OLEH :
SRI SUMARNI
2020206203327P
MENYETUJUI
Pembimbing I Pembimbing II
ABSTRAK
Timbang Terima (handover) adalah transfer tentang informasi (termasuk tanggung jawab dan
tanggung gugat) selama perpindahan perawatan yang berkelanjutan yang mencakup peluang
tentang pertanyaan, klarifikasi dan konfirmasi tentang pasien. Tujuan penelitian ini adalah
diketahuinya hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan dengan pelaksanaan timbang
terima . Metode yang digunakan adalah survey analitik korelasi dengan pendekanan cross
sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah perawat ruang rawat inap berjumlah 32 orang
dengan sample adalah seluruh populasi, alat ukur menggunakan kuesioner. Analisa data
menggunakan uji Chi Square. hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 32 responden,
pendidikan vokasi yaitu sebanyak 22 orang (68,75%) dan profesi 10 orang (31,25%) sarjana
0%, pelaksanaan timbang terima pasien baik yaitu sebanyak 22 orang (68,75%) dan cukup
sebanyak 10 orang 31,25%, pengetahuan responden baik yaitu sebanyak 17 orang (53,125%)
dan kurang sebanyak 15 orang (46,875%) Didapatkan nilai p- value pendidikan 0,031
pengetahuan 0,000. Hasil tersebut lebih kecil dari taraf signifikan yang digunakan yaitu <0,05
dengan kata lain H1 diterima atau ada hubungan pendidikan dan pengetahuan dalam
pelaksanaan timbang terima di ruang rawat inap Rumah Sakit Harapan Bunda Lampung
Tengah Tahun 2022.
Bibliography : 20 (2009-2019)
A. PENDAHULUAN
Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu
(laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien. Timbang terima bertujuan untuk
menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum pasien, menyampaikan hal-hal
penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya, dan tersusunnya rencana
kerja untuk dinas berikutnya (Nursalam, 2018)
Hasil penelitian dari 138 perawat di RSUD Pariaman menunjukkan bahwa sebagian
besar pelaksanaan handover berada dalam kategori baik sebanyak 88 orang (63,8%).
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar perawat di RS telah melaksanakan
handover dengan baik. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Manopo, Maramis
dan Sinolungan (2013)di RSU GMIM Kalooran Amurang, diperoleh hasil bahwa 63,3
% pelaksanaan handover berada dalam kategori baik. Hasil penelitian ini juga sesuai
dengan penelitian yang dilakukan Fatrida et al., (2019), menunjukkan bahwa
responden yang melaksanakan handover baik yaitu sebanyak 39 responden (66,1%).
Menurut Cahyono (2008) dalam Rezkiki & Utami, (2017) mengatakan bahwa
beberapa faktor yang mempengaruhi timbang terima salah satunya yaitu pengetahuan
dan tingkat pendidikan. Menurut penelitian Ita, Suradika, dan Tri (2016) di IRNA A
RS Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto didapatkan pengetahuan perawat rendah
yaitu sebesar 39 orang 55,7%, sedangkan menurut penelitian Rezkiki & Utami,
(2017) diketahui terdapat beberapa responden dengan berpengetahuan rendah yaitu
16,7% dan tercatat lebih dari sebahagian 66,7% responden tidak melaksanakan
timbang etrima dengan baik.
Rumah sakit harapan bunda adalah salah satu rumah sakit swasta yang berada di
Lampung Tengah yang memberikan layanan Poli, IGD, Lab, Ranap kapasitas bed
dan salah satu kegiatan rawat inap adalah handover. Handover merupakan layanan
komprehensif yang dilakukan untuk monitoring 24 jam.
