Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stress merupakan kondisi yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan

bahkan stress ini bagian dari kehidupan. Dikeseharian ada saja yang tergesah

ketika bangun tidur, lupa mengerjakan pekerjaan rumah atau tidak sempat

sarapan karena berlari mengejar kendaraan umum, sekolah dan aktivitas

lainnya. Stress ini dapat dihadapi oleh hampir semua kalangan, dewasa, ramaja

bahkan anak-anak dengan alasan atau penyebab yang beraneka ragam jelasnya

(Farida, 2016).

Stress merupakan fenomena yang lazim terjadi dalam masyarakat di

zaman sekarang ini hingga berdampak besar terhadap kesehatan (Yusni &

Ibrahim pute 2014). Stress yang berkepanjangan mengakibatkan tingkat

kortisol dan korkosteroid yang tinggi, yang menyebabkan resistensi terhadap

kortisol dan gangguan efek anti-inflamasi pada sistem kekebalan tubuh. Hal

tersebut dapat dengan mudahnya infeksi dan penyakit lain seperti gangguan

fisiologis lainnya menjangkit stress kronis juga menghambat sel-sel kekebalan

dan jaringan pensinyalan (Murniningsih, dkk, 2022).

Di Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial

dengan keanekaragaman penduduk; maka jumlah kasus gangguan jiwa terus

bertambah yang berdampak pada penambahan beban negara dan penurunan

produktivitas manusia untuk jangka panjang.  Data Riskesdas 2018

menunjukkan prevalensi ganggunan mental emosional yang ditunjukkan

dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas


mencapai sekitar 6.1% dari jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan prevalensi

gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau

sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk (Maulana dkk,2019).

Penanganan stress ada dua cara yaitu secara farmakologi dan non

farmakologi. Obat farmakologis dapat mengobati gangguan psikologis seperti

stress, kecemasan dan depresi, namun hal tersebut tetap memiliki efek

samping. Secara non farmakologi yaitu dengan melakukan yoga relaksasi

napas dalam terapi tertawa dan menghirup aromaterapi untuk menurunkan

tingkat kestressan (Satria, 2020).

Aromaterapi ini memiliki efek yang positif dimana diketahui bahwa aroma

yang segar dan harum itu dapat merangsang sensorik dan reseptor yang ada di

hidung, kemudian memberikan informasi yang lebih jauh ke area otak yang

mengentrol emosi dan memori kita, serta memberikan informasi ke

hipotalamus yang dimana merupakan sistem pengatur internal tubuh, termasuk

sistem seksualitas, suhu tubuh dan resaksi terhadap stress (Satria, 2020).

Indonesia memiliki keanekaragam tanaman atau tumbuhan yang

didalamnya fisik dan psikisnya yang dapat menimbulkan perasaan tenang dan

nyaman. Komponen memiliki kandungan yang dapat berpotensi sebagai

tanaman obat. Salah satunya adalah tanaman serai wangi (Cymbopogon

Nardus) yang mengandung komponen aromaterapi yang dapat menekan stres

melalui efek aromaterapi serai wangi ini ialah minyak atsiri dengan adanya

kandungan geraniol 23,17%, Sitronellal 34,6%, dan Sitronellol 12,09 % (Bota

dkk, 2015).
Komponen lain seperti: α-pinen, kamfen, sabinen, mirsen, p-simen,

limonen, cis-osimen, terpinol, sitronellal, berneol, terpinen-4-01, α-terpineol,

geraniol, farnesol, metil heptanon, n-desilaldehida, dipenten, metil heptanon,

bornil asetat, geranil format, terpinil asetat, sitronelil asetat, geranil asetat

(Herawaty, 2021).

