang bersih dalam pada enam bulan sampai satu tahun).

3.2.6 Rujukan untuk penanganan lebih lanjut bagi penyintas GBV

Dengan persetujuan penyintas atau atas c. Pelayanan psikososial, apabila tersedia,


permintaannya, tawarkan rujukan ke: dapat juga dengan menghubungi pe-
nanggung jawab komponen GBV atau
a. Rumah sakit bila ada komplikasi yang menggunakan layanan yang berasal
mengancam jiwa atau komplikasi yang dari inisiatif masyarakat
tidak dapat ditangani di puskesmas Korban kekerasan seksual selain terjadi
b. Jasa perlindungan atau pelayanan sosi- pada perempuan banyak juga terjadi pada
al jika penyintas tidak memiliki tempat anak-anak. Korban kekerasan terhadap
yang aman untuk pergi setelah mening- anak lebih sering tidak dilaporkan kepa-
galkan puskesmas da pihak berwajib dibandingkan dengan
korban kekerasan terhadap perempuan,

46

KESPRO.indb 46 14/4/15 5:40 PM


terutama apabila pelaku kekerasan adalah penganiyaan lainnya. Penampilan anak
orang tua atau walinya sendiri. Karena itu pada umumnya tidak memperlihatkan
peran pemberi pelayanan dalam menge- derajat penderitaan yang dialaminya.
nali korban kekerasan terhadap anak sa- Pemeriksaan fisik pada penyintas anak
ngat penting. sama seperti pada pemeriksaan orang
dewasa, namun harus ada pendamping
Gejala-gejala fisik dari penganiayaan yang dipercaya anak berada di ruang
emosional seringkali tidak sejelas gejala pemeriksaan.

3.3 MENGURANGI PENULARAN HIV


Pada tanggap darurat krisis kesehatan ke- Koordinator kesehatan reproduksi harus
butuhan darah akan meningkat dengan ba- bekerjasama dengan organisasi/lemba-
nyaknya korban luka berat dan ringan yang ga yang menangani kesehatan khususnya
membutuhkan darah. Transfusi darah yang yang bergerak di bidang HIV dan AIDS
rasional dan aman sangat penting untuk untuk mengurangi penularan HIV sejak
mencegah penularan HIV dan infeksi lain permulaan respon bencana. Hal-hal yang
yang dapat menular melalui transfusi (TTI/ harus dilakukan koordinator kesehatan
Transfusion-Transmissible Infection) seper- reproduksi dalam kaitannya dengan pen-
ti Hepatitis B, Hepatitis C dan Sifilis. Jika cegahan penularan HIV adalah sebagai
darah tercemar HIV ditransfusikan, maka berikut:
penularan HIV kepada penerima hampir
100%. Selain itu kerentanan terhadap pe-
nularan HIV juga sering disebabkan oleh
ketidakpatuhan petugas terhadap standar
kewaspadaan.

47

KESPRO.indb 47 14/4/15 5:40 PM


Langkah langkah

a. Memastikan kegiatan transfusi darah aman dan rasional yang dilakukan


oleh lembaga/organisasi yang bergerak dibidangnya, misalnya: Palang
Merah Indonesia
b. Memastikan fasilitas, perlengkapan dan petugas kompeten tersedia, jika
tidak, transfusi darah tidak boleh dilakukan
c. Menekankan pentingnya kewaspadaan standar sejak awal dimulainya ko-
ordinasi dan memastikan penerapannya
d. Memastikan ketersediaan kondom dengan berkoordinasi dengan organi-
sasi dan lembaga yang bekerja di bidang keluarga berencana, Kementerian
Kesehatan, BKKBN, KPA, LSM lainnya
e. Memastikan adanya kelanjutan pengobatan bagi orang yang telah masuk
program ARV, termasuk perempuan yang terdaftar dalam program PPIA
(Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak)
f. Memasang informasi dengan nomor telepon 24 jam yang bisa dihubungi
untuk kelanjutan pengobatan ARV

Transfusi darah yang rasional adalah transfusi darah yang meliputi:

a. transfusi darah hanya dilakukan untuk keadaan yang mengancam nyawa dan tidak ada
alternatif lain

b. menggunakan obat-obatan untuk mencegah atau mengurangi perdarahan aktif (misal-


nya Oksitosin)

48

KESPRO.indb 48 14/4/15 5:40 PM


Jika memungkinkan gunakan pengganti darah untuk mengganti volume yang hilang seperti
cairan pengganti berbasis kristaloid (ringer laktat,normal salin) atau cairan pengganti berba-
sis koloid (haemaccell,gelofusin).

3.3.1 Kewaspadaan Standar

Kewaspadaan standar adalah langkah pe- dalam melaksanakan prosedur, yang mem-
ngendalian infeksi yang mengurangi risiko bahayakan keselamatan para pasien mau-
penularan patogen yang terbawa dalam pun petugas sendiri. Dalam kondisi apapun,
darah melalui paparan terhadap darah sangat penting untuk mematuhi tindakan
atau cairan tubuh diantara para pasien dan kewaspadaan standar. Pengawasan yang
tenaga kesehatan. Menurut prinsip pen- teratur dapat membantu mengurangi risi-
cegahan standar, darah dan cairan tubuh ko terpapar infeksi di tempat kerja.
dari semua orang harus dianggap sebagai
terinfeksi HIV, terlepas dari pengetahuan Tindakan kewaspadaan standar adalah:
atau dugaan kita mengenai status orang
tersebut. Tindakan pencegahan standar a. Sering mencuci tangan: Cuci tangan
dapat mencegah penyebaran infeksi se- dengan sabun dan air mengalir sebe-
perti HIV, Hepatitis B, Hepatitis C dan pa- lum dan sesudah kontak dengan pasi-
togen-patogen lain di dalam lingkungan en. Sediakan fasilitas dan perlengkapan
perawatan kesehatan. untuk mencuci tangan mudah didapat
oleh semua penyedia pelayanan.
Pada tanggap darurat krisis kesehatan, b. Mengenakan sarung tangan: Pakailah
mungkin terjadi kekurangan logistik dalam sarung tangan non-steril sekali pakai
pelayanan kesehatan atau infrastruktur untuk semua prosedur dimana diper-
dan beban kerja yang meningkat. Petugas kirakan akan ada kontak dengan darah
mungkin akan mengambil jalan pintas atau cairan tubuh lain yang berpotensi

49

KESPRO.indb 49 14/4/15 5:40 PM


terinfeksi virus. Cuci tangan sebelum d. Penanganan aman terhadap benda-
memakai dan setelah melepas sarung -benda tajam:
tangan. Buang sarung tangan segera 1) Upayakan penggunaaan jarum sun-
setelah digunakan di tempat sampah tik seminimal mungkin dan berda-
limbah medis. Petugas yang menangani sarkan indikasi
bahan-bahan dan benda tajam wajib
2) Gunakan alat suntik dan jarum sun-
mengenakan sarung tangan yang lebih
tik sekali pakai yang steril untuk se-
kuat (sarung tangan khusus untuk pe-
tiap injeksi
kerjaan berat/berkebun) dan harus me-
3) Atur area kerja tempat penyuntikan
nutupi luka dan lecet dengan balutan/
untuk mengurangi risiko cedera
plester tahan air.
4) Gunakan botol dosis-tunggal (am-
Catatan: Pastikan ketersediaan dan logis-
pul) daripada botol multi-dosis (vial).
tik sarung tangan yang cukup dan berke-
Jika menggunakan botol multi-dosis,
lanjutan untuk melaksanakan semua ke-
hindari meninggalkan jarum pada
giatan. JANGAN PERNAH menggunakan
penutup karet. Setelah dibuka, sim-
kembali atau mensterilisasi ulang sarung
pan botol multi-dosis di lemari es
tangan sekali pakai, karena akan membu-
atnya menjadi berpori/ berlubang kecil 5) Jangan menutup kembali jarum
suntik
c. Memakai pakaian pelindung, seperti 6) Posisikan pasien dan beritahukan de-
baju atau celemek tahan air, untuk me- ngan benar mengenai penyuntikan
lindungi dari kemungkinan terpercik
7) Buang jarum suntik dan benda-ben-
darah atau cairan tubuh lain. Petugas
da tajam di kotak pengaman (safety
diwajibkan menggunakan masker dan
boxes) yang anti tusuk dan anti bo-
pelindung mata dimana ada kemung-
cor. Pastikan wadah anti tusuk un-
kinan terpapar darah dalam jumlah
tuk pembuangan benda tajam selalu
banyak

50

KESPRO.indb 50 14/4/15 5:40 PM


tersedia di tempat yang dekat namun steam autoclaving. DTT (melalui pe-
di luar jangkauan anak- anak. Benda rebusan atau perendaman dalam
tajam tidak boleh dibuang ke tempat larutan klorin) mungkin tidak dapat
sampah atau kantong sampah biasa menghilangkan semua spora

e. Pembuangan limbah: Bakar semua Gunakan atau simpan dengan benar alat-
sampah medis di area terpisah, seba- alat segera setelah disterilisasi
iknya masih pada lahan fasilitas pela-
g. Pemeliharaan Fasilitas: Bersihkan
yanan kesehatan. Kubur benda-benda
tumpahan darah atau cairan tubuh lain-
yang masih menjadi ancaman, seperti
nya dengan segera dan hati-hati
benda tajam, di sebuah lubang tertutup
sedikitnya 10 meter dari sumber air Meskipun tindakan-tindakan pencegah-
an standar telah ditetapkan dan ditaati,
f. Pemrosesan Instrumen: Proses instru-
keterpaparan terhadap HIV dapat saja
men bekas pakai dalam urutan sebagai
terjadi. Pastikan PPP tersedia sebagai
berikut:
bagian dari paket tindakan pencegahan
1) Dekontaminasi instrumen untuk
standar untuk mengurangi keterpaparan
membunuh virus (HIV dan Hepatitis
petugas terhadap infeksi di tempat kerja.
B) dan menjadikan alat lebih aman
Pasanglah pengumuman tentang cara-cara
untuk ditangani
pertolongan pertama di ruang-ruang kerja
2) Bersihkan instrumen sebelum mela- dan informasikan kepada semua petugas
kukan sterilisasi atau disinfeksi ting- bagaimana mengakses perawatan untuk
kat tinggi (DTT) untuk menghilang- keterpaparan.
kan kotoran
3) Sterilkan (menghilangkan semua pa-
togen) instrumen-instrumen untuk
meminimalkan risiko infeksi selama
prosedur. Dianjurkan menggunakan

51

KESPRO.indb 51 14/4/15 5:40 PM


Ketika merespon keterpaparan dalam adalah sama seperti untuk penyintas
pekerjaan, ada beberapa hal yang harus kekerasan seksual
diperhatikan: f. Berikan informasi dan pendidikan
tentang pengurangan risiko dengan
a. Menjaga kerahasiaan setiap saat meninjau ulang urutan kejadian dan
b. Menilai risiko penularan HIV ketika ter- memberi nasihat kepada pekerja yang
jadi paparan dalam pekerjaan: jenis pa- terpapar untuk menggunakan kondom
paran (luka pada kulit, percikan selaput guna mencegah penularan sekunder
lendir, dll); jenis bahan paparan (darah, selama tiga bulan ke depan
cairan tubuh lain,dll), dan kemungkinan g. Membuat laporan kejadian
infeksi HIV dari pasien

c. Memberi konseling kepada pasien ten- Pada sumber pajanan maupun korban
tang tes HIV dan lakukan tes HIV jika pajanan harus dilakukan tes HIV sebagai
memperoleh persetujuan dasar penentuan PPP. Tetapi waktunya ti-
dak boleh terlalu lama, paling lama 3 hari.
d. Memberikan konseling kepada pekerja
Jika sumber pajanan tidak diketahui, bi-
yang terpapar mengenai implikasi pa-
asanya PPP hanya diberikan pada kasus
paran, perlunya PPP, cara meminumnya
yang sifatnya berat, misalnya: meliputi
dan apa yang harus dilakukan bila tim-
lesi akibat jarum berlubang besar, tusukan
bul efek samping
yang dalam dan kontak dengan darah yang
e. Catat riwayat medis dan lakukan pe-
kelihatan pada alat tersebut atau jarum
meriksaan terhadap pekerja yang ter-
yang digunakan di arteri atau vena, atau
kena paparan atas persetujuan setelah
pajanan pada membran mukosa non-geni-
mendapat informasi, rekomendasikan
tal atau kulit yang tidak utuh, serta paja-
konseling dan tes HIV sukarela dan
nan terhadap darah atau cairan sperma
berikan PPP bila sesuai. Prosedur PPP
yang berjumlah banyak.

