Anda di halaman 1dari 9

PENATALAKSANAAN PELAYANAN ANTENATALCARE PADA IBU

HAMIL SEBELUM DAN SESUDAH PANDEMI COVID 19

Retno Sukmawati S.Tr.Keb


NIP 198010062008012006

PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN


AHLI BAPELKES CIKARANG
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Bencana non alam yang disebabkan oleh Corona Virus atau COVID-19 telah
berdampak meningkatnya jumlah korban dan kerugian harta benda, meluasnya cakupan
wilayah yang terkena bencana, serta menimbulkan implikasi pada aspek sosial ekonomi
yang luas di Indonesia. Pemerintah telah menetapkan bencana non alam ini sebagai
bencana nasional melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2020
tentang Penetapan Bencana Non Alam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-
19) sebagai Bencana Nasional.
Di Indonesia, kematian ibu dan kematian neonatal masih menjadi tantangan besar
dan perlu mendapatkan perhatian dalam situasi bencana COVID-19. Berdasarkan data
dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 per tanggal 14 September 2020,
jumlah pasien terkonfirmasi Pedoman Pelayanan Antenatal, Persalinan, Nifas, dan Bayi
Baru Lahir di Era Adaptasi Kebiasaan Baru | 2 COVID-19 sebanyak 221.523 orang,
pasien sembuh sebanyak 158.405 (71,5% dari pasien yang terkonfirmasi), dan pasien
meninggal sebanyak 8.841 orang (3,9% dari pasien yang terkonfirmasi).
Dalam situasi pandemi COVID-19 ini, banyak pembatasan hampir ke semua
layanan rutin termasuk pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir. Seperti ibu hamil
menjadi enggan ke puskesmas atau fasiltas pelayanan kesehatan lainnya karena takut
tertular, adanya anjuran menunda pemeriksaan kehamilan dan kelas ibu hamil, serta
adanya ketidaksiapan layanan dari segi tenaga dan sarana prasarana termasuk Alat
Pelindung Diri. Hal ini menyebabkan pelayanan kesehatan ibu dan bayi Pedoman
Pelayanan Antenatal, Persalinan, Nifas, dan Bayi Baru Lahir di Era Adaptasi Kebiasaan
Baru 3 baru lahir menjadi salah satu layanan yang terkena dampak, baik secara akses
maupun kualitas.
Saat ini bangsa Indonesia harus memulai adaptasi kebiasaan baru agar tetap dapat
hidup sehat dalam situasi pandemi COVID-19. Adaptasi kebiasaan baru harus dilakukan
agar masyarakat dapat melakukan kegiatan sehari-hari sehingga dapat terhindar dari
COVID-19. Dengan adaptasi kebiasaan baru diharapkan hak masyarakat terhadap
kesehatan dasar dapat tetap terpenuhi.
B. Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui gambaran sebelum pandemi covid pada dan gambaran setelah adanya
pandemi covid serta permasalahannya
2. Untuk mengetahui bagaimana implementas pelayanan Antenatal Care di indonesia
BAB II
ISI

