Anda di halaman 1dari 32

FISIOLOGI KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS DAN BBL

TENTANG :

PENGARUH KEHAMILAN TERHADAP


KERJA SISTEM TUBUH

Oleh :
YURIKE PUSPITA SARI

Dosen :
Desti Nataria, S.ST, M.Keb

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


INSTITUT KESEHATAN PNB
BUKITTINGGI
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Fisiologi Kehamilan, Persalinan, Nifas dan BBL”.
Makalah ini di susun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Fisiologi
Kehamilan, Persalinan, Nifas dan BBL Kesehatan Program Studi S1 Kebidanan
Institut Kesehatan Prima Nusantara, Bukitinggi.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak memperoleh bantuan serta
bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih . Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh
dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun guna sempurnanya laporan ini. Penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khsusunya dan bagi pembaca
umumnya.

Pariaman, April 2022

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………….. 2
1.3 Tujuan…………………………………………………………. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kehamilan……………………………………………………. 3
2.1.1 Definisi………………………………………………. 3
2.1.2 Diagnosis……………………………………………. 3
2.1.3 Perubahan Fisik Selama Kehamilan………………… 4
2.1.3.1 Sistem Reproduksi………………………….. 5
2.1.3.2 Payudara/mammae………………………….. 7
2.1.3.3 Kulit………………………………………… 8
2.1.3.4 Perubahan metabolik dan kenaikan berat badan 9
2.1.3.5 Perubahan Hematologis……………………. 10
2.1.3.6 Sistem Kardiovaskuler…………………….. 10
2.1.3.7 Sistem pernafasan…………………………. 11
2.1.3.8 Sistem Urinaria……………………………. 12
2.1.3.9 Sistem Muskuloskeletal…………………… 13
2.3.1.10 Sistem Persarafan……………………….. 14
2.3.1.11Sistem Pencernaan………………………. 14
2.2 Selaput Janin dan Plasenta………………………………… 15
2.2.1 Ketuban…………………………………………… 15
2.2.2 Tali Pusat…………………………………………. 18
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan………………………………………………… 25
3.2 Saran……………………………………………………… 26
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehamilan merupakan proses fertilisasi atau penyatuan
spermatozoa dan ovum serta dilanjutkan dengan nidasi atau implementasi
(Prawirohardjo,2008 dalam Kumalasari, 2015). Lama kehamilan
berlangsung sampai persalinan cukup bulan, sekitar 280 sampai 300 hari.
Kehamilan dibagi menjadi tiga masa yaitu trimester pertama (10 sampai
12 minggu), trimester kedua (13 sampai 28 minggu) dan trimester
ketiga (29 sampai 42 minggu)(Manuba, dkk., 2010 dalam Kumalasari,
2015).
Usia kandungan trimester ketiga terjadi perubahan anatomis,
perubahan hormonal, dan perubahan psikologis yang menjadi penyebab
munculnya keluhan- keluhan pada ibu hamil (Venkata&Venkateshiah,
2009). Keluhan akibat perubahan fisiologis diantaranya pada sistem
muskuloskeletal yang dapat menyebabkan gangguan tidur pada ibu
hamil trimester tiga, selama kehamilan hormon relaksin dan progesteron
bekerja pada kartilago dan jaringan ikat pada sendi, tetapi hormon
tersebut dapat menimbulkan ketidaknyamanan (nyeri) pada ibu hamil,
terutama pada akhir kehamilan saat kadar hormon tersebut meningkat
menyebabkan perubahan gaya berjalan sehingga dapat mempengaruhi
keseimbangan. Relaksasi sendi sakroiliaka dan perubahan postur dapat
menyebabkan sakit punggung karena otot abdomen menjadi semakin
teregang (Kamariyah dkk, 2016). Perubahan sirkulasi darah pada ibu
hamil trimester tiga seperti terjadinya stagnasi aliran darah di ektremitas
bawah selama bagian terakhir kehamilan ini ditimbulkan oleh oklusi
vena pelvis dan vena kava inferios akibat tekanan uterus yang membesar
sehingga berdampak terhadap terjadinya varises, kram dan kesemutan pada
ibu. Hal tersebut dapat menyebabkan ketidaknyamanan ibu hamil saat
melakukan aktivitas maupun saat tidur. (Weiss dkk,1998:Whitehead dkk.,

1
1981 dalam Cunningham.[et.al],2005)

1.2 Rumusan Masalah


1. Proses Adaptasi Sistem Tubuh dan Pengaruh Kehamilan Terhadap Kerja
Sistem Pada Trimester I, II dan III
2. Fungsi Dan Peran Selaput Janin Dan Plasenta Selama Kehamilan

1.3 Tujuan
1. Mengetahui Proses Adaptasi Sistem Tubuh dan Pengaruh Kehamilan
Terhadap Kerja Sistem Pada Trimester I, II dan III
2. Mengetahui Fungsi Dan Peran Selaput Janin Dan Plasenta Selama
Kehamilan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kehamilan
2.1.1 Definisi
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional,
kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum, dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.
Dihitung dari saat fertilisasi sampai kelahiran bayi, kehamilan
normal biasanya berlangsung dalam waktu 40 minggu. Usia
kehamilan tersebut dibagi menjadi 3 trimester yang masing-masing
berlangsung dalam beberapa minggu. Trimester 1 selama 12
minggu, trimester 2 selama 15 minggu (minggu ke-
13 sampai minggu ke-27), dan trimester 3 selama 13 minggu

(minggu ke- 28 sampai minggu ke-40).1


2.1.2 Diagnosis
Banyak manifestasi dari adaptasi fisiologis ibu terhadap
kehamilan yang mudah dikenali dan dapat menjadi petunjuk bagi
diagnosis dan evaluasi kemajuan kehamilan. Tetapi sayangnya
proses farmakologis atau patofisiologis kadang memicu perubahan
endokrin atau anatomis yang menyerupai kehamilan sehingga dapat
membingungkan.
2.1.3 Perubahan Fisik Selama Kehamilan
Seiring berkembangnya janin, tubuh sang ibu juga
mengalami perubahan-perubahan yang dimaksudkan untuk
keperluan tumbuh dan kembang sang bayi. Perubahan tersebut
difasilitasi oleh adanya perubahan kadar hormon estrogen dan
progesteron selama kehamilan. Baik dari segi anatomis maupun
fisiologis, perubahan yang ditimbulkan terjadi secara menyeluruh
pada organ tubuh ibu yang berjalan seiring dengan usia kehamilan

3
dalam trimester. Perubahan-perubahan tersebut meliputi :
2.1.3.1 Sistem Reproduksi
a. Trimester 1
Terdapat tanda Chadwick, yaitu perubahan warna pada
vulva, vagina dan serviks menjadi lebih merah agak
kebiruan/keunguan. pH vulva dan vagina mengalami
peningkatan dari 4 menjadi 6,5 yang membuat wanita hamil
lebih rentan terhadap infeksi vagina. Tanda Goodell yaitu

perubahan konsistensi serviks menjadi lebih lunak dan kenyal.2


Pembesaran dan penebalan uterus disebabkan adanya
peningkatan vaskularisasi dan dilatasi pembuluh darah,
hyperplasia & hipertropi otot, dan perkembangan desidua.
Dinding-dinding otot menjadi kuat dan elastis, fundus pada
serviks mudah fleksi disebut tanda Mc Donald. Pada
kehamilan 8 minggu uterus membesar sebesar telur bebek dan
pada kehamilan 12 minggu kira-kira sebesar telur angsa.
Pada minggu-minggu pertama, terjadi hipertrofi pada istmus
uteri membuat istmus menjadi panjang dan lebih lunak yang
disebut tanda Hegar. Sejak trimester satu kehamilan, uterus juga
mengalami kontraksi yang tidak teratur dan umumnya tidak

nyeri.2
Proses ovulasi pada ovarium akan terhenti selama
kehamilan. Pematangan folikel baru juga ditunda. Tetapi
pada awal kehamilan, masih terdapat satu corpus luteum
gravidarum yang menghasilkan hormon estrogen dan
progesteron. Folikel ini akan berfungsi maksimal selama 6-7

minggu, kemudian mengecil setelah plasenta terbentuk.1


b. Trimester 2
Hormon estrogen dan progesteron terus meningkat dan

4
terjadi hipervaskularisasi mengakibatkan pembuluh-pembuluh
darah alat genetalia membesar. Peningkatan sensivitas ini dapat
meningkatkan keinginan dan bangkitan seksual, khususnya
selama trimester dua kehamilan. Peningkatan kongesti yang
berat ditambah relaksasi dinding pembuluh darah dan uterus
dapat menyebabkan timbulnya edema dan varises vulva.
Edema dan varises ini biasanya membaik selama periode pasca

partum.12
Pada akhir minggu ke 12 uterus yang terus mengalami
pembesaran tidak lagi cukup tertampung dalam rongga pelvis
sehingga uterus akan naik ke rongga abdomen. Pada
trimester kedua ini, kontraksi uterus dapat dideteksi dengan
pemeriksaan bimanual. Kontraksi yang tidak teratur dan
biasanya tidak nyeri ini dikenal sebagai kontraksi Braxton
Hicks, muncul tiba-tiba secara sporadik dengan intensitas antara

5-25 mmHg.1 Pada usia kehamilan 16 minggu, plasenta mulai


terbentuk dan menggantikan fungsi corpus luteum

gravidarum.11
c. Trimester 3
Dinding vagina mengalami banyak perubahan sebagai
persiapan untuk persalinan yang seringnya melibatkan
peregangan vagina. Ketebalan mukosa bertambah, jaringan ikat
mengendor,dan sel otot polos mengalami hipertrofi. Juga terjadi
peningkatan volume sekresi vagina yang berwarna keputihan

dan lebih kental.1,2


Pada minggu-minggu akhir prostaglandin
mempengaruhi penurunan konsentrasi serabut kolagen pada
serviks. Serviks menjadi lunak dan lebih mudah berdilatasi pada

waktu persalinan.12

5
Istsmus uteri akan berkembang menjadi segmen bawah
uterus pada trimester akhir. Otot-otot uterus bagian atas
akan berkontraksi sehingga segmen bawah uterus akan
melebar dan menipis, hal itu terjadi pada masa-masa akhir
kehamilan menjelang persalinan. Batas antara segmen atas yang
tebal dan segmen bawah yang tipis disebut lingkaran retraksi

fisiologis.2
2.1.3.2 Payudara / mammae
a. Trimester 1
Mammae akan membesar dan tegang akibat hormon
somatomamotropin, estrogen dan progesteron, akan tetapi
belum mengeluarkan ASI. Vena-vena di bawah kulit juga akan
lebih terlihat. Areola mammae akan bertambah besar pula dan
kehitaman. Kelenjar sebasea dari areola akan membesar dan
cenderung menonjol keluar dinamakan tuberkel

Montgomery.12
b. Trimester 2
Pada kehamilan 12 minggu keatas dari puting susu
dapat keluar cairan kental kekuning-kuningan yang disebut
Kolustrum. Kolustrum ini berasal dari asinus yang mulai

bersekresi.selama trimester dua.12 Pertumbuhan kelenjar


mammae membuat ukuran payudara meningkat secara
progresif. Bila pertambahan ukuran tersebut sangat besar,
dapat timbul stria stria seperti pada abdomen. Walaupun
perkembangan kelenjar mammae secara fungsional lengkap
pada pertengahan masa hamil, tetapi laktasi terlambat sampai
kadar estrogen menurun, yakni setelah janin dan plasenta

lahir.2
c. Trimester 3

6
Pembentukan lobules dan alveoli memproduksi dan
mensekresi cairan yang kental kekuningan yang disebut

Kolostrum.13 Pada trimester 3 aliran darah di dalamnya

lambat dan payudara menjadi semakin besar.13

2.1.3.3 Kulit
a. Trimester 1
Diketahui bahwa terjadi peningkatan suatu hormon
perangsang melanosit sejak akhir bulan kedua kehamilan
sampai aterm yang menyebabkan timbulnya pigmentasi pada
kulit. Linea nigra adalah pigmentasi berwarna hitam
kecoklatan yang muncul pada garis tengah kulit abdomen.
Bercak kecoklatan kadang muncul di daerah wajah dan leher
membentuk kloasma atau melasma gravidarum (topeng
kehamilan). Aksentuasi pigmen juga muncul pada areola dan
kulit genital. Pigmentasi ini biasanya akan menghilang atau

berkurang setelah melahirkan.1,2


Angioma atau spider naevi berupa bintik-bintik
penonjolan kecil dan merah pada kulit wajah, leher, dada
atas, dan lengan. Kondisi ini sering disebut sebagai nevus
angioma atau teleangiektasis. Eritema palmaris terkadang juga
dapat ditemukan. Kedua kondisi ini kemungkinan disebabkan

oleh hiperestrogenemia kehamilan.12


b. Trimester 2
Peningkatan melanocyte stimulating hormone (MSH)
pada masa ini menyebabkan perubahan cadangan melanin

pada daerah epidermal dan dermal.13


c. Trimester 3

7
Pada bulan-bulan akhir kehamilan umumnya dapat
muncul garis-garis kemerahan, kusam pada kulit dinding
abdomen dan kadang kadang juga muncul pada daerah
payudara dan paha. Perubahan warna tersebut sering disebut
sebagai striae gavidarum. Pada wanita multipara, selain striae
kemerahan itu seringkali ditemukan garis garis mengkilat
keperakan yang merupakan sikatrik dari striae kehamilan

sebelumnya.1
2.1.3.4 Perubahan metabolik dan kenaikan berat badan
a. Trimester 1
Terjadi pertambahan berat badan selama kehamilan
yang sebagian besar diakibatkan oleh uterus dan isinya
payudara, dan peningkatan volume darah serta cairan
ekstraseluler. Sebagian kecil pertambahan berat badan
terebut diakibatkan oleh perubahan metabolik yang
menyebabkan pertambahan air selular dan penumpukan
lemak serta protein baru, yang disebut cadangan ibu. Pada
awal kehamilan, terjadi peningkatan berat badan ibu

kurang lebih 1 kg.12


b. Trimester 2
Kenaikan berat badan ibu terus bertambah
terutama oleh karena perkembangan janin dalam uterus.
c. Trimester 3
Pertambahan berat badan ibu pada masa ini dapat
mencapai 2 kali lipat bahkan lebih dari berat badan pada awal
kehamilan. Pitting edema dapat timbul pada pergelangan kaki
dan tungkai bawah akibat akumulasi cairan tubuh ibu.
Akumulasi cairan ini juga disebabkan oleh peningkatan
tekanan vena di bagian yang lebih rendah dari uterus akibat
oklusi parsial vena kava. Penurunan tekanan osmotik koloid

8
interstisial juga cenderung menimbulkan edema pada

akhir kehamilan.2

Tabel 2. Penambahan berat badan selama kehamilan1

Jaringan dan cairan 10 minggu 20 minggu 30 minggu 40 minggu


Janin 5 300 1500 3400

Plasenta 20 170 430 650

Cairan amnion 30 350 750 800

Uterus 140 320 600 970

Mammae 45 180 360 405

Darah 100 600 1300 1450

Tabel 2. Penambahan berat badan selama kehamilan (lanjutan)1

Jaringan dan cairan 10 minggu 20 minggu 30 minggu 40 minggu


Cairan ekstraseluler 0 30 80 1480

Lemak 310 2050 3480 3345

Total 650 4000 8500 12500


Penambahan berat badan dalam satuan gram

9
2.1.3.5 Perubahan Hematologis
a. Trimester 1
Volume darah ibu meningkat secara nyata selama
kehamilan. Konsentrasi hemoglobin dan hematokrit sedikit
menurun sejak trimester awal kehamilan. Sedangkan
konsentrasi dan kebutuhan zat besi selama kehamilan juga

cenderung meningkat untuk mencukupi kebutuhan janin.2,13

b. Trimester 2
Peningkatan volume darah disebabkan oleh
meningkatnya plasma dan eritrosit. Terjadi hiperplasia
eritroid sedang dalam sumsum tulang dan peningkatan
ringan pada hitung retikulosit. Hal ini disebabkan oleh
meningkatnya kadar eritropoetin plasma ibu setelah usia
gestasi 20 minggu, sesuai dengan saat produksi eritrosit paling

tinggi.2,13
c. Trimester 3
Konsentrasi hematokrit dan hemoglobin yang sedikit
menurun selama kehamilan menyebabkan viskositas darah
menurun pula. Perlu diperhatikan kadar hemoglobin ibu
terutama pada masa akhir kehamilan, bila konsentrasi Hb <
11,0 g/dl, hal itu dianggap abnormal dan biasanya disebabkan

oleh defisiensi besi.2


2.1.3.6 Sistem Kardiovaskuler
a. Trimester 1
Perubahan terpenting pada fungsi jantung terjadi
pada 8 minggu pertama kehamilan. Pada awal minggu kelima
curah jantung mengalami peningkatan yang merupakan fungsi
dari penurunan resistensi vaskuler sistemik serta

10
peningkatan frekuensi denyut jantung. Preload meningkat
sebagai akibat bertambahnya volume plasma yang terjadi pada

minggu ke 10-20.2,12
b. Trimester 2
Sejak pertengahan kehamilan, pembesaran uterus
akan menekan vena cava inferior dan aorta bawah saat ibu
berada pada posisi terlentang. Hal itu akan berdampak pada
pengurangan darah balik vena ke jantung hingga terjadi
penurunan preload dan cardiac output yang kemudian dapat

menyebabkan hipotensi arterial.1,2


c. Trimester 3
Selama trimester terakhir, kelanjutan penekanan aorta
pada pembesaran uterus juga akan mengurangi aliran darah
uteroplasenta ke ginjal. Pada posisi terlentang ini akan
membuat fungsi ginjal menurun jika dibandingkan dengan

posisi miring.12

2.1.3.7 Sistem pernafasan

Gambar 1. Grafik sistem pernafasan ibu saat hamil1


a. Trimester 1
Kesadaran untuk mengambil nafas sering meningkat

11
pada awal kehamilan yang mungkin diinterpretasikan sebagai
dispneu. Hal itu sering mengesankan adanya kelainan paru
atau jantung padahal sebenarnya tidak ada apa-apa.
Peningkatan usaha nafas selama kehamilan kemungkinan
diinduksi terutama oleh progesteron dan sisanya oleh estrogen.
Usaha nafas yang meningkat tersebut mengakibatkan PCO2

atau tekanan karbokdioksida berkurang.2

b. Trimester 2
Selama kehamilan, sirkumferensia thorax akan
bertambah kurang lebih 6 cm dan diafragma akan naik kurang
lebih 4 cm karena penekanan uterus pada rongga abdomen.
Pada kehamilan lanjut, volume tidal, volume ventilasi per
menit, dan pengambilan oksigen per menit akan bertambah

secara signifikan.2
c. Trimester 3
Pergerakan difragma semakin terbatas seiring
pertambahan ukuran uterus dalam rongga abdomen. Setelah
minggu ke 30, peningkatan volume tidal, volume ventilasi
per menit, dan pengambilan oksigen per menit akan
mencapai puncaknya pada minggu ke 37. Wanita hamil akan
bernafas lebih dalam sehingga memungkinkan pencampuran
gas meningkat dan konsumsi oksigen meningkat 20%.
Diperkirakan efek ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi

progesteron.1
2.1.3.8 Sistem Urinaria
a. Trimester 1
Pada bulan-bulan awal kehamilan, vesika urinaria
tertekan oleh uterus sehingga sering timbul keinginan
berkemih. Hal itu menghilang seiring usia kehamilan karena

12
uterus yang telah membesar keluar dari rongga pelvis dan naik
ke abdomen. Ukuran ginjal sedikit bertambah besar selama
kehamilan. Laju filtrasi glomerulus (GFR) dan aliran plasma

ginjal (RPF) meningkat pada awal kehamilan.1


b. Trimester 2
Uterus yang membesar mulai keluar dari rongga
pelvis sehingga penekanan pada vesica urinaria pun berkurang.
Selain itu, adanya peningkatan vaskularisasi dari vesica
urinaria menyebabkan mukosanya hiperemia dan menjadi

mudah berdarah bila terluka.11

c. Trimester 3
Pada akhir kehamilan, kepala janin mulai turun ke pintu
atas panggul menyebabkan penekanan uterus pada vesica
urinaria. Keluhan sering berkemih pun dapat muncul
kembali. Selain itu, terjadi peningkatan sirkulasi darah di
ginjal yang kemudian berpengaruh pada peningkatan laju
filtrasi glomerulus dan renal plasma flow sehingga timbul
gejala poliuria. Pada ekskresi akan dijumpai kadar asam amino

dan vitamin yang larut air lebih banyak.12


2.1.3.9 Sistem Muskuloskeletal
a. Trimester 1
Pada trimester pertama tidak banyak perubahan pada
musuloskeletal. Akibat peningkatan kadar hormone estrogen
dan progesterone, terjadi relaksasi dari jaringan ikat,
kartilago dan ligament juga meningkatkan jumlah cairan
synovial. Bersamaan dua keadaan tersebut meningkatkan
fleksibilitas dan mobilitas persendian. Keseimbangan kadar
kalsium selama kehamilan biasanya normal apabila asupan

13
nutrisinya khususnya produk terpenuhi.12
b. Trimester 2
Tidak seperti pada trimester 1, selama trimester 2 ini
mobilitas persendian sedikit berkurang. Hal ini dipicu oleh
peningkatan retensi cairan pada connective tissue, terutama di

daerah siku dan pergelangan tangan.12


c. Trimester 3
Akibar pembesaran uterus ke posisi anterior, umumnya
wanita hamil memiliki bentuk punggung cenderung
lordosis. Sendi sacroiliaca, sacrococcigis, dan pubis akan
meningkat mobilitasnya diperkirakan karena pengaruh
hormonal. Mobilitas tersebut dapat mengakibatkan perubahan
sikap pada wanita hamil dan menimbulkan perasaan tidak

nyaman pada bagian bawah punggung.1


2.3.1.10 Sistem Persarafan
a. Trimester 1
Wanita hamil sering melaporkan adanya masalah
pemusatan perhatian, konsentrasi dan memori selama
kehamilan dan masa nifas awal. Namun, penelitian yang
sistematis tentang memori pada kehamilan tidak terbatas dan

seringkali bersifat anekdot.12


b. Trimester 2
Sejak awal usia gestasi 12 minggu, dan terus berlanjut
hingga 2 bulan pertama pascapartum, wanita mengalami
kesulitan untuk mulai tidur, sering terbangun, jam tidur malam

yang lebih sedikit serta efisiensi tidur yang berkurang.11


c. Trimester 3
Penelitian Keenan dkk (1978) menemukan adanya
penurunan memori terkait kehamilan yang terbatas pada

14
trimester tiga.12 Penurunan ini disebabkan oleh depresi,
kecemasan, kurang tidur atau perubahan fisik lain yang
dikaitkan dengan kehamilan. Penurunan memori yang
diketahui hanyalah sementara dan cepat pulih setelah
kelahiran.
2.3.1.11Sistem Pencernaan
a. Trimester 1
Timbulnya rasa tidak enak di ulu hati disebabkan
karena perubahan posisi lambung dan aliran asam lambung
ke esophagus bagian bawah. Produksi asam lambung
menurun. Sering terjadi nausea dan muntah karena pengaruh
human Chorionic Gonadotropin (HCG), tonus otot-otot traktus
digestivus juga berkurang. Saliva atau pengeluaran air liur
berlebihan dari biasa. Pada beberapa wanita ditemukan adanya
ngidam makanan yang mungkin berkaitan dengan persepsi
individu wanita tersebut mengenai apa yang bisa mengurangi

rasa mual.12
b. Trimester 2
Seiring dengan pembesaran uterus, lambung dan
usus akan tergeser. Demikian juga dengan organ lain
seperti appendiks yang akan bergeser ke arah atas dan lateral.
Perubahan lainnya akan lebih bermakna pada kehamilan

trimester 3.2
c. Trimester 3
Perubahan yang paling nyata adalah adanya
penurunan motilitas otot polos pada organ digestif dan
penurunan sekresi asam lambung. Akibatnya, tonus sphincter
esofagus bagian bawah menurun dan dapat menyebabkan
refluks dari lambung ke esofagus sehingga menimbulkan
keluhan seperti heartburn. Penurunan motilitas usus juga

15
memungkinkan penyerapan nutrisi lebih banyak, tetapi dapat
muncul juga keluhan seperti konstipasi. Sedangkan mual dapat

terjadi akibat penurunan asam lambung.1


2.2 Selaput Janin dan Plasenta
2.2.1 Ketuban
a. Pengertian
Ketuban adalah suatu membran yang membungkus
fetus, termasuk golongan membran ekstra-embrional,
strukturnya tipis, namun cukup kuat untuk melapisi korion
dan berisi embrio yang kelak akan tumbuh menjadi fetus,
dengan cairan amnion di sekitarnya (Harjono, 1996).

b. Fisiologi
1). Selaput ketuban atau Amniokorion
Selaput ketuban terdiri atas 2 lapisan besar, amnion
dan korion. Amnion adalah membran janin yang paling
dalam dan berdampingan langsung dengan cairan amnion
(Likuor Amnii). Amnion sendiri merupakan jaringan yang
menentukan hampir semua kekuatan regang membran
janin. Sehingga, pembentukan komponen-komponen
amnion yang mencegah ruptur atau robekan
sangatlah penting bagi keberhasilan kehamilan. Pada uji
kekuatan peregangan, resistensi terhadap robekan dan
ruptur, didapatkan bahwa lapisan desidua dan korion
laeve sudah robek terlebih dahulu daripada amnion.
Selain itu, daya regang amnion hampir seluruhnya
terletak pada lapisan kompak, yang terdiri dari
kolagen interstitium tipe I, III, V, dan VI (dalam

16
jumlah lebih sedikit) yang saling berikatan. Fungsi dari
selaput ketuban adalah sebagai pembungkus ketuban dan
menutupi pembukaan dorsal janin (Cunningham, et al.,
2009). Sedangkan korion merupakan membran
eksternal yang berwarna putih dan terbentuk dari
vili-vili sel telur yang berhubungan dengan desidua
kapsularis. Korion akan berlanjut dengan tepi plasenta
dan melekat pada lapisan uterus. Amnion dan korion
mulai berkembang dan akan tumbuh terus sampai kira-
kira 28 minggu (Blackburn et al., 2004)
2). Cairan Ketuban (Likuor Amnii)
Merupakan cairan yang terdapat di dalam rongga
amnion yang diliputi oleh selaput janin (Wiknjosastro,
2005). Rongga amnion sendiri mulai terbentuk pada hari
ke 10-20 setelah pembuahan. (Siswosudarmo, 2008).
Cairan ini akan menumpuk di dalam rongga amnion
yang jumlahnya meningkat seiring dengan perkembangan
kehamilan sampai menjelang aterm, di mana terjadi
penurunan volume cairan amnion pada banyak kehamilan
normal (Cunningham, et al., 2006). Volume air ketuban
bertambah banyak dengan makin tuanya usia kehamilan.
Pada usia kehamilan 12 minggu volumenya ± 50 ml,
pada usia20 minggu antara 350-400 ml, dan pada
saat usia kehamian mencapai 36-38 minggu kira-kira
1000 ml. Selanjutnya volumenya menjadi berkurang pada
kehamilan posterm, tidak jarang mencapai kurang dari
500 ml (Siswosudarmo, 2008). Air ketuban sendiri
berwarna putih, agak keruh, serta mempunyai bau yang
khas, agak amis dan manis. Cairan ini mempunyai berat
jenis 1,008, yang akan menurun seiring bertambahnya
usia kehamilan. Air ketuban terdiri atas 98% air, sisanya

17
terdiri atas garam anorganik serta bahan organik dan bila
diteliti benar, terdapat rambut lanugo (rambut halus
berasal dari bayi), sel-sel epitel, dan verniks kaseosa
(lemak yang meliputi kulit bayi). Protein ditemukan rata-
rata 2,6% gram per liter, sebagian besar sebagai albumin
(Wiknjosastro, 2005).
Dari mana cairan ini berasal belum diketahui secara
pasti, masih diperlukan penelitian lebih lanjut. Telah
banyak teori yang dikemukakan mengenai hal ini. Salah
satunya menurut Siswosudarmo (2008), bahwa air
ketuban berasal dari transudasi plasma maternal, masuk
menembus selaput yang melapisi plasenta dan tali
pusat. Pada kehamilan lanjut, urin janin akan ikut
membentuk air ketuban. Dikemukakan bahwa peredaran
likuor amnii cukup baik pada rongga amnion. Dalam 1
jam didapatkan perputaran lebih kurang 500 ml. mengenai
cara perputaran ini pun terdapat banyak teori, antara
lain bayi menelan air ketuban yang kemudian
dikeluarkan melalui air kencing. Prichard dan Sparr
menyuntikkan kromat radioaktif ke dalam air ketuban ini.
Hasilnya, mereka menemukan bahwa janin menelan ± 8-
10 cc air ketuban atau 1% dari total seluruh volume air
ketuban tiap jam. Apabila janin tidak menelan air ketuban
ini (pada kasus janin dengan stenosis), maka akan didapat
keadaan hidramnion (Wiknjosastro, 2005). Fungsi dari
cairan ketuban ini antara lain:
a) Melindungi janin terhadap trauma dari luar
b) Memungkinkan janin bergerak
dengan bebas
c) Melindungi suhu tubuh janin
d) Meratakan tekanan di dalam uterus pada

18
partus, sehingga serviks membuka
e) Membersihkan jalan lahir (jika ketuban pecah)
dengan cairan yang steril, dan mempengaruhi
keadaan di dalam vagina, sehingga bayi kurang
mengalami infeksi (Wiknjosastro, 2005).
2.2.2 Tali Pusat
Tali pusat merupakan jaringan ikat yang menghubungkan
antara plasenta dan janin yang memiliki peranan penting dalam
interaksi antara ibu dan janin selama masa kehamilan. Jaringan ini
berfungsi menjaga viabilitas dan memfasilitasi pertumbuhan
10
embrio serta janin. Tali pusat sangat penting bagi
perkembangan, kesejahteraan, dan kelangsungan hidup fetus
karena berfungsi sebagai sumber oksigen, nutrien dan pembuangan
zat-zat sisa. Proses ini diperlukan untuk pertumbuhan dan
10,11
perkembangan janin.
a. Embriologi Tali Pusat
Pembentukan dinding anterior abdomen dan plasenta
dimulai pada akhir minggu ketiga pada tahap pembentukan
trilaminar germ disc yang terdiri dari lapisan endoderm,
mesoderm, dan ektoderm. Cakram (disc) ini berada diantara
rongga kantung ketuban dan kuning telur dan merupakan cikal
12
bakal pembentukan tali pusat.
Perkembangan sistem pembuluh darah dimulai dengan
pembentukan jaringan di dalam mesodermal yolk sac dan
korion pada hari ke-21 paska konsepsi. Dua hari kemudian
angiogenesis dimulai di dalam embrio mesoderm. Arteri
'allantoic' muncul pada hari ke 21-22 paska konsepsi sebagai
cabang anterior yang berpasangan dengan aorta posterior. Bagian
dari allantois akan membentuk suatu kandung kemih disertai

19
pembentukan arteri allantois. Setelah terjadi pembentukan arteri
umbilikalis dari aorta, sirkulasi peredaran darah embrio
terbentuk
sempurna pada hari ke-22 sampai hari ke-23 paska
12
konsepsi.

Arteri umbilikalis akan menyatu dengan arteri iliaka


internal dan vena umbilikalis aknan menyatu dengan ductus
venosus yang memasuki vena hepatik serta salah satu vena
umbilikalis akan mengalami atrofi selama bulan kedua
12,13
kehamilan. Tangkai penghubung yang menghubungkan
embrio awal dengan trofoblas mulai berkembang lalu pada hari
ke-28 tangkai yang menghubungkan kantung yolk sac akan
bergabung dan membentuk sebuah tali pusat. Pada manusia yolk
sac adalah organ dasar yang memiliki fungsi sebagai penunjang
nutrisi pada awal kehamilan. Yolk sac ditemukan dalam
12
rongga korion dan terhubung dengan tali pusat.
Pada minggu ke-12, amnion telah melebar dan terjadi
kontak dengan korion sehingga rongga korion menghilang.
Amnion dan korion terbentuk pada usia kehamilan 10-16
12
minggu. Dalam hal ini tali pusat akan dilapisi dengan epitel
yang terdiri dari saluran omphalo- mesentetrika, yolk sac, body
stalk, dan jaringan ekstra embrionik allantois. Secara fisiologis
tali pusat akan mengalami herniasi antara usia kehamilan 7-12
12,13
minggu.
Pada minggu ke-12, loop intestinal ditarik masuk ke dalam
tubuh embrio dan rongga di tali pusat tersebut akan menghilang.
Setelah terjadi penarikan loop instentinal ke dalam tubuh
embrio, sisa–sisa yolk sac primer memanjang di bagian perut

20
12
dan membentuk sebuah duktus vitellinus. Duktus allantois,
duktus vitellinus dan pembuluh darah yang berada di dalam
adalah pembuluh darah umbilikalis dan dikelilingi oleh wharton’s
12,13
jellly juga akan mengalami obliterasi.
b. Anatomi Struktur Tali Pusat
Pembuluh darah tali pusat memiliki struktur dan fungsi
yang berbeda dibandingkan dengan pembuluh darah lain di
dalam tubuh. Arteri pada tali pusat memiliki fungsi untuk
mengalirkan darah dari janin menuju ke plasenta, sedangkan vena
pada tali pusat memiliki fungsi mengalirkan darah dari plasenta
13
menuju ke janin. Vinci menyatakan bahwa panjang tali pusat
bertambah sesuai dengan usia kehamilan dan memiliki panjang
rata-rata sesuai dengan panjang janin sendiri. Lapisan terluar tali
pusat terdiri dari epitel amnion dan didalamnya terdapat massa
internal mesodermal yang disebut wharton’s jelly. Didalam
lapisan wharton’s jelly terdapat dua saluran endodermal
(duktus allantois dan
13
duktus vitellini) dan pembuluh darah umbilikalis. Struktur
tali pusat normal terdiri dari dua arteri umbilikalis, dan satu vena
umbilikalis yang dikelilingi oleh wharton’s jelly, dan lapisan
tunggal selaput amnion. Arteri umbilikalis yang berasal dari
aorta embrio selanjutnya akan menjadi cabang-cabang arteri
13
iliaka interna pada janin.
Wharton's jelly berasal dari lapisan mesenkim yang tersusun
dari jaringan kolagen, asam hialuronat, beberapa serat otot, dan
air. Struktur ini berfungsi untuk memberikan dukungan mekanis
dan perlindungan struktural pada tali pusat. Jaringan ini juga
memiliki peran angiogenik dan metabolik untuk sirkulasi tali