Handover di Rumah Sakit Harapan Bunda dilakukan setiap 3 kali setiap pergantian
sift malam kepagi, sift pagi kesiang dan sif siang ke malam. Namun demikian
pelaksanaan yang terjadi ada perawat yang bed side kepasien ada yang tidak, ada
yang memperkenalkan diri dan ada yang tidak. Hasil observasi berdasarkan kuisioner
tentang pelaksanaan timbang terima dari 8 perawat yang diberikan kuisioner, 5
perawat (62.5%) dengan pelaksanaan timbang terima kurang baik, dan 3 orang
perawat (37.5%) dengan timbang terima baik. Hasil studi pendahuluan yang
dilakukan pada tanggal 1 Desember 2021 hingga 5 Desember 2021, di RS Harapan
Bunda. Hasil wawancara dengan 3 dari 6 kepala ruang, mengatakan bahwa proses
timbang terima seringkali mengalami kendala. Salah satunya adalah kedatangan
perawat yang terlambat saat mengikuti timbang terima. Rata-rata perawat yang
datang terlambat di masing-masing ruangan mencapai 2-3 perawat yang datang
terlambat, hal ini dapat mempengaruhi dalam keefektifan waktu saat timbang terima
dilakukan. Hasil wawancara terhadap perawat ruangan 3 diantaranya mengatakan
tidak mengetahui tentang pelaksanaan timbang terima yang benar. Dari data diatas
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Tingkat Pendidikan
dan Pengetahuan dengan Pelaksanaan Timbang Terima (handover) di Rumah Sakit
Harapan Bunda Lampung Tengah Tahun 2022”
B. METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian survey analitik korelasi
yaitu mengetahui korelasi atau hubungan antara faktor resiko atau faktor efek dengan
menggunakan metode pendekatan Cross Sectional, yang merupakan suatu penelitian
yang mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan
cara pendekatan observasi atau pengumpuln data sekaligus pada suatu saat (point time
approach) khususnya terhadap hubungan tingkat pengetahuan dan pendidikan dalam
pelaksanaan timbang terima di RS Harapan Bunda Lampung Tengah.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat rawat inap RS Harapan
Bunda Lampung Tengah sejumlah 32 perawat. Dengan tekhnik pengambilan sampel
menggunakan tehnik purposive sampling yaitu tekhnis penentuan sample dengan
pertimbangan tertentu. Adapun kriteria sampel yang harus diambil adalah sebagai
berikut : Perawat yang bekerja di unit rawat inap RS Harapan Bunda bersedia menjadi
responden sebanyak, perawat yang bekerja saat penelitian.
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, metode
Pengumpulan data dengan wawancara dan observasi. Metode analisa data dilakukan
dengan analisa univariat dan bivariate dengan uji Chi Square.
C. HASIL
Analisis Univariat
1. Pelaksanaan timbang terima
Tabel 4.4
di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Harapan Bunda Lampung Tengah Tahun
2022
Pelaksanaan
Frekuensi Persentase (%)
timbang terima
Cukup 10 31,25%
Baik 22 68,75%
Jumlah 32 100%
Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa responden pelaksanaan timbang terima
pasien baik yaitu sebanyak 22 orang (68,75%) dan cukup sebanyak 10 orang
31,25%
2. Pengetahuan
Tabel 4.5
3. Pendidikan
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan di Ruang Rawat
Inap Rumah Sakit Harapan Bunda Lampung Tengah Tahun 2022
Inap Rumah Sakit Harapan Bunda Lampung Tengah berpendidikan vokasi yaitu
sebanyak 22 orang (68,75%) dan profesi 10 orang (31,25%) sedangkan sarjana
0%
terima
Tabel 4.7
Total N 32 32 32
% 100 100 100
Tabel 4.7 dari tabulasi silang antara hubungan pendidikan dan pengetahuan
dalam pelaksanaan timbang terima didapatkan bahwa pelaksanaan timbang terima
baik terdapat 22 (68,75%) perawat profesi 10 (31,25%) dan pengetahuan baik 17
(53,125%). Pelaksanaan timbang terima cukup 10 (31,25%) perawat dengan
pendidikan vokasi 22 (68,75%) dan pengetahuan kurang 15 (15,625%). Didapatkan
nilai p- value pendidikan 0,031 pengetahuan 0,000. Hasil tersebut lebih kecil dari
taraf signifikan yang digunakan yaitu <0,05 dengan kata lain H1 diterima atau ada
hubungan pendidikan dan pengetahuan dalam pelaksanaan timbang terima di ruang
rawat inap Rumah Sakit Harapan Bunda Lampung Tengah Tahun 2022.