52

KESPRO.indb 52 14/4/15 5:40 PM


Untuk tindakan selanjutnya ada beberapa penanggung jawab komponen HIV
pilihan: membuat peraturan untuk menegakan
kepatuhan terhadap standar tersebut
a. Jika diketahui sumber pajanan tidak b. menyelenggarakan sesi orientasi di
terinfeksi HIV, dan korban pajanan juga pelayanan mengenai tindakan kewas-
HIV (-) atau HIV (+) berarti korban paja- padaan standar untuk para petugas
nan harus menghentikan PPP nya kesehatan dan petugas tambahan, jika
b. Jika diketahui sumber pajanan terin- diperlukan
feksi HIV, dan korban pajanan HIV (-) c. menetapkan sistem pengawasan se-
berarti korban pajanan HIV (-) berarti perti daftar tilik (check list) sederhana
korban pajanan dapat melanjutkan PPP untuk memastikan kepatuhan pada
sampai 28 hari prosedur
c. Jika diketahui sumber pajanan terin- d. memastikan bahwa pengumuman ten-
feksi HIV, dan korban pajanan HIV (+), tang pertolongan pertama untuk ke-
berarti korban pajanan harus meng- terpaparan dipasang di tempat terbuka
hentikan PPPnya sehingga petugas mendapat informasi
Untuk memastikan penerapan pencegah- dan tahu ke mana harus melapor dan
an standar, petugas layanan kesehatan mendapat PPP jika diperlukan
reproduksi dan koordinator kesehatan re- e. secara teratur mereview laporan-
produksi harus bekerja bersama dengan -laporan tentang keterpaparan di tem-
lembaga/organisasi/mitra sektor kesehat- pat kerja untuk menentukan kapan dan
an untuk: bagaimana paparan terjadi, dan meng-
identifikasi masalah-masalah kesela-
a. memastikan prosedur untuk tindakan
matan, dan tindakan pencegahan yang
pencegahan standar dipasang di seti-
mungkin dilakukan
ap fasilitas pelayanan kesehatan dan

53

KESPRO.indb 53 14/4/15 5:40 PM


Contoh Lembar Informasi
Pertolongan Pertama Keterpaparan di Tempat Kerja

Cedera dengan jarum bekas atau instrumen tajam dan kulit yang luka
a. Jangan dipijat atau digosok
b. Segera cuci dengan sabun dan air atau larutan klorheksidin glukonat
c. Jangan menggunakan larutan kuat/tajam. Pemutih atau yodium akan meng-
iritasi luka

Percikan darah atau cairan tubuh pada kulit yang tidak luka
a. Cuci segera daerah yang terkena. Jangan menggunakan disinfektan yang kuat

Percikan darah atau cairan tubuh dimata


a. Segera basuh mata yang terkena dengan air atau saline normal
b. Miringkan kepala ke belakang dan minta teman menuangkan air atau normal
salin
c. Jangan gunakan sabun atau desinfektan pada mata

Percikan darah atau cairan tubuh di mulut


a. Segera buang keluar cairan
b. Bilas mulut secara menyeluruh dengan air atau garam. Ulangi beberapa kali
c. Jangan gunakan sabun atau desinfektan di mulut

54

KESPRO.indb 54 14/4/15 5:40 PM


3.3.2 Menjamin Ketersediaan Kondom

Kondom merupakan salah satu metode perlindungan untuk mencegah penularan HIV dan
Infeksi Menular Seksual (IMS) lainnya. Dalam rangka menjamin ketersediaan kondom diper-
lukan adanya koordinasi antara Dinas Kesehatan, KPA (Komisi Penanggulangan AIDS) atau
lembaga lainnya yang menyediakan layanan ini. Pastikan bahwa kondom tersedia sejak hari
hari awal bencana. Kondom hanya diberikan kepada masyarakat apabila tidak ada halangan
budaya dan masyarakat menggunakan sebelumnya. Pendistribusian kondom harus diikuti
dengan informasi tentang cara penggunaannya. Khusus untuk kondom perempuan, sebaik-
nya tidak disediakan apabila masyakarat belum terpapar cara penggunaannya.

3.4 MENCEGAH MENINGKATNYA


KESAKITAN DAN KEMATIAN
MATERNAL DAN NEONATAL
Pada tanggap darurat krisis kesehatan, koordinator kesehatan reproduksi harus memasti-
kan bahwa setiap ibu yang akan bersalin mempunyai akses terhadap pelayanan kesehatan
dan apabila sewaktu waktu akan bersalin, terdapat petugas kesehatan yang siap menolong
persalinan. Di samping itu, perlu dipastikan tersedianya pelayanan PONED dan PONEK 24
jam per hari, 7 hari per minggu sebagai fasilitas rujukan apabila sewaktu waktu terjadi kom-
plikasi obstetri dan/neonatal. Untuk itu koordinator kesehatan reproduksi perlu mengiden-
tifikasi fasilitas pelayanan rujukan terdekat yang mudah dijangkau dan mampu dalam pena-
nganan kegawatdaruratan.

Kegiatan yang harus dilakukan koordinator kesehatan reproduksi pada situasi bencana:

55

KESPRO.indb 55 14/4/15 5:40 PM


Langkah-langkah

a. Pendataan dan pemetaan ibu hamil dan bayi baru lahir di tempat-tempat
pengungsian
b. Pemetaan puskemas PONED dan rumah sakit PONEK. Hal-hal yang harus
diobservasi adalah keadaan bangunan, kondisi geogafis, transportasi, per-
alatan, obat-obatan dan ketersediaan sumber daya manusia
c. Memastikan petugas dapat menjangkau ibu hamil dan ditempatkan di da-
lam satu tenda
d. Berkoordinasi dengan penanggung jawab bidang gizi untuk ketersediaan
konselor ASI di pengungsian
e. Mendistribusikan buku KIA pada ibu hamil
f. Mendistribusikan kit bidan, kit kesehatan reproduksi, kit individu apabila
dibutuhkan
g. Memastikan ketersediaan pelayanan PONED dan PONEK 24 jam/7 hari
h. Berkoordinasi dengan Dinas Sosial dan BPBD untuk menyediakan tenda ke-
sehatan reproduksi dan tenda pemenuhan kebutuhan khusus perempuan
i. Berkoordinasi untuk memastikan adanya sistem rujukan yang berfungsi
dari masyarakat, puskesmas, rumah sakit 24 jam/7 hari
j. Memastikan terpasangnya informasi tentang prosedur pelayanan kese-
hatan, yang menyebutkan kapan, dimana dan bagaimana merujuk pasien
dengan kondisi kegawatdaruratan maternal dan/neonatal ke tingkat pela-
yanan kesehatan lebih lanjut
k. Memastikan nutrisi yang cukup bagi kelompok rentan khususnya ibu hamil
dan menyusui

56

KESPRO.indb 56 14/4/15 5:40 PM


Tenda Kesehatan
Reproduksi:
menjaga privasi dan
kenyamanan ibu

3.4.1 Penanganan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal


di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan

Koordinator kesehatan reproduksi harus d. pengobatan penyakit pada neonatal


memastikan petugas kesehatan mampu dan perawatan bayi prematur/berat
mengatasi kasus kegawatdaruratan ma- badan lahir rendah
ternal dan neonatal dengan menyediakan Pelayanan kegawatdaruratan obstetri
alat, bahan-bahan dan obat-obatan untuk meliputi:
pertolongan persalinan.
a. penanganan perdarahan
Pelayanan kegawatdaruratan neonatal b. preklamspi/eklampsi
meliputi:
c. infeksi

a. resusitasi d. persalinan lama

b. perlindungan suhu tubuh e. abortus

c. pencegahan infeksi (kebersihan, me- Ketersediaan pelayanan kegawatdarurat-


motong dan merawat tali pusar secara an untuk ibu hamil beserta janinnya sangat
higienis, perawatan mata) menentukan kelangsungan hidup ibu dan

57

KESPRO.indb 57 14/4/15 5:40 PM


bayi baru lahir. Misalnya, perdarahan se- melahirkan di sana. Informasi ini dapat
bagai sebab kematian langsung terbesar diberikan pada saat mendistribusikan kit
dari ibu bersalin perlu mendapat tindakan individu kepada masyarakat.
dalam waktu kurang dari 2 jam, dengan
demikian keberadaan puskesmas mampu Jika pelayanan rujukan 24/7 tidak mung-
PONED dan Rumah Sakit PONEK menjadi kin tersedia maka perlu dipastikan ada pe-
sangat penting. tugas kesehatan di puskesmas yang tetap
dapat melakukan pelayanan emergensi
Pelayanan PONED meliputi:
obstetri dasar dan perawatan neonatal
a. pemberian antibiotik melalui infus melalui bimbingan dan konsultasi ahli.
b. obat uterotonika melalu infus Dalam situasi ini, akan sangat membantu
(oksitosin) bila ada sistem komunikasi, seperti peng-

c. obat anti konvulsi melalui infus (mag- gunaan radio atau telepon seluler, untuk

nesium sulfat) berkomunikasi dan berkonsultasi dengan


tenaga yang lebih ahli.
d. pengeluaran sisa hasil konsepsi dengan
menggunakan Aspirasi Vakum Manual

e. melakukan manual placenta

f. kelahiran melalui vagina yang dibantu


(dengan vakum)

g. resusitasi neonatal

Penting untuk menekankan bahwa jika


puskesmas mempunyai penolong persalin-
an kompeten dan peralatan serta perleng-
kapan yang cukup, maka semua ibu hamil
harus diberitahu dimana lokasi puskes-
mas tersebut dan harus didorong untuk

58

KESPRO.indb 58 14/4/15 5:40 PM


3.4.2 Memastikan Tersedianya Penanganan Kegawatdaruratan
Maternal dan Neonatal di Fasilitas Kesehatan Rujukan

Koordinator kesehatan reproduksi memfa- d. pengeluaran sisa hasil konsepsi dengan


silitasi bantuan bagi rumah sakit setempat menggunakan Aspirasi Vakum Manual
dalam penyediaan tenaga kompeten, sara- e. melakukan manual plasenta
na dan prasarana, termasuk obat-obatan
f. kelahiran melalui vagina yang dibantu
dan peralatan operasi sesar, yang diperlu-
(dengan vakum)
kan untuk menyelenggarakan PONEK.
g. resusitasi neonatal

Pelayanan PONEK meliputi: h. melakukan pembedahan dengan anes-

a. pemberian antibiotik melalui infus tesiumum (operasi sesar, laparatomi)

b. obat uterotonika melalu iinfus i. memberikan transfusi darah yang aman

(oksitosin) dan rasional

c. obat anti konvulsi melalui infus (mag-


nesium sulfat)

Berbagai pelayanan termasuk


penyuluhan dan konsultasi
bisa diberikan di tenda
Kesehatan Reproduksi

59

KESPRO.indb 59 14/4/15 5:40 PM


3.5 MERENCANAKAN PELAYANAN
KESEHATAN REPRODUKSI
KOMPREHENSIF DAN TERINTEGRASI
KE DALAM PELAYANAN KESEHATAN
DASAR PADA SITUASI STABIL
PASCA KRISIS KESEHATAN

Pada tanggap darurat krisis kesehatan, pelayanan kesehatan reproduksi diberikan di tempat
pelayanan kesehatan darurat. Namun demikian pada saat ini koordinator kesehatan repro-
duksi harus mulai menyusun rencana pengintegrasian kebutuhan pelayanan kesehatan re-
produksi ke dalam pelayanan kesehatan dasar yang rutin.

Jika situasi sudah stabil, pelayanan kesehatan reproduksi komprehensif harus segera dilak-
sanakan dengan mempertimbangkan:

a. Kemudahan komunikasi dan transportasi untuk rujukan

b. Jarak ke tempat pelayanan kesehatan lainnya

60

KESPRO.indb 60 14/4/15 5:40 PM


Koordinator kesehatan reproduksi melakukan langkah-langkah:

Langkah langkah:
a. Menyusun rencana pelayanan kesehatan reproduksi komprehensif
b. Mengumpulkan data sasaran dan cakupan untuk persiapan pelayanan keseha
tan reproduksi komprehensif. Pada tanggap darurat krisis kesehatan, data dapat
menggunakan estimasi dan setelah situasi normal, data mengunakan data riil
c. Mengidentifikasi fasilitas pelayanan kesehatan yang tepat untuk melaksanakan
pelayanan kesehatan reproduksi komprehensif
d. Memastikan ketersediaan peralatan, bahan dan obat untuk pelayanan PONED
dan PONEK
e. Menilai kapasitas petugas dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi
yang komprehensif
f. Merencanakan pelatihan bagi petugas
g. Memastikan tersedianya peralatan, bahan dan obat kesehatan reproduksi bagi
puskesmas PONED dan RS PONEK

Pengintegrasian komponen PPAM ke dalam pelayanan kesehatan reproduksi komprehensif


di tingkat pelayanan dasar adalah sbb:
a. Pelayanan KIA yaitu pemeriksaan kehamilan (antenatal care), pertolongan persalinan
dan perawatan paska persalinan (nifas) termasuk bayi baru lahir
b. Pencegahan dan penanganan kekerasan pada perempuan, yaitu pencegahan dan pena-
nganan kekerasan seksual serta kekerasan berbasis gender lainnya termasuk kekeras-
an dalam rumah tangga dan perdagangan perempuan dan lain-lain yang penanganannya
memerlukan pendekatan multisektor
c. Pencegahan dan penanganan HIV, yaitu PITC, VCT, PPIA, pengobatan ARV dan lain
sebagainya

61

KESPRO.indb 61 14/4/15 5:40 PM


62

KESPRO.indb 62 14/4/15 5:40 PM


BAB IV
LOGISTIK KESEHATAN
REPRODUKSI PADA
TANGGAP DARURAT
KRISIS KESEHATAN

Pada tanggap darurat krisis kesehatan selain memastikan terlaksananya lima komponen
Paket Pelayanan Awal Minimum Kesehatan Reproduksi, koordinator kesehatan reproduksi
harus memiliki kemampuan mengkoordinasikan pengelolaan logistik kesehatan reproduksi,
mulai dari perencanaan kebutuhan, pendistribusian dan monitoring serta evaluasi penggu-
naan logistik kesehatan reproduksi.

Logistik untuk kesehatan reproduksi pada tanggap darurat krisis kesehatan terdiri dari:

a. Kit Individu

a. Kit Bidan/Partus Set

a. Kit Kesehatan Reproduksi (RH Kit)

63

KESPRO.indb 63 14/4/15 5:40 PM


4.1 KIT INDIVIDU
Kit individu merupakan paket berisi pakaian, perlengkapan kebersihan diri, perlengkapan
bayi, dll, yang diberikan kepada perempuan usia reproduksi, ibu hamil, ibu bersalin dan bayi
baru lahir. Kit ini dapat langsung diberikan dalam waktu 1-2 hari saat bencana kepada peng-
ungsi setelah melakukan estimasi jumlah sasaran.

Terdapat 4 jenis kit individu yaitu:

Kit Warna Sasaran

Kit higiene Biru Perempuan usia subur

Kit ibu hamil Hijau Untuk ibu hamil trimester III

Kit ibu bersalin Oranye Untuk ibu paska bersalin/nifas

Kit bayi baru lahir Merah Untuk bayi baru lahir sampai usia 3 bulan

Jenis barang yang terdapat di dalam kit


individu bisa disesuaikan dengan kebutuh-
an kesehatan reproduksi pengungsi serta
anggaran yang tersedia. Kit di diadakan
dan disimpan di gudang sesuai dengan per-
aturan yang berlaku.

Distribusi Kit Individu


Aceh 2004

64

KESPRO.indb 64 14/4/15 5:40 PM


Pada tanggap darurat krisis kesehatan, Estimasi jumlah ibu hamil selama 1
akan sulit mendapatkan data sasaran tahun: 35/1.000 x 10.000 = 350 ibu
dari PPAM seperti jumlah wanita usia su- hamil
bur, jumlah ibu hamil, ibu hamil yang akan Estimasi jumlah ibu hamil per bulan:
mengalami komplikasi, jumlah laki-laki 350 : 12 bulan = 29 ibu hamil
yang aktif secara seksual dll. Data yang 2) Jika data CBR tidak tersedia, estimasi
tersedia biasanya hanya jumlah pengungsi jumlah ibu hamil adalah 4% dari jum-
saja. lah pengungsi.

Jika data riil tidak tersedia, maka perhi- Estimasi jumlahibu hamil selama 1 ta-
tungan kebutuhan logistik untuk pelayan- hun: 4% x 10.000 = 400 ibu hamil
an kesehatan reproduksi dapat mengguna- Estimasi jumlahibu hamil per bulan=
kan estimasi statistik sbb: 400 : 12 bulan = 33 ibu hamil
c. Ibu hamil yang akan mengalami kom-
a. Jumlah wanita usia subur : 25% dari
plikasi adalah 15-20% dari total jumlah
jumlah pengungsi.
ibu hamil saat ini, dan 5-7% dari ibu ha-
b. Jumlah ibu hamil:
mil akan membutuhkan operasi sesar
1) Jika data angka kelahiran kasar (CBR
d. Jumlah laki-laki yang aktif secara sek-
= Crude Birth Rate) tersedia gunakan
sual: 20% dari pengungsi dll
CBR untuk mengestimasikan jumlah
Koordinator kesehatan reproduksi harus
ibu hamil.
dapat menghitung kebutuhan logistik ke-
Contoh:
sehatan reproduksi pada tanggap darurat
Jumlah pengungsi : 10.000 jiwa
krisis kesehatan berdasarkan perkiraan la-
CBR: 35/1.000 kelahiran hidup
manya waktu mengungsi.

Segera kumpulkan data riil sasaran bila situasi sudah memungkinkan!

65

KESPRO.indb 65 14/4/15 5:40 PM


DAFTAR ISI KIT INDIVIDU KESEHATAN REPRODUKSI

No Item Jumlah per kit Keterangan

A Kit Bayi Baru Lahir (0-3 Bulan)

1 Popok katun 12

2 Pakaian bayi katun 12

3 Sarung tangan & sarung kaki 12

4 Selimut gendong 1

5 Topi bayi (flannel) 1

Dikemas terpisah
6 Kelambu bayi 1 agar tidak rusak
dalam penyimpanan

7 Kain bedong (flannel, lembut) 12

8 Sabun mandi bayi 3 (80 gram)

9 Bedak bayi 3 (50 gram)

10 Handuk bayi (halus dan bisa menyerap air) 1

11 Minyak telon 3 (50 ml)

Tas warna merah dengan tulisan Kit Bayi


12 1
Baru Lahir

66

KESPRO.indb 66 14/4/15 5:40 PM


No Item Jumlah per kit Keterangan

B. Kit Ibu Hamil (Trimester ke-3)

1 BH khusus ibu hamil 1

2 Kain panjang (jarik) 1

3 Celana dalam (ukuran besar) 3

Baju hamil lengan daster/baju hamil


4 1
lengan panjang

5 Selimut 1

6 Sabun Mandi 3 buah (80 gram)

7 Pasta gigi 3 buah (75 gram)

8 Shampoo 3 botol (90 ml)

9 Sikat gigi 3 buah

10 Handuk 1 buah

Tas warna hijau dengan tulisan kit Ibu


11 1
Hamil

C. Kit Ibu Bersalin (Ibu Paska Bersalin/Nifas)

1 BH menyusui 3

2 Kain panjang (jarik) 1

3 Pembalut pasca bersalin 3

67

KESPRO.indb 67 14/4/15 5:40 PM


No Item Jumlah per kit Keterangan

4 Blus berkancing depan untuk menyusui 1

5 Blus putih berkancing depan 1

6 Celana dalam (ukuran besar) 3

7 Selimut 1

8 Sabun Mandi 3 buah (80 gram)

9 Pasta gigi 3 buah (75 gram)

10 Shampoo 3 botol (90 ml)

11 Sikat gigi 3 buah (80 gram)

12 Korset 1 buah

13 Handuk 1 buah

Tas warna oranye dengan tulisan kit ibu


14 1
pasca melahirkan

D. Kit Higiene (Perempuan Usia Reproduksi)

1 Sarung 1

2 Handuk 1

3 Sabun Mandi 3 buah (80 gram)

4 Pasta gigi 3 buah (75 gram)

5 Shampoo 3 botol (90 ml)

68

KESPRO.indb 68 14/4/15 5:40 PM


No Item Jumlah per kit Keterangan

3 pack
6 Pembalut wanita
@ isi 10 buah

Pakaian dalam wanita: BH dan celana


7 3 set
dalam

8 Sandal jepit 1 pasang

9 Selimut 1 buah

10 Sikat gigi 3 buah

11 Plastik sampah untuk pembalut 1 buah

12 Sisir 1 buah

13 Tas warna biru dengan tulisan hygiene kit

Pada tanggap darurat krisis kesehatan, ke-


tersediaan semua jenis kit sangat diperlu-
kan. Namun, apabila terdapat kendala dalam
pendanaan dapat dipilih jenis barang yang
benar benar dibutuhkan oleh sasaran, seba-
gai contoh: wanita usia subur membutuhkan
pakaian dalam dan pembalut. Kit disediakan
oleh pemerintah dan disimpan di gudang se-
suai dengan peraturan yang berlaku, atau
pengadaan dan penyediaan kit individu da- Kit Individu Kesehatan Reproduksi
pat dikoordinasikan dengan sektor atau lem-
baga lain, misalnya bantuan pihak swasta.

69

KESPRO.indb 69 14/4/15 5:40 PM


4.2 KIT BIDAN
Pada tanggap darurat krisis kesehatan, alat-alat kesehatan kemungkinan ba-
nyak yang rusak termasuk alat kesehatan yang digunakan untuk menolong
persalinan. Kit Bidan dapat diberikan kepada bidan untuk mengganti peralatan
yang hilang saat bencana sehingga masih bisa melakukan pelayanan seperti se-
diakala. Kit untuk bidan dapat diadakan sebelum bencana sebagai persediaan
dan di simpan/diadakan di gudang sesuai dengan peraturan yang berlaku. Kit ini
dapat didistribusikan sesegera mungkin pada saat bencana apabila dibutuhkan.

Pada pertolongan persalinan mungkin diperlukan juga beberapa alat tambahan


seperti: baskom dan tempat air mengalir untuk mencuci tangan yang perlu dipi-
kirkan penyediaannya.

