Anda di halaman 1dari 16

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN DENGAN

PELAKSANAAN TIMBANG TERIMA DI RSHB LAMPUNG TENGAH TAHUN 2022

OLEH :
SRI SUMARNI

2020206203327P

ARTIKEL ILMIAH / MANUSKRIP JURNAL

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT


PROGRAM STUDI STRATA I KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
2022
HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Jurnal : “ Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Pengetahuan Dalam


Pelaksanaan Timbang Terima Di RS Harapan Bunda Lampung Tengah
Tahun 2022”
Nama Mahasiswa : Sri Sumarni
NIM : 2020206203327P
Prodi : S1 Keperawatan
Fakultas : Kesehatan

MENYETUJUI

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Cikwanto, M.Kep Nur Fadhilah, M.Kes


NIDN.0204077801 NIDN. 0220077503

Kepala LPPM Ketua Program Studi

PROF. Dr JUHRI Am M.pd Ns. Rita Sari, M.Kep


NIP.195307032985011001 NIDN. 0222087403
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN DENGAN

PELAKSANAAN TIMBANG TERIMA DI RSHB LAMPUNG TENGAH TAHUN 2022

Sri Sumarni1) Cikwanto 2) Nur Fadhilah


1,2,3)
Program Studi S1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
E - mail : sri.2020206203327p@student.umpri.ac.id

ABSTRAK

Timbang Terima (handover) adalah transfer tentang informasi (termasuk tanggung jawab dan
tanggung gugat) selama perpindahan perawatan yang berkelanjutan yang mencakup peluang
tentang pertanyaan, klarifikasi dan konfirmasi tentang pasien. Tujuan penelitian ini adalah
diketahuinya hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan dengan pelaksanaan timbang
terima . Metode yang digunakan adalah survey analitik korelasi dengan pendekanan cross
sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah perawat ruang rawat inap berjumlah 32 orang
dengan sample adalah seluruh populasi, alat ukur menggunakan kuesioner. Analisa data
menggunakan uji Chi Square. hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 32 responden,
pendidikan vokasi yaitu sebanyak 22 orang (68,75%) dan profesi 10 orang (31,25%) sarjana
0%, pelaksanaan timbang terima pasien baik yaitu sebanyak 22 orang (68,75%) dan cukup
sebanyak 10 orang 31,25%, pengetahuan responden baik yaitu sebanyak 17 orang (53,125%)
dan kurang sebanyak 15 orang (46,875%) Didapatkan nilai p- value pendidikan 0,031
pengetahuan 0,000. Hasil tersebut lebih kecil dari taraf signifikan yang digunakan yaitu <0,05
dengan kata lain H1 diterima atau ada hubungan pendidikan dan pengetahuan dalam
pelaksanaan timbang terima di ruang rawat inap Rumah Sakit Harapan Bunda Lampung
Tengah Tahun 2022.

Kata Kunci : Tingkat Pendidikan, Pengetahuan,Pelaksanaan Timbang Terima


Kepustakaan : 20 (2009-2019)
ABSTRACT

Handover is the transfer of information (including responsibility and accountability) during


an ongoing transfer of care that includes opportunities for questions, clarifications and
confirmations about the patient. The purpose of this study was to determine the relationship
between the level of education and knowledge with the implementation of weigh-in. The
method used is a correlation analytic survey with a cross sectional approach. The population
in this study were inpatient room nurses totaling 32 people with the sample being the entire
population, the measuring instrument was using a questionnaire. Data analysis using Chi
Square test. The results showed that of the 32 respondents, there were 22 vocational
education (68.75%) and profession 10 people (31.25%) undergraduate 0%. enough as many
as 10 people 31.25%, good knowledge of respondents as many as 17 people (53.125%) and
less as many as 15 people (46.875%) The p-value of education was 0.031 knowledge of
0.000. This result is smaller than the significant level used, which is <0.05, in other words
H1 is accepted or there is a relationship between education and knowledge in the
implementation of the weigh-in in the inpatient room at Harapan Bunda Hospital, Central
Lampung in 2022.