A. Gambaran sebelum Pandemi Covid19


1. Pengertian Kehamilan
Kehamilan merupakan masa yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.
Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari). Kehamilan
ini dibagi atas 3 semester yaitu; kehamilan trimester pertama mulai 0-14 minggu,
kehamilan trimester kedua mulai mulai 14-28 minggu, dan kehamilan trimester ketiga
mulai 28-42 minggu (Yuli, 2017)
2. Pengertian Antenatal Care
Asuhan antenatal care (ANC) adalah pengawasan sebelum persalinan terutama
ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim (Yulaikhah,
2008). Pelayanan ANC dilakukan oleh tenaga yang profesional dibidangnya sesuai
dengan bidang ilmu yang dipelajari/ digeluti (Yeyeh, 2010).
3. Tujuan Antenatal Care
Menurut Maulana (2008), Status kesehatan dapat diketahui dengan memeriksakan diri
dan kehamilannya kepelayanan kesehatan terdekat, puskesmas, atau poliklinik
kebidanan. Adapun tujuan dari pemeriksaan kehamilan yang disebut dengan
Antenatal Care (ANC) adalah sebagai berikut:
a. Memantau kemajuan kehamilan. Dengan demikian, kesehatan ibu dan janin pun
dapat dipastikan keadaannya.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik dan mental ibu.
c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin
terjadi selama kehamilan.
d. Mempersiapkan ibu agar dapat melahirkan dengan selamat.
e. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima bayi.
f. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal Penyebaran kasus COVID-19
berlangsung sangat cepat, baik di dunia maupun di Indonesia.
4. Jadwal kunjungan Antenatal Care
Standar kunjungan pelayanan pemeriksaan antenatal care pada ibu hamil yaitu paling
sedikit 4 kali kunjungan selama masa kehamilan (Kemenkes RI, 2016). Menurut
Padila (2014) setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa
mengancam jiwanya. Oleh karena itu, wanita hamil perlu melakukan kunjungan
kehamilan sedikitnya empat kali kunjungan selama masa kehamilan:
a. Satu kali kunjungan selama trimester satu (< 14 Minggu) Pada kunjungan ini
melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia kekurangan zat
besi serta mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan, kebersihan, istirahat dan
sebagainya). b. Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14-28).
Pada kunjungan ini pemeriksaannya sama dengan sebelumnya, ditambah
kewaspadaan khusus mengenai preeklamsi (gejala preeklamsi, pemantauan tekanan
darah, evaluasi adanya edema)
c. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28-36 dan sesudah
minggu ke 36). Pada pemeriksaan trimester tiga antara minggu 28-36 ini ditambah
pemeriksaan palpasi abdominal untuk mengetahui ada atau tidaknya kehamilan
ganda. Setelah minggu ke 36 di tambah deteksi letak bayi yang tidak normal atau
kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit.

B. Gambaran setelah Pandemi Covid19


1. Konsep Pelayanan ANC pada Masa Pandemi Covid - 19
a) Pelayanan antenatal lebih difokuskan pada populasi rentan, khususnya ibu
hamil yang berusia di bawah 18 tahun dapat dilaksanakan di fasilitas
pelayanan kesehatan yang memberikan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
(PKPR) dengan menambahkan metode HEEADSSS, SDQ dan SRQ 29 dalam
pengkajian sehingga intervensi yang diberikan tepat sesuai kebutuhan
Wawancara HEEADSSS berfokus pada penilaian lingkungan Rumah,
Pendidikan dan pekerjaan, Makanan, teman sebaya dalam melakukan
Kegiatan, Narkoba, Seksualitas, depresi, dan Keselamatan dari cedera dan
kekerasan.
b) Pelayanan ANC mempersiapkan calon ibu agar benar-benar siap untuk hamil,
melahirkan dan menjaga agar lingkungan sekitar mampu melindungi bayi dari
infeksi
c) Dokter dan bidan mampu melaksanakan ANC yang berkualitas serta
melakukan deteksi dini (skrining), menegakkan diagnosis, melakukan
tatalaksana dan rujukan pada masa pandemi Covid-19 sehingga dapat
berkontribusi dalam upaya penurunan kematian maternal dan neonatal.
2. Standar pelayanan ANC
a) Minimal 6 kali selama kehamilan, sesuai jadwal
Trimester I Trimester 2 Trimester 3
2x 1x 3x
Pemeriksaan oleh dokter Tindak lanjut sesuai Pemeriksaan oleh dokter
minimal 1 kali - hasil skrining minimal 1 kali - Tindak
Skrining faktor risiko - lanjut sesuai hasil
Jika ibu hamil datang skrining dan skrining
pertama kali ke bidan, risiko persalinan untuk
maka bidan tetap melaku menetapkan faktor risiko
kan pelayanan antenatal persalinan, tempat
seperti biasa, kemudian persalinan, dan
merujuk ibu hamil ke penentuan kebutuhan
dokter untuk menjalani rujukan
skrining