Berdasarkan hasil penelitian pada table 4.6 didapatkan bahwa dari 32 responden
seluruhnya pelaksanaan timbang terima pasien yang baik yaitu sebanyak 22 (68,75%) dan
sisanya sebanyak 10 (31,25%) pelaksanaan timbang terima cukup.
Dari hasil data penelitian dapat diperoleh pelaksanaan timbang terima pasien
dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain pendidikan, umur. Berdasarkan hasil tersebut
menunjukkan bahwa hampir seluruhnya pendidikan vokasi 22 (68,75%) sedangkan
pendidikan profesu 10 (31,25%). Dan responden dengan pengetahuan baik 17 (53,125%).
Sedangkan pengetahuan kurang 15 (15,625%) responden.
Menurut Mubarak (2007) pendidikan ada factor yang mempengaruhi pengetahuan
seseorang, karena pendidikan adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang
lain terhadap suatu hal agar dapat memahami. Semakin tinggi pendidikan seseorang
makan semakin mudah mereka menerima informasi dan semakin banyak pula
penegtahuan yang didapat.
Sedangkan menurut Notoadmodjo, (2018) pendidikan sangat berperan penting
dalam menentukan kualitas hidup seseorang yang akan memperoleh pengetahuan danb
mengaplikasikannya, semakin tinggi pendidikan maka akan semakin berkualitas dari hal
yang belum tahu menjadi tahu.
Peneliti berasumsi bahwa pendidikan juga mempengaruhi terhadap pelaksanaan
tugas. Dengan pendidikan hamper seluruhnya D3 keperawatan maka sikap responden
dalam pelaksanaan tugas berpengaruh. Untuk itu pelaksanaan timbang terima pasien
dapat dipengaruhi oleh pendidikan responden. Peneliti juga setuju dengan teori Mubarak,
yang dapat disimpulakan semakin tinggi pednidikan semakin mudah mereka menerima
informasi. Dengan semakin banyak responden yang berpendidikan D3 keperawatan
semakin kurangnya dalam pelaksanaan tindakaan untuk mensejahterakan pasien di rumah
sakit.
Berdasarkan pada hasil data didapatkan bahwa hampir setengahnya umur
responden adalah 21-24 tahun sejumlah 18 responden dengan persentase 56,25%.
Menurut Mubarak (2007) seseorang dengan bertambahnya umur akan terjadi perubahan
pada aspek psikis dan psikologis. Pertumbuhan fisik secara garis besar ada empat kategori
perubahan, yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama dan
timbulnya ciri-ciri baru, ini terjadi akibat pematangan fungsi organ.
Pada aspek psikologi dan mental taraf berfikir seseorang semakin matang dari
dewasa. Sedangkan menurut Notoadmodjo, 2018 umur mempengaruhi terhadap daya
tangkap dan juga pola piker seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin
berkembang pula daya tangkap dan pola piker, sehingga sikap pengetahuan yang
diperolehnya semakin membaik.
Peneliti beramsusi bahwa dari data yang sudah didapat menunjukkan bahwa
hampir setangahnya umur responden di RSHB dalah 21-24 tahun 56,25%. Dari data
tersebut peneliti setuju dengan teori Mubarak dan Notoadmodjo yang menyatakan
semakin besar umur seseorang maka akan semakin besar pula pengaruh terhadap tindakan
yang dilakukan oleh responden. Untuk itu peneliti bersependapat bahwa umur juga dapat
mempengaruhi pelaksanaan timbang terima yang baik dan sesuai dengan prosedur.
Teori Riesenberg (2010) mengemukakan bahwa factor penghambat
mempengaruhi terlaksananya timbang terima pasien secara efektif seperti hambatan
komunikasi responden yaitu ketidakpahaman responden terhadap informasi yang harus
disampaikan kepada perawat yang akan berjaga selanjutnya.
Peneliti beransumsi bahwa factor pengahmabat juga dapat mempengaruhi
pelaksanaan timbang teima pasien yang masih kurang baik dalam pelaksanaan yang
dilakukan oleh responden. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa factor penghambat
seperti hambatan komunikasi, masalah yang berhubungan dengan standar, ketersediaan
sumber daya, factor lingkungan, efektifitas waktu. Apabila factor pendukung lebih
ditingkatkan lagi maka timbang terima pasien dapat dilaksanakan dan berjalan dengan
baik. Akan sangat baik apabila dilaksanakannya pelatihan responden supaya lebih
memahami lagi pentingnya pelaksanaan timbang terima pasien.
Faktor-faktor yang sudah dijelaskan tadi, masih ada beberapa pelaksanaan
timbang terima pasien yang masih kurang. Karena hampir seluruhnya pelaksanaan
timbang terima pasien baik didapatkan 22 responden dengan persentase (68,75%) tetapi
tidak seluruhnya pelaksanaan timbang terima pasien baik. Namun demikian peneliti
masih melihat danya nilai yang masih menjawab kurang baik. Hal ini bisa dilihat dari
hasuil kuesioner yang digunakan oleh peneliti didapatkan ada beberapa pernyataan yang
nilainya masih cukup. Dari pernyataan-pernyataan tersebut peneliti berasumsi masih
banyak sebagian responden masih belum memahami pentingnya dalam pelaksanaan
timbang terima pasien, dipengaruhi seperti pendidikan dan umur responden.
D. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
1. Diketahui bahwa umur responden di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Harapan Bunda
Lampung Tengah 21-24 tahun yaitu sebanyak 18 orang (56,25%), umur 25-29 tahun
10 orang (31,25%), umur >30 tahun 4 orang (12,5%).
2. Diketahui bahwa jenis kelamin responden di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Harapan
Bunda Lampung Tengah berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 23 orang
(68,75%) laki-laki sebanyak 9 orang (28,125%)
3. Diketahui bahwa pendidikan responden di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Harapan
Bunda Lampung Tengah berpendidikan vokasi yaitu sebanyak 22 orang (68,75%) dan
profesi 10 orang (31,25%) sarjana 0%
4. Diketahui bahwa responden pelaksanaan timbang terima pasien baik yaitu sebanyak
22 orang (68,75%) dan cukup sebanyak 10 orang 31,25%
5. Diketahui bahwa pengetahuan responden baik yaitu sebanyak 17 orang (53,125%)
dan kurang sebanyak 15 orang (46,875%)
6. Diketahui bahwa pendidikan vokasi yaitu sebanyak 22 orang (68,75%) dan
pendidikan profesi sebanyak 10 orang (31,25%)
7. Didapatkan nilai p- value pendidikan 0,031 pengetahuan 0,000. Hasil tersebut lebih
kecil dari taraf signifikan yang digunakan yaitu <0,05 dengan kata lain H1 diterima
atau ada hubungan pendidikan dan pengetahuan dalam pelaksanaan timbang terima di
ruang rawat inap Rumah Sakit Harapan Bunda Lampung Tengah Tahun 2022.
B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit
Bisa dijadikan sebagai acuan dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan pada
pasien terutama dalam meningkatkan standar komunikasi SBAR di dalam ruangan
yang digunakan oleh perawat dan juga tenaga medis lainnya
2. Bagi tenaga perawat
Bisa memberikan pemahaman lebih kepada perawat di Ruang Rawat Inap mengenai
pelaksanaan timbang teima pasien yang ditekankan dalam menyiapkan buku catatan
dan juga melaksanakan diskusi stelah handover secara rutin pada saat pergantian shift,
untuk dokumentasi keperawatan metdoe SOAP lebih dicermati lagi saat
pendokumentasian dan meminimalis kesalahan dalam tindakan keperawatan