Serah terima kit bidan Gempa Padang 2009

70

KESPRO.indb 70 14/4/15 5:40 PM


4.3 KIT KESEHATAN REPRODUKSI (RH KIT)
Untuk melaksanakan PPAM kesehatan Kit kesehatan reproduksi dirancang un-
reproduksi yaitu dalam memberikan pela- tuk digunakan dalam jangka waktu tiga
yanan klinis bagi penyintas perkosaan, me- bulan untuk jumlah penduduk tertentu.
ngurangi penularan HIV serta mencegah Kebutuhan kit tergantung pada jumlah
meningkatnya kesakitan dan kematian ibu pengungsi, dan jenis pelayanan yang akan
dan neonatal, telah dirancang paket-paket diberikan dan perkiraan lamanya waktu
yang berisi obat dan alat kesehatan yang mengungsi. Pendistribusian kit kesehatan
dibutuhkan yang disebut Kit Kesehatan reproduksi harus diikuti dengan penjelas-
Reproduksi (Kit RH). an kepada penerima tentang isi kit, cara
menyimpan dan penggunaannya. Harus
Kit kesehatan reproduksi dikemas dan di- diingat bahwa kit kesehatan reproduksi
beri nomor sesuai dengan jenis tindakan terdiri dari alat dan obat yang sama de-
yang akan dilakukan. Alat, obat dan bahan ngan yang tersedia di fasilitas pelayanan
habis pakai tersedia lengkap di tiap ke- kesehatan. Perbedaannya adalah alat dan
masan. Sebagai contoh: Kit nomor 2 untuk obat tersebut sudah dikemas sehingga me-
pertolongan persalinan bersih, termasuk mudahkan petugas kesehatan dalam mem-
apabila persalinan terjadi pada situasi ti- berikan pelayanan pada situasi bencana.
dak dapat ditolong oleh tenaga kesehatan.
Kit nomor 12 untuk transfusi darah. Kit Apabila terjadi bencana berskala besar di-
nomor 4 untuk kontrasepsi oral dan in- mana dibutuhkan peralatan dan obat un-
jeksi dan lain sebagainya. Penomoran ini tuk pelayanan kesehatan reproduksi yang
bertujuan untuk memudahkan pengelola- mendesak dan kit belum tersedia, Dinas
an dan penggunaannya pada situasi krisis Kesehatan setempat dapat mengajukan
kesehatan. permohonan bantuan penyediaan kit ke-
sehatan reproduksi kepada Kementerian

71

KESPRO.indb 71 14/4/15 5:40 PM


Kesehatan yang akan didatangkan dari Bila masih ada fasilitas pelayanan kesehat-
Copenhagen, Denmark yang merupakan an yang masih berfungsi, disarankan untuk
gudang logistik untuk bantuan kemanusia- dimanfaatkan secara optimal. Pemerintah/
an internasional. Pada saat memesan, ren- Dinas Kesehatan setempat dapat menye-
canakan pendistribusiannya, yang meliputi diakan kit kesehatan reproduksi dan bahan
kemana akan dikirimkan, kondisi medan, habis pakai secara lokal sesuai pedoman.
alat transportasi yang akan digunakan dan
gudang penyimpanan sementara. Koordinator kesehatan reproduksi harus
memastikan bahwa obat dan alat kesehat-
Kit kesehatan reproduksi hanya dapat di- an tersedia dan terintegrasi ke dalam sis-
pesan pada bencana yang berskala besar, tem pelayanan yang sudah ada. Selain itu,
dimana sebagian besar fasilitas pelayan- Koordinator kesehatan reproduksi harus
an kesehatan tidak dapat berfungsi. Perlu melakukan pengenalan singkat tentang
dipertimbangkan bahwa pengajuan kebu- isi dan cara penggunaan kit kesehatan re-
tuhan kit kesehatan reproduksi dilakukan produksi serta memastikan kit tersebut
apabila memang benar-benar dibutuhkan. digunakan.

72

KESPRO.indb 72 14/4/15 5:40 PM


KIT KESEHATAN REPRODUKSI/KIT RH

Kit kesehatan reproduksi terdiri dari tiga blok, masing-masing blok ditujukan bagi ting-
kat pelayanan kesehatan yang berbeda:

Blok 1: Tingkat masyarakat dan pelayanan kesehatan dasar untuk 10.000 orang/
3 bulan

Blok 2: Tingkat pelayanan kesehatan dasar dan rumah sakit rujukan untuk 30.000
orang/3 bulan

Blok 3: Tingkat rumah sakit rujukan untuk150.000 orang/3 bulan

Blok 1
Blok 1 terdiri dari 6 kit (kit 0 sampai 5). Perlengkapan ini ditujukan untuk memberi-
kan pelayanan kesehatan reproduksi di tingkat masyarakat dan perawatan kesehatan
dasar. Kit ini berisi obat-obatan dan bahan habis pakai. Kit 1, 2 dan 3 terdiri dari dua
bagian, A dan B, yang dapat dipesan secara terpisah

Blok 2
Blok 2 terdiri dari 5 kit (kit 6 sampai 10) yang berisi bahan habis pakai dan bahan yang
dapat digunakan kembali. Perlengkapan ini ditujukan untuk memberikan pelayanan
kesehatan reproduksi pada tingkat puskesmas atau rumah sakit

Blok 3
Blok 3 terdiri dari 2 kit (kit 11 dan 12) yang berisi bahan habis pakai dan perlengkapan
yang dapat digunakan kembali untuk memberikan pelayanan PONEK pada tingkat
rujukan (bedah caesar). Kit 11 terdiri dari dua bagian, A dan B, yang dapat dipesan
secara terpisah

73

KESPRO.indb 73 14/4/15 5:40 PM


Kit Kesehatan Reproduksi

BLOK 1

No Kit Nama Kit Kode Warna

Kit 0 Administrasi Oranye

Kondom
Kit 1 Bagian A: kondom laki-laki Merah
Bagian B: kondom perempuan

Persalinan Bersih (Perorangan)


Kit2 Bagian A: kit persalinan bersih Biru tua
Bagian B: untuk non kesehatan

Pasca Perkosaan
Kit3 Bagian A: Pil Kontrasepsi darurat dan pengobatan IMS Merah muda
Bagian B: PPP (Pencegahan Pasca Pajanan)

Kit4 Kontrasepsi oral dan injeksi Putih

Biru muda/
Kit5 Pengobatan IMS (Infeksi Menular Seksual)
Turkis

BLOK 2

Kit6 Kit persalinan (Fasilitas Kesehatan) Coklat

Kit 7 AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) Hitam

Kit8 Penanggulangan Komplikasi Keguguran dan Aborsi Kuning

74

KESPRO.indb 74 14/4/15 5:40 PM


Kit Kesehatan Reproduksi

Menjahit Sobekan (leher rahim dan vagina) dan


Kit 9 Ungu
Pemeriksaan vagina

Kit 10 Persalinan dengan Vakum (Manual) Abu-abu

BLOK 3

Tingkat rujukan
Hijau
Kit 11 Bagian A: peralatan
fluoresensi
Bagian B: obat-obatan dan bahan habis pakai

Kit 12 Transfusi Darah Hijau Tua

Contoh kemasan kit kesehatan reproduksi

75

KESPRO.indb 75 14/4/15 5:40 PM


CARA MENGHITUNG KEBUTUHAN KIT KESEHATAN REPRODUKSI

Kit kesehatan reproduksi sudah dirancang untuk sejumlah penduduk tertentu.


Saat memesan Kit Kesehatan Reproduksi tidak perlu menghitung jumlah masing-
masing alat dan obat, tapi hanya diperlukan data jumlah pengungsi dan perkiraan
lama waktu mengungsi.

Contoh:

Blok 1 untuk 10.000 penduduk selama 3 bulan


Jika pengungsi sebanyak 50.000 orang, maka kit yang akan dipe-
san sebanyak : 50.000 : 10.000 = 5 kit

Blok 2 untuk 30.000 penduduk selama 3 bulan


Jumlah pengungsi: 50.000 maka kit yang akan dipesan adalah:
50.000 : 30.000 = 1,6 pesan 2 kit
Kit tidak bisa dipesan sebanyak 1,6 melainkan harus dibulatkan dan sisa obat
dan bahan habis pakai bisa digunakan untuk waktu lebih dari 3 bulan

Apabila masa tanggap darurat krisis kesehatan telah lewat dan masih terdapat sisa
alat, obat dan bahan habis pakai dari kit kesehatan reproduksi maka harus dise-
rahkan kepada Dinas Kesehatan setempat untuk diatur pemanfaatannya sesuai
dengan peraturan yang berlaku.

76

KESPRO.indb 76 14/4/15 5:40 PM


Contoh beberapa alat yang ada di
dalam kit kesehatan reproduksi
termasuk kit administrasi

Alat dan sarana penunjang lainnya:

a. Tenda kesehatan reproduksi yang dirancang khusus dengan sekat untuk pemeriksaan
kehamilan, pelayanan KB, pertolongan persalinan dan pelayanan lain yang memerlukan
privasi bagi pasiennya

b. Buku KIA

c. Generator

77

KESPRO.indb 77 14/4/15 5:40 PM


78

KESPRO.indb 78 14/4/15 5:40 PM


BAB V
PENILAIAN KESEHATAN
REPRODUKSI PADA
TANGGAP DARURAT
KRISIS KESEHATAN

Pada tanggap darurat krisis kesehatan per- Selain itu tidak perlu dilakukan penilai-
lu dilakukan penilaian untuk mendapatkan an intervensi apa yang dibutuhkan, kare-
informasi mengenai kondisi pasca bencana na intervensi kesehatan reproduksi pada
dan kebutuhan bagi penduduk yang ter- tanggap darurat krisis kesehatan adalah
kena dampak atau pengungsi. Khusus un- melalui penerapan PPAM. Pada tanggap
tuk kesehatan reproduksi, penilaian tidak darurat krisis kesehatan pengumpulan
difokuskan pada ada tidaknya kebutuhan data mengenai jumlah sasaran pelayan-
pelayanan kesehatan reproduksi, karena an kesehatan reproduksi (ibu hamil, ibu
berdasarkan pengalaman, kebutuhan ke- melahirkan dan lain-lain) tidak dilakukan
sehatan reproduksi tetap ada dan justru karena berdasarkan pengalaman, data ter-
meningkat pada situasi bencana. sebut sulit didapatkan. Koordinator kese-
hatan reproduksi dapat memperoleh data

79

KESPRO.indb 79 14/4/15 5:40 PM


sasaran pelayanan melalui estimasi sta- penilaian terhadap kondisi tenaga kesehat-
tistik dengan menggunakan data jumlah an, fasilitas pelayanan kesehatan, keterse-
pengungsi. diaan alat dan obat, berfungsinya sistem
rujukan, ketersediaan pelayanan maupun
Data jumlah pengungsi dapat diperoleh kondisi kelompok rentan di pengungsian.
dari Tim Rapid Health Assessment (RHA) Dengan terkumpulnya data dan informasi
yang menggunakan form B1 (lampiran tersebut, maka dapat disusun strategi dan
1). Namun, koordinator perlu melakukan rencana PPAM kesehatan reproduksi.

Penilaian Kesehatan Reproduksi - Gempa Padang 2009

5.1 LANGKAHLANGKAH DALAM


MELAKUKAN PENILAIAN
Berikut adalah langkah-langkah dalam penting terkait kesehatan reproduksi
melakukan penilaian kebutuhan pelayanan seperti angka kelahiran kasar, persalin-
kesehatan reproduksi an oleh tenaga kesehatan, data fasilitas
pelayanan kesehatan (lihat lampiran 2).
1. Mengumpulkan data sekunder/data Hal ini dilakukan untuk mendapatkan
dasar prakrisis: data sasaran, indikator

80

KESPRO.indb 80 14/4/15 5:40 PM


gambaran tentang kondisi kesehatan ini dilakukan untuk mengidentifikasi
reproduksi sebelum bencana terjadi dan membagi peran lembaga yang be-

2. Melakukan estimasi jumlah sasaran ke- kerja di bidang kesehatan reproduksi di

sehatan reproduksi untuk respon ben- daerah yang terkena dampak bencana,

cana. Estimasi dilakukan dengan meng- agar tidak terjadi tumpang tindih dalam

gunakan data jumlah pengungsi yang memberikan pelayanan

didapat dari tim RHA (lihat lampiran 3) 5. Mengumpulkan data kondisi ibu hamil

3. Melakukan penilaian tentang kondisi dan melahirkan di pengungsian de-

fasilitas pelayanan kesehatan, tenaga ngan melakukan wawancara dengan

kesehatan dan ketersediaan alat dan 2-3 ibu hamil/melahirkan yang ditemui

obat untuk memberikan pelayanan ke- di kamp/tenda pengungsian (lihat lam-

sehatan reproduksi (lihat lampiran 4) piran 6). Data ini dikumpulkan untuk
mengetahui tentang ketersediaan pela-
4. Jika terjadi bencana berskala besar,
yanan bagi ibu hamil dan pasca bersalin
perlu mendata lembaga/organisasi/
di pengungsian
LSM yang bekerja di bidang kesehatan
reproduksi pada tanggap darurat kri- 6. Mendata kondisi pengungsian terma-

sis kesehatan. Data ini dapat diperoleh suk faktor-faktor yang meningkatkan

melalui kegiatan koordinasi dengan risiko Kekerasan Berbasis Gender (li-

sektor kesehatan (lihat lampiran 5) Hal hat lampiran 7)

5.2 PIHAK YANG MENILAI


Penilaian kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi dilakukan oleh tim kesehatan repro-
duksi atau oleh pengelola program kesehatan reproduksi di dinas kesehatan sesuai dengan
langkah-langkah yang telah dijelaskan di atas.

81

KESPRO.indb 81 14/4/15 5:40 PM


5.3 CARA MENGANALISIS, MENGGUNAKAN
DAN MENDISEMINASIKAN HASIL
PENILAIAN
Hasil penilaian harus spesifik agar dapat membuat keputusan yang tepat terhadap intervensi
yang harus dilakukan. Hasil ini secara jelas memprioritaskan dan mengidentifikasi kebutuh-
an di masing-masing unit dalam sistem kesehatan. Hasilnya harus memberikan rekomenda-
si mengenai bagaimana memastikan intervensi PPAM dapat berkelanjutan dan membantu
dalam merencanakan penambahan komponen- komponen pelayanan kesehatan reproduksi
komprehensif. Lihat contoh format laporan penilaian di lampiran 8.

Hasil rekomendasi diinformasikan kepada semua organisasi yang terlibat dalam respon ben-
cana, termasuk masyarakat melalui mekanisme koordinasi kesehatan dan sistem pelaporan
yang ada saat bencana.

82

KESPRO.indb 82 14/4/15 5:40 PM


83

KESPRO.indb 83 14/4/15 5:40 PM


84

KESPRO.indb 84 14/4/15 5:40 PM


BAB VI
MONITORING DAN
EVALUASI

Monitoring dan evaluasi dilakukan pada c. memastikan penggunaan kit kesehat-


setiap tahapan krisis kesehatan. Untuk an reproduksi pada tingkat puskesmas
pelaksanaan PPAM kesehatan reproduksi, dan rumah sakit
monitoring dan evaluasi digunakan seba- d. memastikan kesiapan pelayanan kese-
gai dasar penyusunan program kegiatan hatan reproduksi komprehensif
untuk memantau hal sebagai berikut:
Dalam melaksanakan monitoring dan eva-
luasi, terdapat tantangan yang mungkin
a. memastikan keberhasilan atau ke-
ditemui oleh koordinator kesehatan repro-
gagalan pelaksanaan kegiatan paket
duksi di lapangan, yaitu:
pelayanan awal minimum termasuk
mengidentifikasikan adanya permasa-
a. menentukan kapan waktu yang tepat
lahan atau kendala selama pelaksanaan
untuk transisi ke pelayanan kesehatan
PPAM
reproduksi komprehensif
b. memberikan akuntabilitas dan transpa-
b. menentukan waktu yang tepat untuk
ransi bagi lembaga yang membutuhkan
menyampaikan hasil monitoring dan
evaluasi. Hasil ini akan menjadi da-
sar pertanggung jawaban dan dasar

85

KESPRO.indb 85 14/4/15 5:40 PM


pembuatan keputusan untuk menen- hasil secara tepat juga akan memasti-
tukan langkah pada saat transisi serta kan bahwa kegiatan dilaksanakan se-
pelaksanaan pelayanan kesehatan re- cara berkelanjutan, sesuai konteks dan
produksi komprehensif. Penggunaan kebutuhan masyarakat.

6.1 CARA MELAKUKAN MONITORING PPAM


Monitoring PPAM dapat dilakukan pada 2 (dua) tahap krisis kesehatan yaitu:

a. Pada tahap tanggap darurat krisis ke- b. Pada tahap pascakrisis atau ketika
sehatan, monitoring dilakukan secara kondisi telah stabil monitoring dilaku-
berkala setelah satu atau dua minggu kan dengan menggunakan mekanisme
pelaksanaan PPAM kesehatan repro- yang sudah ada dan digunakan pada
duksi bergantung pada perkembangan situasi normal. Monitoring rutin dila-
respon bencana dan kebutuhan ma- kukan dengan menggunakan meka-
sing-masing organisasi. Minimal, data nisme Pemantauan Wilayah Setempat
bulanan harus tersedia untuk diinfor- Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA)
masikan sebagai bahan untuk penyu- yang dilakukan rutin setiap bulan
sunan program. Monitoring dilakukan
untuk setiap komponen PPAM dengan
menggunakan indikator kualitatif dan
kuantitatif sesuai dengan tabel berikut
ini. Lihat lampiran 9

86

KESPRO.indb 86 14/4/15 5:40 PM


6.2 EVALUASI
Tujuan evaluasi adalah untuk menganalisa dan dampak kesehatan masyarakat serta
efisiensi dan efektivitas program. Evaluasi membantu para petugas kesehatan repro-
dilakukan dengan membandingkan kegi- duksi untuk menentukan hal-hal tersebut
atan program dan pelayanan (keluaran/ memenuhi tujuan yang telah ditetapkan.
output) dengan manfaat (hasil/outcome)

6.2.1 Waktu Evaluasi

Evaluasi dilakukan diakhir pelaksanaan kegiatan.

6.2.2 Instrumen Evaluasi

Evaluasi menggunakan metode-metode assessment sistematik untuk mengukur aspek kua-


litatif maupun kuantitatif dari penyelenggaraan pelayanan. Salah satu metode yang dapat
digunakan adalah wawancara dengan informan kunci, misalnya ketua atau anggota masya-
rakat yang terkena dampak untuk mendapatkan informasi terkait kualitas kegiatan dan pe-
nerimaan/penilaian masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan.

Evaluasi terhadap kualitas atau akses pelayanan mencakup kajian terhadap dokumen-doku-
men operasional (seperti laporan lokasi, laporan perjalanan, laporan supervisi, catatan pela-
tihan) serta daftar tilik untuk pelayanan kesehatan reproduksi secara kualitatif. Pengkajian
data yang dikumpulkan dari sistem monitoring juga harus dilihat sebagai bagian dari proses
evaluasi.

87

KESPRO.indb 87 14/4/15 5:40 PM


6.2.3 Data yang Dibutuhkan untuk Evaluasi

Beberapa komponen yang penting untuk dinilai dalam melakukan evaluasi pelaksanaan
PPAM, adalah sebagai berikut:

1. Efektivitas dari kegiatan: apakah kegiatan sudah mencapai tujuan yang ditentukan?

2. Efisiensi dari kegiatan: apakah sumber daya yang ada telah dimanfaatkan secara efisien
termasuk sumber daya manusia, peralatan dan pemanfaatan dana dll?

3. Relevansi dari kegiatan: apakah kegiatan yang dilaksanakan sudah sesuai dengan kebu-
tuhan dari masyarakat yang terkena bencana?

4. Dampak dan kesinambungan kegiatan: apakah kegiatan memberikan dampak yang baik
kepada masyarakat dan dapat dilanjutkan setelah bencana selesai?

5. Permasalahan: apakah ada masalah yang dialami dalam mengimplementasikan kegiatan


dan bagaimana solusi untuk mengatasi masalah tersebut

6. Proses pembelajaran: pelajaran apakah yang didapatkan selama pelaksanaan kegiatan


yang penting untuk perbaikan ke depan yang didapat selama pelaksanaan kegiatan

7. Rekomendasi apa yang harus disampaikan untuk peningkatan kualitas pelayanan

Lihat lampiran 10 untuk melihat detail lembar evaluasi.

6.2.4 Penanggungjawab Evaluasi

Kegiatan evaluasi harus dilakukan seobyektif mungkin dan tidak bias. Jika evaluator/orang
yang melakukan evaluasi juga terlibat dalam koordinasi atau pengelolaan kegiatan, terka-
dang sulit bagi evaluator untuk tetap netral dan melihat kegiatan dengan tidak memihak
atau berat sebelah.

88

KESPRO.indb 88 14/4/15 5:40 PM


6.2.5 Analisis dan Diseminasi Hasil Evaluasi

Evaluasi harus mencerminkan apa yang berjalan dengan baik maupun apa yang tidak, agar
hasilnya dapat membawa pada peningkatan/perbaikan dalam perencanaan dan rancangan
kegiatan. Umpan balik di awal harus diberikan kepada penanggungjawab/pengelola kegiatan
dan para penyedia pelayanan untuk memastikan bahwa masalah-masalah yang teridentifi-
kasi ditangani dengan segera sebelum menjadi persoalan atau risiko.

89

KESPRO.indb 89 14/4/15 5:40 PM


Lampiran 1
FORMULIR B-1 (DIGUNAKAN SATU HARI SETELAH BENCANA)*

A. NAMA DINKES/PPK SUB REGIONAL/ PPK REGIONAL


B. JENIS BENCANA

C. WAKTU KEJADIAN BENCANA

Tanggal .. Bulan .. Tahun Pukul ..


D. DESKRIPSI BENCANA


E. LOKASI BENCANA

Provinsi

Jumlah
Kabupaten Desa /
No Kecamatan Penduduk Topografi
/ Kota Dusun
Terancam

(1) (2) (2) (3) (4) (5)

90

KESPRO.indb 90 14/4/15 5:40 PM


F. Jumlah Korban

1. Korban Meninggal

Jenis Kewarganegaraan Alamat Tempat Penyebab


No. Nama Usia
Kelamin (No. Passport) korban meninggal Kematian

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

2. Korban Hilang

Jenis Kewarganegaraan Alamat Lokasi


No Nama Usia
Kelamin (No. Passport) korban hilang

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

3. Korban Luka Berat/Rawat Inap & Luka Ringan/Rawat Jalan

Nama Fasilitas Pelayanan Rawat Inap Rawat Jalan


No Kesehatan dan Lokasinya
(Kab./Kota) L P Jml L P Jml

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

JUMLAH

91

KESPRO.indb 91 14/4/15 5:40 PM


4. Pengungsi

No Lokasi KK Laki-Laki Perempuan Jumlah Jiwa

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

JUMLAH

G. FASILITAS UMUM

1. Akses ke lokasi kejadian bencana :

Mudah dijangkau, menggunakan alat transportasi..


Sukar, karena

2. Jalur komunikasi yang masih dapat digunakan:.

3. Keadaan jaringan listrik :

Baik
Terputus
Belum tersedia/belum ada

4. Sumber air bersih yang bisa digunakan:

Tercemar
Tidak Tercemar

92

KESPRO.indb 92 14/4/15 5:40 PM


H. Kondisi Fasilitas Kesehatan

Kondisi Fungsi Pelayanan


Nama Fasilitas
Pelayanan Kesehatan
No. (RS, Puskesmas, Pustu,
Tidak Tidak
Gudang Farmasi, Polindes, Rusak Berfungsi
Rusak Berfungsi
Dinkes, Rumah Dinas, dsb)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

a. ...................

b. .....................

c. dst

I. UPAYA PENANGGULANGAN YANG K. BANTUAN YANG DIPERLUKAN SEGERA


TELAH DILAKUKAN 1. ............................
1. ............................ 2. ............................
2. ............................

J. HAMBATAN PELAYANAN KESEHATAN L. RENCANA TINDAK LANJUT


1. ............................ 1. ............................

2. ............................ 2. ............................

*Catatan:

Formulir B1 ini hanya merupakan referensi, data-data di form B1 ini akan dikumpulkan oleh tim
Rapid Health Assessment (RHA) dari Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan.

93

KESPRO.indb 93 14/4/15 5:40 PM


Lampiran 2
DATA DASAR KESEHATAN REPRODUKSI PRAKRISIS KESEHATAN

Nama Kabupaten/Kota:
Nama Propinsi:
Periode data:

No Indikator Capaian Target Keterangan

1 K1

2 K4

Persalinan oleh tenaga


3
kesehatan

4 Jumlah kasus kematian ibu

Angka penggunaan
5
kontrasepsi (CPR)

6 Angka Kelahiran Kasar

94

KESPRO.indb 94 14/4/15 5:40 PM


DATA FASILITAS KESEHATAN PRAKRISIS KESEHATAN

Nama Tipe Pemerintah


Tipe Pelayanan Kespro (dicentang) Keterangan
Fasyankes Fasyankes / Swasta

Persalinan
ANC PONED PONEK KB
Normal

PEMBERI PELAYANAN PRAKRISIS KESEHATAN

Nama
Jumlah Pemberi Pelayanan Kesehatan Reproduksi Keterangan
Fasyankes

Dokter Lain-
dr.SpOG dr.SpA Bidan Perawat
Umum lain

95

KESPRO.indb 95 14/4/15 5:40 PM


Lampiran 3
CARA MELAKUKAN ESTIMASI STATISTIK SASARAN KESEHATAN REPRODUKSI

Pada tahap tanggap darurat krisis kesehatan akan sulit untuk mendapatkan data riil sasaran
kesehatan reproduksi. Oleh karena itu dapat dilakukan estimasi statistik dengan mengguna-
kan data jumlah pengungsi dengan cara berikut:

a. Jumlah wanita usia subur : 25% dari jumlah pengungsi

b. Jumlah ibu hamil:

1) Jika data angka kelahiran kasar (CBR = Crude Birth Rate) tersedia gunakan CBR
untuk mengestimasikan jumlah ibu hamil.
Contoh:
Jumlah pengungsi : 10.000 jiwa
CBR: 35/1.000 kelahiran hidup
Estimasi jumlah ibu hamil selama 1 tahun: 35/1.000 x 10.000 = 350 ibu hamil
Estimasi jumlah ibu hamil per bulan: 350 : 12 bulan = 29 ibu hamil

2) Jika data CBR tidak tersedia, estimasi jumlah ibu hamil adalah 4% dari jumlah
pengungsi

a. Estimasi jumlah ibu hamil selama 1 tahun: 4% x 10.000 = 400 ibu hamil

b. Estimasi jumlah ibu hamil per bulan = 400 : 12 bulan = 33 ibu hamil

c. Ibu hamil yang akan mengalami komplikasi adalah 15-20% dari total jumlah
ibu hamil saat ini, dan 5-7% dari ibu hamil akan membutuhkan operasi sesar

d. Jumlah laki-laki yang aktif secara seksual: 20% dari pengungsi dll

96

KESPRO.indb 96 14/4/15 5:40 PM


Lampiran 4
PENILAIAN TENTANG KONDISI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN, KETERSEDIAAN
TENAGA DAN ALAT DAN OBAT

FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DI WILAYAH TERDAMPAK

Nama Tipe Pemerintah Tipe Pelayanan Kespro


Keterangan
Fasyankes Fasyankes / Swasta (dicentang)

Persalinan
ANC PONED PONEK KB
Normal

97

KESPRO.indb 97 14/4/15 5:40 PM


PEMBERI LAYANAN DI AREA TERDAMPAK

Nama
Jumlah Pemberi Layanan Keterangan
Fasyankes

Lain-
dr.SpOG dr.SpA Dokter Umum Bidan Perawat
lain

KETERSEDIAAN ALAT DAN BAHAN UNTUK PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI

Keterangan/
Nama Tipe Pemerintah Kebutuhan
Ketersediaan alat dan bahan
Fasyankes Fasyankes / Swasta khusus
alat/bahan

Persalinan
ANC PONED PONEK KB
Normal

98

KESPRO.indb 98 14/4/15 5:40 PM


Transfusi Darah Ya Tidak

Laboratorium untuk pengecekan jenis darah tersedia

Penapisan Hepatitis tersedia

Penapisan HIV tersedia

Penapisan Sifilis tersedia

Pelayanan Kesehatan Reproduksi

Fasilitas Pelayanan
Tersedia di Kesehatan terdekat
Tipe Pelayanan Keterangan
tempat yang menyediakan
pelayanan tersebut

Nama
Ya Tidak Jarak (km)
Fasilitas

ANC

Persalinan Normal

PONED

PONEK

Kontrasepsi

Perawatan SGBV

PPP kit

99

KESPRO.indb 99 14/4/15 5:40 PM


Lampiran 5
DAFTAR LEMBAGA/ORGANISASI/LSM YANG BEKERJA DI BIDANG KESEHATAN REPRODUKSI

Tempat dan Tanggal :

Nama Wilayah Nama dan Alamat yang


Program Keterangan
Organisasi Kerja Dapat Dihubungi

Nama Alamat/email/telp

100

KESPRO.indb 100 14/4/15 5:40 PM


Lampiran 6
FORMAT WAWANCARA IBU HAMIL DAN PASCA BERSALIN

a. Format wawancara ibu hamil

No Deskripsi Keterangan

1 Nama

2 Umur

3 Usia kehamilan

4 Kehamilan anak ke berapa

Apakah pelayanan pemeriksaan


kehamilan tersedia?
5
Dimana/jarak ke tempat pelayanan?

Oleh siapa?

Rencana melahirkan
6
(kemana dan ditolong oleh siapa?)

7 Rencana KB pasca salin

101

KESPRO.indb 101 14/4/15 5:40 PM


b. Format wawancara ibu pasca bersalin

No Deskripsi Keterangan

1 Nama

2 Umur

3 Anak yang ke berapa?

4 Usia bayi?

5 Berat badan bayi lahir

Proses kelahiran, normal atau


6 caesar, siapa penolong persalinan,
melahirkan dimana?

Apakah tersedia pelayanan


7 kesehatan untuk ibu pasca bersalin?
Dimana?

Diberikan ASI atau tidak? Apakah


8
ada kesulitan dalam pemberian ASI?

9 KB pasca salin

102

KESPRO.indb 102 14/4/15 5:40 PM


Lampiran 7
PENILAIAN KONDISI KAMP PENGUNGSIAN DAN IDENTIFIKASI RISIKO TERJADINYA SGBV

7.1 PENILAIAN MANAJEMEN KAMP

Indikator Ya Tidak Keterangan

Kelompok rentan (ibu hamil, bayi, balita,


lansia dan penyandang cacat) berada pada
satu tempat dan keluarga berada dekat
dengan tempat tersebut

Toilet dan air memenuhi kebutuhan


pengungsi

Toilet perempuan dan laki-laki terpisah


dan memiliki tanda yang jelas

Toilet dapat dikunci dari dalam

Penerangan mencukupi (di tempat


pengungsian, MCK dan jalan)

Distribusi bantuan melibatkan perempuan

Staf perempuan hadir setiap hari di kantor


manajemen kamp (registrasi, sekuriti,
perlindungan)

Informasi berkaitan dengan ketersediaan


dan lokasi layanan kespro tersedia bagi
pengungsi

103

KESPRO.indb 103 14/4/15 5:40 PM


Indikator Ya Tidak Keterangan

Informasi berkaitan dengan ketersediaan


dan lokasi pelayanan kekerasan seksual
bagi penyintas tersedia bagi pengungsi

Tersedia ruang konseling dengan


menggunakan posko kesehatan atau
ruangan untuk perempuan (berganti
pakaian, menyusui, dsb)

7.2 IDENTIFIKASI RISIKO POTENSIAL DARI SGBV


1. Jumlah perempuan yang menjadi kepala keluarga: .
2. Jumlah anak yang tidak ditemani orang dewasa:

Kelompok
Perempuan Laki-laki Total
Umur

1 11 bulan

1 4 tahun

5 9 tahun

10 14 tahun

15 19 tahun

Total

104

KESPRO.indb 104 14/4/15 5:40 PM


Laporan kejadian SGBV:
...
Penjelasan singkat dari mekanisme dukungan bagi manajemen konsekuensi SGBV (perawat-
an medis, dukungan psikososial, rumah aman, bantuan hukum):
...........................................................

Upaya penanggulangan yang telah dilakukan


...........................................................

Bantuan yang diperlukan

a. ..

b. ..

Rekomendasi

105

KESPRO.indb 105 14/4/15 5:40 PM


Lampiran 8
FORMAT DAN ISI LAPORAN PENILAIAN UNTUK KOORDINATOR KESEHATAN
REPRODUKSI DI TINGKAT PUSAT/PROVINSI/KABUPATEN

Format dan Isi Laporan Penilaian

1. Judul

2. Latar Belakang
Gambaran singkat tentang bencana; tipe bencana, besaran, lokasi.
Tujuan dari penilaian

3. Metodologi
Secara ringkas mengetengahkan metodologi yang digunakan

4. Temuan: analisis pada hal berikut ini:


4.1 Masyarakat terdampak; data terpilah (umur, jenis kelamin, lokasi geografis/
pengungsian)
4.2 Kondisi pengungsian (kamp)
4.3 Pelayanan kesehatan reproduksi yang tersedia: perlengkapan dan staf
4.4 Risiko potensial kekerasan berbasis gender
4.5 Kebutuhan khusus masyarakat terdampak
4.6 Koordinasi

5. Rekomendasi

Laporan awal dibuat tidak lebih dari 5 halaman dengan menggambarkan kondisi
di atas

106

KESPRO.indb 106 14/4/15 5:40 PM


Lampiran 9
LEMBAR MONITORING: INDIKATOR PPAM
Petunjuk pengisian:
1. Untuk Indikator Kualitatif, berikan tanda centang () di dalam kolom Ya atau Tidak
2. Untuk Indikator Kuantitatif, isi kolom capaian dengan menuliskan angka/jumlah

I. MENGIDENTIFIKASI KOORDINATOR KESEHATAN REPRODUKSI

No. Indikator Kualitatif Ya Tidak

Mengidentifikasi lembaga dan organisasi yang bergerak di bidang Kesehatan


1
Reproduksi di wilayah bencana

Melakukan rapat koordinasi dengan lembaga dan organisasi yang bergerak


2 di bidang Kesehatan Reproduksi untuk menentukan sub-koordinator sesuai
dengan bidang kerjanya serta memperoleh data dari PPKK melalui form B-1

Melakukan pengenalan PPAM kesehatan reproduksi dan menyusun rencana


3
kerja

Melakukan pertemuan rutin dengan lintas program/lintas sektor kesehatan


4 reproduksi dan organisasi terkait untuk menyelenggarakan PPAM
kesehatan reproduksi sesegera mungkin

Melaporkan kegiatan rutin untuk disampaikan kepada anggota maupun


5
lembaga atau sektor terkait lainnya

Memeriksa tersedianya pelayanan kesehatan reproduksi pada tenda


6
pengungsian

Memeriksa ketersediaan dan distribusi logistik kesehatan reproduksi


7
terkoordinir

8 Melakukan pertemuan koordinasi yang dihadiri oleh PPKK dan BNPB

107

KESPRO.indb 107 14/4/15 5:40 PM


No Indikator Kuantitatif Capaian

Jumlah pertemuan koordinasi kesehatan reproduksi yang


1
dilakukan selama 3 bulan pertama

Jumlah pertemuan koordinasi kesehatan yang dihadiri


2 oleh tim kesehatan reproduksi yang melaporkan
perkembangan pelaksanaan PPAM dll

II. MENCEGAH DAN MENANGANI KEKERASAN SEKSUAL

No Indikator Kualitatif Ya Tidak

Melakukan koordinasi dengan BNPB/BPBD dan Dinas Sosial


untuk menempatkan kelompok rentan di pengungsian dan
1 memastikan satu keluarga berada dalam tenda yang sama.
Perempuan yang menjadi kepala keluarga dan anak yang
terpisah dari keluarga dikumpulkan di dalam satu tenda

Memastikan tersedianya pelayanan kesehatan reproduksi pada


2
tenda pengungsian

Menempatkan MCK laki-laki dan perempuan secara terpisah


3 di tempat yang aman dengan penerangan yang cukup. Pastikan
bahwa pintu MCK dapat di kunci dari dalam

Melakukan koordinasi dengan penanggung jawab keamanan


4
untuk mencegah terjadinya kekerasan seksual

Melibatkan lembaga-lembaga/organisasi yang bergerak di


bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak di
5
pengungsian dalam perencanaan dan pelaksanaan program
kegiatan di pengungsian