b) Dilakukan oleh tenaga kebidanan dan atau tenaga medis yang memiliki Surat
Tanda Registrasi (STR)
c) Memenuhi kriteria minimal 10 T
d) Dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah maupun swasta
3. Praktik pemberian ANC
a) Penerapan Pencegehan dan Pengedalian Infeksi (PPI) pada Pemeriksaan
Antenatal
b) Pengaturan dan Penjadwalan Pelayanan Antenatal pada Masa Pandemi
c) Penilaian klinis pada masa pandemi
d) Mekanisme rujukan
e) Pelayanan ANC pada Ibu Hamil dengan suspek /terkonfirmasi COVID-19 di
rumah sakit
f) Pelayanan Antenatal untuk Ibu Hamil yang telah pulih dari COVID-19
4. Rekomendasi Utama untuk Tenaga Kesehatan yang Menangani Pasien COVID-19
Khususnya Ibu Hamil, Bersalin, Nifas, dan Bayi Baru Lahir
a) Penggunaan APD sesuai standar dan tetap lakukan protokol kesehatan
pencegahan penularan COVID19.
b) Penularan COVID-19 terjadi melalui kontak, droplet dan airborne. Untuk itu
perlu dijaga agar proses penularan ini tidak terjadi pada tenaga kesehatan dan
pasien.
c) Isolasi tenaga kesehatan dengan APD yang sesuai dan tatalaksana isolasi bayi
dari ibu suspek/kontak erat/terkonfirmasi COVID-19 merupakan fokus utama
dalam manajemen pertolongan persalinan.
d) Jaga jarak minimal 1 meterjika tidak diperlukan tindakan
e) Segera menginfokan kepada tenaga penanggung jawab infeksi di tempatnya
bekerja (Komite PPI) apabila kedatangan ibu hamil yang telah terkonfirmasi
COVID-19 atau suspek.
f) Tempatkan pasien yang telah terkonfirmasi COVID-19, probable, atau suspek
dalam ruangan khusus (ruangan isolasi infeksi airborne) yang sudah disiapkan
sebelumnya bagi fasilitas pelayanan kesehatan yang sudah siap / sebagai pusat
rujukan pasien COVID-19. Jika ruangan khusus ini tidak ada, pasien
harussesegera mungkin dirujuk ke tempat yang ada fasilitas ruangan khusus
tersebut.
g) Asuhan maternal dilakukan di ruang isolasi khusus initermasuk saat
persalinan dan nifas
5. Pelayanan antenatal untuk ibu hamil yang telah pulih dari covid-19
a) Melanjutkan pelayanan antenatal pada ibu hamil yang telah sembuh dari
COVID-19.
b) Pelayanan yang terlewat selama isolasi mandiri atau perawatan di RS dapat
segera di lengkapi setelah periode isolasi berakhir.
c) Ibu hamil dengan riwayat sakit berat perlu menjalani pemeriksaan
ultrasonografi 14 hari setelah sembuh untuk melihat pertumbuhan janin,
kecuali terdapat indikasi lain yang membutuhkan pemeriksaan ultrasonografi
lebih cepat dari 14 hari. Kriteria sembuh untuk pasien dengan gejala menurut
WHO yaitu 10 hari setelah onset gejala dan minimal 3 hari tanpa gejala
(Sumber Kesehatan Reproduksi Indonesia 2020)
BAB III
PENUTUP

A. Tenaga kesehatan harus memperkuat kemampuan ibu dan keluarga dalam memahami Buku
KIA untuk mengenali tanda bahaya dan menerapkan asuhan selama kehamilan dan pasca
persalinan dalam kehidupan sehari-hari
B. Penyelenggaraan Pelayanan antenatal (ANC) pada masa Pandemi harus mempertimbang kan
pencegahan penularan COVID-19 dengan penerapan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
(PPI) baik bagi ibu dan janinnya, maupun tenaga kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai