Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN HASIL PKK KDM 1&2

TEORI ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA


DBD
POLTEKKES KEMENKES MANADO 2021

Gabriela Adeleda Novita Leiwakabessy


711430120032
Ners Reguler
A. DEFINISI

DBD atau demam berdarah dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh salah satu
dari empat virus dengue. Demam berdarah merupakan penyakit yang mudah menular.
Sarana penularan demam berdarah sendiri berasal dari gigitan nyamuk Aedes aegypti
dan Aedes albocpictus.

B. FAKTOR RISIKO
 Pernah mengalami infeksi virus dengue sebelumnya;
 Tinggal atau bepergian ke daerah tropis; dan
 Bayi, anak-anak, orang lanjut usia, dan orang dengan kekebalan tubuh yang
lemah.

C. PENYEBAB

Penyakit demam berdarah disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk
Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua nyamuk dapat menggigit di pagi hari
sampai sore menjelang petang. Penularan terjadi saat nyamuk menggigit dan
menghisap darah seseorang yang sudah terinfeksi virus dengue, ketika nyamuk
tersebut mengigit orang lain, maka virus akan tersebar. Hal tersebut terjadi karena
nyamuk berperan sebagai medium pembawa (carrier) virus dengue tersebut.

D. TANDA & GEJALA

Gejala umumnya timbul 4-7 hari sejak gigitan nyamuk, dan dapat berlangsung selama
10 hari. Beberapa gejala demam berdarah, yaitu:

 Demam tinggi mencapai 40 derajat Celsius;

 Nyeri kepala berat;

 Nyeri pada sendi, otot, dan tulang;


 Nyeri pada bagian belakang mata;

 Nafsu makan menurun;

 Mual dan muntah;

 Pembengkakan kelenjar getah bening;

 Ruam kemerahan sekitar 2-5 hari setelah demam;

 Kerusakan pada pembuluh darah dan getah bening; dan

 Perdarahan dari hidung, gusi, atau di bawah kulit.

E. KOMPLIKASI

 Tanda perdarahan, seperti mimisan, gusi berdarah, perdarahan di bawah kulit,


muntah hitam, batuk darah, maupun buang air besar dengan feses kehitaman.

 Tekanan darah menurun;

 Kulit basah dan terasa dingin;

 Denyut nadi melemah;

 Frekuensi buang air kecil menurun dan jumlah urine yang keluar sedikit;

 Mulut kering;

 Sesak nafas atau pola napas tidak beraturan.

F. PATOFISIOLOGI TERJADINYA DBD

Fenomena patofisiologi utama DBD adalah meningginya permeabilitas dinding


pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi,

trombositopenia dan diatesis hemoragik. Plasma merembes selama perjalanan

penyakit mulai dari permulaan masa demam dan mencapai puncaknya pada masa

renjatan. Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan menghilangnya plasma

melalui endotel dinding pembuluh darah. Meningginya nilai hematokrit

menimbulkan dugaan bahwa renjatan terjadi sebagai akibat kebocoran plasma ke

daerah ekstra vaskuler melalui kapiler yang rusak.

Trombositopenia merupakan kelainan hematologis yang sering ditemukan.

Trombositopenia diduga akibat meningkatnya destruksi trombosit dan depresi

fungsi megakariosit. Trombositopenia dan gangguan fungsi trombosit dianggap

sebagai penyebab utama terjadinya pendarahan pada DBD. Selain

trombositopenia, kelainan sistem koagulasi juga berperan dalam perdarahan

penderita DBD.

Perdarahan kulit pada penderita DBD umumnya disebabkan oleh faktor

kapiler, gangguan fungsi trombosit dan trombositopenia, sedangkan perdarahan

masif terjadi akibat kelainan mekanisme yang lebih kompleks lagi, yaitu
trombositopenia, gangguan faktor pembekuan dan kemungkinan besar oleh faktor

Disseminated Intravascular Coagulation.