108

KESPRO.indb 108 14/4/15 5:40 PM


No Indikator Kualitatif Ya Tidak

Memberikan informasi tentang adanya pelayanan bagi


penyintas perkosaan dengan informasi telepon yang bisa
6
dihubungi 24 jam. Informasi lainnya dapat diberikan melalui
leaflet, selebaran, radio, dll

Memastikan adanya petugas yang bertanggung jawab terhadap


7
penanganan kasus kekerasan seksual

Memastikan tersedianya pelayanan medis dan psikososial di


8 organisasi/lembaga yang berperan serta mekanisme rujukan
perlindungan dan hukum terkoordinasi untuk penyintas

Tersedianya fasilitas untuk pemenuhan kebutuhan seksual bagi


9 pasangan suami istri yang sah, sesuai dengan budaya setempat
atau kearifan lokal

109

KESPRO.indb 109 14/4/15 5:40 PM


No Indikator Kuantitatif Capaian

1 Jumlah kasus kekerasan seksual yang dilaporkan

Jumlah kasus kekerasan seksual yang mendapat layanan


medis dalam waktu 72 jam

2 a. Kontrasepsi darurat

b. Antibiotik pencegahan IMS

c. Pencegahan pasca pajanan (PPP)

Jumlah kasus kekerasan yang dirujuk ke fasilitas lain:

3 a. RS
b. LSM untuk bantuan hukum

Jumlah fasilitas yang dapat memberikan pelayanan untuk


4
penyintas perkosaan selama 24 jam/7 hari

Jumlah pelayanan penyintas kekerasan berbasis gender yang


5
tersedia

110

KESPRO.indb 110 14/4/15 5:40 PM


III. MENCEGAH PENULARAN HIV

No Indikator Kualitatif Ya Tidak

Transfusi darah aman dan rasional dilakukan oleh lembaga/


1 organisasi yang bergerak dibidangnya, misalnya: Palang
Merah Indonesia

Fasilitas, perlengkapan dan petugas terlatih tersedia. Jika


2
tidak tersedia, transfusi darah tidak boleh dilakukan

Penekanan kewaspadaan standar sejak awal dimulainya


3
koordinasi dan memastikan penerapannya

Memastikan ketersediaan kondom dengan berkoordinasi


4 dengan lembaga yang bekerja di bidang keluarga berencana,
Kementerian Kesehatan, BKKBN, KPA, LSM lainnya

Memastikan tersedianya kelanjutan pengobatan bagi orang


yang telah masuk program ARV, termasuk perempuan yang
5
terdaftar dalam program PPIA (Pencegahan Penularan HIV
dari Ibu ke Anak)

Terdapat informasi nomor telepon 24 jam yang bisa


6 dihubungi untuk kelanjutan ARV yang diketahui oleh
masyarakat

No Indikator Kuantitatif Capaian

1 Jumlah transfusi darah yang dilakukan

2 Jumlah darah yang sudah diskrining sebelum transfusi

3 Jumlah ODHA yang melanjutkan pengobatan dengan ARV

111

KESPRO.indb 111 14/4/15 5:40 PM


No Indikator Kuantitatif Capaian

4 Jumlah laki-laki seksual aktif

5 Jumlah kondom yang didistribusikan

Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki alat dan


6
bahan untuk penerapan kewaspadaan standar

IV. MEMASTIKAN TERSEDIANYA PELAYANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL


DAN NEONATAL (PONED DAN PONEK)

No Indikator Kualitatif Ya Tidak

Melakukan pemetaan data ibu hamil dan bayi di tempat-tempat


1
pengungsian tersedia

Melakukan pemetaan puskemas PONED dan rumah sakit


PONEK. Hal-hal yang harus diobservasi meliputi keadaan
2
bangunan, kondisi geogafis, transportasi, peralatan, obat-obatan
dan ketersediaan sumber daya manusia

Memastikan petugas dapat menjangkau ibu hamil dan


3
ditempatkan di dalam satu tenda

4 Memastikan adanya konselor ASI

Mendistribusikan bidan kit, kit kesehatan reproduksi, individual


5
kit serta buku KIA sesuai dengan kebutuhan

6 Memastikan ketersediaan pelayanan PONED dan PONEK

112

KESPRO.indb 112 14/4/15 5:40 PM


No Indikator Kualitatif Ya Tidak

Berkoordinasi dengan Dinas Sosial dan BPBD untuk


7
menyediakan tenda kesehatan reproduksi dan ruang ASI

Berkoordinasi dengan fasilitas pelayanan kesehatan untuk


8 memastikan adanya sistem rujukan dari masyarakat, puskesmas,
rumah sakit

Memastikan terpasangnya informasi tentang prosedur


pelayanan kesehatan, yang menyebutkan kapan, di mana dan
9
bagaimana merujuk pasien dengan kondisi kegawatdaruratan
maternal ke tingkat pelayanan kesehatan lebih lanjut

No Indikator Kuantitatif Capaian

1 Jumlah ibu hamil di pengungsian

2 Jumlah ibu hamil yang melakukan ANC

3 Jumlah ibu bersalin

4 Jumlah ibu bersalin di fasilitas pelayanan kesehatan

5 Jumlah ibu hamil yang mengalami komplikasi

Jumlah ibu hamil yang mengalami komplikasi yang ditangani di


6
Puskesmas PONED atau RS PONEK

7 Jumlah kasus kematian ibu dan bayi baru lahir

Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan yang bisa memberi layanan


8
PONED dan PONEK di lokasi pengungsian

113

KESPRO.indb 113 14/4/15 5:40 PM


V. MERENCANAKAN INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI
KOMPREHENSIF KE DALAM PELAYANAN KESEHATAN DASAR

No Indikator Kualitatif Ya Tidak

Terdapat rencana pelayanan kesehatan reproduksi


1
komprehensif

Dapat menggunakan data sasaran dan cakupan yang


dikumpulkan. Pada tanggap darurat krisis kesehatan
2
digunakan data estimasi dan setelah situasi normal
digunakan data riil

Mengidentifikasi tempat yang tepat untuk


3 melaksanakan pelayanan kesehatan reproduksi
komprehensif

Memastikan ketersediaan peralatan untuk pelayanan


4
PONED dan PONEK

Menilai kapasitas petugas dalam memberikan


5
pelayanan kesehatan yang komprehensif

6 Merencanakan pelatihan bagi petugas kesehatan

Menyediakan peralatan dan bahan kesehatan


7
reproduksi bagi puskesmas PONED dan RS PONEK

114

KESPRO.indb 114 14/4/15 5:40 PM


No Indikator Kuantitatif Capaian

Daftar alat dan bahan yang dibutuhkan.


1 (Isilah dengan jenis serta jumlah alat dan bahan yang
dibutuhkan)

Data sasaran kesehatan reproduksi tersedia:


a. Data wanita usia subur
2
b. Data ibu hamil

c. Data ibu melahirkan

3 Data akseptor KB

Daftar kebutuhan pelatihan.


4 (Isilah dengan jenis serta jumlah pelatihan yang
dibutuhkan)

115

KESPRO.indb 115 14/4/15 5:40 PM


Lampiran 10
LEMBAR EVALUASI

No ASPEK YANG DIEVALUASI

1 Efektivitas kegiatan

a. Apakah kegiatan sudah berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan?

b. Apakah tujuan dari masing-masing komponen PPAM tercapai?

c. Apakah indikator dan target dari masing-masing komponen PPAM yang sudah
ditentukan tercapai?

d. Persentase target yang tercapai dari total target yang sudah ditentukan

e. Apakah pelaksanaan PPAM sudah tepat waktu dan sesuai dengan kerangka waktu
yang ditentukan?

f. Bagaimana ketersediaan tenaga teknis maupun tenaga pendukung untuk


implementasi PPAM

g. Bagaimana ketersediaan logistik dan supplies untuk mendukung pelaksanaan


PPAM

2 Efisiensi program

a. Bagaimana pemanfaatan dana? Apakah sudah sesuai dengan peruntukannya?

b. Bagaimana penyerapan dana dibandingkan anggaran yang sudah dialokasikan?

c. Apakah dana sudah dipergunakan secara efisien?

116

KESPRO.indb 116 14/4/15 5:40 PM


No ASPEK YANG DIEVALUASI

3 Relevansi kegiatan

a. Apakah kegiatan yang dijalankan sudah sesuai dengan kebutuhan penduduk yang
terkena dampak?

b. Apakah kegiatan yang dijalankan sudah sesuai dengan hasil penilaian yang
dilakukan pada saat bencana?

c. Bagaimana penilaian masyarakat (beneficiaries) mengenai kegiatan dan pelayanan


yang mereka terima? Apakah puas dengan pelayanan/kegiatan yang mereka
terima?

4 Dampak dan kesinambungan

a. Apakah kegiatan PPAM yang dilaksanakan memberi dampak yang baik bagi
masyarakat?

b. Bagaimana kelanjutan kegiatan setelah implementasi PPAM selesai?

c. Apakah pelayanan kesehatan reproduksi tetap tersedia setelah memasuki fase


stabil situasi bencana

Permasalahan yang dialami selama implementasi kegiatan dan solusi untuk mengatasi
5
masalah tsb

6 Proses pembelajaran yang didapat selama pelaksanaan kegiatan

7 Rekomendasi

117

KESPRO.indb 117 14/4/15 5:40 PM


Lampiran 11
DAFTAR KONTAK
PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN REGIONAL DAN SUB REGIONAL

Regional/
No Alamat No Telepon
Sub Regional

Dinkesprov Sumut:
Jl. Bunga Lau No. 17 Medan
1 Sumatera Utara 061-4524550; 061-
Selayang
4535320

Jl. Perintis Kemerdekaan


2 Sumatera Barat 0751-28025
No. 65 A Padang

Jl. Akses Bandara Sultan


3 Sumatera Selatan Mahmud Badaruddin II 0711-385052
Palembang

Jl. Percetakan Negara


4 DKI Jakarta 021-34835118
Jakarta

Jl. Tambak Aji 2 No. 1 Desa


5 Jawa Tengah Tambak Aji Kecamatan 024-3580713
Ngalian Kota Semarang

6 Jawa Timur Jl. A. Yani 118 Surabaya 031-8294840

Jl. Dewi Saraswati Dinkesprov Bali: 0361-


7 Bali Kelurahan Seminyak, Kec. 222412; 0361-234922;
Kuta Bali 036122412

118

KESPRO.indb 118 14/4/15 5:40 PM


Regional/
No Alamat No Telepon
Sub Regional

Komplek ASABRI Jl.


Dinkesprov Kalsel:
Kasturi I Gg. 10 No. 54
8 Kalimantan Selatan 0511-3364443; 0511-
Kel. Syamsudin Noor,Kec.
3364646
Landasan Ulin. Banjar Baru

Dinkesprov Sulut:
Jl. Teterusan Minahasa
9 Sulawesi Utara 0431-862992; 0431-
Utara
860809

Komp. Dinas Kesehatan


Provinsi , Jl. Perintis
10 Sulawesi Selatan 0411-585400
Kemerdekaan km. 11
Tamalanrea Makassar

Kantor Dinas Kesehatan


Prov. Papua
11 Papua 0967-581240
Jl. Raya Abepura Kotaraja
Jayapura

119

KESPRO.indb 119 14/4/15 5:40 PM


DAFTAR INSTANSI

No Instansi Alamat No Telepon

Kementerian Kesehatan RI
Telp: (62-21) 5221227
Gedung Adhyatma
Fax: (62-21) 5203884
Direktorat Bina Blok B Lantai 7 Ruang 713
1 E-mail: kesubur@yahoo.com
Kesehatan Ibu Jl. H.R. Rasuna Said Blok X-5 Kav. 4-9
Website:
Jakarta Selatan 12950
www.kesehatanibu.depkes.go.id
Indonesia

E-mail: ppkdepkes@yahoo.com
Kementerian Kesehatan RI
Telepon: (021) 526 5043, (021)
Gedung Adhyatma
Pusat 521 0420, (021)5210411
Lantai 6 Ruang 601
2 Penanggulangan Faks: (021) 527 1111
Jl. H.R. Rasuna Said Blok X-5 Kav. 4-9
Krisis Kesehatan Call Center: 0812 1212 3119
Jakarta Selatan 12950
Website : http:/www.
Indonesia
penanggulangankrisis.depkes.go.id

120

KESPRO.indb 120 14/4/15 5:40 PM


Lampiran 12
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan RI, Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat


Bencana, 2011

2. Kementerian Kesehatan RI, Pedoman Nasional Penanggulangan Infeksi Menular


Seksual, 2011

3. Kementerian Kesehatan RI, Pedoman Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja di Puskesmas,


2011

4. Kementerian Kesehatan RI, Pedoman Pelayanan Kontrasepsi Darurat, 2004

5. Inter Agency Working Group on Reproductive Health in Crises, Inter-Agency Field Manual on
Reproductive Health in Humanitarian Settings, 2010

6. Kelompok Kerja Antar Lembaga untuk Kesehatan Reproduksi dalam Situasi Krisis,
Buku Pedoman Lapangan Antar-Lembaga Kesehatan Reproduksi dalam Situasi Darurat
Bencana, Versi Bahasa Indonesia, 2010

7. Inter Agency Working Group on Reproductive Health in Crises, Inter-Agency Reproductive


Health Kits for Crisis Situations, 2011

8. Kelompok Kerja Antar Lembaga untuk Kesehatan Reproduksi dalam Situasi Krisis, RH
Kit Antar Lembaga dalam Situasi Krisis, 2008

9. Inter Agency Working Group on Reproductive Health in Crises, Inter-Agency Reproductive


Health Kits for Crisis Situations, 2011

10. Save the Children and UNFPA, Adolescent Sexual and Reproductive Health Toolkit for
Humanitarian Settings, 2009

121

KESPRO.indb 121 14/4/15 5:40 PM


Lampiran 13
DAFTAR ISTILAH

Angka Kematian Ibu (AKI): kematian perempuan selama kehamilan atau dalam periode
42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang
disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan disebabkan oleh
kecelakaan atau cedera (WHO)

Bencana: suatu kejadian peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor
alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis

Bencana Alam: bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir,
kekeringan, angin topan dan tanah longsor

Bencana Non Alam: bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa
non alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi dan wabah
penyakit

Bencana Sosial: bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas
masyarakat, dan teror

Daerah rawan bencana: suatu daerah yang memiliki risiko tinggi terhadap suatu bencana
akibat kondisi geografis, geologis, dan demografis serta akibat ulah manusia

122

KESPRO.indb 122 14/4/15 5:40 PM


Fasilitas Pelayanan Kesehatan: suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun
rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat

HIV: Human Immunodeficiency Virus yang dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang
sel darah putih yang bernama sel CD4, sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh
manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang
sangat ringan sekalipun

Infeksi Menular Seksual (IMS): penyakit yang menyerang manusia melalui transmisi
hubungan seksual, seks oral dan seks anal

Informed Consent/persetujuan berdasarkan informasi: suatu kondisi legal saat seseorang


dinyatakan telah memberikan izin berdasarkan apresiasi dan pemahaman yang jelas
terhadap fakta-fakta, implikasi dan konsekuensi yang bakal terjadi pada suatu tindakan

Kekerasan berbasis gender: kekerasan berbasis gender merupakan istilah untuk suatu
tindakan berbahaya yang dilakukan pada seseorang di luar keinginan orang tersebut dan
dilandaskan pada perbedaan sosial yang berlaku (gender) antara laki-laki dan perempuan

Kesehatan reproduksi: suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya
bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem
reproduksi, fungsi serta prosesnya

Kewaspadaan standar: pedoman yang ditetapkan untuk mencegah penyebaran berbagai


penyakit yang ditularkan melalui darah/cairan tubuh di lingkungan rumah sakit atau sarana
kesehatan lainnya. Konsep yang dianut adalah bahwa semua darah/cairan tubuh harus

123

KESPRO.indb 123 14/4/15 5:40 PM


dikelola sebagai sumber yang dapat menularkan HIV, Hepatitis B dan berbagai penyakit lain
yang ditularkan melalui darah/cairan tubuh1

Kit Kesehatan Reproduksi: alat dan obat yang dibutuhkan untuk melaksanakan pelayanan
kesehatan reproduksi dalam situasi darurat sesuai dengan tujuan dari PPAM

Kelompok Rentan Kesehatan Reproduksi: adalah suatu kelompok di dalam masyarakat


yang paling mudah menderita gangguan kesehatan reproduksi. Biasanya kelompok rentan
ini berhubungan dengan proses kehidupan manusia, oleh sebab itu kelompok ini terdiri dari
kelompok umur tertentu dalam siklus kehidupan manusia. Kelompok rentan kesehatan
reproduksi terdiri dari perempuan usia reproduksi, ibu hamil, ibu menyusui, dan bayi

Krisis kesehatan: adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam kesehatan
individu atau masyarakat yang disebabkan oleh bencana dan/atau berpotensi bencana

Metode kontrasepsi: termasuk metode klinis dan supply (modern) dan metode non-supply
(tradisional). Metode klinis dan supply termasuk sterilisasi pria dan wanita, Alat Kontrasepsi
Dalam Rahim (AKDR/IUD), metode hormonal (pil minum, implant pelepas hormon dan
injeksi, skin patch dan cincin vagina), kondom dan metode penghalang vagina (diafragma,
cervical cap dan spermicidal foam, jelli, krim, dan sepon). Metode-metode tradisional termasuk
ritme, penarikan, tidak melakukan hubungan seksual dan lactational amenorrhoea. Sterilisasi
pembedahan biasanya baru dianggap sebagai kontrasepsi jika operasi dilakukan setidaknya
sebagian untuk menghindari lebih banyak anak (sterilisasi juga dilakukan hanya untuk alasan
kesehatan)

Neonatal: bayi yang berumur 0 28 hari

1 Buku Acuan Pelatihan PONED, Depkes, Jakarta, 2007

124

KESPRO.indb 124 14/4/15 5:40 PM


Paket Layanan Awal Minimum (Minimum Initial Service Package/MISP) untuk Kesehatan
Reproduksi: merupakan serangkaian kegiatan prioritas kesehatan reproduksi yang harus
dilaksanakan segera pada tahap awal bencana untuk menyelamatkan jiwa, khususnya pada
kelompok perempuan dan remaja perempuan

Pascakrisis kesehatan: merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera


untuk memperbaiki, memulihkan, dan/atau membangun kembali prasarana dan fasilitas
pelayanan kesehatan

Pelindung ganda: perlindungan terhadap kehamilan tidak diinginkan dan IMS, termasuk HIV

Pemerkosaan/upaya pemerkosaan: pemerkosaan merupakan suatu tindakan hubungan


seksual tanpa persetujuan. Termasuk di dalamnya penyerangan pada suatu bagian tubuh
dengan menggunakan organ seksual dan/atau penyerangan terhadap lubang kelamin atau
lubang anus dengan suatu benda atau bagian tubuh. Pemerkosaan dan upaya pemerkosaan
melibatkan penggunaan kekuatan, ancaman kekuatan dan/atau paksaan. Upaya untuk
memperkosa seseorang yang tidak sampai terjadinya penetrasi dianggap sebagai upaya
pemerkosaan

Pengungsi internal/IDP: orang atau kelompok orang yang dipaksa atau harus melarikan
diri atau meninggalkan rumah atau habitat mereka, sebagai akibat atau untuk menghindari
dampak dari konflik bersenjata, situasi kekerasan umum, kekerasan terhadap kemanusiaan,
bencana alam atau buatan manusia, namun belum melewati batas negara yang diakui
secara internasional. Dari: Deng, Francis. The guiding principles on internal displacement. E/
CN.4/1998/53/ Add.l, 11 February, 1998. New York, NY: PBB

Penggungsi eksternal/refugee: seseorang yang melarikan diri menuju suatu negara atau
kekuatan asing untuk menghindari bahaya atau penyiksaan karena alasan ras, agama,

125

KESPRO.indb 125 14/4/15 5:40 PM


kewarganegaraan, keanggotaan pada suatu kelompok sosial atau opini politik tertentu,
berada di luar negaranya, dan tidak bisa, atau karena sangat takut, tidak bersedia
menyerahkan dirinya kedalam perlindungan negara tersebut. 1951 Convention Relating to
the Status of Refugees

PONED: puskesmas rawat inap yang mampu menyelenggarakan pelayanan obstetrik dan
neonatal emergensi/ komplikasi tingkat dasar dalam 24 jam sehari dan 7 hari seminggu2

PONEK: RS PONEK 24 jam memiliki tenaga dengan kemampuan serta sarana dan prasarana
penunjang yang memadai untuk memberikan pelayanan pertolongan kegawatdaruratan
obstetric dan neonatal dasar maupun komprehensif untuk secara langsung terhadap ibu
hamil/ibu bersalin dan ibu nifas baik yang datang sendiri atau atas rujukan kader/masyarakat,
bidan di desa, puskesmas dan puskesmas mampu PONED2

Pra krisis Kesehatan: merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan pada situasi tidak
terjadi bencana atau situasi terdapat potensi terjadinya bencana yang meliputi kegiatan
perencanaan penanggulangan krisis kesehatan, pengurangan risiko krisis kesehatan,
pendidikan dan pelatihan, penetapan persyaratan standar teknis dan analisis penanggulangan
krisis kesehatan, kesiapsiagaan,dan mitigasi kesehatan

Pengungsi: orang atau kelompok orang yang terpaksa atau dipaksa keluar dari tempat
tinggalnya untuk jangka waktu yang belum pasti sebagai akibat dampak buruk bencana

Puskesmas: unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab


menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja

2 Pedoman Penyelenggaraan Puskesmas mampu PONED, Kementerian Kesehatan RI, Jakarta, 2013

126

KESPRO.indb 126 14/4/15 5:40 PM


Rawan Bencana: kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis,
geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka
waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan
mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu

Sistem rujukan upaya kesehatan: sistem rujukan pelayanan kesehatan merupakan


penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggungjawab
pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun horisontal2

Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan: seseorang yang bekerja secara aktif di bidang
kesehatan baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan maupun tidak yang untuk jenis
tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan3

Tanggap darurat krisis kesehatan: merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan


dengan segera pada saat kejadian akibat bencana untuk menangani dampak kesehatan
yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, pemenuhan
kebutuhan dasar, pelindungan dan pemulihan korban, prasarana serta fasilitas pelayanan
kesehatan

Tim Reaksi Cepat (TRC): tim yang sesegera mungkin bergerak ke lokasi saat bencana setelah
ada informasi bencana untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi korban

Tim Penilaian Cepat Kesehatan (Rapid Health assessment/RHA team): tim yang dapat
diberangkatkan bersamaan dengan Tim Reaksi Cepat atau menyusul untuk menilai kondisi
dan kebutuhan pelayanan kesehatan

3 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 81/MENKES/SK/I/2004 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM Kesehatan di ting-
kat provinsi, Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit

127

KESPRO.indb 127 14/4/15 5:40 PM


Tim Kesehatan Reproduksi: tim yang diberangkatkan bersamaan dengan Tim Penilaian
Cepat Kesehatan untuk menilai kondisi dan kebutuhan kesehatan reproduksi di situasi
darurat bencana

Tenaga Kesehatan: setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan

128

KESPRO.indb 128 14/4/15 5:40 PM


PENGARAH:
dr. Gita Maya Koemara Sakti, MHA - Direktur Bina Kesehatan Ibu, Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia

EDITOR
1. drg. Wara Pertiwi Osing, MA - Kepala Subdit Bina Perlindungan Kesehatan Reproduksi,
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

2. dr. Rosilawati Anggraini - National Programme Officer on Humanitarian, UNFPA


Indonesia

3. Leny Jakaria, M.Pd - Konsultan

129

KESPRO.indb 129 14/4/15 5:40 PM


130

KESPRO.indb 130 14/4/15 5:40 PM


ISBN 978-602-235-769-8

9 786022 357698

KESPRO.indb 131 14/4/15 5:40 PM

Anda mungkin juga menyukai