21
13
pusat. Wharton Jelly juga memiliki fungsi salah satunya
membantu mencegah penekukan tali pusat. Lingkungan osmotik
sangat penting untuk wharton’s jelly. Perubahan osmolaritas 5
sampai 10 milliosmol menyebabkan pembengkakan atau
penyusutan tali pusat akibat jaringan ini mengandung banyak
sekali air sehingga setelah bayi lahir, tali pusat mudah sekali
berubah menjadi kering dan cepat terlepas dari pusat bayi.
Wharton’s jelly memiliki sifat thyxotropic, yaitu substansi gelatin
14
semi solid yang mencair karena ada tekanan. Jumlah
wharton’s jelly merupakan alat prediksi yang baik untuk
menentukan komplikasi perinatal: bukti bahwa tali pusat dengan
diameter <10 persentile merupakan penanda awal untuk
pengiriman kecil untuk bayi usia kehamilan dan terjadinya
14,15
komplikasi intrapartum.
Wharton’s jelly dapat berkurang pada pertumbuhan janin
terhambat dan meningkat pada hidrops, polihidramnion, dan
diabetes. Tidak ada korelasi langsung yang ditemukan antara
16
jumlah Wharton’s jelly dan indeks koil tali pusat.
Arteri umbilikalis membawa darah yang
mengandung karbondioksida menuju ke plasenta sedangkan
vena umbilikalis membawa darah yang mengandung oksigen
menuju ke janin. Kedua arteri memiliki diameter yang lebih kecil
dibandingkan dengan diameter vena. Pada 96% dari semua tali
pusat memiliki anastomosis. Dalam 3% kasus, dua arteri
umbilikalis menyatu pada jarak 1,5 cm dari tempat perlekatan

17
plasenta. Anastomosis ini berfungi agar aliran darah dan
tekanan antara dua arteri menjadi seimbang sehingga distribusi
17
darah ke lobus plasenta yang berbeda menjadi rata. Salah satu

22
anomali vaskular yang paling umum pada manusia adalah
ketiadaan satu arteri umbilikalis yang terjadi pada sekitar 1% dari
13
kejadian anomali tali pusat,

Gambar 3. Potongan lintang tali pusat


Pembentukan Tali pusat berlangsung sampai akhir trimester
kedua, dengan berat 40 gram dan mencapai diameter rata-rata
1-2 cm dan panjang 50-60 cm.. Abnormalitas panjang tali pusat
berhubungan dengan lilitan tali pusat, tali pusat tersimpul
6
(knotting), insersi tali pusat, dan prolaps tali pusat. Secara
singkat, gangguan yang menghubungkan tali pusat dengan
permukaan tubuh janin dapat terjadi apabila terdapat anomali
yang berupa kegagalan pembentukan dinding anterior abdomen.
Isi perut terbuka dan tali pusat tidak sempurna atau tidak
6,18
terbentuk, sehingga janin melekat langsung ke membran.
Tali pusat sudah terbentuk sempurna pada usia
kehamilan 9 minggu, dengan rata - rata biasanya memiliki 0 -
40 koil. Beberapa penelitian menunjukan bahwa jumlah koil tali
pusat berhubungan dengan aktivitas janin dan kesejahteraan janin.
Kelainan lilitan tali pusar yang berupa hypercoiling tali pusat
terjadi pada sekitar 5% dari kehamilan dan berhubungan dengan
peningkatan risiko morbiditas dan mortalitas perinatal.8
c. Fungsi Tali Pusat

23
Tali pusat berfungsi untuk mengalirkan darah ke janin
selama masa pertumbuhan dan perkembangan janin. Jaringan
dari tali pusat bekerja untuk mempertahankan aliran darah
selama perkembangan janin. Tali pusat merupakan suatu sistem
kardiovaskular janin ,sehingga pemahaman mengenai tali pusat
memiliki potensi besar dalam mempelajari dan menilai

perubahan dalam jaringan pembuluh darah janin.19

Fungsi tali pusat adalah sebagai sirkulasi darah janin


sebelum lahir. Darah arteri dari plasenta mengalir ke janin melalui
vena umbilikalis dan dengan cepat mengalir ke hati kemudian
masuk ke vena kava inferior. Darah mengalir ke foramen ovale
dan masuk ke atrium kiri dan beberapa saat kemudian darah
muncul di aorta dan arteri di daerah kepala.
Foramen ovale dan duktus arteriosus berfungsi sebagai
bypass, yang memungkinkan sejumlah besar darah campuran
yang di keluarkan jantung kembali ke plasenta tanpa melalui
paru- paru. Kira-kira 55% darah campuran, yang keluar dari
ventrikel, mengalir menuju plasenta,
35% darah mengalir ke jaringan tubuh, dan 10% sisanya
mengalir ke paru- paru. Setelah lahir foramen ovale menutup,
duktus arteriosus, duktus venosum, arteri dan vena umbilikalis
20
menutup dan menjadi sebuah ligamen.
Tali pusat merupakan sebuah tali yang
memanjang.Struktur ini memiliki dua fungsi yang sangat
berperan penting bagi kehidupan janin selama dalam kandungan
yaitu pertama sebagai saluran yang menghubungkan antara
plasenta dan bagian tubuh janin sehingga janin mendapat asupan
oksigen, makanan dan antibodi dari ibu yang sebelumnya diterima
terlebih dahulu oleh plasenta melalui vena umbilikalis. Sehingga
janin mendapat asupan yang cukup untuk tumbuh kembang di

24
dalam rahim. Kedua, sebagai saluran pertukaran bahan sisa
seperti urea dan gas karbon dioksida yang akan meresap keluar
melalui pembuluh darah arteri umbilikalis yang mengalirkan
17,20,21
sisa metabolit tersebut dari janin menuju plasenta.

25
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kehamilan merupakan proses fertilisasi atau penyatuan
spermatozoa dan ovum serta dilanjutkan dengan nidasi atau implementasi
(Prawirohardjo,2008 dalam Kumalasari, 2015). Lama kehamilan
berlangsung sampai persalinan cukup bulan, sekitar 280 sampai 300 hari.
Kehamilan dibagi menjadi tiga masa yaitu trimester pertama (10 sampai
12 minggu), trimester kedua (13 sampai 28 minggu) dan trimester
ketiga (29 sampai 42 minggu)(Manuba, dkk., 2010 dalam
Kumalasari,2015).
Keluhan akibat perubahan fisiologis diantaranya pada sistem
muskuloskeletal yang dapat menyebabkan gangguan tidur pada ibu
hamil trimester tiga, selama kehamilan hormon relaksin dan progesteron
bekerja pada kartilago dan jaringan ikat pada sendi, tetapi hormon
tersebut dapat menimbulkan ketidaknyamanan (nyeri) pada ibu hamil,
terutama pada akhir kehamilan saat kadar hormon tersebut meningkat
menyebabkan perubahan gaya berjalan sehingga dapat mempengaruhi
keseimbangan. Relaksasi sendi sakroiliaka dan perubahan postur dapat
menyebabkan sakit punggung karena otot abdomen menjadi semakin
teregang (Kamariyah dkk, 2016). Perubahan sirkulasi darah pada ibu
hamil trimester tiga seperti terjadinya stagnasi aliran darah di ektremitas
bawah selama bagian terakhir kehamilan ini ditimbulkan oleh oklusi
vena pelvis dan vena kava inferios akibat tekanan uterus yang membesar
sehingga berdampak terhadap terjadinya varises, kram dan kesemutan pada
ibu. Hal tersebut dapat menyebabkan ketidaknyamanan ibu hamil saat
melakukan aktivitas maupun saat tidur. (Weiss dkk,1998:Whitehead dkk.,
1981 dalam Cunningham.[et.al],2005)

26
3.2 Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami susun. Kami sadar makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan demi perbaikan makalah selanjutnya.
Kami minta maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan dan isi makalah
ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

27
DAFTAR PUSTAKA

Krucik G, Hormonal Change During Pregnancy. Healthline. 2012 [citied 19


December 2015]. Available from
http://www.heathline.com/health/pregnancy/bodily-changes-
during#HormonalChanges1
Norwitz E, Schorge J. At a Glance Obstetri and Ginekologi. Edisi 2.
Jakarta : EMS (Erlangga). 2008. Hal. 79
Tunzi M, Grey GR. Common Skin Conditions During Pregnancy. Am Fam
Physician. 2007 [cited 9 March 2015];75(2):211-218. Available from
http://www.aafp.org/afp/2007/0115/p211.html
Masood, S., Rizvi, D., Tabassum, S., Akhtar, S., Alvi, R. (2012).
Frequency and clinical variants of specific dermatoses in third
trimester of pregnancy: a study from a tertiary care centre. Journal of
the Pakistan Medical Association. 2012 [cited 1 April 2015]; 62(3),
244-8.
Medline Plus. Dermatoses-Systemic. c2013 [updated 2013 Jan 22; cited 2015
April 1]. Available from
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001481.htm
UpToDate. Dermatoses of Pregnancy. C2014 [updated 2014 Dec 22; cited 2015
April 1]. Available from http://www.uptodate.com/contents/dermatoses-
of-pregnancy
Manuaba IBG. Pengantar Kuliah Obsetrik. Jakarta: EGC. 2007. Hal. 626- 629.
Medforth J. et al. Kebidanan Oxford: dari Bidan untuk Bidan. Jakarta: EGC;
2001. Hal. 22
Ingber A. Obsetric Dermatology. Verlag Berlin Heidelberg: Springer; 2009.
Hal. 9-10
Cunningham FG. et al. Obsetri Williams. Edisi 21. Jakarta: EGC; 2005. Hal.
187.
Lens MB, Rosdahl I, Ahlbom A, Farahmand BY, Synnerstad I, Boeryd B, et al.
Effect of Pregnancy on Survival in Women with cutaneous malignant
melanoma. J Clin Oncol. 2004;22:4369-75
Corwin EJ. Buku Saku Patofisiologi. Edisi 3. Jakarta: EGC; 2009. Hal. 104-
105.
Bag./SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK.Unair,RSU Dr. Soetomo
Surabaya. Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin. Surabaya: Airlangga

28
University Press; 2007. Hal. 1,99.
Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan (edisi revisi). Jakarta:
Rineka Cipta; 2012.
Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta ; 2003.
Muallem MM, Rubiez NG (2006) Physiological Skin Changes During
Pregnancy. Clin Dermatol 24: 80-83
Afshar, Yalda,M.D., P.H.D., Esakoff TF, M.D. Dermatoses of Pregnancy.
Contemp OBGYN 2014 05;59(5):33-34,38,40,42,44-45,56.
Misery L, Stander S, editor. Pruritus. London: Springer; 2010
Oktarina PD. Faktor Resiko Penderita Melasma. Diponegoro: Universitas
Diponegoro; 2012.
Elling SV, Powell FC (1997) Physiological Changes in The Skin During
Pregnancy. Clin Dermatol15:35-43

29

Anda mungkin juga menyukai