Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS

IBU HAMIL RESIKO TINGGI DENGAN ANEMIA DAN ABORTUS

PADA KELUARGA Tn. I

DI DESA PAGU KECAMATAN PAGU KABUPATEN KEDIRI

Dosen Pengampu :

Rahajeng Siti Nur Rahmawati, M.Keb

Disusun Oleh:

Merita Meliyafara Pratiwi (P17321183019)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGAM STUDI SARJANA KEBIDANAN KEBIDANAN KEDIRI
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas laporan pendahuluan Asuhan Kebidanan Komunitas Dengan
Kasus Ibu Resiko Tinggi Abortus dan Anemia.

Laporan pendahuluan dalam Asuhan Kebidanan Komunitas ini telah saya susun
dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan laporan pendahuluan ini. Untuk itu saya menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan laporan pendahuluan ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki laporan pendahuluan dalam Asuhan Kebidanan
Komunitas.

Akhir kata saya berharap semoga laporan pendahuluan ini dapat memberikan
manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Kediri, 18 Februari 2021

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...iii

BAB IPENDAHULUAN…………………………………………………………1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………...…1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………….....…………………2
1.3 Tujuan………………………………………….…………………………..2
BAB II MATERI………………………………………………………………….3
2.1 Konsep dasar kebidanan Komunitas……………………..…………………3
2.2 Konsep Kehamilan...............................………………………..…..………..3
2.3 Kehamilan Resiko Tinggi...................................……………..……...……..6
2.4 Abortus........................................………………..………………………....7
2.5 Anemia Kehamilan ……………………………………………….....…...12
2.6 Diabetes Mellitus…………….....……………..………………………….16
BAB IIIPENUTUP………………….…………………………………………..21
3.1  Kesimpulan…………………….…………………………………………21
3.2  Saran…………………………….………………………………………..21
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................22

SOAP...................................................................................................................23

LAMPIRAN.............…………………………………………………………...38
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehamilan merupakan peristiwa alamiah dimana terdapat pertumbuhan
dan perkembangan janin intrauterine sejak konsepsi sampai permulaan
persalinan. Dalam proses kehamilan ibu memerlukan pemeriksaan kehamilan
secara rutin untuk mendeteksi adanya komplikasi dalam kehamilan.
Pemerikasaan kehamilan minimal empat kali selama hamil yaitu satu kali
pada trimester I ( usia kehamilan 0-13 minggu ), satu kali pada trimester II
( usia kehamilan 14-27 minggu), dua kali padatrimester III (usia kehamilan
28-40 minggu). (Rukiyah 2010)
Masalah yang terjadi pada ibu hamil selama kehamilan diantaranya
kehamilan ektopik atau tuba, perdarahan vagina, keguguran, hiperemesis
gravidarum, demam, plasenta previa, fibroid (mioma), abrupsio plasenta,
infeksi, diabetes mellitus gestasional, preeklampsia, PIH, dan anemia (Simkin,
dkk, 2011). Menurut Prawirohardjo (2013), salah satu yang menjadi masalah
besar pada ibu hamil adalah anemia. Anemia merupakan penyebab kematian
non obstetri yang secara tidak langsung terjadi pada ibu hamil (Triana, dkk ,
2015).
World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa 38% ibu hamil
berusia 15-49 tahun mengalami anemia. World Health Organization (WHO)
juga menjelaskan bahwa penyebab anemia kehamilan itu bervariasi, namun
40% kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia besi
(WHO, 2014).
Anemia merupakan masalah gizi yang mempengaruhi jutaan orang di
negara-negara berkembang dan tetap menjadi tantangan besar bagi kesehatan
manusia (Sudikno & Sandjaja. 2016). Sedangkan anemia dalam kehamilan
adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah 11gr% atau hematokrit
kurang dari 33% pada trimester I dan trimester III atau kadar <10,5gr% pada
trimester II (Prawirohardjo, 2013). Berdasarkan ketetapan World Health
Organization (WHO), anemia ibu hamil adalah suatu kondisi dimana kadar sel
darah merah atau hemoglobin kurang dari 11 gr% ( WHO, 2014).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud kebidanan komunitas?
2. Bagaimana tentang konsep kehamilan?
3. Bagaimana tentang konsep kehamilan resiko tinggi?
4. Apa yang dimaksud dengan abortus?
5. Apa yang dimaksud dengan anemia?
6. Apa yang dimaksud dengan diabetes melitus?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang kebidanan komunitas
2. Untuk mengetahui tentang konsep kehamilan
3. Untuk mengetahui tentang konsep kehamilan resiko tinggi
4. Untuk mengetahui tentang abortus
5. Untuk mengetahui tentang penyakit anemia
6. Untuk mengetahui tentang penyakit diabetes melitus
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Kebidanan Komunitas


Kebidanan komunitas pada dasarnya merupakan gabungan dari beberapa
istilah dasar, yakni bidan, kebidanan, dan komunitas yang mencakup keluarga
dan masyarakat.
Menurut IBI, bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan
bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di negara republik
indonesia serta memiliki kualifikasi untuk terdaftar, mendapatkan sertifikat,
dan sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan.
Menurut Kemenkes kebidanan adalah bidang ilmu yang mempelajari
keilmuan dan mempersiapkan kehamilan, membantu persalinan, nifas dan
menyusui, kesuburuan, bayi baru lahir, menopouse, dan memberikan
dukungan pada keluarga, perempuan, dan komunitasnya.
Komunitas adalah masyarakat terbatas yang mempunyai persanaan nilai
dan kegemaran yang merupakan kelompok khusus dengan batas-batas
geografis yang jelas dengan norma dan nilai yang telah melembaga.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian kebidanan komunitas adalah
bentuk-bentuk pelayanan kebidanan yang dilakukan oleh bidan dalam
memecahkan masalah kesehatan reproduksi perempuan, bayi, dan balita
secara individu, keluarga, kelompok, serta masyarakat dengan pendekatan
manajemen pelayanan kebidanan dan penekanan aspek psikososial budaya
yang ada dimasyarakat.(Sentya Putri,2019:9)
2.2 Konsep Kehamilan
2.2.1 Pengertian Kehamilan
Menurut Prawirohardjo (2016: 213)Kehamilan adalah dimulainya
konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari
(40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid
terakhir. Kehamilan dibagi kedalam tiga triwulan yaitu triwulan
pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari
bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh
sampai 9 bulan. Kehamilan adalah proses pertemuan antara ovum dan
sperma yang terjadi diampula tuba dimulai dari konsepsi sampai
lahirnya janin. Lamanya 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari).
2.2.2 Tanda-tanda Kehamilan
a. Tanda tidak pasti kehamilan
 Tidak terjadi mesntruasi/haid (amenorea)
Tidak dapat menstruasi dapat menandakan kehamilan, tetapi
dapat juga merupakan tanda gangguan fisik.
 Pigmentasi kulit
Pigmentasi kulit pada wajah, payudara, perut, paha, dan ketiak
biasanya bertambah. Hal ini disebabkan karena pengaruh
hormon dalam kehamilan.
 Mengidam
Mengidam sering terjadi pada bulan-bulan pertama akan tetapi
akan hilang seiring semakin tuanya usia kehamilan. Tujuh
puluh persen perempuan hamil mengalami komplikasi mual
dan muntah. Hal ini disebabkan oleh estrogen atau HCG
(Nirmala, 2011: 78).
b. Tanda pasti kehamilan
 Gerakan janin yang dilihat dan dirasakan. Gerakan janin bisa
dirasakan dengan jelas setelah minggu 24.
 Denyut jantung janin terlihat dan terdengar dengan bantuan
alat. Djj dapat didengarkan pada umur kehamilan 17-18
minggu dengan steteskop laenec, pada orang gemuk lebih
lambat. Sementara menggunakan doppler sekitar minggu ke-
12.
 USG untuk melihat kondisi janin di dalam kandungan.
2.2.3 Perubahan Pada Kehamilan
a. Trimester 1
 Perubahan Fisik
Pada beberapa minggu pertama, wanita hamil akan merasakan
nyeri, kencang, dan gatal di payudara. Selain itu berat badan
ibu biasanya belum bertambah, apalagi ketika ibu mengalami
mual dan muntah serta penurunan nafsu makan.
 Perubahan Psikologi
Perubahan hormon menyebabkan ketidaknyamanan di tubuh
ibu, misalnya mual di pagi hari, mudah lelah dan lemas. Wanita
yang belum siap hamil secara mental sering kali membenci
kehamilannya.
b. Trimester 2
 Perubahan fisik
Selama trimester ke-2 berat badan ibu bertambah 1-2 kg selama
kehamilan. Pada saat ini, rahim dengan mudah dapat diraba dan
mulai tampak membesar. Ibu mulai terlihat gemuk dan bentuk
pinggang mulai tidak terlihat.
 Perubahan Psikologis
Pada awal timester ke-2, sebagian ibu mungkin merasa kurang
percaya diri. Hal ini disebabkan karena perubahan fisik ibu
yang semakin membesar sehinnga menganggap penampilan
tidak menarik lagi. Pada umumnya setiap masa kehamilan, ibu
sering bermimpi. Yang paling sering adalah mimpi tentang
jenis kelamin bayi yang akan dilahirkan.
c. Trimester 3
 Perubahan Fisik
Payudara bertambah besar dan mulai keluar cairan kental
kekuning-kuningan (kolostrum). Pada akhir bulan ke-tujuh atau
minggu ke-28 biasanya ibu merasa sehat. Namun, kadang-
kadang merasa sembelit, bengkak pada kaki, dan kelelahan.
Pada akhir bulan, ibu mungkin merasa tidak nyaman, sering
terbangun di malam hari karena mengeluh terasa pana dan
sesak di dada (Yulifah, 2011: 69).
 Perubahan Psikologis Pada trimester ke-3 terkadang ibu akan
merasa bayinya akan lahir sewaktu-waktu, timbul juga rasa
cemas, takut untuk menghadapi persalinan dan ibu takut jika
terjadi sesuatu dengan janinnya (Nirmala, 2011: 82).
2.3 Kehamilan Resiko Tinggi
2.3.1 Pengertian Kehamilan Resiko Tinggi
Kehamilan resiko tinggi adalah kehamilan yang akan menyebabkan
terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar baik terhadap ibu
maupun terhadap janin yang dikandungnya selama masa kehamilan,
persalinan dan nifas bila dibandingkan dengan kehamilan, persalinan
dan nifas normal. Kehamilan yang juga akan menyebabkan terjadinya
bahaya dan komplikasi yang lebih besar baik pada ibu maupun pada
janin dalam kandungan dan dapat menyebabkan kematian, kesakitan,
kecacatan, ketidak nyamanan dan ketidakpuasan.
2.3.2 Kriteria Kehamilan Resiko Tinggi
Menurut Poedji Rochyati, dkk kriteria kehamilan risiko tinggi adalah:
a. Primipara muda umur kurang dari 16 tahun
b. Primipara tua
Terlalu lambat hamil 1, kawin > 4th
Terlalu tua hamil 1 > 35 th
c. Terlalu cepat hamil lagi < 2th
d. Terlalu lama hamil lagi >10th
e. Terlalu banyak anak 4/lebih
f. Terlalu pendek <145cm
g. Riwayat kehamilan yang buruk:
 Pernah keguguran, pernah persalinan prematur, lahir mati.
 Riwayat persalinan dengan tindakan (ekstraksi vacum,
ekstraksi forceps,
operasi seksio sesarea).
 Pre-eklampsia dan eklampsia
 Kehamilan perdarahan antepartum
 Kehamilan dengan kelainan letak
 Penyakit pada ibu (anemia,TBC,DM,IMS,Malaria,Jantung)
 Hamil kembar air, hamil kembar 2 atau lebih
2.3.3 Bahaya kehamilan resiko tinggi
a. Abortus
b. Perdarahan
c. IUFD (Intra Uterine Fetal Death)
d. Berat Bayi Lahir Rendah
e. Premature
2.3.4 Penatalaksanaan Kehamilan Resiko Tinggi
Kehamilan risiko tinggi dapat dicegah dengan pemeriksaan dan
pengawasan kehamilan yaitu deteksi dini ibu hamil risiko tinggi yang
lebih difokuskan pada keadaan yang menyebabkan kematian ibu dan
bayi. Anjurkan setiap ibu hamil untuk melakukan kunjungan antenatal
komprehensif yang berkualitas minimal 4 kali dengan 1 kali pada
trimester 1, 1 kali pada trimester II dan 2 kali pada trimester III,
termasuk minimal 1 kali kunjungan diantar suami/pasangan atau
anggota keluarga.
2.4 Abortus
2.4.1 Pengertian
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan,
sedangkan abortus yang terjadi dengan sengaja dilakukan tindakan
disebut abortus provokstus.
2.4.2 Etiologi
Penyebab abortus bervariasi dan sering diperdebatkan. Umumnya lebih
dari satu penyebab. Penyebab terbanyak diantaranya sebagai berikut
MenurutWiknjosastro(2005),hal-hal yang dapat menyebabkan abortus
adalah sebagai berikut:
a. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi yang dapat mengakibatkan
kematian atau dilahirkanya hasil konsepsi dalam keadaan cacat.
b. Kelainan pada plasenta
Ini dijumpai pada ibu yang menderita penyakit hipertensi yang
menahun.

c. Penyakitpadaibu
Penyakit infeksi yang dapat menyebabkan demam
tinggi, pneumonia yang dapat menyebabkan abortus.

d. Kelainan traktus genetalis


Seperti retroversiuteri ,miomauteri atau kelainan bawaan uterus yang
dapat menyebabkan abortus. Penyebab lain dari abortus dalam
trimester 2 adalah servik inkompeten yang disebabkan kelemahan
bawaan servik, dilatasi servik berlebihan, konisasi ,amputasi ,atau
robekan servik yang tidak dijahit.

2.4.3 Klasifikasi
a. Abortus iminens
Abortus tingkat pemula dan merupakan ancaman terjadinya
abortus, ditandai perdarahan pervaginam, ostium uteri masih
tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan.
Diagnosis abortus iminens biasanya diawali dengan keluhan
perdarahan pervaginam pada umur kehamilan kurang dari 20
minggu. Penderita mengeluh mulas sedikit atau tidak ada
keluhan sama sekali kecuali perdarahan pervaginam. Ostium
masih tertutup besarnya uterus masih sesuai dengan umur
kehamilan dan tes kehamilan urin masih positif. Bila ibu masih
menghendaki kehamilan tersebut maka pengelolaan harus
maksimal untuk mempertahankan kehamilan ini.
Pemeriksaan USG diperlukan untuk mengetahui pertumbuhan
janin yang ada dan mengetahui keadaan plasenta apakah sudah
terjadi peleasan atau belum. Penderita diminta melakukan tirah
baring sampai perdarahan berhenti. Bisa diberi spasmolitik agar
uterus tidak berkontraksi atau diberi tambahan hormon
progesteron untuk mencegah abortus. Penderita boleh
dipulangkan setelah tidak terjadi erdarahan dengan pesan
khusus tidak boleh melakukan hubungan seksual sampai kurang
lebih 2 minggu.
b. Abortus insipien
Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks
telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi
hasil konsepsi masih dalam kacum uteri dan dalam proses
pengeluaran. Penderita akan merasa mulas karena kontraksi
yang sering dan kuat, perdarahannya bertambah sesuai dengan
pembukaan serviks uterus dan umur kehamilan masih positif.
Pada pemeriksaan USG akan didapati pembesaran uterus yang
masih sesuai dengan umur kehamilan, gerak janin dan gerak
jantung janin masih jelas walau mungkin sudah mulai tidak
normal, biasanya terlihat penipisan serviks uterus atau
pembukaannya.
Penanganan pengelolaan penderita harus memperhatikan
keadaan umum dan perubahan keadaan hemodinamik yang
terjadi dan segera lakukan tindakan evakuasi dengan kuretase
bila perdarahan banyak. Pascatindakan perlu perbaikan keadaan
umum, pemberian uterotonika, dan antibiotika profilaksis.
c. Abortus komplet
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada
lehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari
500 gram. Semua hasil konsepsi telah dikeluarkan, osteum uteri
telah menutup, uterus sudah mengecil sehingga perdarahan
sedikit. Besar uterus tidak sesuai dengan umur kehamilan lebih
kecil dari usia gestasi.
Pada pemeriksaan tes urin biasanya masih positif sampai 7-10
hari setelah abortus. Pengelolaan penderita tidak memerlukan
tindakan khusus ataupun pengobatan. Biasanya hanya diberi
roboransia atau hematenik bila keadaan pasien memerlukan.
d. Abortus inkomplet
Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih
ada yang tertinggal. Batasan ini juga masih terpancang pada
umur kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang
dari 500. Sebagian jaringan hasil konsepsi masih tertinggal di
dalam uterus dimana pada pemeriksaan vagina, kanalis
servikalis masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri
atau menonjol pada ostium uteri eksternum. Perdarahan
biasanya masih terjadi jumlahnya bisa banyak atau sedikit
bergantung pada jaringan yang tersisa, yang menyebabkan
sebagian placenta site masih terbuka sehingga erdarahan
berjalan terus.
Pemeriksaan USG hanya dilakukan bila ragu mendiagnosis.
Besar uterus sudah lebih mengecil dari umur kehamilan dan
kantong gestasi sulit dikenali. Tindakan kuretase harus
dilakukan secara hati-hati sesuai dengan keadaan umum ibu dan
besarnya uterus. Tindakan yang dianjurkan ialah dengan karet
vakum menggunakan kanula dari plastik. Pascatindakan perlu
diberikan uterotonika parental atau peroral dan antibiotika.
e. Missed abortion
Abortus yang ditandai dengan embrio atau fesus telah
meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan
hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam kandungan.
Kadangkala missed abortus juga diawali dengan abortus
iminens yang kemudia merasa sembuh tetapi pertumbuhan janin
terhenti.
Pada pemeriksaan tes urin kehamilan biasanya negatif setelah
satu minggu dari terhentinya pertumbuhan kehamilan. Pada
pemeriksaan USG akan didapatkan uterus mengecil, kantong
gestasi mengecil, dan bentuknya tidak beraturan.
Penatalaksanaan missed abortion diutarakan kepada pasien dan
keluarganya secara baik karena risiko tindakan operasi dan
kuretase ini dapat menimbulkan komplikasi perdarahan atau
tidak bersihnya evakuasi/kuretase dalam sekali tindakan. Pada
umur kehamilan <12 minggu tindakan evakuasi dapat
dilakukan secara kuretase apabila uterus memungkinkan. Bila
umur kehamilan > 12 minggu atau <20 minggu dianjurkan
melakukan induksi untuk mengeluarkan janin dan mematangkan
servik. Beberapa cara lain pemberian infus 500cc dan cairan
oksitosin dosis 10unit 20tpm. Belakangan ini salah satu cara
yang dilakukan pemberian mesoprostol secara sublingual
sebanyak 400mg dapat diulangi 2 kali dengan jarak 6jam.
Dengan obat ini akan terjadi pengeluaran hasil konsepsi atau
terjadi pembukaan ostium serviks sehingga kuretase dapat
dilakukan untuk mengkosongkan kavum uteri.
2.4.4 Komplikasi Abortus
Komplikasi yang berbahaya pada abortus ialah perdarahan, perforasi,
infeksi dan syok, sebagai berikut (Walsh, 2008):
a. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa
hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfuse darah. Kematian
karena perdarahan dapat terjadi apabila petolongan tidak diberikan
pada waktunya.
b. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus
dalam posisi hiperrentrofleksi.
c. Infeksi
Infeksi dalam uterus dan adneksa dapat terjadi dalam setiap abortus
tetapi biasanya didapatkan pada abortus inkomplit yang berkaitan
erat dengan suatu abortus yang tidak aman.
d. Syok
Syok pada abortus bias terjadi karena perdarahan (syok hemoragik)
dan karena infeksi berat.
2.4.5 Penatalaksanaan
a. Istirahat baring
Tidur berbaring merupakan unsure penting dalam pengobatan
karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah keuterus
dan berkurangnya rangsang mekanis.
b. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.
c. Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila klien tidak
panas dan empat jam bila pasien panas.
d. Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan anti septic
untuk mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan
coklat.
e. Curretase
Curetase adalah tindakan medis untuk mengeluarkan jaringan dari dalam
rahim. Jaringan itu sendiri bisa berupa tumor ,selaput rahim, atau janin
yang dinyatakan tidak berkembang maupun sudah meninggal. Dengan
alasan medis, tidak ada cara lain jaringan semacam itu harus
dikeluarkan(Sarwono,2007).

2.5 Anemia Kehamilan


2.5.1 Pengertian
Anemia dalam kehamilan didefenisikan sebagai suatu kondisi ketika
ibu memiliki kadar hemoglobin kurang dari 11,0 g/dl pada trimester I
dan III, atau kadar hemoglobin kurang dari 10,5 g/dl pada trimester II
(Pratami, 2016). Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin pada
trimester pertama, kedua, dan ketiga yang disebabkan berkurangnya
cadangan zat besi yang dibutuhkan janin sehingga membahayakan ibu
dan janin (Wagiyo dan Putrono, 2016).
2.5.2 Klasifikasi
Berdasarkan ketetapan WHO, anemia ibu hamil adalah bila Hb kurang
dari 11 g/dl. Klasifikasi anemia ibu hamil di Indonesia sangat
bervariasi, yaitu :
a. Hb 11 g/dl : normal
b. Hb 9-10 g/dl : anemia ringan
c. Hb 7-8 g/dl : anemia sedang
d. Hb <7 g/dl : anemia berat.
Klasifikasi anemia dalam kehamilan Menurut Prawirohardjo (2016)
klasifikasi anemia dalam kehamilan:
a. Defisiensi Besi
Kehilangan zat besi terjadi akibat pengalihan besi maternal ke
janin untuk eritropoienis, kehilanan darah pada saat persalinan,
dan laktasi yang jumlah keseluruhanya dapat mencapai 900 mg
atau setara dengan 2 liter darah. Sebagian perempuan mengawali
kehamilan dengan cadangan besi yang rendah, maka kebutuhan
tambahan ini berakibat pada defesiensi zat besi. Pencegahan
anemia defesiensi zat besi dapat dilakukan dengan suplemen
besi dan asam folat. WHO menganjurkan untuk memberikan 60
mg zat besi selama 6 bulan untuk memenuhi kebutuhan
fisiologis selma kehamilan.
b. Defisiensi Asam Folat Pada kehamilan
Kadar estrogen dan progesteron yang tinggi selama kehamilan
tampaknya memiliki efek penghambat terhadap absorbsi folat.
Defesiensi asam folat sering terjadi pada kehamilan sebagai
penyebab utama anemia megabolik pada kehamilan Defesiensi
asam folat ringan juga telah dikaitkan dengan anomali
kongenital janin, tertama dapat pada penutupan tabung neural
(neural tube defects). Penatalaksanaan defesiensi asam folat
adalah pemberian folat secara oral sebanyak 1 sampai 5 mg per
hari. Pada dosis 1 mg, anemia umumnya dapat dikoreksi
meskipun pasien mengalami pula malabsorbsi. Ibu hamil
sebaiknya mendapat sedikitnya 400 ug folat perhari
c. Anemia Aplastik
Anemia aplastik yang terkait dengan kehamilan, tetapi
hubungan antara keduanya tidak jelas. Pada beberapa kasus
eksaserbasi anemia aplastik yang telah ada sebelumnya oleh
kehamilan dan hanya membaik setela terminasi kehamilan.
Terminasi kehamilan atau persalinan dapat memperbaiki fungsi
sumsum tulang, tetapi meliputi terminasi kehamilan elektif,
terapi suportif, imunosupresi, atau transplantasi sumsum tulang
setelah persalinan.
d. Anemia Penyakit Sel Sabit Kehamilan.
Anemia ini terjadi pada perempuan penderita anemia sel sabit
(sickle cell anemia) disertai dengan peningkatan insidens
pielonefritis, infar pulmonal, pneomonia, perdarahan
antepartum, prematuritas, dan kematian janin. Peningkatan
anemia megaloblastik yang responsif dengan asam folat,
terutama pada akhir masa kehamilan, juga meningkat
frekuensinya. Berat lahir bayi dari ibu yang menderita anemia
sel sabit dibawah rata-rata, dan kematian janin tinggi.
2.5.3 Etiologi
Menurut Jane Bain (2014), penyebab utama anemia kehamilan di
negara maju adalah defisiensi zat besi, yaitu hampir sepertiga kasus.
Angka ini menjadi lebih tinggi di negara berkembang. Penyebab utama
defisiensi zat besi adalah intake tidak mencukupi, malabsorbsi, dan
hiperemesis gravidarum.
Menurut Saifuddin, 2002 dalam Wagiyo dan Putrono (2016), anemia
ibu hamil pada umumnya disebabkan oleh kurang gizi (malnutrisi),
kurang zat besi dalam diit, malabsobsi, perdarahan antepartum,
kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid, dan
penyakit-penyakit kronik seperti TB paru, cacing usus, malaria, dan
lain-lain.
2.5.4 Gejala
Keluhan lemah, pucat, mudah pingsan, sementara tensi masih dalam
batas normal, perlu dicurigai anemia defisiensi. Secara klinik dapat
dilihat tubuh yang malnutrisi, pucat.
2.5.5 Komplikasi
Komplikasi Anemia Pada Ibu Hamil Menurut (Pratami, 2016). Kondisi
anemia sangat menggangu kesehatan ibu hamil sejak awal kehamilan
hingga masa nifas. Anemia yang terjadi selama masa kehamilan dapat
menyebabkan abortus, persalinan prematur, hambatan tumbuh kembang
janin dalam rahim, peningkatan resiko terjadinya infeksi, ancaman
dekompensasi jantung jika Hb kurang dari 6,0 g/dl, mola hidatidosa,
hiperemis gravidarum, perdarahan ante partum, atau ketuban pecah
dini. Anemia juga dapat menyebabkan gangguan selama persalinan
seperti gangguan his, gangguan kekuatan mengejan, kala pertama yang
berlangsung lama, kala kedua yang lama hingga dapat melelahkan ibu
dan sering kali mengakibatkan tindakan operasi, kala ketiga yang
retensi plasenta dan perdaraan postpartum akibat atonia uterus, atau
perdarahan postpartum sekunder dan atonia uterus pada kala keempat.
Bahaya yang dapat timbul adalah resiko terjadinya sub involusi uteri
yang mengakibatkan perdarahan postpartum, resiko terjadinya
dekompensasi jantung segera setelah persalinan, resiko infeksi selama
masa puerperium, atau peningkatan resiko terjadinya infeksi payudara.
2.5.6 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Secara Medis
Pengobatan yang aman dan efektif akan memastikan ibu hamil
memiliki kadar Hb yang normal dan mencegah pelaksanaan
tindakan tranfusi darah. WHO merekomendasikan pemberian
suplemen zat besi tambahan sekitar 2-3 mg/hari kepada ibu hamil
sehingga tetap memenuhi kebutuhan ibu dan menyuplai makanan
serta oksigen pada janin melalui plasenta.(Kemenkes RI, 2015).
Tablet Fe mulai dikonsumsi oleh ibu hamil pada trimester II, karena
pada trimester ini peningkatan volume plasma darah yang
signifikan. Selain itu, jika diberikan mulai pada trimester I, maka
akan membuat ibu hamil semakin mual dan muntah, melihat
dampak dari tablet Fe yang membuat ibu hamil mual. Tablet
sebaiknya diminum dengan air putih atau air jeruk yang
mengandung vitamin C untuk mempermudah penyerapan zat besi.
b. Penatalaksanaan di rumah
ibu hamil yang menderita anemia adalah dengan mengonsumsi
nutrisi yang baik untuk mencegah terjadinya anemia jika sedang
hamil, makan makanan yang tinggi kandungan zat besi (seperti
sayuran berdaun hijau, daging merah, sereal, telur, dan kacang
tanah) yang dapat membantu memastikan bahwa tubuh menjaga
pasokan besi yang diperlukan untuk berfungsi dengan baik.
2.6 Diabetes Mellitus
2.6.1 Pengertian
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme glukosa yang
disebabkan oleh gangguan dalam tubuh. Tubuh individu dengan
diabetes tidak menghasilkan cukup insulin, sehingga menyebabkan
kelebihan glukosa dalam darah (Yuniarti, 2013:26).
Diabetes melitus adalah suatu gangguan metabolik yang ditandai
dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat
kerusakan pada sekresi insulin dan kerja insulin (Smeltzer et al, 2013;
Kowalak, 2011). Kadar glukosa darah setiap hari bervariasi, kadar gula
darah akan meningkat setelah makan dan kembali normal dalam waktu
2 jam. Kadar glukosa darah normal pada pagi hari sebelum makan atau
berpuasa adalah 70-110 mg/dL darah. Kadar gula darah normal
biasanya kurang dari 120-140 mg/dL pada 2 jam setelah makan atau
minum cairan yang mengandung gula maupun mengandung karbohidrat
(Irianto, 2015).
2.6.2 Klasifikasi
Klasifikasi etiologis DM menurut American Diabetes Association 2010
(ADA) dalam (Ndraha 2014:10), dibagi dalam 4 jenis yaitu:
a. Diabetes mlitus tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes
Mellitus/IDDM
DM tipe 1 terjadi karena adanya destruksi sel beta pankreas karena
sebab autoimun. Pada DM tipe ini terdapat sedikit atau tidak sama
sekali. Sekresi insulin dapat ditentukan dengan level protein c-
peptida yang jumlahnya sedikit atau tidak terdeteksi sama sekali.
Manifestasi klinis pertama dari penyakit ini adalah ketoasidosis.
b. Diabetes melitus tipe 2 atau Insulin Non-dependent Diabetes
Mellitus/NIDDM
Pada penderita DM tipe ini terjadi hiperinsulinemia tetapi insulin
tidak bisa membawa glukosa masuk ke dalam jaringan karena
terjadi resistensi insulin yang merupakan turunnya kemampuan
insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan
perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Oleh
karena terjadinya resistensi insulin (reseptor insulin sudah tidak
aktif karena dianggap kadarnya masih tinggi dalam darah) akan
mengakibatkan defisiensi relatif insulin
c. Diabetes melitus gestasional
Diabetes gestasional adalah keadaan hiperglikemia yang terdiagnosis
selama kehamilan dan belum pernah terdiagnosis sebelumnya.
2.6.3 Etiologi
Penyebab diabetes melitus sampai sekarang belum diketahui dengan
pasti tetapi umumnya diketahui karena kekurangan insulin adalah
penyebab utama dan faktor herediter memiliki peran penting.

a. Hereditas

Peningkatan kerentanan sel-sel beta pancreas dan


perkembangan antibodi autoimun terhadap penghancuran sel-
sel beta.
b. Lingkungan (makanan, infeksi, toksin, stress)

Kekurangan protein kronik dapat mengakibatkan hipofungsi


pancreas. Infeksi virus coxsakie pada seseorang yang peka
secara genetic. Stress fisiologis dan emosional meningkatkan
kadar hormon stress (kortisol, epinefrin, glucagon, dan hormon
pertumbuhan), sehingga meningkatkan kadar glukosa darah.
c. Perubahan gaya hidup
Pada orang secara genetik rentan terkena DM karena perubahan
gaya hidup, menjadikan seseorang kurang aktif sehingga
menimbulkan kegemukan dan beresiko tinggi terkena diabetes
melitus.

d. Kehamilan

Kenaikan kadar estrogen dan hormon plasental yang


berkaitan dengan kehamilan, yang mengantagoniskan insulin.
e. Usia

Usia diatas 65 tahun cenderung mengalami diabetes melitus

f. Obesitas

Obesitas dapat menurunkan jumlah reseptor insulin di dalam


tubuh. Insulin yang tersedia tidak efektif dalam meningkatkan
efek metabolic.
2.6.4 Tanda dan gejala
Gejala akut ini adalah gejala yang umum muncul pada penderita
diabetes mellitus seperti banyak makan (polifagia), banyak minum
(polidipsi), banyak kencing (polyuria) atau yang biasanya disingkat 3P.
Fase ini biasanya penderita menunjukan berat badan yang terus naik
(bertambah gemuk), karena pada saat ini jumlah insulin yang masih
mencukupi, bila keadaan tersebut tidak segera diobati, lama-kelamaan
akan timbul gejala yang disebakan karena kurangnya insulin seperti
mual dan nafsu makan mulai berkurang.
Gejala kronik ini seperti kesemutan, kulit terasa panas atau seperti
tertusuk – tusuk, rasa tebal dikulit sehingga kalau berjalan seperti di
atas bantal atau kasur, kram, mudah mengantuk, mata kabur dan sering
ganti kacamata, gatal di sekitar kemalauan, gigi mudah goyah dan
mudah lepas, dan kemampuan seksual menurun bahkan impoten
(Misdiarly, 2006:14-17).
2.6.5 Penatalaksanaan
a. Edukasi
Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu dilakukan
sebagai bagian dari upaya pencegahan dan merupakan bagian yang
sangat penting dari pengelolaan DM secara holistik (PERKENI,
2015).
Perilaku hidup sehat bagi penyandang Diabetes Melitus adalah
memenuhi anjuran:
 Mengikuti pola makan sehat.
 Meningkatkan kegiatan jasmani dan latihan jasmani yang
teratur
 Menggunakan obat DM dan obat lainya pada keadaan
khusus secara aman dan teratur.
 Melakukan Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM)
dan memanfaatkan hasil pemantauan untuk menilai
keberhasilan pengobatan.
 Melibatkan keluarga/pendamping dalam proses edukasi.
 Memberikan dukungan dan nasehat yang positif serta
hindari terjadinya kecemasan.
b. Perencanaan Makan
 Manajement diet
Tujuan dari penatalaksanaan diet antara lain yaitu untuk
mencapai dan mempertahankan kadar glukosa darah dan
lipid mendekati normal, mencapai dan mempertahankan
berat badan dalam batas normal kurang lebih dari 10% dari
berat badan idaman, mencegah komplikasi akut dan kronik
serta meningkatkan kualitas hidup (Damayanti, 2015:33).
 Terapi nutrisi
Terapi nutrisi khusus untuk meningkatkan pasien dengan
lebih intensif lagi menilai makan dan asupan gizi,
memberikan konseling yang menghasilkan peningkatan
kesehatan dan dapat mengurangi komplikasi DM Tipe 2.
c. Latihan Jasmani/olahraga
Latihan fisik yang rutin dapat memelihara berat badan yang normal
dengan indeks massa tubuh. Manfaat dari latihan fisik ini adalah
dapat menurunkan kadar gula darah dengan meningkatkan
pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin,
memperbaiki sirkulasi darah dan tonus otot, mengubaha kadar
lemak dalam darah (Damayanti, 2015:34).
d. Terapi Farmakologi
Menurut (Perkeni, 2015) Terapi farmakologis terdiri dari obat oral
dan bentuk suntikan.
Berdasarkan cara kerja, Obat Antihiperglikemia Oral dibagi
menjadi 5 golongan, yaitu:
 Pemacu sekresi insulin (Insulin Seretagogue), yang
termasuk, yaitu: Sulfonilurea dan Gilinid.
 Peningkatan Sensivitas terhadap insulin, yang termasuk obat
: Metfotrmin dan Tiazolidindion (TZD).
 Penghambat Absorpsi Glukosa di saaluran pencernaan.
 Penghambat DPP – IV (Dipeptidly Peptidose – IV.
 Penghambat SGLT – 2 (Sodium Glucose Contransporter.
Dan Obat Antihiperglikemia Suntik, seperti: Insulin, jenis – jenis
insulin menurut (Black, 2014) yaitu
 Kerja cepat (Rapid – acting insulin)
 Insulin kerja pendek (Short – acting insulin)
 Insulin kerja menengah (Intermediate –acting insulin)
 Insulin kerja panjang (Long – acting insulin).
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan yang dilakukan oleh


bidan dalam memecahkan masalah kesehatan reproduksi perempuan, bayi, dan
balita secara individu, keluarga, kelompok, serta masyarakat dengan
pendekatan manajemen pelayanan kebidanan dan penekanan aspek psikososial
budaya yang ada dimasyarakat. Dalam komunitas menangani beberapa
penyakit termasuk kehamilan resiko tinggi yang nantinya bidan akan
berkolaborasi dengan tenaga medis yang sesuai dengan bidangnya.
Kehamilan resiko tinggi adalah kehamilan yang akan menyebabkan
terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar baik terhadap ibu maupun
terhadap janin yang dikandungnya selama masa kehamilan dan terdapat
beberapa klasifikasi kehamilan resiko tinggi. Anemia dalam kehamilan yaitu
salah satu resiko tinggi yaitu suatu kondisi ketika ibu memiliki kadar
hemoglobin kurang dari 11,0 g/dl. Diabetes mellitus adalah gangguan
metabolisme glukosa yang disebabkan oleh gangguan dalam tubuh
3.2 Saran

1. Bagi mahasiswa

Sebaiknya dengan adanya laporan pendahuluan ini mahasiswa mampu memahami


tentang asuhan kebidanan komunitas terutama kehamilan resiko tinggi dan dapat
menerapkan pada praktek yang akan dilakukan.

2. Bagi pembaca

Dengan adanya laporan pendahuluan ini pembaca dapat menambah wawasan


tentang kehamilan resiko tinggi beserta penyakit yang menyertai.
DAFTAR PUSTAKA
Irianto, K. 2015. Memahami Berbagai Penyakit. Bandung: Alfabeta
Maita, Liva. 2019. Asuhan Kebidanan Bagi Para Bidan di Komunitas. Sleman:
CV Budi Utama
Nirmala, Dian. 2010. Asuhan Kebidanan Kehamilan : Graha Ilmu , Yogyakarta
Pratami, E. (2016). Evidence-Based dalam Kebidanan. Jakarta : ECG
Prawirohardjo, S. (2016). Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta : Pt.
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Rukiyah, 2013. Asuhan Kebidanan I Kehamilan. Jakarta: CV Trans Info Medik
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth, edisi 8. Jakarta : EGC
Triana, A, Damayanti, I.P, Afni, R, Yanti, J.S. 2015. Kegawatdaruratan Maternal
dan Neonatal. Ed. 1. Yogyakarta : Deepublish
Wagiyo & Putrono. (2016). Asuhan Keperawatan Antenatal, Intranatal dan Bayi
Baru Lahir Fisilogis dan Patologis. Yogyakarta : ANDI
Walsh,V.L.2008. Buku Ajar Kehamilan Dan Persalinan.Jakarta:Pustaka Pelajar
WHO. (2014). WHA Global Nutrition Targets 2025 : Anemia Policy Brief.
Yulifah,dkk. 2013. Konsep Kebidanan Untuk Pendidikan
Kebidanan.Jakarta:Salemba Medika
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEBIDANAN

PROGRAM STUDI KEBIDANAN KEDIRI

ASUHAN KEBIDANAN PADA KELUARGA

Pengkajian : Ibu hamil dengan abortus dan anemia

Hari : Rabu

Tanggal : 18 Februari 2021

I. PENGKAJIAN
A. DATA UMUM
1. Data wilayah dan Kepala Keluarga
Kecamatan : Pagu Nama Kepala Keluarga : Imam Musrokim
Kelurahan/Desa : Pagu Jenis Kelamin : Laki-laki
RT : 02 Umur : 33
RW/ Dusun : 03 Pendidikan : SMA
Alamat : Dsn Padangan 02/03 Ds Agama : Islam
Pagu Kec Pagu Kab Kediri
Pekerjaan : Karyawan
Penghasilan : Rp 2.500.000/bulan
Keadaan Kesehatan : Sehat

2. Data Anggota Keluarga


No Nama Hub.dg KK L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Agama Suku/ba
ngsa
1. Imam Musrokim Baik L 33 SMA Karyawan Islam Jawa
(Kepala
Keluarga)

2. Elly Rahayu Baik P 31 S1 Karyawan Islam Jawa


(Istri)

3. Marlena Baik P 53 SMA IRT Islam Jawa


(Nenek)

4. Sukarno Baik P 63 SMA Perangkat Islam Jawa


(Kakek) Desa

3. Tipe keluarga: Besar


4. Sifat Keluarga:
a. Pengambil keputusan : Pengambil keputusan pada keluarga Tn. I yaitu Tn. I sebagai kepala keluarga,
dengan musyawarah antara anggota keluarga untuk memecahkan masalah dan mencari
solusi. Tn. I tinggal bersama orang tua dari Ny.E.
b. Kebiasaan hidup sehari-hari
1) Kebiasaan istirahat/tidur keluarga
Tn. I : sebagai kepala keluarga yang bertugas mencari nafkah, jarang melakukan tidur
siang karena pulang kerja pukul 7 malam. Jam istirahat malam biasanya pukul 21.00-
05.00
Ny. E : bekerja sebagai karyawan Gudang Garam jarang melakukan tidur siang karena
pulang kerja pukul 17.00. Jam istirahat malam biasanya pukul 21.00-04.00
Ny. M : sebagai ibu rumah tangga melakukan tidur siang setelah membereskan
pekerjaan rumah dan mengurus kepentingan kader sekitar pukul 13.00-15.00. Jam
istirahat malam pukul 22.00-04.00
Tn. S : sebagai perangkat desa biasanya istirahat siang setelah pulang kerja sekitar
pukul 12.00-14.00. Jam istirahat malam pukul 23.00-06.00
2) Kebiasaan makan keluarga dan contoh menu sehari-hari (cara makan, alat yang dipakai dsb):

Anggota keluarga Tn. I makan 3 x sehari (contoh menu nasi, sayur sop, tempe,tahu,
terdapat lauk daging dan buah kadang-kadang) menggunakan piring dan sendok bersih
dan layak pakai.
Ny E jarang mengkonsumsi sayur karena tidak suka dan lebih suka mengkonsumsi
buah (apel, pepaya,pir) dan kadang telat makan dan tidak seimbang dengan pekerjaan
yang dilakukan.
Ny M jarang mengkonsumsi buah-buahan dan sering telat makan
Tn S suka mengkonsumsi makanan dan minuman manis

3) Kebiasaan dalam personal hygiene

Keluarga Tn. B biasa mandi 2x/hari dan membersihkan alat kelaminnya saat
mandi, setelah BAB, dan setelah BAK.Mengganti pakaian dalam setelah mandi,
sikat gigi 2x sehari saat mandi.
4) Sarana hiburan keluarga
Sarana hiburan keluarga yaitu melihat televisi dan melihat sosial media (youtube)
5) Pengunaan waktu luang keluarga
Penggunaan waktu luang keluarga adalah menonton TV, mengobrol dengan anggota
keluarga ketika malam dan sore hari
Ketika libur kerja (sabtu-minggu)
Tn. I : olahraga voli setiap hari libur dan mengobrol dengan anggota keluarga
Ny. E : memasak, membersihkan rumah
Tn. S : bersepeda, berkumpul dengan tetangga
Ny. M : memasak, membersihkan rumah, kadang bersepeda
5. Faktor Lingkungan
a. Rumah (permanen/semi permanen, ukuran,ventilasi,jendela, lantai, atap, air minum/air
bersih jml penghuni)
Rumah permanen, milik sendiri, tembok terbuat dari bata, lantai ubin, sanitasi cukup,
ventilasi cukup , keadaaan rumah bersih, air minum selalu tersedia yang direbus sendiri
oleh Ny. M

b. Pembuangan sampah
Pembuangan sampah dengan cara dibakar dan dikubur

c. Jamban dan kamar mandi


Terdapat 1 kamar mandi dan 1 WC

d. Pekarangan dan selokan


Terdapat selokan disamping rumah untuk pembuangan limbah rumah tangga

e. Kandang ternak
Tidak mempunyai kandang ternak

f. Denah rumah dan lingkungan

Teras Rumah

R.Tamu
s
Kama
r
e
R. Keluarga
l kama

KM
o Dapur
WC

g. Sarana komunikasi dan transportasi


Semua anggota keluarga Tn. I mempunyai HP, mempunyai 4 motor
h. Fasilitas pelayanan kesehatan
Puskesmas Pagu dan RS Aura Syifa

6. DATA KESEHATAN
1. Keluarga memiliki jaminan kesehatan:
Mempunyai BPJS setiap anggota keluarga

2. Riwayat Kesehatan Keluarga:

NO Anggota Keluarga Usia Jenis Penyakit Lama Sakit Tempat


Pengobatan

1 Ny. E 31 Anemia dan Pernah 1 tahun Klinik


Abortus Gudang
Garam

2 Ny. M 53 Anemia 1 bulan Puskesmas

3 Tn. S 63 Diabetes Melitus 2 bulan Puskesmas

3. Riwayat Kematian dalam Keluarga


NO Anggota Keluarga Usia Sebab Kematian Keterangan

1 -

2 -

3 -

4 -

4. Riwayat Keluarga Berencana (KB)


a. Jumlah pasangan usia subur dalam keluarga: 1
b. Jumlah wanita usia subur dalam keluarga : 1
c. PUS/WUS menggunakan alat kontrasepsi: □ Ya √ Tidak
d. Mulai menjadi peserta KB:-
e. Pelayanan KB didapatkan dari :
f. Akseptor yang dibina□ Ya √ Tidak
g. Jenis alat kontrasepsi yang digunakan:-
h. Lama pemakaian alat kontrasepsi: -
i. Komplikasi alat kontrasepsi: -
j. Pernah ganti cara:-
k. Jika tidak menggunakan alat kontrasepsi, alasan:-
5. Pengetahuan Orang Tua tentang Tumbuh Kembang Anak:
Ny E belum mempunyai anak dan sedang hamil 34 minggu

6. Harapan Keluarga terhadap Petugas Kesehatan:


Petugas kesehatan lebih ramah dan tanggap dengan keluhan kesehatan di masyarakat

7. Data Ibu Hamil


a. Saat ini ada ibu hamil dalam keluarga: √ Ya □ Tidak
b. Usia ibu saat ini 31 tahun
c. Kehamilan ini adalah yang ke 3( G3P0A2)
d. Usia kehamilan ibu saat ini: □ TM 1 (0-3 bulan) □ TM2 (4-6 bulan) √
TM3(7-9 bulan)
e. Ibu hamil TM III dengan berat badan kurang dari 45 kg: □ Ya √ Tidak
f. Apakah ibu memeriksakan kehamilannya:
√ Ya 7 kali

□ Tidak, Alasan : □Tidakada biaya □ Tidak sempat □Tidak tahu


g. Pemeriksaan kehamilan pertama kali dilakukan pada usia kehamilan : 6minggu
h. Ibu hamil mengkonsumsi Fe: TM 1 (0-3 bulan) TM2 (4-6
√ √
bulan)
i.
√ TM3(7-9 bulan)
j. Ibu hamil mengkonsumsi iodium √ Ya □ Tidak
k. Apakah ibu mendapatkan imunisasi TT:

Ya, 5 kali (L/TL) □ Tidak
l. Adakah keluhan yang dirasakan ibu hamil saat ini
□ lemah, letih, lesu □Pusing□Mual dan muntah √ Bengkak, sering
kencing

8. Data Ibu Nifas dan Menyusui


a. Apakah ada buteki dalam keluarga: □ Ya □ Tidak
b. Apakah ibu meneteki anaknya: □ Ya □ Tidak
c. Lama menyusui: □< 1 bulan □ 1-6 bulan □ 6-12 bulan □ > 12
bulan
d. Apakah ASI diberikan secara eksklusif □ Ya □ Tidak
e. Bila tidak menyusui
alasan: .........................................................................................
.......................................
f. Kunjungan ibu nifas: □6 jam □ 1-3 hari □6 hari □ 6 minggu
g. Ibu nifas mengkonsumsi vitamin A: □ Ya □ Tidak

9. Data Bayi
a. Jumlah kelahiran hidup dalam
keluarga..............................................................................................................
..
b. Jumlah bayi dalam
keluarga .............................................................................................................
.....................
c. Adakah kelahiran BBLR: □ Ya □ Tidak
d. Tempat persalinan: □ RS □ Puskesmas □ Polindes □ BPM/RB
□ Rumah
e. Persalinan ditolong
oleh ....................................................................................................................
....................
f. Saat melahirkan apakah dilakukan IMD? □ Ya □ Tidak
g. Pemberian vitamin K pada BBL: □ Ya □ Tidak
h. DDTK pada bayi dilakukan pada usia: □ 3 bulan □ 6 bulan □9
bulan □ 12 bulan
i. Adakah bayi yang menderita diare □ Ya □ Tidak
j. Bayi penderita diare □ sembuh □mati
10. Data Anak Balita
a. Jumlah anggota keluarga yang berusia balita: ................... anak
b. DDTK pada balita apras dilakukan 2kali/tahun: □ Ya □ Tidak
c. Apakah setiap bulan balita dibawa ke posyandu dan ditimbang□ Ya □
Tidak
d. Bila Tidak, alasannya: □ Jauh □ Tidak ada waktu □ Lain-
lain:..............................................
e. Imunisasi yang sudah diberikan: □ BCG □ DPT....kali □ Polio .......kali □
Hepatitis .......kali □ Campak
f. Bila imunisasi tidak diberikan,
alasan..........................................................................................................
g. Apakah anak memiliki buku KIA: □ Ya □ Tidak
h. Apakah anak memiliki KMS: □ Ya □ Tidak
i. Pemantauan berat badan anak berdasarkan KMS saat ini:
□ Di daerah garis hijau □ Di atas garis hijau sampai kuning
□ Di bawah garis titik □ Di bawah garis merah
l. Penanganan balita gizi kurang:

Sasaran Jenis PMT Entrasol MP ASI Kenaikan BB

I II III
11. Data Anak Usia Sekolah dan Remaja
a. Pendidikan :
SD : Kelas :

SMP : Kelas :

SMA : Kelas :

PT : Semester :

b. Kegiatan anak di luar sekolah:


□ keagamaan, sebutkan .....................
□ karang taruna
□ olah raga, sebutkan .......................
□Lain-lain, sebutkan...........................................................................................
c. Bagaimana penggunaan waktu luang anak:
□ musik/TV □ olah raga □ rekreasi □ keagamaan,
□ lain-
lain,sebutkan………………………………………………………………………………
…………..

d. Kebiasaan anak:
□ merokok □ alkohol □ narkoba □lain-lain,
sebutkan....................................................................................

12. Data Anggota Keluarga Usia Lanjut


a. Adakah anggota keluarga yang berusia lebih dari 60 tahun (lansia):
√ Ya
□ Tidak
b. Apakah lansia memiliki keluhan kesehatan: Ya, Gula darah sering

tinggi dan kelelahan

c. Penggunaan waktu senggang lansia:


□ Berkebun/pekerjaan rumah □ jalan-jalan □ Senam √ bekerja (senin-
jumat) dan bersepeda (sabtu-minggu)

d. Adakah posyandu lansia di tempat tinggal saudara:√ : Ya □


Tidak
e. Apakah lansia mengikuti kegiatan posyandu lansia: : □ Ya, kali/bulan

, Tidak
f. Jika tidak, alasan : □ Tidak mau
□ Tidak tahu
II. ANALISA DATA

Ny. E IDENTIFIKASI DATA


DS:
Ibu mengatakan pernah mengalami keguguran 2 kali dan
mengalami anemia.
Kehamilan 1 (4 tahun yang lalu) UK 6 minggu
Kehamilan 2 (31 jan 2020) UK 9 minggu
Jarang makan sayur dan sering telat makan
DO :
TD 90/60 Hb : 10g/dl