F. PATHWAY/WOC

Infeksi Virus Dengue

Virtemia

Depresi sumsum Terbentuk komplek antigen-antibodi Hepatomegali

Tulang Mengaktivasi sistem komplemen


Mual-muntah

PGE2 Hipotalamus Dilepaskan C3a dan C5a (peptida)


Perubahan nutrisi
Melepaskan histamin kurang dari
kebutuhan tubuh
Hipertermi Kekurangan
Permeabilitas membran meningkat Volume cairan

Kebocoran plasma

Hipovolemia

Kerusakan endotel
Resiko syok
hipovolemia
Efusi Pleura dan ascites Pembulu darah

Trombosit menurun Resiko terjadi


perdarahan
Trombositopenia

Perdarahan
Perubahan
perfusi
jaringan

Syok hipovolemik
Kematian

Sumber: Nursalam dkk (2005), Suriadi dan Rita Yuliani (2001).


G. TINJAUAN TEORI ASKEP

1. Pengkajian dengan Penyakit infeksi Demam Berdarah Dengue menurut


(Nurarif & Hardhi, 2015) adalah :
 Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang
tua, dan pekerjaan orang tua.

 Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien Demam Berdarah Dengue untuk datang
ke Rumah Sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.

 Riwayat penyakit sekarang


Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil, dan saat
demam kesadaran komposmentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7
dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk pilek, nyeri
telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan
persendian, nyeri uluh hati, dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya
manisfestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade 3 dan 4), melena, atau hematemesis.

 Riwayat penyakit yang pernah diderita Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada
Demam Berdarah Dengue, anak bisa mengalami serangan ulangan Demam Berdarah
Dengue dengan tipe virus yang lain.
 Riwayat imunisasi Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka
kemungkinan akan timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.

 Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita Demam Berdarah Dengue dapat bervariasi. Semua
anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor
predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah,
dan napsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut, dan tidak disertai dengan
pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat 35 mengalami penurunan berat
badan sehingga status gizinya menjadi kurang.

 Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih
(seperti air yang menggenang dan gantungan baju di kamar).

 Pola kebiasaan
- Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan, napsu makan berkurang,
napsu makan menurun.
- Eliminasi atau buang air besar.Kadang-kadang anak mengalami diare atau
konstipasi. Sementara Demam Berdarah Dengue pada grade III-IV bisa terjadi
melena.

 Eliminasi urine atau buang air kecil


perlu dikaji apakah sering kencing sedikit atau banyak sakit atau tidak. Pada Demam
Berdarah Dengue grade IV sering terjadi hematuria.

 Tidur dan istirihat. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit/nyeri
otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya kurang.

 Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan


cenderung kurang terutama untuk membersikan tempat sarang nyamuk Aedes
Aegypti.

l. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga
kesehatan. 36 m. Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi
dari ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan atau (grade) Demam
Berdarah Dengue, keadaan fisik anak adalah sebgai berikut:
1) Grade I : kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital dan
nadi lemah.
2) Grade II : kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, dan perdarahan
spontan petekie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil dan tidak teratur.
3) Grade III : kesadaran apatis, somnolent, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil
dan tidak teratur, serta tensi menurun.
4) Grade IV : kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tensi tidak
terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit tampak
biru.

 Sistem integument Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul
keringat dingin, dan lembab.
1) Kuku sianosis/tidak
2) Kepala dan leher Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam
(flusy), mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade II,
III, IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi
dan nyeri telan. 37 Sementara tenggorokan mengalami hiperemia pharing ( pada
Grade II, III, IV).
3) Dada Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thorax terdapat
adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan ( efusi pleura), rales (+),
Ronchi (+), yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.
4) Abdomen Mengalami nyeri tekan, Pembesaran hati (hepetomegali), asites.
5) Ekstremitas
6) Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada anak dengan penyakit infeksi
Demam Berdarah Dengue tergantung pada data yang ditemukan, diagnosa
keperawatan yang muncul antara lain:
a. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan infeksi virus.
b. Nyeri berhubungan dengan gangguan metabolisme pembuluh darah
perifer.
c. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual, muntah, tidak ada napsu makan.
d. Potensial terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
e. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
permeabilitas kapiler, muntah dan demam.
f. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kelemahan tubuh.
H. SOP YANG TERKAIT
 SOP PEMERIKSAAN DBD
1.Pengertian Suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus Dengue.
2.Tujuan Sebagai penerapan langkah-langkah dalam melakukan diagnosa dan terapi
kasus demam dengue dan demam berdarah dengue
3.Kebijakan 1. Kebijakan Kepala Puskesmas Aik Darek nomor 003/PKM-M/Kep/2015
tentang Jenis-jenis Pelayanan yang Ada di Puskesmas
2. Kebijakan Kepala Puskesmas Aik Darek nomor 004/PKM-M/Kep/2015
tentang Penetapan Penanggung Jawab dan Petugas UKP di Puskesmas Aik
Darek
4.Referensi Permenkes No 5 tahun 2014
5.Prosedur
1. Anamnesa
1.1 Menanyakan apakah ada panas, berapa lama dan bagaimana pola
panas
1.2 Menanyakan apakah keluhannyeri kepala, nyeri retroorbital,
mialgia/atralgia
1.3 Menanyakan apakah ada ruam , gusi berdarah, mimisan, nyeri
perut, mual/muntah, hematemesis dan dapat juga melena.
1.4 Menanyakan apakah ada riwayat kontak dengan pasien demam
berdarah dengue
2. Pemeriksaan Klinis
2.1 Tanda patognomonik untuk demam dengue:
a. Suhu Suhu > 37,5 derajat celcius
b. Ptekie, ekimosis, purpura
c. Perdarahan mukosa
d. Rumple Leed (+)

2.2 Tanda Patognomonis untuk demam berdarah dengue


a. Suhu > 37,5 derajat celcius
b. Ptekie, ekimosis, purpura
c. Perdarahan mukosa
d. Rumple Leed (+)
e. Hepatomegali
f. Splenomegali
g. Untuk mengetahui terjadi kebocoran plasma, diperiksa tanda-tanda
efusi pleura dan asites.
h. Hematemesis atau melena

3. Pemeriksaan Penunjang
3.1 Melakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan darah rutin
dengan hasil leukopenia, peningkatan hematokrit diatas 20% dibandingkan
standard sesuai usia dan jenis kelamin dan atau menurun dibandingkan nilai
hematokrit sebelumnya > 20% setelah pemberian terapi cairan,
Trombositopenia (Trombosit <100.000/ml)

4. Diagnosa
4.1 Demam Dengue
4.2 Demam Berdarah Dengue
5. Diagnosa Banding
5.1 Demam karena infeksi virus ( influenza , chikungunya, dan lain-lain)
5.2 Demam tifoid
6. Terapi
6.1 Terapi simptomatik dengan analgetik antipiretik (Parasetamol 3 x
500- 1000 mg).
6.2 Pemeliharaan volume cairan sirkulasi
6.3 Alur penanganan pasien dengan demam dengue/demam berdarah
dengue, yaitu:
Gambar 4. Alur penanganan pasien dengan demam dengue/demam berdarah
dengue
6.4 Pemeriksaan Penunjang Lanjutan: pemeriksaan Kadar Trombosit dan
Hematokrit secara serial

6.5 Memberikan edukasi mengenai penularan, perjalanan penyakit dan


tata laksananya,serta melakukan kegiatan 3M menguras, mengubur,
menutup

6.6 Pemberian rujukan dengan kriteria adanya perdarahan masif


(hematemesis, melena), dengan pemberian cairan kristaloid
sampai dosis 15 ml/kg/ jam kondisi belum membaik atau terjadi
komplikasi atau keadaan klinis yang tidak lazim, seperti kejang,
penurunan kesadaran, dan lainnya.

6.Unit Terkait Loket, laboratorium dan apotik.


7.Dokumen -
Terkait

 SOP PENGUKURAN TTV

1 Pengertian 1. Pernafasan
. menghitung jumlah
pernafasan ( inspirasi
yang diikuti ekspresi
selaman 1 menit.
2. Nadi
menghitung frekuensi
denyut nadi ( loncatan
aliran darah yang dapt
teraba yang terdapat di
berbagai titik anggota
tubuh melalui perabaan
pada nadi, yang lazim
diperiksa atau diraba pada
radialis.
3. Tekanan darah
melakukan pengukuran
tekanan darah ( hasil dari
curah jantung dan tekanan
darah perifer )mdengan
menggunakan
spygnomanometer dan
sttoskop.
4. Suhu
mengukur suhu tubuh
dengan mengguanakan
termometer yang di
pasangkan di mulut, aksila
dan rektal.

2 Tujuan 1. Pernafasan
. a) Mengetahui kesdaan umum pasien
b) Mengetahui jumlah dan sifat pernafasan
dalam rentan 1 menit
c) Mengikuti perkembangan penyakit
d) Membantu menegakkan diagnosis

2. Nadi
a) Mengetahui denyut nadi selama rentan
waktu 1 menit
b) Mengetahui keadaan umum pasien
c) Mengetahui intgritas  sistem
kardiovaskulr
d) Mengukuti perjalanan penyakit

3. Suhu
a) Mengetahui suhu tubuh pasien untuk
menentukan tindakan keperawatan
b) Membantu menegakkan diagnosis

4. Tekanan darah
a) Mengetahui keadaan hemodinamik
pasien
b) Mengetahui keadaan kesehatan
pasien secara menyeluruh

3 Kebijakan a. Pada pasien yang baru masuk dan untuk


. dirawat
b. Secara rutin pada pasien yang dirawat
c. Sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan
pasien

4 Referensi
.
5 Prosedur/ A. Persiapan alat :
. Langkah- 1. Pernafasan
langkah Stop watch atau jam
tangan, pena dan buku
2. Nadi
Stop watch atau jam
tangan, pena dan buku
3. Tekanan darah
Stotoskop,
spygnomanometer, pena
dan buku
4. Suhu
Termometer aksila, atau
termometer mulut atau
rektum, tissue, air bersih,
air sabun, air desinfektan,
savlon didalam bitol, pena
dan buku.

B. Prosedur kerja :
I. Tahap prainteraksi
a. Baca status pasien
b. Lakukan verifikasi order yang ada untuk
pemeriksaan
c. Mencuci tangan
d. siapkan alat

II. Tahap orientasi


a. Memanggil nama pasien
b. Jelaskan prosedur dab tujuan tindakan
pada pasien dan keluarga
c. Berikan kesempatan pasien dan keluarga
untuk bertanya
d. Jaga privacy pasien

III.   Tahap kerja


a. Memberikan kesempatan pada pasien
dan keluarga untuk bertanya sebelum
tindakan dimulai
b. Menggunakan sarung tangan
c. Menanyakan keluhan utama melakukan
penilaian sesuai dengan prosedur
d. Melakukan kegiatan sesuai perencanaan

i. Penilaian pernafasan
a. Menjelaskan prosedur kepada pasien bila
hanya khusus menilai pernafasan
b. Membuka baju pasien jika perlu
untukmengobservasi gerakan dada
c. Letakan tangan pada dada,
mendobservasikeadaan dan kesimetrisan
gerak pernafasan
d. Menentukan irama pernafasan
e. Menghitung pernafasan slama 1 menit
atau 60 detik
f. Mendengarkan bunyi pernafasan,
kemungkinana ada bunyi abnormal
g. Mencuci tangan

ii. Penilaian denyut nadi radialis


a. Mengatur posisi pasien dengan nyaman
dan rileks
b. Menekan kulit pada area arteri radialis
dengan menggunakan 3 jari yang
kemudian meraba denyut nadi
c. Menekan arteri radialis kuat dengan
menggunakan jari-jari 1 menit atau 60
detik, jika tidakteraba denyutan, jari-jari
digeser kekanan atau kekiri hingga
denyut nadi dapat dirasakan
d. Denyut pertama akan terasa atau teraba
kuat, jika denyut hilang rabalah, tekanlah
hinggadenyut terasa kuat kembali
e. Mencuci tangan

iii. Penilaian tekanan darah


a. Mnyiapkan posisi pasien
b. Menyingsingkan lengan baju
pasien
c. Memasang manset 1 inchi ( 2,5
cm ) diatas nadi branchialis
( melakukan palpasi nadi
branchialis )
d. Mengatur tensi meter agar
siapdipakai ( untuk tensi air raksa
) menghubungkan pipa tensi
meter dengan pipa manset,
menutup sekrup balon manset,
membuka kunci resevoir
e. Meletakan diafragma stotoskop
diatas tempat denyut nadi tanpa
menekan nadi branchialis
f. Memompa balon manset ±180
mmHg
g. Mengendorkan pompa dengan
cara membuka skrup balon
manset hingga melawati bunyi
denyut nadi yang terdengar
terakhir
h. Pada saat mengendurkan pompa
perahtikan bunyi denyut nadi
pertama ( syistol ) sampai denyut
nadi terakhir ( diastol ) jatuh
diangka berapa sesuai dengan
sekala yang ada di tensi meter
i. Jika pengukuran belum yakin,
tunggu 30 detik dan lalu lengan
ditinggikan diatas jantung untuk
mengalirkan darah dari lengan
setelah itu ulangi lagi, hingga
merasa yakin dan mendapat hasil
yang akurat
j. Melepaskan manset
k. Mengembalikan posisi pasien
dengan senyaman mungkin
l. Mencuci tangan

iv. Penilaian suhu pada aksila


a. Mengamati angka yang di tunjuk
air raksa dengan benar
b. Menurunkan air raksa bila perlu
c. Mengatur posisi pasien
d. Meletakan termimeter di ketiak
tangan kanan atau tangan kiri
dengan posisi ujung termometer
dibawah kemudian pasien disuruh
menjepit termometer dengan cara
tangan kanan atau tangan kiri
memegang bahu secara
bersilangan
e. Menunggu sekitar 5 menit
f. Mengambil termometer setelah 5
menit kemudian mengelap
termometer dengan cara berputar
dari urutan yang paling bersih
keurutan yang paling kotor
g. Menbaca hasil pengukuran suhu
yang ditunjukan air raksa dengan
segera
h. Merapikan baju dan posisi pasien
senyaman mungkin
i. Mencelupkan termometer dengan
urutan  air savlon, air sabun dan
bilas dengan sir bersih
j. Mengeringkan termometer
dengan menggunakan tissue
k. Mengembalikan atau menurunkan
posisi air raksa
l. Mencuci tangan

C. Tahap terminasi
a. Menanyakan kepada pasien
apa yang dirasakan setelah
dilakukan tindakan
b. Menyimpulkan prosedur yang
telah dilakukan
c. Melakukan kontrak untuk
tindakan selanjutnya
d. Berikan penghargaan sesuai
dengan kemampuan pasien
e. Mengakhiri kegiatan dengan
memberikan salam

 SOP PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI

 Prosedur Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi - Pemenuhan kebutuhan eliminasi


terdiri dari kebutuhan eliminasi alvi (berhubungan dengan defekasi) dan
kebutuhan eliminasi urin (berhubungan dengan berkemih). Dalam memenuhi
kebutuhan eliminasi, sangat di perlukan pengawasan terhadap masalah yang
berhubungan dengan gangguan kebutuhan eliminasi, seperti obstipasi, inkontinensia,
retensi urine, dan lain-lain. Gangguan tersebut dapat mengganggu pola aktivitas
sehari-hari.

 Tujuan Prosedur Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi


Memenuhi kebutuhan eliminasi alvi.

 Alat dan Bahan Prosedur Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi


- Alas / perlak
- Pispot
- Air bersih
- Tissue
- Skrin (sampiran) bila pasien di rawat di bangsal umum
- Sarung tangan

 Prosedur Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi


- Cuci tangan
- Gunakan sarung tangan
- Pasang pengalas di bawah glutea
- Tempatkan pispot di atas pengalas tepat di bawah glutea dengan posisi bagian
lubang pispot tepat di bawah anus. Pada saat meletakkan pispot, anjurkan pasien
untuk mengangkat daerah glutea (bila pasien mampu) untuk memudahkan
meletakkan pispot
- Setelah posisi pispot tepat di bawah glutea, tanyakan pada pasien
tentang kenyamanan posisi tersebut. Jaga privasi pasien selama prosedur.
Anjurkan pasien untuk defekasi pada tempatnya / pispot yang telah terpasang.
- Setelah selesai, siram daerah anus dan sekitarnya dengan air sampai bersih dengan
bantuan tangan yang bersarung tangan, kemudian keringkan dengan tissue.
- Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
- Catat tanggal defekasi, karakteristik feces seperti: jumlah, konsistensi, warna,
bau dan respons pasien selama prosedur.

 SOP PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA NYAMAN


A. Pengertian
Pemenuhan kebutuhan rasa nyaman Suatu teknik pemeriksaan yang dilakukan
lewat suatu percakapan dengan pasien secara langsung atau dengan orang lain
yang mengetahui tentang kondisi pasien, untuk mendapatkan data pasien
beserta permasalahan medisnya

B. Tujuan
Untuk mendapatkan data subjektif
C. Indikasi
Pada pasien dengan gangguan rasa nyaman

D. Prosedur
1. Tahap pra interaksi
a. Melakukan verivikasi data sebelumnya jika ada
b. Mencuci tangan

2. Tahap interaksi
a. Memberikan salam kepada pasien
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
c. Menanyakan kesiapan pasien

3. Tahap kerja
a. Mengatur posisi pasien
b. Menanyakan keluhan utama saat masuk RS
c. Menanyakan keluhan utama saat pengkajian
d. Menanyaka lokasi nyeri
e. Menanyakan karakteristik nyeri
f. Menanyakan aktivitas yang menyebabkan nyeri
g. Menanyakan skala nyeri
h. Menanyakan waktu timbulnya nyeri

4. Tahap terminasi
a. Melakukan evaluasi tindakan

 SOP PEMASANGAN INFUS


A. Pengertian
Memasukkan cairan obat langsung ke dalam pembuluh darah vena dalam jumlah
banyak dan waktu yang lama, dengan menggunakan infus set.
B. Tujuan
- Sebagai pengobatan.
- Mencukupi kebutuhan tubuh akan cairan dan elektrolit.
- Memberikan zat makanan pada pasien yang tidak dapat / tidak boleh makan
melalui mulut

C. Kebijakan
Seluruh pelayanan keperawatan berorientasi pada mutu dan keselamatan pasien sesuai
SK Direktur tentang kebijakan pelayanan rawat inap.

D. Persiapan Alat
a. Standart infus.
b. Cairan infus.
c. Infus set.
d. Alkohol swab.
e. Transparan dresing.
f. Gunting.
g. Plester.
h. Pengalas dan perlak.
i. Bengkok.
j. Sarung tangan on steril.

E. Pelaksanaan
1. cuci tangan (sesuai SPO cuci tangan).
2. Identifikasi pasien(sesuai SPO identifikasi pasien).
3. Jelaskan pada pasien tindakan yang akan dilakukan.
4. Bawa peralatan kepasien.
5. Atur posisi pasien dengan posisi supine( terlentang).
6. Siapkan set infus dan cairan infus untuk siap digunakan -Lepaskan penutup botol
cairan lalu didesinfeksi dengan alkohol swab dan tusukkan pipa saluran udara
dan saluran infus.
7. Isi selang infus : tekan bilik drip dan lepaskan, biarkan terisi 1/3 sampai ½ penuh.
Tutup jarum dibuka, cairan dialirkan sampai keluar sehingga udara tidak ada
pada selang infus, lalu klem ke posisi off, pastikan slang bersih dari udara dan
gelembung udara, ujung slang ditutup kembali.
8. Pakai sarung tangan .
9. Periksa ulang cairan yang akan diberikan.
10. Siapkan area yang akan dipasang infus.
11. Pasang perlak dan pengalas di bawah anggota badan yang akan dipasang infuse .
12. Lakukan fixasi
13. Tentukan vena yang akan ditusuk.
14. Desinfeksi area yang akan ditusuk dengan diameter 5 – 19 cm melingkar dari
arah dalam keluar.
15. Tusukkan jarum infus/abocath pada vena yang telah ditentukan
16. Tutup bagian yang ditusuk dengan tegaderm
17. Tulis tanggal dan ukuran jarum infus/abocath pada plester bagian luar.
18. Hitung jumlah tetesan infus sesuai dengan kebutuhan.
19. Perhatikan reaksi pasien.
20. Rapikan pasien
21. Rapikan peralatan dan kembalikan pada tempatnya.
22. Cuci tangan
23. Catat waktu pemasangan, jenis cairan dan jumlah cairan serta peralatan habis
pakai pada status pasien.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.halodoc.com/kesehatan/demam-berdarah
http://pustaka.poltekkes-
pdg.ac.id/repository/Hikmatul_Fauziah_KTI_DIII_Keperawatan_2017.pdf
https://snars.web.id/rs/memasang-infus/
http://repo.stikesicme-jbg.ac.id/4442/2/Keperawatan%20Dasar%20I.pdf
https://pdfcoffee.com/sop-eliminasi-6-pdf-free.html

Anda mungkin juga menyukai