Keywords: Education Level, Knowledge, Implementation of Weighing in

Bibliography : 20 (2009-2019)
A. PENDAHULUAN

Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan yang


diselenggarakan untuk meningkatkan derajat kjesehatan masyarakat. Oleh karena itu
diharapkan pelayanan keperawatan yang diberikan dapat memenuhi kebutuhan dan
tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang profesional. Pelayanan
keperawatan yang profesional sebagai indikator kualitas pelayanan kesehatan
menjadi salah satu factor penentu citra institusi pelayanan kesehatan dimata
masyarakat (Nursalam,2018).

Pelayanan keperawatan yang profesioanl adalah sebuah keharusan, dan merupakan


tuntutan masyarakat. Keperawatan profesional merupakan penampilan yang
menyeluruh saat melakukan aktifitas keperawatan sesuai dengan kode etik
keperawatan (Kusminarti, 2018). Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan
dapat dicapai dengan mengoptimalkan peran dan fungsi perawat, terutama pada
peran dan fungsi mandiri yang dilakukan oleh perawat (Nursalam, 2017). Hal ini
dapat diwujudkan dengan baik melalui komunikasi yang efektif antar sesama
perawat, maupun dengan tim kesehatan yang lain. Salah satu komunikasi yang harus
ditingkatkan keefektivitasannya adalah saat dilakukan pergantian shift (timbang
terima pasien).

Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu
(laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien. Timbang terima bertujuan untuk
menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum pasien, menyampaikan hal-hal
penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya, dan tersusunnya rencana
kerja untuk dinas berikutnya (Nursalam, 2018)

Data World Health Organization (WHO) (2018) menginformasikan bahwa terdapat


11% dari 25.000 - 30.000 kasus pada tahun 2015-2018 terdapat kesalahan akibat
komunikasi pada saat serah terima pasien. 889 kejadian malpraktek ditemukan 32%
diakibatkan kesalahan komunikasi dalam timbang terima sehingga menimbulkan
kesalahan dalam pemberian obat yang berpengaruh pada kesehatan pasien. Kesalahan
dalam pelayanan kesehatan tidak hanya ditemui di internasional.
Penelitian mayasari (2019) di institusi RS menjelaskan bahwa Prosedur timbang
terima dilakukan pada setiap pergantian shift jaga, namun cara penyampaian isi
timbang terima belum dilakukan secara komprehensif, meliputi isi timbang terima
(masalah keperawatan pasien lebih berfokus pada diagnosis medis), dilakukan secara
lisan tanpa ada pendokumentasian, sehingga rencana tindakan yang belum dan
sudah dilaksanakan, dan hal-hal penting masih ada yang terlewati untuk disampaikan
pada shift berikutnya.

Hasil penelitian dari 138 perawat di RSUD Pariaman menunjukkan bahwa sebagian
besar pelaksanaan handover berada dalam kategori baik sebanyak 88 orang (63,8%).
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar perawat di RS telah melaksanakan
handover dengan baik. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Manopo, Maramis
dan Sinolungan (2013)di RSU GMIM Kalooran Amurang, diperoleh hasil bahwa 63,3
% pelaksanaan handover berada dalam kategori baik. Hasil penelitian ini juga sesuai
dengan penelitian yang dilakukan Fatrida et al., (2019), menunjukkan bahwa
responden yang melaksanakan handover baik yaitu sebanyak 39 responden (66,1%).

Faktor-faktor yang mempengaruhi timbang terima adalah pendidikan, pengetahuan,


tanggungjawab, waktu. (Friesen, 2008). Teori ini sejalan dengan penelitian Kamil
(2017) yaitu faktor internal meliputi komunikasi, pendidikan, pengetahuan atau
pengalaman, dokumentasi. Adapun berdasarkan penelitian yang dilakukan Kesrianti,
Noor & Maidin (2014) menyatakan bahwa pengetahuan, sikap, ketersediaan prosedur
tetap, kepemimpinan, dan rekan kerja berpengaruh terhadap pelaksanaan Timbang
terima.

Sejalan dengan Mayasari (2019) melakukan peneliitian di RSUP DR. M. Djamil


Padang, menjelaskan bahwa pelaksanaan timbang terima (operan) yang diobservasi
pada pergantian shift malam-pagi dilakukan dalam tiga kali observasi tidak ada yang
dilakukan efektif dengan rata-rata persentase 69,9%. Ketidakefektifan disebabkan
pada saat melakukan timbang terima (operan) kegiatan dalam prosedur timbang
terima (operan) yang tidak dilaksanakan dan dilaksanakan tidak benar. Pergantian
jaga pagi-sore yang dilaksanakan dalam tiga kali observasi tidak ada yang
dilaksanakan secara efektif dengan rata-rata presentase 65,4%. Ketidakefektifan ini
disebabkan karena pada jaga berikutnya tidak mengenalkan perawat yang bertugas
selanjutnya dan tidak membuat kontrak dengan pasien. Pelaksanaan timbang terima
(operan) yang diobservasi pada pergantian shift sore-malam yang dilaksanakan tiga
kali pertemuan tidak dilaksanakan dengan efektif dengan rata-rata persentase 60,3%.

Menurut Cahyono (2008) dalam Rezkiki & Utami, (2017) mengatakan bahwa
beberapa faktor yang mempengaruhi timbang terima salah satunya yaitu pengetahuan
dan tingkat pendidikan. Menurut penelitian Ita, Suradika, dan Tri (2016) di IRNA A
RS Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto didapatkan pengetahuan perawat rendah
yaitu sebesar 39 orang 55,7%, sedangkan menurut penelitian Rezkiki & Utami,
(2017) diketahui terdapat beberapa responden dengan berpengetahuan rendah yaitu
16,7% dan tercatat lebih dari sebahagian 66,7% responden tidak melaksanakan
timbang etrima dengan baik.

Rumah sakit harapan bunda adalah salah satu rumah sakit swasta yang berada di
Lampung Tengah yang memberikan layanan Poli, IGD, Lab, Ranap kapasitas bed
dan salah satu kegiatan rawat inap adalah handover. Handover merupakan layanan
komprehensif yang dilakukan untuk monitoring 24 jam.

Handover di Rumah Sakit Harapan Bunda dilakukan setiap 3 kali setiap pergantian
sift malam kepagi, sift pagi kesiang dan sif siang ke malam. Namun demikian
pelaksanaan yang terjadi ada perawat yang bed side kepasien ada yang tidak, ada
yang memperkenalkan diri dan ada yang tidak. Hasil observasi berdasarkan kuisioner
tentang pelaksanaan timbang terima dari 8 perawat yang diberikan kuisioner, 5
perawat (62.5%) dengan pelaksanaan timbang terima kurang baik, dan 3 orang
perawat (37.5%) dengan timbang terima baik. Hasil studi pendahuluan yang
dilakukan pada tanggal 1 Desember 2021 hingga 5 Desember 2021, di RS Harapan
Bunda. Hasil wawancara dengan 3 dari 6 kepala ruang, mengatakan bahwa proses
timbang terima seringkali mengalami kendala. Salah satunya adalah kedatangan
perawat yang terlambat saat mengikuti timbang terima. Rata-rata perawat yang
datang terlambat di masing-masing ruangan mencapai 2-3 perawat yang datang
terlambat, hal ini dapat mempengaruhi dalam keefektifan waktu saat timbang terima
dilakukan. Hasil wawancara terhadap perawat ruangan 3 diantaranya mengatakan
tidak mengetahui tentang pelaksanaan timbang terima yang benar. Dari data diatas
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Tingkat Pendidikan
dan Pengetahuan dengan Pelaksanaan Timbang Terima (handover) di Rumah Sakit
Harapan Bunda Lampung Tengah Tahun 2022”
B. METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian survey analitik korelasi
yaitu mengetahui korelasi atau hubungan antara faktor resiko atau faktor efek dengan
menggunakan metode pendekatan Cross Sectional, yang merupakan suatu penelitian
yang mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan
cara pendekatan observasi atau pengumpuln data sekaligus pada suatu saat (point time
approach) khususnya terhadap hubungan tingkat pengetahuan dan pendidikan dalam
pelaksanaan timbang terima di RS Harapan Bunda Lampung Tengah.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat rawat inap RS Harapan
Bunda Lampung Tengah sejumlah 32 perawat. Dengan tekhnik pengambilan sampel
menggunakan tehnik purposive sampling yaitu tekhnis penentuan sample dengan
pertimbangan tertentu. Adapun kriteria sampel yang harus diambil adalah sebagai
berikut : Perawat yang bekerja di unit rawat inap RS Harapan Bunda bersedia menjadi
responden sebanyak, perawat yang bekerja saat penelitian.
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, metode
Pengumpulan data dengan wawancara dan observasi. Metode analisa data dilakukan
dengan analisa univariat dan bivariate dengan uji Chi Square.

C. HASIL
Analisis Univariat
1. Pelaksanaan timbang terima

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pelaksanaan Timbang Terima

di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Harapan Bunda Lampung Tengah Tahun

2022

Pelaksanaan
Frekuensi Persentase (%)
timbang terima
Cukup 10 31,25%
Baik 22 68,75%
Jumlah 32 100%
Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa responden pelaksanaan timbang terima

pasien baik yaitu sebanyak 22 orang (68,75%) dan cukup sebanyak 10 orang

31,25%

2. Pengetahuan

Tabel 4.5

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan di Ruang Rawat


Inap Rumah Sakit Harapan Bunda Lampung Tengah Tahun 2022

Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)


Kurang 15 46,875%
Baik 17 53,125%
Jumlah 32 100%

Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa pengetahuan responden baik yaitu

sebanyak 17 orang (53,125%) dan kurang sebanyak 15 orang (46,875%)

3. Pendidikan

Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan di Ruang Rawat
Inap Rumah Sakit Harapan Bunda Lampung Tengah Tahun 2022

Pendidikan Frekuensi Persentase (%)


Profesi 10 31,25%
Vokasi 22 68,75%
Sarjana 0 0%
Jumlah 32 100%

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa pendidikan responden di Ruang Rawat

Inap Rumah Sakit Harapan Bunda Lampung Tengah berpendidikan vokasi yaitu
sebanyak 22 orang (68,75%) dan profesi 10 orang (31,25%) sedangkan sarjana

0%

4. Hubungan pendidikan dan pengetahuan dengan pelaksanaan timbang

terima

Tabel 4.7

Pendidikan Pengetahuan Nilai

Baik Profesi Baik


Pelaksanaa N 10 10 17
n timbang % 31,25 31,25 53,125
terima
Cukup Vokasi Kurang P-value
N 22 22 15 0,000
% 68,75 68,75 15,625

Total N 32 32 32
% 100 100 100

Tabel 4.7 dari tabulasi silang antara hubungan pendidikan dan pengetahuan
dalam pelaksanaan timbang terima didapatkan bahwa pelaksanaan timbang terima
baik terdapat 22 (68,75%) perawat profesi 10 (31,25%) dan pengetahuan baik 17
(53,125%). Pelaksanaan timbang terima cukup 10 (31,25%) perawat dengan
pendidikan vokasi 22 (68,75%) dan pengetahuan kurang 15 (15,625%). Didapatkan
nilai p- value pendidikan 0,031 pengetahuan 0,000. Hasil tersebut lebih kecil dari
taraf signifikan yang digunakan yaitu <0,05 dengan kata lain H1 diterima atau ada
hubungan pendidikan dan pengetahuan dalam pelaksanaan timbang terima di ruang
rawat inap Rumah Sakit Harapan Bunda Lampung Tengah Tahun 2022.

Berdasarkan hasil penelitian pada table 4.6 didapatkan bahwa dari 32 responden
seluruhnya pelaksanaan timbang terima pasien yang baik yaitu sebanyak 22 (68,75%) dan
sisanya sebanyak 10 (31,25%) pelaksanaan timbang terima cukup.
Dari hasil data penelitian dapat diperoleh pelaksanaan timbang terima pasien
dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain pendidikan, umur. Berdasarkan hasil tersebut
menunjukkan bahwa hampir seluruhnya pendidikan vokasi 22 (68,75%) sedangkan
pendidikan profesu 10 (31,25%). Dan responden dengan pengetahuan baik 17 (53,125%).
Sedangkan pengetahuan kurang 15 (15,625%) responden.
Menurut Mubarak (2007) pendidikan ada factor yang mempengaruhi pengetahuan
seseorang, karena pendidikan adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang
lain terhadap suatu hal agar dapat memahami. Semakin tinggi pendidikan seseorang
makan semakin mudah mereka menerima informasi dan semakin banyak pula
penegtahuan yang didapat.
Sedangkan menurut Notoadmodjo, (2018) pendidikan sangat berperan penting
dalam menentukan kualitas hidup seseorang yang akan memperoleh pengetahuan danb
mengaplikasikannya, semakin tinggi pendidikan maka akan semakin berkualitas dari hal
yang belum tahu menjadi tahu.
Peneliti berasumsi bahwa pendidikan juga mempengaruhi terhadap pelaksanaan
tugas. Dengan pendidikan hamper seluruhnya D3 keperawatan maka sikap responden
dalam pelaksanaan tugas berpengaruh. Untuk itu pelaksanaan timbang terima pasien
dapat dipengaruhi oleh pendidikan responden. Peneliti juga setuju dengan teori Mubarak,
yang dapat disimpulakan semakin tinggi pednidikan semakin mudah mereka menerima
informasi. Dengan semakin banyak responden yang berpendidikan D3 keperawatan
semakin kurangnya dalam pelaksanaan tindakaan untuk mensejahterakan pasien di rumah
sakit.
Berdasarkan pada hasil data didapatkan bahwa hampir setengahnya umur
responden adalah 21-24 tahun sejumlah 18 responden dengan persentase 56,25%.
Menurut Mubarak (2007) seseorang dengan bertambahnya umur akan terjadi perubahan
pada aspek psikis dan psikologis. Pertumbuhan fisik secara garis besar ada empat kategori
perubahan, yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama dan
timbulnya ciri-ciri baru, ini terjadi akibat pematangan fungsi organ.
Pada aspek psikologi dan mental taraf berfikir seseorang semakin matang dari
dewasa. Sedangkan menurut Notoadmodjo, 2018 umur mempengaruhi terhadap daya
tangkap dan juga pola piker seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin
berkembang pula daya tangkap dan pola piker, sehingga sikap pengetahuan yang
diperolehnya semakin membaik.
Peneliti beramsusi bahwa dari data yang sudah didapat menunjukkan bahwa
hampir setangahnya umur responden di RSHB dalah 21-24 tahun 56,25%. Dari data
tersebut peneliti setuju dengan teori Mubarak dan Notoadmodjo yang menyatakan
semakin besar umur seseorang maka akan semakin besar pula pengaruh terhadap tindakan
yang dilakukan oleh responden. Untuk itu peneliti bersependapat bahwa umur juga dapat
mempengaruhi pelaksanaan timbang terima yang baik dan sesuai dengan prosedur.
Teori Riesenberg (2010) mengemukakan bahwa factor penghambat
mempengaruhi terlaksananya timbang terima pasien secara efektif seperti hambatan
komunikasi responden yaitu ketidakpahaman responden terhadap informasi yang harus
disampaikan kepada perawat yang akan berjaga selanjutnya.
Peneliti beransumsi bahwa factor pengahmabat juga dapat mempengaruhi
pelaksanaan timbang teima pasien yang masih kurang baik dalam pelaksanaan yang
dilakukan oleh responden. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa factor penghambat
seperti hambatan komunikasi, masalah yang berhubungan dengan standar, ketersediaan
sumber daya, factor lingkungan, efektifitas waktu. Apabila factor pendukung lebih
ditingkatkan lagi maka timbang terima pasien dapat dilaksanakan dan berjalan dengan
baik. Akan sangat baik apabila dilaksanakannya pelatihan responden supaya lebih
memahami lagi pentingnya pelaksanaan timbang terima pasien.
Faktor-faktor yang sudah dijelaskan tadi, masih ada beberapa pelaksanaan
timbang terima pasien yang masih kurang. Karena hampir seluruhnya pelaksanaan
timbang terima pasien baik didapatkan 22 responden dengan persentase (68,75%) tetapi
tidak seluruhnya pelaksanaan timbang terima pasien baik. Namun demikian peneliti
masih melihat danya nilai yang masih menjawab kurang baik. Hal ini bisa dilihat dari
hasuil kuesioner yang digunakan oleh peneliti didapatkan ada beberapa pernyataan yang
nilainya masih cukup. Dari pernyataan-pernyataan tersebut peneliti berasumsi masih
banyak sebagian responden masih belum memahami pentingnya dalam pelaksanaan
timbang terima pasien, dipengaruhi seperti pendidikan dan umur responden.

Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa pengetahuan responden baik yaitu


sebanyak 17 orang (53,125%) dan kurang sebanyak 15 orang (46,875%). Menurut
Notoatmodjo (2010) semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka akan semakin
mudah menerima informasi tentang obyek atau yang berkaitan dengan pengetahuan.
Pendidikan sangat erat hubungannya dengan pengetahuan, pendidikan merupakan salah
satu kebutuhan dasar manusia yang sangat tinggi diperlukan untuk pengembangan diri.
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan semakin mudah untuk
menerima, serta mengembangkan pengetahuan dan teknologi. Penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusumaningsih dan Monica (2019) tentang
hubungan pengetahuan dan pendidikan dengan pelaksnaan timbang terima bahwa
pendidikan memiliki pengaruh yang cukup besar dalam menciptakan kinerja yang baik.
Menurut pendapat peneliti bahwa pengetahuan perawat tentang pengetahuan pelaksanaan
timbang terima dipengaruhi oleh tingkat profesionalisme dalam melakukan pelayanan
kesehatan.

D. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
1. Diketahui bahwa umur responden di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Harapan Bunda
Lampung Tengah 21-24 tahun yaitu sebanyak 18 orang (56,25%), umur 25-29 tahun
10 orang (31,25%), umur >30 tahun 4 orang (12,5%).
2. Diketahui bahwa jenis kelamin responden di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Harapan
Bunda Lampung Tengah berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 23 orang
(68,75%) laki-laki sebanyak 9 orang (28,125%)
3. Diketahui bahwa pendidikan responden di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Harapan
Bunda Lampung Tengah berpendidikan vokasi yaitu sebanyak 22 orang (68,75%) dan
profesi 10 orang (31,25%) sarjana 0%
4. Diketahui bahwa responden pelaksanaan timbang terima pasien baik yaitu sebanyak
22 orang (68,75%) dan cukup sebanyak 10 orang 31,25%
5. Diketahui bahwa pengetahuan responden baik yaitu sebanyak 17 orang (53,125%)
dan kurang sebanyak 15 orang (46,875%)
6. Diketahui bahwa pendidikan vokasi yaitu sebanyak 22 orang (68,75%) dan
pendidikan profesi sebanyak 10 orang (31,25%)
7. Didapatkan nilai p- value pendidikan 0,031 pengetahuan 0,000. Hasil tersebut lebih
kecil dari taraf signifikan yang digunakan yaitu <0,05 dengan kata lain H1 diterima
atau ada hubungan pendidikan dan pengetahuan dalam pelaksanaan timbang terima di
ruang rawat inap Rumah Sakit Harapan Bunda Lampung Tengah Tahun 2022.

B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit
Bisa dijadikan sebagai acuan dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan pada
pasien terutama dalam meningkatkan standar komunikasi SBAR di dalam ruangan
yang digunakan oleh perawat dan juga tenaga medis lainnya
2. Bagi tenaga perawat
Bisa memberikan pemahaman lebih kepada perawat di Ruang Rawat Inap mengenai
pelaksanaan timbang teima pasien yang ditekankan dalam menyiapkan buku catatan
dan juga melaksanakan diskusi stelah handover secara rutin pada saat pergantian shift,
untuk dokumentasi keperawatan metdoe SOAP lebih dicermati lagi saat
pendokumentasian dan meminimalis kesalahan dalam tindakan keperawatan

3. Bagi institusi pendidikan


Bagi dosen bisa dijadikan evidence based melalu jurnal dalam pengajaran dan bahan
perkuliahan terutama pada perkuliahan management keperawatan

4. Bagi peneliti selanjutnya


Diharapkan peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian tentang factor lain yang
dapat mempengaruhi pelaksanaan timbang terima pasien dengan dokumentasi
keperawatan metode SBAR seperti persepsi, motivasi, reward dan punismen
E. DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, D.M., & Saryono. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif da Kuantitatif


dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha medika
Anita Nuur Lailiyyati. 2013. Skripsi Studi Deskriptif Pelaksanaan Timbang Terima
Di Unit Rawat Inap RST Bhakti Wira Tamtama Semarang
Arif Tiro, Muhammad & Nur Hidayah. 2011. Metode Penelitian Sosial Pendekatan
Survei. Makassar :
Andhira Publiser Asmuji. 2012. Manajemen Keperawatan Konsep dan Aplikasi.
Jakarta:
ArRuzz Media As’ad, M. 2013. Pengertian Pendidikan dan Pengetahuan.
http://www.kajianpustaka.com. Diakses tanggal 5 januari 2014
Bidiarto. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendikia press
Deni kristianto. 2010. Hubungan reward dengan timbang terima. http://www.
eprints.undip.ac.id. diakses tanggal 27 januari 2014
Dewi mursidah. 2012. Skripsi Pengaruh Pelatihan Timbang Terima Pasien Terhadap
Penerapan Keselamatan Pasien Oleh Perawat Pelaksana di RSUD Raden Mattaher
Jambi1
Dini Qurrata Ayuni. 2019. Hubungan Pengetahuan dan Dukungan Teman Sejawat
Pada Pelaksanaan Timbang Terima di RSUD Pariaman.
Djoko, 2012. Pedoman antara Operan. http://www.id.scribd.com. Diakses 1 februari
2014
Fitri Mayasari. 2011. Gambaran Keefektifan Timbang Terima (Operan) Di Ruang
Kelas I Irna Non Bedah (Penyakit Dalam) RSUP Dr. M Djamil Padang
Kurniawan yudianto. 2005. Tesis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan
Operan Pasien Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Dr.Hasan Sadikin Bandung
Notoatmodjo,S. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Nursalam. 2007. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Jakarta : Salemba Medika
Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmiah Keperawatan:
Pedoman Skrips, tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika
Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika
Nursalam. 2013. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Keperawatan Profesional.
Jakarta: Salemba Medika
Priyanto agus. 2009. Komunikasi dan Konseling Aplikasi dalam Sarana Pelayanan
Kesehatan untuk Perawat dan Bidan. Jakarta: Salemba Medika xiv
Quiteria Manopo. 2013. Skripsi Hubungan antara Penerapan Timbang Terima Pasien
dengan Keselamatan Pasien oleh Perawat Pelaksana di RSU GMIM Kalooran
Mmurang Daya Manusia. Jakarta: Fakultas Ekonomi UI Suarli, S. & Yayan, B. 2009.
Man

Shanisa Mairestika. 2021. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Timbang


Terima di RSD Idaman Kota Banjarbaru

Anda mungkin juga menyukai