MASALAH KEBIDANAN
Ibu hamil resiko tinggi dengan skor KSPR 10
 Ibu pernah mengalami gagal hamil (abortus)
 Ibu kekurangan darah (anemia)

DIAGNOSA
Dx :Ny. S Kehamilan Resiko Tinggi

Ny. M IDENTIFIKASI DATA


DS:
Ibu mengatakan pernah mengalami darah rendah dan
anemia.
DO :
Ibu terlihat mudah capek

MASALAH KEBIDANAN
Ny. M mengalami anemia
 Jarang makan buah
 Sering pusing
DIAGNOSA
Dx :Ny. M anemia
Tn. S IDENTIFIKASI DATA
DS:
Bapak mengatakan pernah mengalami diabetes melitus,
sering lelah, kadang kaki bengkak apabila gula darah tinggi
DO :
Glukose : 210mg/dL
MASALAH KEBIDANAN
Tn. S mengalami diabetes melitus
 Suka mengonsumsi makan manis
 Kurang mengetahui tentang diabetes melitus

DIAGNOSA
Dx :Tn. S diabetes melitus

III. RENCANA MASALAH KESEHATAN SESUAI DENGAN PRIORITAS


Ny. E
1. Berkolaborasi dengan dokter spesialis kandungan
untuk melakukan pemeriksaan kehamilan, usg
keadaan janin, dan mencegah terjadinya komplikasi
2. Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
makanan yang sesuai dengan ibu anemia
3. Berkolaborasi dengan laboran untuk pengecekan
hemoglobin dan penunjang lainnya
4. Berkolaborasi dengan petugas bank darah untuk
pemenuhan darah apabila pasien membutuhkan
transfusi darah
5. Berkolaborasi dengan perawat untuk perawatan ibu
resiko tinggi ketika dirujuk
Ny. M 1. Berkolaborasi dengan
dokter umum untuk pengobatan anemia
2. Berkolaborasi dengan
apoteker untuk menentukan obat yang sesuai
dengan keluhan dan gejala yang dialami sesuai
resep dokter
3. Berkolaborasi dengan
laboran untuk cek darah

Tn. S 1. Berkolaborasi
dengan dokter spesialis dalam untuk pemeriksaan
lebih lanjut diabetes melitus
2. Berkolaborasi
dengan ahli gizi untuk menentukan menu diet
diabetes
3. Berkolaborasi
dengan perawat untuk perawatan apabila Tn. S
mengalami luka

IV. PENATALAKSANAAN MASALAH KESEHATAN SESUAI DENGAN


PRIORITAS
Ny. E 1) Menjelaskan tentang resiko tinggi dalam
kehamilan
2) Memotivasi ibu untuk rutin memeriksakan
kehamilan 1-2 minggu sekali
3) Memberitahu ibu untuk mengkonsumsi
makanan yang mengandung kaya zat besi dan
asam folat, seperti daging, kacang-kacangan,
sayuran berdaun hijau gelap, roti, dan buah-
buahan
4) Memberitahu ibu untuk mengurangi aktivitas fisik
yang menyebabkan kelelahan
5) Menginformasikan tentang bahaya kehamilan
apabila ibu tidak mengikuti anjuran yang diberikan
6) Menginformasikan kepada ibu agar tidak terjadi
abortus dalam kehamilan ini atau selanjutnya
7) Memberitahu ibu tanda-tanda terjadinya abortus
8) Memberitahu ibu untuk antisipasi apabila terdapat
tanda-tanda kehamilan bermasalah
9) Merencanakan rujukan apabila terdapat masalah
dalam kehamilan atau mengalami perdarahan lagi

Ny. M 1. Menjelaskan kepada ibu


tentang hal-hal yang menyebabkan anemia dan
darah rendah
2. Memberitahu ibu untuk
rutin berolahraga dan mengkonsumsi makanan
yang sehat
3. Memberitahu ibu untuk
rutin minum 6-8 gelas/hari karena banyak
melakukan aktivitas
4. Menginformasikan kepada
ibu untuk mengecekan kesehatan rutin dan periksa
apabila merasa sakit
5. Memberitahu untuk selalu
menjaga pola makan dan olahraga
Tn. S 1. Menjelaskan
kepada bapak tentang penyakit diabetes melitus
2. Memberitahu hal-
hal yang menyebabkan gula darah meningkat
3. Menginformasikan
kepada bapak untuk mengurangi mengkonsumsi
makanan yang mengandung gula/lemak
4. Memberitahu
makanan apa saja yang dapat dikonsumsi
5. Menginformasikan
untuk tetap melakukan olahraga apabila ada waktu
luang
6. Memberitahu agar
selalu menerapkan anjuran yang disarankan
7. Memberitahu
untuk cek gula darah ke puskesmas apabila merasa
tidak enak badan
SKALA PRIORITAS MASALAH

1. Ny. E dengan kehamilan resiko tinggi

KRITERIA BOBOT PERHITUNGAN SKORE PEMBENARAN

1. Sifat masalah 1 2x1 2 Ancaman kesehatan


karena jika tidak
segera ditangani
akan menimbulkan
komplikasi pada
persalinan

2. Kemungkinan masalah 2 1x2 2 Masalah dapat


dapat diubah diubah jika ibu
mengikuti anjuran
dan saran dari
tenaga kesehatan
dan sudah
mempersiapkan
untuk proses
persalinan dan
bidan melakukan
kolaborasi dengan
tenaga kesehatan
pada bidangnya.

Masalah dapat
3. Potensi untuk mengubah 1 2x1 2
diubah jika ibu
masalah
rutin periksa
kehamilan ke bidan
dan dokter spesialis
kandungan dan
bidan juga harus
membuat rujukan
apabila terjadi
masalah kebahwa
1 2x1 2
masalah harus
4. Menonjolkan masalah segera ditangani
agar tidak
membahayakan
keselamatan ibu
dan janin yang
dikandung baik
selama kehamilan
JUMLAH 8

2. Ny. M dengan anemia

KRITERIA BOBOT PERHITUNGAN SKORE PEMBENARAN

1. Sifat masalah 1 2 Keadaan kurang


sehat karena
anemia sering
kambuh

Masalah dapat
2. Kemungkinan masalah dapat 2 2
diubah diubah dengan
mudah kalau ibu
langsung periksa
dan meminum obat
yang diberikan.
3. Potensi untuk mengubah 1 3 Masalah dapat
masalah dengan mudah
diubah dengan ibu
menerapkan hidup
sehat dan makan
makanan yang
mengandung kaya
akan zat besi dan
buah
1 0
Ibu menganggap ini
4. Menonjolkan masalah
masalah yang tidak
dirasakan dalam
keluarga karena
bisa menangani
sendiri apabila
tidak menimbulkan
efek samping
terhadap penyakit
anemia

JUMLAH 7

4. Tn. S dengan diabetes mellitus

KRITERIA BOBOT PERHITUNGAN SKORE PEMBENARAN

1. Sifat masalah 1 2 Keadaan kurang


sehat karena gula
darah sering
meningkat

Masalah dapat
2. Kemungkinan masalah dapat 2 2
diubah dengan
diubah
mudah apabila
mengikuti anjuran
yang diberikan

3. Potensi untuk mengubah


masalah 1 3 Masalah dapat
dengan mudah
1
diubah oleh bapak
apabila mengurangi
makanan yang
mengandung
manis, makanan
berlemak, dan tetap
menjaga pola hidup
yang sehat

4. Menonjolkan masalah Masalah bisa


dicegah dari diri
1
sendiri dan tidak
perlu ditangani
apabila tidak terjadi
komplikasi

JUMLAH 8
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai