Anda di halaman 1dari 37

Septi (a)

Milkha (A)
Febinda
Weka
Indra I
(tidak membuat powerpoin)
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Tubuh manusia merespon stres dengan mengaktifkan sistem saraf dan

hormon tertentu. Hipotalamus memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk

memproduksi lebih banyak hormon adrenalin dan kortisol serta melepaskan ke

dalam aliran darah. Pembuluh darah terbuka lebih lebar untuk membiarkan lebih

banyak darah mengalir ke otot besar. Pupil melebar untuk memperbaiki

penglihatan. Kemudian keringat dihasilkan untuk mendinginkan tubuh. Awalnya

kemampuan ini berfungsi normal namun bila individu meng-alami situasi

berbahaya terus menerus maka tubuh akan mengalami banyak perubahan se-perti

meningkatnya tekanan darah dan pening-katan hormon stres, hingga

mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan resiko terjadinya

infeksi.

Terapi tertawa merupakan metode terapi dengan menggunakan humor dan

tawa dalam rangka membantu individu menyelesaikan masalah mereka. Baik

dalam bentuk gangguan fisik maupun gangguan mental. Penggunaan tawa dalam

terapi akan menghasilkan perasaan lega pada individu. Ini disebabkan tawa secara

alami menghasilkan pereda stress dan rasa sakit.

1
Terapi tawa modern terjadi sekitar tahun 1930-an, dimana beberapa rumah

sakit mengundang badut untuk menghibur anak-anak penderita polio Tahun 1964.

Lebih dari 70% penyakit mempunyaai hubungan dengan stress, diantaranya

tekanan darah tinggi, penyakit jantung, kecemasan, depresi, batuk dan flu kronis,

gangguan syaraf, insomnia, gangguan pencernaan, alergi, asma, colitis, gangguan

haid, migrain bahkan kanker. Dalam terapi tertawa tidak menggunakan humor

sebagai sebab untuk membuat seseorang tertawa tetapi dalam terapi tertawa hanya

menggunakan tawa sebagai sebuah sebab yang membantu orang menyingkirkan

rasa takut dan malu mereka serta membuat mereka menjadi lebih terbuka dan

mulai melihat kelucuan hidup.

Tahun 2012, penduduk 11 negara anggota WHO kawasan Asia Tenggara

yang berusia di atas 60 tahun berjumlah 142 juta orang dan diperkirakan akan

terus meningkat hingga 3 kali lipat di tahun 2050. Pada Hari Kesehatan Sedunia

tanggal 7 April 2012, WHO mengajak negara-negara untuk menjadikan penuaan

sebagai prioritas penting mulai dari sekarang. Rata-rata usia harapan hidup di

Negara-negara kawasan Asia Tenggara adalah 70 tahun, sedangkan usia harapan

hidup di Indonesia sendiri termasuk cukup tinggi yaitu 71 tahun, berdasarkan

Profil Data Kesehatan Indonesia tahun 2011 (WHO, 2012).

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi depresi meliputi faktor fisik dan

faktor psikologis. Faktor fisik ini berupa: Faktor genetik, Susunan kimia otak dan

tubuh, Usia, Jenis kelamin, Gaya hidup, Penyakit fisik dan Cahaya matahari.

Sementara faktor psikologis yang dapat mempengaruhi di antaranya adalah:

Kepribadian, Pola pikir, Harga diri, Stres dan Lingkungan keluarga (Lilik

Ma’rifatul, 2011).

2
Stress dan tekanan kehidupan modern berdampak buruk terhadap pikiran

dan tubuh manusia. Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan pikiran, seperti

kecemasan, depresi, gangguan syaraf daninsomnia mengalami peningkatan.

Depresi dapat dialami setiap orang termasuk padalansia. Depresi adalah perasaan

sedih, ketidakberdayaan dan pesimis, yang berhubungan dengan suatu

penderitaan, dapat berupa serangan yang ditujukan kepada diri sendiri atau

perasaan marah yang dalam (Wahjudi Nugroho, 2008).

Terapi tertawa adalah suatu terapi untuk mencapai kegembiraan di dalam

hati yang dikeluarkan melalui mulut dalam bentuk suara tawa atau senyuman

yang menghiasi wajah, perasaan hati yang lepas dan bergembira, dada yang

lapang, peredaran darah yang lancar sehingga dapat mencegah penyakit dan

memelihara kesehatan (Andol, 2009). Terapi tertawa dapat menstimulasi

pengeluaran zat endorphine, serotonine dan endorphine dalam tubuh,

terutama sangat dibutuhkan otak yang membuat tubuh kita akan semakin

tenang dan nyaman (Simanungkalit B, 2009). Rasa tenang dan nyaman tersebut

diharapkan bisa mengurangi depresi pada lansia, terapi ini efektif dan efesien.

Menurut Darwin (Hasanat, 1997) sebagai orang yang pertama kali

menyatakan bahwa gerakan otot zygomatic major (otot yang dapat menarik sudut

bibir ke atas sampai tulang pipi) merupakan pusat ekspresi pengalaman emosi

positif, kondisi ini sama halnya saat sedang tertawa terjadi gerakan otot zygomatic

major. Menurut Muhammad (2011) tertawa dapat membangkitkan energi positif

seperti setelah tertawa dapat membuat tubuh menjadi lebih rileks, pandangan mata

menjadi jernih, pendengaran menjadi jernih, dan pikiran menjadi lebih optimal.

Selain itu tertawa dapat menyingkirkan energi-energi negatif menjadi energi

3
positif, tertawa dapat melarutkan kesedihan, kecemasan, kemarahan, serta dengan

tertawa dapat mengeluarkan hormon bahagia. Pada saat tertawa individu akan

mengasup oksigen yang lebih banyak, sehingga membuat tubuh menjadi lebih

rileks dan dapat menurunkan hormon adrenalin dan epinephrine. Kondisi tubuh

yang demikian akan membuat tubuh terhidar dari masalah psikologis seperti

burnout yang menyebabkan kelelahan emosional, fisik, maupun mental.

Sekecil apapun gejala stres kerja yang muncul tidak perlu menunggu

hingga menjadi besar dan parah, yang pada akhirnya merugikan tenaga kerja dan

perusahaan karena berpengaruh terhadap produktivitas kerja atau performansi

pekerja yang dihasilkan (Stranks, 2005).

Budiningwati & Meuraksa (2010) menjelaskan lebih lanjut bahwa bila

manusia mendapatkan stresor, tubuh manusia akan berusaha mengadakan

perlawanan dengan mencari keseimbangan. Stres dapat memicu respon tubuh

terhadap ancaman atau bahaya yang dirasakan, yang fight atau flight respon.

Tubuh manusia merespon stres dengan mengaktifkan sistem saraf dan

hormon tertentu.Hipotalamus memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk

memproduksi lebih banyak hormon adrenalin dan kortisol serta melepaskan ke

dalam aliran darah.Pembuluh darah terbuka lebih lebar untuk membiarkan lebih

banyak darah mengalir ke otot besar.Pupil melebar untuk memperbaiki

penglihatan.Kemudian keringat dihasilkan untuk mendinginkan tubuh. Awalnya

kemampuan ini berfungsi normal namun bila individu meng-alami situasi

berbahaya terus menerus maka tubuh akan mengalami banyak perubahan se-perti

meningkatnya tekanan darah dan pening-katan hormon stres, hingga

4
mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan resiko terjadinya

infeksi.

II. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalahnya, antara

lain :

1. Apa saja manfaat terapi tertawa ?

2. Apa definisi terapi tertawa ?

3. Bagaimana sejarah tentang terapi tertawa ?

4. Apa saja indikasi dan kontraindikasi terapi tertawa ?

5. Apa saja jenis – jenis terapi tertawa ?

6. Bagaimana teknik terapi tertawa ?

7. Bagaimana Standar Operasional Prosedur terapi tertawa ?

III. Tujuan

1. Untuk mengetahui manfaat terapi tertawa

2. Untuk mengetahui definisi terapi tertawa

3. Untuk mengetahui sejarah tentang terapi tertawa

4. Untuk mengetahui indikasi dan kontraindikasi terapi tertawa

5. Untuk mengetahui jenis – jenis terapi tertawa

6. Untuk mengetahui teknik terapi tertawa

7. Untuk mengetahui Standar Operasional Prosedur terapi tertawa

5
IV. Manfaat

Diharapkan makalah ini dapat memberikan pembcanya pengetahuan

mengenai terapi tertawa terkait sebagai intervensi yang akan di berikan pada

pasien yang membutuhkan.

BAB II

MANFAAT TERAPI TERTAWA

Manfaat Terapi Tertawa

Tawa lebih merupakan terapi pelengkap dan pencegahan. orang yang

menderita berbagai penyakit yang berhubungan dengan stress dengan cara tertentu

telah merasakan manfaat sesi tawa. Adapun manfaat dari terapi tertawa adalah

sebagai berikut :

1. Antistress

Tawa dalah penangkal stress yang paling baik, mudah dan murah. Tawa

adalah salah satu cara terbaik untuk mengendurkan otot, tawa dapat

memperlebar pembuluh darah dan mengirim lebih banyak darah hingga ke

6
ujung-ujung dan kesemua otot diseluruh tubuh. Satu putaran tawa yang bagus

juga mengurangi hormon stres, epineprin, dan cortisol. Bisa dikatakan tawa

adalah sebentuk meditasi dinamis atau relaksasi.

2. Memperkuat Sistem Kekebalan

Sistem kekebalan memainkan peranan yang sangat penting dalam menjaga

kesehatan tubuh menjauhkan diri dari infeksi, alergi dan kanker. Menurut Dr.

Lee S. Berk dari universitas Loma Linda California AS, tawa membantu

meningkatan jumlah sel-sel pembunuh alami (sel NK-semacam sel putih) dan

juga menaikkan antibodi. Para peneliti telah menemukan bahwa setelah

mengikuti terapi tertawa peserta mengalami peningkatan antibodi

(immunoglobulin A) dalam lendir di hidung dan saluran pernafasan, yang

dipercaya mempunyai kemampun melawan virus, bakteri dan

mikroorganisme lain.

3. Terapi Tertawa Merupakan Latihan Aerobik Terbaik

Sebuah manfaat yang didapat oleh hampir setiap orang adalah perasan

enak. Penyebab dari perasaan enak ini adalah karena anda menghirup lebih

banyak oksigen saat tertawa. Tawa biasa dibandingkan dengan aerobik.

4. Depresi, Kecemasan Dan Gangguan Psikomatis

Penyakit - penyakit yang berhubungan dengan pikiran, seperti kecemasan,

depresi, gangguan syaraf dan yang mengalami insomnia dapat di bantu

dengan terapi tertawa. Tawa telah membantu banyak orang yang

menggunakan obat anti depresi dan obat penenang dan dengan tawa juga

orang-orang yang mengalami kecenderungan bunuh diri mulai mendapat

harapan.

7
5. Tekanan Darah Tinggi Dan Penyakit Jantung

Tawa memang membantu mengontrol tekanan darah dengan mengurangi

pelepasan hormon - hormon yang berhubungan dengan stres dan dengan

memberikan relaksasi. Dalam eksperimen telah di buktikan bahwa terjadi

penurunan 10-20mm tekanan setelah seseorang penderita mengikuti 10 menit

sesi tawa. Tapi yang pasti tawa akan mengendalikan dan menghentikan

penyakit ini. Demikian juga bila anda beresiko tinggi menjadi penderita

penyakit jantung, tawa bisa menjadi obat pencegah yang paling baik.

6. Mengurangi Bronkhitis Dan Asma

Tawa merupakan latihan terbaik untuk mereka yang menderita asma

dan bronkhitis. Tawa meningkatkan kapasitas paru-paru dan tingkat oksigen

dalam darah. Para dokter menyarankan fisioterapi dada untuk mengeluarkan

lendir (dahak) dari saluran pernafasan dengan meniup ke dalam sebuah alat

atau balon merupakan salah satu latihan yang biasa diberikan pada penderita

asma. Tawa melakukan hal yang sama dan cara ini lebih mudah dilakukan

dan nyaris tanpa ongkos. Terapi tertawa menaikkan tingat antibodi dalam

selaput lendir pernafasan, dengan begitu mengurangi frekuensi pernafasan.

7. Merupakan Joging Internal

Ada banyak latihan yang bisa dilakukan untuk melatih otot-otot anda,

tetapi terapi tertawa memberikan pujatan yang bagus untuk semua organ

internal. Tawa memperlancar pasokan darah dan meningkatkan efisiensinya.

Orang membandingkan latihan ini dengan jari – jari ajaib, yang menjangkau

kedalam perut dan meningkatkan efisiensinya. Kegiatan terbaik tawa adalah

8
pada usus.Hal ini bisa meningkatkan persediaan darah dan membantu kerja

usus.

8. Membuat Tampak Lebih Muda

Tawa merupakan latihan yang sangat bagusuntuk otot – otot wajah

anda. Tawa mengencangkan otot – otot ewajah dan memperbaiki ekspresi

wajah. Ketika tertawa, wajah anda tampak merah karena peningkatan

posokan darah yang menyegarkan kulit wajah dan membuat kulit wajah

tampak cerah. Orang – orang yang suka tertawa tampak lebih cerah dan

menarik.

9. Rasa Percaya Diri Melalui Tawa

Ketika anda tertawa dalam kelompok dengan kedua lengan terangkat

kelangit, rasa takut atau malu anda akan hilang dan setelah beberapa lama

anda akan menjadi orang yang suka bergaul, terbuka, dan ramah. Secara

bertahap, tawa juga akan menambah rasa percaya diri.

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

1.Defenisi Terapi Tertawa

9
Tertawa adalah kemampuan yang hanya dimiliki manusia yang merupakan

ekspresi kebahagian dan bisa dilakukan tanpa syarat dan sama khasiatnnya dengan

meditasi sehingga sering disebut yoga tawa.Terapi tertawa atau yoga tawa adalah

terapi yang diyakini mampu membangkitkan semangat hidup, sekalipun dalam

kondisi strees (Kataria,2004).

2.Sejarah Terapi Tertawa

Tertawa merupakan fenomena yang esensial dalam kehidupan manusia.

Pada tahap awal perkembangan perilaku sosial seorang anak, tepatnya pada usia 4

minggu, seorang bayi sudah dapat memberikan seulas senyuman sebagai respon

terhadap kondisi fisik yang menyenangkan. Sedangkan tertawa, sebagai sebuah

reflex motorik, baru muncul saat anak menginjak usia 4 bulan (Kaplan & Sadock,

1997). Memasuki usia 18 bulan, seorang anak dapat tersenyum sekali dalam tiap 6

menit dan ketika memasuki usia 4 tahun, rasio ini meningkat menjadi sebuah

senyuman dalam tiap 80 detik. Rasio perbandingan tawa terhadap senyuman pun

meningkat dari 1 : 10 ketika berusia 18 bulan, menjadi 1 : 3 pada usia 4 tahun

(Stearns, 1997).

Menurut sebuah penelitian yang dilakukan Dr. Micheal Titze, seorang

psikologi Jerman, “Pada tahun 1950-an orang bisa tertawa 18 menit sehari, tetapi

dewasa ini kita tertawa tidak lebih dari 6 menit per hari” (Kataria, 2004). Seiring

pesatnya perkembangan teknik – teknik pengobatan, pembedahan, dandiagnosis,

harapan hidup seseorang telah banyak meningkat. Namun demikian,insiden

penyakit jantung, tekanan darah, alergi, gangguan psikosomatis dankanker terus

meningkat; tampak jelas disebabkan oleh stres. Stres sudah menjadiisu yang lazim

10
di zaman sekarang ini. Tetapi ternyata masih banyak yang belummengenal

tentang betapa destruktifnya stres bagi kesehatan fisik, seringkali stres

dianggap hanya sebagai masalah psikologis saja, padahal dari stres dapat

timbulberbagai penyakit yang berujung fatal.

Sementara semakin meningkatnya insidensi penyakit-penyakit,

untukkebanyakan orang di negara – negara berkembang, perawatan kesehatan

modernmenjadi sangat mahal dan di luar jangkauan mereka. Dalam kondisi yang

sepertiinilah muncul sebuah ide yang mengatakan tawa adalah obat yang

menakjubkan,yang dapat menghemat pengeluaran biaya medis dengan

memperkuat sistemkekebalan, yang memainkan peran kunci dalam pencegahan

sejumlah besarpenyakit (Kataria, 2004).Meskipun sejak ribuan tahun yang lalu,

efek terapi humor dan tawa sudahmenggema, para ahli medis dianggap lamban

dalam mengadopsi ide – ideterkemuka dan budaya humor itu, yang seringkali

dianggap sebagai topik yangnaif. Konsep terapi humor dan tertawa ini barulah

mendapat perhatian duniamedis setelah diterbitkannya artikel “Anatomy of an

Illness” dalam New England Journal of Medicine oleh Norman Cousins pada

tahun 1976 (Martin, 2002;Adams, 1998; Berk, 2001; Bennett, 2003; Kataria,

2004). Sehingga, studi – studiyang mendokumentasikan efek tertawa pada

fisiologi tubuh masih terbatas,bahkan belum ada studi kontrol adekuat

teridentifikasi yang mendokumentasikanefek tertawa pada kesehatan klinis

(Bennett & Lengacher, 2006; Martin, 2006).Sementara di Indonesia sendiri,

sampai saat ini istilah terapi tertawa masih sangatasing dalam dunia medis.

3. Indikasi Terapi Tertawa

11
Terapi tertawa diberikan pada klien untuk meringankan penyakit bronkitis,

asma, dan migren. Tertawa bisa meningkatkankapasitas paru-paru dan kadar

oksigen dalam darah.

4. Kontraindikasi Terapi Tertawa

Terapi tertawa menurut Hulse (1994) tidak diberikan pada klien dengan:

a. Waksir akut, jantung dengan sesak napas, pascaoperasi, hamil, flu, TBC

dan glukoma. Karena saat tertawa, muncul tekanan-tekanan dalam

abdomen

b. Klien yang mudah tersinggung.

5. Jenis-jenis terapi tertawa

Terapi tawa atau yoga tawa mempunyai dua jenis kegiatan (Kataria, 2004) :

1. Latihan yoga tawa dimana sekelompok orang melakukan kegiatan sebagai

olahraga berdasarkan yoga, disusul dengan sikap bermain–main yang

membantu para peserta untuk tertawa secara spontan. Jenis latihan seperti

ini biasa dilakukan diluar, seperti di taman umum atau pantai, atau

didalam ruangan. Latihan ini dilakukan sambil berdiri dan sepanjang sesi

ada banyak gerakan, interaksi, dan kontak mata.

2. Jenis kegiatan kedua disebut meditasi tawa, dimana anda tidak harus

berusaha untuk tertawa. Meditasi tawa tidak dapat dilakukan diluar

ruangan karena membutuhkan keheningan dan konsentarsi, biasanya

meditasi tawa hanya bisa dilakukan di dalam ruangan, sambil duduk di

lantai dan berbaring terlentang dengan tutup mata. Sebuah sesi tawa pada

12
umumnya merupakan kombinasi sempurna antara berbagai tekhnik tawa

stimulus, dipadukan dengan latihan pernafasan dan peregangan.

6.Tekhnik – Tekhnik Terapi Tertawa

1. Teknik Tawa Yoga, misalnya :

a. Tawa Bersemangat

Dalam tawa bersemangat, orang tertawa sambil mengangkat tangan

keatas dan tertawa penuh semangat. Peserta tidak terus menerus

mengangkat tangan keatas selama tawa bersemangat, angkat tangan

keatas selama beberapa saat lalu turunkan dan angkat lagi. Diakhir tawa

semangat, koordinator mulai tepuk tangan dan mendaraskan Ho-Ha Ha-

Ha-Ha-Ha sebanyak 5-6 kali.

b. Tawa Singa

Tawa ini diambil dari postur yoga yang disebut simba mudra

(postur singga). Dalam postur singa, lidah dijulurkan keluar sepenuhnya

dan mulut dibuka lebar –lebar. Dengan mata terbuka lebar, peserta

mengacungkan tangan seperti cakar singa dan mengaum seperti singa,

lalu tertawa dari perut. Tawa singa merupakan latihan yang sangat baik

untuk otot – otot wajah, lidah dan kerongkongan. Tawa singa

memperbaiki pasokan darah ke kelenjar tiroid.

c. Tawa Bersenandung

Dalam jenis tawa ini, bibir dikatupkan dan peserta berusaha

tertawa saat mengeluarkan suara senandung hmmmmmmmm....................

yang bergema diseluruh kepala. Peserta dapat terus saling pandang,

13
sambil membuat beberapa gerakan yang saling merangsang tawa. Mereka

bisa saling berjabat tangan atau melakukan gerakan apapun yang bersifat

main –main. Beberapa orang juga menyebutkan tawa burung dara.

d. Tawa Bertahap

Tawa ini dilakukan pada akhir sesi. Semua peserta diminta untuk

mendekat ke koordinator. Tawa bertahap dimulai dengan tersenyum dan

melihat sekeliling, saling pandang. Secara perlahan dan bertahap

intensitas tawa semakin ditingkatkan dan kemudian para peserta secara

bertahap mulai tertawa penuh semangat. Tawa ini sangat menyenangkan

dan mudah menular.

2. Teknik Tawa Bermain – Main, misalnya :

a. Tawa Satu Meter

Tawa ini bersifat main- main dan meniru cara kita mengukur

panjang satu meter. Tawa ini dilakukan dengan menggerakkan satu

tangan sepanjang bentangan lengan kita yang lain (seperti gerakan

merentangkan busur untuk melepaskan anak panas).

b. Tawa Milk Shake

Tawa milk shake adalah variasi tawa baru, dimana para peserta

diminta berpura- pura memegang gelas yang berisi susu atau kopi dan

sesuai aba –aba koordinator, susu dituang dari gelas yang satu kegelas

yang lain sambil mendaraskan.

c. Tawa Bantahan

14
Tawa ini merupakan jenis tawa yang bersifat bersaing antar dua

kelompok yang dipisahkan oleh sebuah jarak. Kedua kelompok saling

pandang dan mulai tertawa dengan menundingkan jari tunjuk mereka

kepada para anggota kelompok lain.

d. Tawa Ponsel

Jenis tawa ini juga dikenal dengan tawa HP, tawa ini sangat

menyenangkan dan bersifat main –main. Para peserta berpura –pura

memegang HP dan mencoba tertawa, sambil membuat berbagai gerakan

dan berkeliling untuk bertemu orang –orang yang berbeda dan tertawa

seolah –olah mereka sungguh menikmatinya.

e. Tawa Ayunan

Jenis tawa ini menarik karena mengandung banyak sikap main –main.

Semua peserta bergerak kebelakang sejauh dua meter untuk memperluas

lingkaran.

15
BAB IV

Standar Operasional Prosedur (SOP)

SOP Terapi Tertawa

Satu sesi adalah kombinasi antara latihan pernapasan, peregangan dan

berbagai teknik tawa stimulus. Biasanya satu sesi tawa memakan waktu antara 20

sampai 30 menit. Sedangkan satu putaran tawa memakan waktu antara 30 sampai

40 detik.

1. Langkah Pertama

Pemanasan dengan tepuk tangan serentak semua anggota klub, sambil

mengucapkan ho ho ho... Ha ha ha ... tepuk tangan disini sangat bermanfaat

bagi peserta karena syaraf-syaraf ditelapak tangan akan ikut terangsang

sehingga menciptakan rasa aman dan meningkatkan energi dalam tubuh.

2. Langkah Kedua

Pernapasan dilakukan seperti pernapasan biasa yang dilakukan semua

cabang-cabang olahraga pada awal latian yaitu: melakukan pernapasan

dengan mengambil napas melaui hidung, lalu napas ditahan selama 15 detik

dengan pernapasan perut. Kemudian keluarkan perlahan-lahan melaui mulut.

Hal ini dilakukan lima kali berturt-turut.

3. Langkah Ketiga

16
Menutar engsel bahu kedepan dan kearah belakang. Kemudian

menganggukkan kepala ke bawah sampai dagu hampir menyentuh dada, lalu

mendongakkan kepala ke atas belakang. Lalu menoleh ke kiri dan ke kanan.

Melakukan gerakan ini harus dilakukan secara perlahan.tidak dianjurkan

untuk melakukan gerakan memutar leher, karena bisa terjadi cidera pada otot

leher. Peregangan dilakukan dengan memutar pingang ke arah kanan

kemudian ditahan beberapa saat, lalu kembali ke posisi semula. Peregangan

uini juga dapat dilakukan dengan otot-otot bagian tubuh lainnya. Semua

gerakan ini dilakukan masing-masing lima kali.

4. Langkah Keempat: Tawa Bersemangat

Dalam tawa ini tutor memberikan aba-aba untuk memulai tawa, 1, 2, 3....

semua anggota klub tertawa serempak, diarapkan jangan ada yang tertawa

lebih dulu atau belakangan, harus kompak seperti nyayian koor. Dalam tawa

ini tangan diangkat ke atas beberapa saat lalu diturunkan dan diangkat

kembali, sedangkan kepala agak mengdongak ke belakang. Melakukan tawa

ini harus bersemangat. Jika tawa bersemangat mau berakhir maka sang tutor

mengeluarkan kata, ho ho ho..... ha ha ha..... beberapa kali sambil bertepuk

tangan.

5. Setiap selesai melakukan satu tahap dianjurkan menarik napas secara pelan

dan dalam.

6. Langkah Kelima: Tawa Sapaan

Tutor memberikan aba-aba agar peserta tawa tertawa dengan suara suara

sedang sambil medekat dan bertegur sapa satu sama lainnya. Dalam

17
melakukan sesi ini mata peserta memberikan diharapkan saling memandang

satu dengan lainnya. Peserta dianjurkan menyapa sambil tertawa pelan, cara

menyapa ini sesuai dengan kebiasaan masing-masing. Misalnya orang India

dengan cara mengatupkan kedua tangan, orang Barat saling berjabat tangan,

orang Timur Tengah berpelukan dan ciuman pipi, serta orang Jepang saling

menundukkan badan dan tetap menjaga kontak mata. Setelah itu peserta

menarik napas secara pelan dan dalam.

7. Langkah Keenam: Tawa Penghargaan

Peserta membuat lingkaran kecil dengan menghuungkan ujung jari telunjuk

dengan ujung ibu jari. Kemudian tangan digerakkan ke depan dan ke

belakang sekaligus memandang anggota lainnya dengan melayangkan tawa

yang manis sehingga kita kelihatan memberikan penghargaan kepada yang

kita tuju. Kemudian bersama-sama tutor mengucapkan, ho ho ho... ha ha ha ...

sekaligus bertepuk tangan. Setelah melakukan tawa ini kembali menarik

napas secara pelan dan dalam agar kemabali tenang.

8. Langkah Ketujuh: Tawa Satu Meter

Tangan kiri dijulurkan ke samping tegak lurus dengan badan, sementara

tangan kanan melakukan gerakan seperti melepaskan anak panah, lalu tangan

di tarik kebelakang seperti menarik anak panah dan dilakukan dalam tiga

gerakan pendek, seraya mengucapkan ae...... ae.......aeee.... lalu tertawa lepas

seraya merentangkan kedua tangan dan kepala agak mendongak serta tertawa

dari perut. Gerakan seperti ini dilakukan ke arah kiri lalu ke arah kanan, hal

18
serupa diulangi antara 2 hingga 4 kali. Setelah selesai kembali menarik napas

secara pelan dan dalam.

9. Langkah Kedelapan: Tawa Milk Shake.

Anggota klub seolah-olah memegang dua gelas berisi susu, yang satu di

tangan kiri dan satu di tangan kanan. Saat tutor memebrikan instruksi lalu

susu dituang dari gelas yang satu ke gelas yang satunya sambil mengucapkan

Aeee.... dan kembali dituang ke gelas yang awal sambil mengucapkan

aeeee..... Setelah selesai melakukan gerakan itu, para anggota klub tertawa

sambil melakukan gerakan seperti minum susu. Al serupa dilakukan sebanyak

emapt kali, lalu bertepuk tangan seraya mengucapkan, ho ho ho ..... ha ha ha

...... kembali lakukan tarik nafas pelan dan dalam.

10. Langkah Kesembilan: Tawa Hening tanpa Suara

Harus dilakukan hati-hati, sebab tawa iti tidak bisa dilakukan dengan tenaga

berlebihan, dapat berbahaya jika beban di dalam perut mendapat tekanan

secara berlebihan. Dalam melakukan gerakan ini perasaan lebih banyak

berperan dari pada penggunaan tenaga berlebihan. Pada tawa ini mulut di

buka selebar-lebarnya seolah-olah tertawa lepas tetapi tanpa suara, sekaligus

saling meandang satu sama lainnya dan membuat berbagai gerakan dengan

telapak tangan serta menggerak-gerakkan kepala dengan mimik-mimik lucu.

Dalam melakukan tawa hening ini otot-otot perut bergerak cepat sepeti

melakukan gerak tawa lepas. Kemudian kembali menarik napas pelan dan

dalam.

11. Langkah Kesepuluh: Tawa Bersenandung dengan Bibir Tertutup

19
Ini adalah gerakan tawa yang harus hati-hati dilakukan sebab tertawa tanpa

suara, sekaligus mengatupkan mulut yang dipaksakan akan berdampak buruk

karena menambah tekanan yang tidak baik dalam ronga perut. Dalam

pelaksanaan gerak ini peserta dianjurkan bersenandung hmmmmmm......

dengan mulut tetap tertutup, sehingga akan terasa bergema di dalam kepala.

Dalam melakukan senandung ini diharapkan semua pesert saling

berpandangan dan saling membuat gerakan-gerakan yang lucu sehingga

memacu para peserta lain semakin tertawa. Kemudian kembali menarik napas

dalam dan pelan.

12. Langkah Kesebelas: Tawa Ayunan

Merupakan tawa yang banyak digemari para klub tawa karena tawa ini

seakan-akan bermain-main dan kompak. Pesert klub harus mendengar aba-

aba tutor, dan peserta dalam gerakan ini lebih baik berbentuk lingkaran.

Peseta disuruh mundur dua meter sambil tertawa, untuk memperbesar

lingkarab dan kemabli maju sekaligus mengeluarkan ucapan, Ae ae

aeeeeeeee....... dan seluruhnya mengangkat tangan dan serempak tertawa

lepas dan pada saat yang sama semua bertemu di tengah-tengah dan

melambaikan tangan masing-masing. Tahap berikutnya mereka kembali pada

posisi semula, dan melanjutkan gerakan maju ke tengah dan mengeluarkan

ucapan, Aee..... Oooo.... Ee-Uu...... dan sekaligus tertawa lepas dan serupa

dilakukan bisa sampai emapat kali. Setelah selesai kembali menarik napas

dalam dan pelan.

13. Langkah Keduabelas: Tawa Singa

20
Ini merupakan tawa yang sangat bermanfaat buat otot-otot wajah, lidah, dan

memperkuat kerongkongan serta memperbaiki saluran dan kalenjer tiroid

sekaligus menjadikan peserta klub menghilangkan rasa malu dan takut.

Dalam gerakan ini mulut dibuka lebar-lebar dan lidah dijulurkan ke luar

semaksimal mungkin, mata dibuka lebar seperti melotot, dan tangan diangkat

ke depan di mana jari-jari di baut seperti akan mencakar, seolah-olah seperti

singa mau mencakar mangsanya. Pada saat itula peserta tertawa dari perut.

Setelah selesai lakukan kemabali gerakan menarik napas secara dalam dan

pelan.

14. Langkah Ketigabelas: Tawa Ponsel

Peserta dibagi dalam dua kelompok yang saling berhadapan dan masing-

masing seolah-olah memegang hand phone. Dengan aba-aba tutor mereka

disuru saling menyeberang sambil memegang handphone, pada saat itulah

perserta tertawa sambil saling berpandangan dan setelah itu kembali lagi ke

posisi semula. Setelah selesai tarik napas dalam dan pelan.

15. Langkah Keempatbelas: Tawa Bantahan

Anggota kelompok dibagi dalam dua bagian yang bersaing dengan dibatasi

jarak. Biasanya mereka dibagi dengan kelompok pria dan wanita. Dalam

kelompok itu mereka saling berpandangan sekaligus tertawa dan saling

menuding dengan jari telunjuk kepada kelompok yang dihadapannya.

Gerakan ini sangat menarik para peserta karena mereka akan bisa tertawa

lepas. Setelah selesai tarik napas dalam dan pelan agar kembali segar dan

tenang.

21
16. Langkah Kelimabelas: Tawa Memaafkan

Perserta klub memegang cuping telinga masing-masing sekaligus

menyilangkan lengan dan berlutut diikuti dengan tawa. Tawa memaafkan ini

mengajarkan kepada kita jika kita ada perselisihan terhadap orang lain maka

diajarkan saling memaafkan. Setelah selesai tarik napas dalam dan pelan.

17. Langkah Keenambelas: Tawa Bertahap

Di sini tutor menginstruksikan agar semua anggota klub mendekatinya.

Dalam sesi ini tutor mengajak anggotanya untuk tersenyum kemudian

bertahap menjadi tertawa ringan, berlanjut menjadi tawa sedang dan terakhir

menjadi tertawa lepas penuh semngat. Dalam melakukan tawa ini sesama

anggota saling berpandangan dari anggota yang lain ke anggota yang lainnya

juga. Tawa ini dilakukan selama satu menit. Setelah selesai tarik napas dalam

pelan. Setelah selesai akan terasa sekali bahwa badan kita akan segar.

18. Langkah Ketujuhbelas: Tawa dari Hati ke Hati

Tawa ini merupakan sesi terakhir dari tahapan terapi. Semua peserta terapi

saling berpegangan tangan sambil berdekatan sekaligus bersama-sama

tertawa dengan saling bertatapan dengan perasaan lega. Peserta juga bisa

saling bersalaman atau berpelukan sehingga terjalin rasa keakraban yang

mendalam.

19. Setelah selesai melakukan senam tawa setiap klub mempunyai cara masing-

masing dalam mengakhiri latihan terapi tawa. Ada yang melakukan tertawa

secara spontan dan lamanya 5 menit, sehingga tubu lebih rileks dan segar.

22
20. Bahkan bila ada anggota klub yang kurang kompak waktu melakukan terapi

tawa dari sesi ke sesi berikutnya, sebaiknya diulang, jika sudah kompak

dilanjutkan pada tahap berikutnya sampai selesai. Tetapi jika belum padu

harus diulang sampai anggota klub tersebut bisa tertawa kompak, dengan

demikian semua anggota klub mendapatkan manfaatnya.

BAB V

PENELITIAN TERKAIT

Analisa Jurnal

1. Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Tingkat Stres Psikologi Pada Lanjut

Usia Di Panti Wherda Kota Manado

Oleh : Christina Samodara , Hendry Palandeng , Vandri D. Kallo

Hasil Penelitian:

23
Hasil penelitian yang didapatkan dari 37 responden berdasarkan

tingkat stres responden sebelum terapi tertawa menunjukkan bahwa tingkat

stres tertinggi adalah stres sedang sebanyak 17 orang (45,9%), tingkat stres

terendah adalah tingkat stres sangat berat yaitu sebanyak 1 orang (2,7%).

Tingkat stres lansia berarti pula tinggi rendahnya tekanan yang dirasakan

atau dialami oleh lansia sebagai akibat dari stressor berupa perubahan-

perubahan baik fisik, mental, maupun sosial dalam kehidupan yang dialami

lansia.

Berdasarkan hasil penelitian yang diderita lansia di Panti Werdha

Manado stress yang dialami lansia berhubungan dengan kurangnya

hubungan sosial antar lansia yang tinggal dipanti, tidak harmonisnya

hubungan dengan keluarga, kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan,

peran, kegiatan, dan status, penurunan fungsi fisik dengan penyakit yang

sudah lama diderita. Dari hasil penelitiannya menurut Indriana (2010),

perubahan dalam aktivitas sehari-hari yang menjadi salah satu faktor yang

dipilih sebagai penyebab stress mereka merasakan perbedaan selama tinggal

dipanti dengan keadaan mereka sebelumnya. Aktivitas mereka yang semula

bekerja dan sekarang menjadi pengangguran, terlebih ketika mereka

mengalami kemunduran fisik yang dirasakan sebagai beban, sehingga

mereka menjadi stres.Keluarga menjadi salah satu faktor yang berperan

dalam menyebabkan stres bagi lansia dipanti.Para lansia juga sangat rentan

terhadap gangguan stres karena secara alamiah mereka telah mengalami

penurunan kemampuan dalam mempertahankan hidup, menyesuaikan diri

dengan lingkungannya, fungsi badan, dan kejiwaan secara alami. Banyak

24
faktor yang mempengaruhi keadaan stres pada lansia ini, diantaranya:

kondisi kesehatan fisik, kondisi psikologi, kondisi keluarga, dan lingkungan

(Haryadi, 2012).

Hasil penelitian tingkat stres responden sesudah terapi tertawa

menunjukkan bahwa tingkat stres sesudah terapi tertawa mengalami

penurunan yaitu normal sebanyak 16 orang (43,2%), stres ringan sebanyak

16 orang (43,2%), stres sedang sebanyak 5 orang (13,5%). Hasil penelitian

tersebut di dukung oleh penelitian Haryanto (2005) yang serupa tentang

pengaruh terapi tertawa terhadap stres psikososial pada usia lanjut di Karang

Werda Ngudi Mukti Jawa Timur, penelitian ini dilakukan pada 20 orang

responden. Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa 18 orang (90%)

mengalami penurunan dan hanya 2 orang (10%) yang tidak mengalami

penurunan tingkat stres. Penurunan tingkat stres ini dikarenakan adanya

efek dari terapi tertawa.Hasil penelitian ini mengenai adanya perubahan

tingkat stres sebelum dan sesudah terapi tertawa.Hal ini dibuktikan dengan

adanya penurunan skor stres pada lansia tersebut.Berdasarkan hasil

penelitian terdapat penurunan nilai rata-rata tingkat stres sebelum dan

sesudah terapi tertawa. Dimana rata-rata tingkat stres sebelum terapi tertawa

adalah 20,76 dan rata-rata tingkat stres sesudah terapi tertawa adalah 15,68.

Adanya penurunan tingkat stres ini juga terlihat dari hasil analisa statistik

dengan menggunakan uji T-test Paired Samples Test diperoleh Pvalue =

0,000 < α = 0,05 pada taraf signifikan 95% atau tingkat kemaknaan 5%

maka Ha diterima, artinya ada pengaruh terapi tertawa terhadap stres

psikologis lansia di Panti Werdha Manado.

25
2. Terapi Tertawa Untuk Menurunkan Kecenderungan Burnout Pada

Guru Pendamping Anak Berkebutuhan Khusus

Oleh : Risna Hayati, Rahma Widyana, Mutingatu Sholichah

Hasil Penelitian :

Berdasarkan hasil penelitian tersebut , bahwa terapi tawa dapat

menurunkan kecenderungan burnout pada guru pendamping anak

berkebutuhan khusus, hal ini dapat dilihat dari penurunan skor

kecenderungan burnout yang diukur menggunakan Skala Kecenderungan

Burnout setelah diberikan terapi tawa yang berada pada kategori rendah.

Hasil analisis data menunjukkanbahwa antara kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol terdapat perbedaan yang sangat signifikan setelah

diberikan terapi tawa dengan nilai Z = -2,009 dan taraf signifikansi 0,045

(p<0,05).

Berdasarkan hasil data kualitatif dapat digambarkan bahwa secara

umum partisipan merasakan ada perubahan setelah mengikuti terapi tawa,

diantaranya partisipan merasa lebih nyaman, tenang, rileks, bersemangat,

dapat melepaskan emosi-emosi negatif, berpikir lebih positif, merasa

bahagia, dan dapat terjalin suasana akrab antar partisipan. Penelitian

tersebut cenderung berhasil dilakukan karena seluruh partisipan mampu

melakukan latihan tawa dengan baik dan benar.Partisipan mampu

merasakan dan menikmati latihan tawa yang dilakukan dari hari ke hari

serta mampu merasakan setiap pengalaman fisik maupun psikis yang terjadi

selama dan setelah melakukan latihan tawa.

26
3. Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Penurunan Tingkat Depresi Pada lansia

di Panti Werdha Mental Kasih Di Desa Turi Kecamatan Turi Kabupaten

Lamongan

Oleh : Saifudin dan Widarti

Hasil Penelitian :

Hasil menunjukkan sebelum diberi intervensi terapi tertawa, lansia lebih

dari sebagian mengalami depresi sedang yaitu 60%, hampir sebagian

mengalami depresi ringan yaitu 40% dan setelahdiberikan intervensi terapi

tertawa sebagian mengalami depresi ringan yaitu 50%, sebagian

kecilmengalami depresi sedang yaitu 10%. Sedangkan dari uji wilcoxon sign

rank test, nilai signifikansi( p sign = 0,003 ) dimana hal ini berarti p sign <

0,05 sehingga H1 diterima artinya terdapatpengaruh terapi tertawa terhadap

penurunan tingkat depresi pada lansia.

Lebih dari sebagian lansia mengalami depresi sedang dan hampir

sebagian mengalami depresi ringan sebelum dilakukan terapi

tertawa.Sebagian lansia mengalami depresi ringan dan hampir sebagian

mengalami depresi ringan setelah dilakukan terapi tertawa.Terdapat

pengaruh terapi tertawa terhadap penurunan tingkat depresi pada lansia di

Panti Werdha Mental Kasih di Desa Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan.

4. Pengaruh Pemberian Terapi Tertawa Terhadap Tingkat Kecemasan pada

Lanjut Usia di PSTW Wana Seraya Denpasar.

Oleh :Dewa Made Ruspawan dan Ni Made Desi Wulandari

27
Hasil Penelitian :

Tingkat kecemasan pada lanjut usia di PSTW Wana Seraya

Denpasar Tahun 2011 sebelum dilakukan terapi tertawa berada pada

tingkat kecemasan ringan yaitu sebanyak 24 orang (88,9%). Perubahan

tingkat kecemasan pada lanjut usia di PSTW Wana Seraya Denpasar

Tahun 2011 setelah dilakukan terapi tertawa didapatkan perubahan tingkat

kecemasan menjadi tingkat cemas sebanyak 19 responden (70,4%).Terapi

tertawa berpebgaruh signifikan terhadap tingkat kecemasan pada lanjut

usia di PSTW Wana Seraya Denpasar Tahun 2011, karena berdasarkan uji

statistik wilcoxon diperoleh nilai p = 0,000 lebih kecil dari 0,005 berarti

signifikasi dengan µ pre test 2,11 dan µpost test 1,30.

5. Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Intensitas Nyeri Reumatoid Pada

Lansia Di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran

Oleh Muhammad Fajrin

Hasil Penelitian

1. Analisa Univariat

Berdasarkan penelitian tersebut menunjukkan bahwa terjadi

penurunan yang signifikan intensitas nyeri reumatoid artritis pada

kelompok intervensi yaitu kelompok yang diberikan terapi tertawa, dimana

sesudah diberikan terapi tertawa didapatkan rata-rata intensitas nyeri

reumatoid artritis sebesar 3,13 yang sebelumnya didapatkan hasil rata-rata

intensitas nyeri reumatoid artritis sebesar 4,53. Sedangkan pada kelompok

28
kontrol yang hanya diperkenankan melihat terapi tidak memiliki perbedaan

yang signifikan yaitu pada awal penelitian didapatkan rata-rata intensitas

nyeri reumatoid artritis sebesar 4,33, dan pada akhir penelitian sebesar

4,30.

2. Analisa Bivariat

Pada penelitian di atas rata-rata intensitas nyeri reumatoid artritis

pada lansia kelompok intervensi di Unit Rehabilitasi sosial Wening

Wardoyo Ungaran Kabupaten Semarang setelah diberikan terapi tertawa

sebesar 3,13. Sedangkan rata-rata intensitas nyeri reumatoid artritis pada

lansia kelompok kontrol di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo

Ungran Kabupaten Semarang setelah perlakuan sebesar 4,30. Ini

menunjukkan bahwa setelah pemberian terapi tertawa, intensitas nyeri

reumatoid artritis pada lansia kelompok intervensi mengalami penurunan

dibandingkan kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan.

Hasil uji t-test independent didapatkan bahwa p value sebesar 0,046

(α=0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan

pemberian terapi tertawa terhadap intensitas nyeri reumatoid artritis pada

lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungran Kabupaten

Semarang.

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan cara pemberian terapi

tertawa pada lansia selama 10 menit dalam sehari yaitu pada sore hari jam

16.00 WIB yang dilakukan selama 2 hari di Unit Rehabilitasi Sosial

Wening wardoyo Ungaran. Setelah diberikan terapi tertawa selama 2 hari,

29
kelompok intervensi mengalami penurunan intensitas nyeri reumatoid

artritis. Dan ada perbedaan intensitas nyeri reumatoid pada lansia antara

sebelum dan setelah diberikan terapi tertawa di Unit Rehabilitasi Sosial

Wening Wardoyo Ungaran.

6. Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada

Lansia Dengan hipertensi Sistolik Terisolasi Di Panti Sosial budi Agung

Kupang

Oleh Petrus Kanisius Siga Tage

Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa tekanan darah

sistolik sebelum diberikan terapi tertawa dari 19 responden yang tertinggi

adalah 192 mmHg dan tekanan darah sistolik terendah adalah 163 mmHg.

Sedangkan tekanan darah sistolik sesudah diberikan terapi tertawa dari 19

responden yang tertinggi adalah 184 mmHg dan tekanan darah sistolik

terendah adalah 149 mmHg.

Berdasarkan tekanan darah diastolik 19 responden sebelum

diberikan terapi diketahui bahwa tekanan yang tertinggi adalah 88 mmHg

dan tekanan darah terendah adalah 74 mmHg sedangkan sesudah diberikan

terapi tekanan yang tertinggi adalah 83 mmHg dan yang terendah adalah

58 mmHg.

Beradasarkan hasil uji statistik dengan Paired T-test yang tertera

dalam tabel menunjukan bahwa tingkat signifikansi p= 0.000 artinya

terdapat pengaruh pemberian terapi tertawa terhadap penurunan tekanan

darah pada lansia dengan hipertensi sistolik terisolasi.

30
Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa ada

pengaruh yang signifikan antara pemberian terapi tertawa terhadap

penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi sistolik terisolasi

di Panti Sosial Budi Agung Kupang.

7. Efektifitas Terapi Tertawa Untuk Menurunkan Tingkat Kejenuhan Belajar

Pada Siswa Kelas XI Di SMA 11 Yogyakarta

Oleh :Dhanang Suwidagdho

Hasil Penelitian :

1. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMA 11 Yogyakarta

dapat diketahui tingkat kejenuhan belajar pada siswa kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen 71%

siswa mengalami kejenuhan belajar sedang pada kelompok kontrol

63% siswa mengalami kejenuhan.

2. Berdasarkan pengujian hipotesis maka dapat diambil kesimpulan

bahwa terapi tawa terbukti efektif untuk menurunkan tingkat

kejenuhan belajar pada kelelahan emosi, kelelahan fisik, kelelahan

kognitif dan kehilangan motivasi yang dialami oleh siswa kelas XI.

Hal ini terlihat dari perbedaan penurunan tingkat kejenuhan belajar

yang dialami oleh siswa pada kelompok eksperimen setelah siswa

mendapatkan terapi tawa dengan siswa pada kelompok kontrol. Efek

perlakuan pada kelompok eksperimen menunjukkan nilai sig 0,000 ≤

0,05 sehingga dapat disimpulkan terjadi penurunan kejenuhan belajar

secara signifikan pada kelompok ekperimen. Sedang pada kelompok

31
kontrol, nilai sig-nya 0,073≥0,05 atau tidak ada perbedaan hasil antara

pretest dan posttest-nya. Efektivitas terapi tawa untuk menurunkan

kejenuhan belajar dibuktikan melalui uji hipotesis, dimana

penelitimenggunakan uji Mann Whitney (Uji U). Hasil ujinya terlihat

melalui hasil uji pada data posttest. Dimana nilai sig 0,019 ≤ 0,05

yang menunjukkan Ha diterima dan Ho ditolak atau terapi tawa efektif

untuk menurunkan kejenuhan belajar siswa kelas XI di SMA 11

Yogyakarta.

8. Terapi Tertawa Terhadap Pasien Gngguan Jiwa Dengan Depresi

Oleh :I Gede Widjanegara, I GNP Putra, dan Putu Richa Paryl Mailand

Hasil Penelitian :

Penelitian ini jumlah responden 10 orang. Responden adalah pasien

gangguan jiwa yang mengalami depresi. Identifikasi tingkat depresi

responden setelah diberikan terapi tertawa adalah 7 orang responden

mengalami penurunan tingkat depresi ringan, 2 orang responden

mengalami penurunan tingkat depresi ke depresi sedang dan 1 orang

responden mengalami penurunan nilai depresi tetapi tetap dalam rentang

skor depresi berat.

Pemberian terapi tertawa selama tujuh hari terhadap pasien gangguan jiwa

dengan depresi berpengaruh secara signifikan terhadap penurunan tingkat

depresi pada pasien gangguan jiwa.

32
9. Pengaruh Penerapan Terapi Tertawa Terhadap PenuruNAN Tingkat Stres

Pada Pegawai Kereta Api

Oleh :Anggun Resdasari Prasetyo, Harlina Nurtjahjanti

Hasil Penelitian :

Berdasarkan hasil analisis data peneliti dan evaluasi pelaksanaan

terapi tawa, dapat disimpulkan bahwa terapi tawa dapat diberikan untuk

menurunkan stres kerja yang dialami oleh pegawai PT. KAI.Penurunan

stres kerja tersebut dipengaruhi oleh komitmen dan kesediaan subyek

penelitian dalam menerapkan terapi tawa. Terapi tawa juga akan lebih

efektif memberikan manfaat jika diterapkan sebagai program yang

kontinu.

10. Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Tingkat Kemarahan Klien Skizofrenia

Dengan Resiko Perilaku Kekerasan Di Ruang Rwat Inap Rumah Sakit

Jiwa Grhasia Provinsi D.I Yogyakarta

Oleh :Ema Wati Chasanah

Hasil Penelitian

Hasil analisa univariat menunjukkan bahwa sebagian besar klien

berada pada tingkat kemarahan serius (61,5%) pada saat pre-test. Hasil

post-test memperlihatkan bahwa prosentase paling tinggi berada pada

emosi sehat (84,6%).

Analisa bivariat menggunakan wilcoxon test mendapatkan nilai Z -

3,275 dan nilai p 0,001 (Table 3).Hal ini menunjukkan bahwa terdapat

33
pengaruh terapi tertawa terhadap tingkat kemarahan klien dengan risiko

perilaku kekerasan.

BAB VI

PENUTUP

KESIMPULAN DAN SARAN

I. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan dari makalah di atas, dapat kita ketahui bahwa

Tertawa adalah kemampuan yang hanya dimiliki manusia yang merupakan

ekspresi kebahagian dan bisa dilakukan tanpa syarat dan sama khasiatnnya

dengan meditasi sehingga sering disebut yoga tawa.Terapi tertawa atau yoga

tawa adalah terapi yang diyakini mampu membangkitkan semangat hidup,

sekalipun dalam kondisi strees.

II. Saran

34
Diharapkan bagi Pembaca untuk lebih memahami lagi terkait

pengetahuan mengenai terapi tertawa, serta bagi mahasiswa ilmu

keperawatan dapat lebih memahami berbagai jenis terapi yang bisa di

gunakan di dalam ranah keperawatan jiwa.

DAFTAR PUSTAKA

A r i a n a , A t i k a D i a n . ( 2 0 0 6 ) . Terapi Humor untuk Menurunkan


Tingkat Stres pada Mahasiswa Baru. Skripsi: Fakultas Psikologi
UNAIR. Tidak dipublikasikan.

Chasanah, Emawati. (2012). Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Tingkat


Kemarahan Klien Skizofrenia Dengan Risiko Perilaku Kekerasan DiRuang
Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Grhasia Provinsi D.I Yogyakarta.
NaskahPublikasi
Fajrin M, (2013). Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Intensitas Nyeri Reumatoid
Artritis Pada Lansia Di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo
Ungaran.Jurnal Ilmiah.Ilmu Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran

Hasanat, Nida. I. (1996).Pelatihan Ekspresi Wajah Positif untuk Mengurangi


Depresi.Tesis. Yogyakarta: Fakultas Pascasarjana UGM.

Hayati, Risna. (2003). Terapi Tertawa Untuk Menurunkan Kecenderungan


Burnout Pada Guru Pendamping Anak Berkebutuhan Khusus.
Humanitas, 12(1), 60-72

Kataria, Madan. (2004). Laugh For No Reason (Terapi Tertawa). Jakarta: PT


Gramedia

35
Prasetyo, A. R.,& Nurtjahjanti, H. (2011). Pengaruh Penerapan Terapi Tawa
Terhadap Penurunan Tingkat Stres Kerja Pada Pegawai Kereta Api. Jurnal
Psikologi Undip, 10(2), 1-15.
Ruspawan, D.M dan Wulandari, N.M.D.( 2012). Pengaruh Pemberian Terapi
Tertawa Terhadap Tingkat Kecemasan pada Lanjut Usia di PSTW Wana
Seraya Denpasar.Jurnal Skala Husada 9 (1) 1-9.

Saifudin, Moh,dkk. 2014. Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Penurunan Tingkat


Depresi Pada Lansia Di Panti Werdha Mental Kasih Didesa Turi
Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan. Jurnal Ilmiah21(3).

Suwidagdho, Dhanang (2016). Efektivitas Terapi Tawa Untuk Menurunkan


Tingkat Kejenuhan Belajar Pada Siswa Kelas Xi Di Sma
11Yogyakarta.Jurnal Ilmiah.

Tage, P, (2013). Terapi Tertawa terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada


Lansia Dengan Hipertensi Sistolik Terisolasi Di Panti Sosial budi Agung
Kupang. Jurnal Ilmiah . Fakultas Kedokteran Unair.

Widjanegara, et al.(2007).Terapi Tertawa Terhadap Pasien Gangguan Jiwa


Dengan Depresi.Jurnal Ilmiah.Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan
Denpasar

36
37

Anda mungkin juga menyukai