Dari penelitian sebelumnya telah dilakukan penelitian tentang uji

efektivitas anti stress ekstrak batang serai wangi (Cymbopogon Nardus L.)

terhadap mencit putih jantan memiliki efektivitas sebagai anti stress karena

batang sereh wangi memiliki kandungan eugenol yang bekerja dengan

menghambat mono amine oxidase (MAO) dan ekstrak batang serai

(Cymbopogon Nardus L.) yang paling efektif dengan dosis rendah 1,5

mg/kgBB, akan tetapi ektrak batang serai dengan dosis tinggi 150 mg/kgBB

tidak lebih efektif sebagai anti stress (Simorongkir dkk, 2020).

Pada masa kini meskipun banyak beredar produk aromaterapi belum ada

penelitian mengenai pemanfaatan komponen minyak atsiri dari tanaman serai

wangi yang diformulasikan dalam bentuk lilin. Sehingga penelitian ini untuk

mengetahui apakah minyak batang serai wangi (Cymbopogon Nardus L.)

memiliki aktivitas anti stress melalui uji Forced Swim Test pada mencit

berdasarkan pada waktu Imobility Time.


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat ditetapkan rumusan masalah

pada penelitian ini adalah :

1. Apakah minyak batang sereh wangi (Cymbopogon Nardus L.) yang di

formulasikan sebagai lilin aromaterapi memiliki efek sebagai antistress?

2. Bagaimana efek antistres formulasi lilin aromaterapi dari minyak atsiri

batang sereh wangi (Cymbopogon Nardus L.) terhadap mencit (Mus

musculus) Jantan ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah minyak batang sereh wangi (Cymbopogon

Nardus L.) yang di formulasikan sebagai lilin aromaterapi memiliki efek

sebagai antistress?

2. Untuk mengetahui bagaimana efek antistres formulasi lilin aromaterapi

dari minyak atsiri batang sereh wangi (Cymbopogon Nardus L.) terhadap

mencit (Mus musculus) Jantan ?

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat ditetapkan 3 manfaat

diantaranya adalah :

1. Manfaat Teoritis

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi ilmiah

kepada masyarakat bahwa aroma batang serai wangi (Cymbopogon

Nardus L.) dapat digunakan sebagai alternatif dalam menurunkan stress.


2. Manfaat Praktis

Bagi para pengambil kebijakan (terutama yang membidangi

farmasi), hasil penelitian ini dapat direkomendasikan kepada masyarakat

sebagai salah satu obat aromaterapi dalam mengatasi stress.

3. Manfaat metodologis

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan referensi bagi

peneliti selanjutnya terutama yang berminat untuk melakukan penelitian

serupa yaitu Formulasi dan Uji Efek Antistress Lilin Aromaterapi minyak

batang serei wangi (Cymbopogon Nardus L.) Dengan Variasi Waktu

Penyulingan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Stres

Stress adalah fenomena yang sudah pasti dialami oleh semua kalangan

manusia. Pada Ilmu psikologi membahas tentang stress yang merupakan perasaan

tertekan dan ketegangan mental. Tingkat stress yang rendah mungkin diinginkan,

bermanfaat, dan bahkan sehat bagi sebagian manusia. Stress juga dapat

menimbulkan dampak yang positif, seperti dapat meningkatkan fasilitasi kinerja.

Stress yang positif dianggap sebagai faktor penting untuk motivasi, adaptasi, dan

melakukan reaksi terhadap lingkungan sekitar. Namun pada tingkat stressnya

tinggi dapat juga mengakibatkan masalah biologis, psikologis, dan sosial dan

bahkan bahaya serius bagi seseorang. Stress dapat berasal dari faktor eksternal

yang bersumber pada lingkungan, atau disebabkan oleh persepsi internal individu.

hal ini dapat dilihat dari meningkatnya kemungkinan berkembangnya

penyakit, serta memperburuk kondisi yang sudah ada sebelumnya. Bagi

sebagian manusia keadaan ini merupakan suatu hal yang merugikan terutama

dalam menjalani aktivitas sehari-hari (Hidayati & Mugi Harsono, 2021)

Stres dalam waktu yang lama dan berkelanjutan dapat juga

mempengaruhi memori dengan cara menghambat molekul-molekul kecil yang

diperlukan otak untuk menyimpan informasi. Stres juga dapat dipengaruhi

oleh gangguan tidur, gangguan ini sering dijumpai pada orang yang mengalam

stres (Yanto et al., 2019).


Manusia sangat rentan mengalami kecemasan, kekhawatiran bahkan

ketakutan, karena hal ini dipengaruhi oleh sistem saraf yang sangat peka (over

sensitive). Dimana pada setiap makhluk hidup terdapat pusat-pusat saraf

organik yang berperan dalam memunculkan rasa takut, cemas, dan amarah

serta rasa ingin melarikan diri. Dan hal ini terjadi ketika manusia menghadapi

keadaan yang membahayakan dan menimbulkan dampak yang buruk bagi

dirinya. Dalam batas tertentu, secara tidak berlebihan dan memakan waktu

lama, hal ini merupakan suatu respon alami tubuh (Rena, 2019).

Stres merupakan kondisi yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan,

bahkan stres ini bagian dari kehidupan. Dikeseharian ada saja orang yang

tergesa ketika bangun tidur, mengerjakan pekerjaan rumah, lupa atau tidak

sempat sarapan, berlari mengejar kendaraan umum, sekolah dan aktivitas

lainnya. Stress ini dapat dihadapi oleh hampir semua kalangan, dewasa,

remaja bahkan anak-anak dengan alasan atau penyebab yang beraneka ragam

jelasnya (Aryani, 2016).

Mekanisme Stres

Sistem saraf pusat akan menghasilkan respon “fight-or-flight” disaat

tubuh mengalamai stres, kemudian memberikan perintah dari hipotalamus ke

kelenjar edrenal untuk melepaskan hormon adrenalin dan kortisol, dimana saat

kedua hormon tersebut dilepaskan, hati akan menghasilkan lebih banyak gula

dalam darah untuk memberi energi pada tubuh. Dan jika tubuh tidak

menggunakan semua energi yang dihasilkan maka tubuh akan menyerap gula

darah kembali, namun bagi orang yang rentan akan diabetes tipe 2 hal ini akan
menyebabkan gula dalam darahnya meningkat. Pelepasan hormone adrenal dan

kortisol juga meningkatkan detak jantung, pernapasan lebih cepat, pelebaran

pembuluh darah di lengan dan kaki, dan kadar glukosa darah meningkat, jika

saat stress ini mulai menghilang makan sistem saraf pusat juga akan

memerintahkan pertama kali pada tubuh untuk menormalkan keadaan

(Wulandari, 2018).

Penggolongan Stres

1. Distress (Stress Negative)

Distress merupakan stres yang merusak atau bersifat tidak

menyenangkan, negatif dan tidak sehat, dengan gejala cemas, ketakutan,

khawatir, atau gelisah sehingga dengan keadaan yang ada membuat individu

mengalam kondisi psikologis negative, menyakitkan dan timbul keinginan

untuk menghindarinya (Wulandari, 2018).

2. Eustress (Stres positif)

Jenis stres ini bersifat menyenangkan, sehat, positif dan membangun.

Eustress dapat meningkatkan kesiagaan mental, kewaspadaan, kognisi, dan

performansi individu, juga dapat meningkatkan motivasi individu untuk

menciptakan sesuatu missal karya seni (Wulandari, 2018).

Dalam penanganannya stres ini ada dua cara yakni secara farmakologis

dan non farmakologis. Obat farmakologis dapat mengobati gangguan

psikologis seperti stres, kecemasan dan depresi, namun hal tersebut tetap

memiliki efek samping. Kemudian secara non farmakologi yaitu dengan


melakukan yoga, relaksasi napas dalam, terapi tertawa dan menghirup

aromaterapi untuk menurunkan tingkat kestresan (Satria, 2020).

Secara Farmakologi

Salah satu penanganan untuk stress atau depresi ini dapat dilakukan

dengan cara meminum obat yang memiliki efek yang dapat menurunkan

tingkat stress, lazimnya obat-obat antidepresi atau antistres dibagi dalam 4

kelompok besar, yaitu (Tyjay & Rahardja, 2015) :

1. Antidepresiva Klasik

Obat-obat pada golongan ini menghambat resorpsi kembali dari

serotonin dan noradrenalin dari sela sinaps di ujung-ujung saraf, contoh

obatnya yaitu dari senyawa trisiklik seperti amitriptilin, doksepin, dosulepin,

inipramin, desipramin dan klomipramin. Senyawa tetrasiklik seperti

maprotilin, mianserin dan mirtazapin dengan siklis.

2. Obat Generasi Ke-2

Golongan obat yang memiliki struktur kimiawi berlainan yang

menimbulkan lebih sedikit efek samping, khususnya berkurangnya berefek

pada jantung dan antikolinergik, contoh obatnya yakni SSR’s (Selective

Serotonin Re-uptake Inhibitor) seperti fluvoxamine, fluoxetine,

paroxetine,sertraline, citalopram dan venlafaxine. Dan obat NaSa

(Noradrenalin and Serotonin Anti-depressants) contohnya mirtazapine dab

venlafaxin.
3. MAO-blocker

Obat golongan ini mengambat enzim monoamine-oksidase (MAO) yang

menguraikan zat-zat monoamine setelah selesai aktivitasnya contonya seperti

fenelzin dan tranylcypromine.

4. Lainnya : seperti tryptofan, okstriptan, piridoksin, tingtur Hyperici, litium,

agomelatine, bupropion, trazadon dan vortioxetine.

Secara Non Farmakologi

Terapi antistres tanpa menggunakan obat dapat dilakukan dengan cara :

1. Menulis catatan harian atau diary

2. Melakukan olahraga

3. Memutar musik atau mendengar lagu kesayangan

4. Tertawa dimana dengan ini dapat merangsang tubuh untuk memproduksi

hormon yang menyebabkan otak mengendorkan stress.

5. Memakan makanan sehat

6. Penuhi kebutuhan jiawa

7. Meluangkan waktu untuk bersama sahabat atau orang tersayang

8. Meditasi

9. Dan melakukan tidur siang

10. Lilin aromaterapi merupakan lilin yang mengandung bahan pewangi yang bisa

digunakan sebagai refresing, relaxing dan dapat menyembuhkan sakit kepala.

Lilin aromaterapi dapat juga digunakan dengan tujuan sebagai penghilang

stress dan kecemasan (Shofi, 2019; Wulandari, 2018).


B. Uraian Serai Wangi (Cymbopogon Nardus.)

Sereh wangi adalah salah satu jenis tanaman minyak atsiri, yang

tergolong sudah berkembang. Dari hasil penyulingan daunnya diperoleh

minyak sereh wangi yang dalam dunia perdagangan dikenal dengan nama

Citronella Oil. Saat ini perkembangan minyak atsiri menjadi perhatian yang

cukup besar dari pemerintah Indonesia. Dari bebagai bahan baku pembuatan

Minyak Atsiri, salah satu tanaman bahan baku minyak atsiri di Indonesia yang

bagus untuk dikembangkan adalah Sereh Wangi (Eddy, Nita sari, Sulhatun,

2020).

Minyak sereh wangi (Citronella oil) dari tanaman sereh wangi

(Cymbopogon winterianus) adalah salah satu jenis minyak atsiri yang sering

juga disebut dengan minyak eteris atau minyak terbang karena kemampuannya

yang mudah menguap dan memiliki komposisi serta titik didih yang berbeda-

beda (Eddy, Nita sari, Sulhatun, 2020).

Klasifikasi Serai wangi (Cymbopogon Nardus L.) (Ningsih, 2020)

Kerajaan : Plantae

Sub-kingdom : Tracheobionta

Divisi : Magnoliophyta

Sub-divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Sub-kelas : Commelinidae

Bangsa : Poales

Suku : Poaceae/Graminae
Marga : Cymbopogon

Jenis : Cym. nardus L.

Gambar 2.1 Tanaman Serai Wangi (Cymbopogon Nardus L.)

Sereh Wangi (Cymbopogon Nardus L.) juga memiliki khasiat

sebagai antistress, didukung oleh salah satu kandungan senyawa

didalamnya, Sereh dipercaya memiliki kandungan bahan aktif yang dapat

berfungsi sebagai analgentika, antipiretika, anti inflamasi, antioksidan, dan

antidepresan. Minyak aromaterapi yang dihasilkan dari aromaterapi sereh

berfungsi sebagai antidepresan, yaitu menekan dan menghilangkan depresi

atau stress sehingga mampu menimbulkan rasa rileks baik badan maupun

pikiran (Putri magdalena tri, dkk, 2019).

Selain itu dapat juga sebagai obat tradisional Sereh wangi

dipercaya dapat dijadikan obat dan menjaga kebugaran. Sereh wangi

dipercaya dapat menyembuhkan penyakit. Salah satu khasiatnya sebagai

obat kumur. (Dhana Aden Rizkita 2017).


C. Nama Daerah

Nama daerah Tanaman sereh wangi (Cymbopogon Nardus L.) di

bagian jawa disebut serai sebagai sereh ataupun sere, Sumatera menyebut

serai dengan serai, sorai ataupun sanger-sanger. Daerah Kalimantan juga

menyebut serai menjadi belangkak, senggalau atau selai. (Wijayanti tatik

2021).

D. Morfologi Tumbuhan

Sereh wangi merupakan tanaman yang tumbuh di daerah yang

udaranya panas maupun dingin, sampai ketinggian 1.200 meter di atas

permukaan laut. Cara tanaman ini tumbuh dengan anak atau akarnya yang

bertunas. Tanaman ini dapat dipanen setelah berumur 4 – 8 bulan. Panen

biasanya dilakukan dengan cara memotong rumput di dekat tanah

berwarna sama dan umumnya berwarna merah menyatakan pula bahwa

tanaman serai wangi mempunyai akar serabut, batang tidak berkayu,

beruas ruas pendek dan berwarna putih. Pangkal batang tanaman serai

membesar dan mempunyai pelepah daun berwarna kuning kehijauan

bercampur merah keunguan. Batangnya melengkung sampai 2/3 bagian

panjang daunnya. Tanaman ini mempunyai daun berwarna hijau muda,

potongan sempit panjang, daun tunggal dan tidak lebar. Daunnya

berbentuk pita yang semakin meruncing ke atas dengan tepi daun yang

kasar dan tajam. (Tora, N. 2013).


E. Kandungan Tumbuhan

Kandungan senyawa di tanaman serai terdapat sebanyak 0.4%

cairan atsiri atas komponennya ialah sitral, sitronella 66-85%), α-pinen,

kamfen, sabinen, mirsen, β-falendren, p-simen, limonen, cis-osimen,

terpinol, sitronella, borneol, terpinen-4-ol, α-terpineol, geraniol, farnesol,

metil heptenon, n-desialdehida, dipenten, metil heptenon, bornilasetat,

geranilformat, terpinil asetat, sitronerol asetat, geranil asetat, dan β-

kariofilen oksida. Pemaparan dari Wijesekara 1973 yang menyebutkan

bahwa senyawa nomor satu penyusun minyak serai ialah sitronella serta

geraniol. Campuran ketiga penyusun nomor satu minyak serai disebut total

senyawa yang dapat diasetilasi. Komponen tersebut menentukan intensitas

bau, harum, nilai serta harga minyak serai. (Wijayanti tatik 2021).

F. Minyak Atsiri

Minyak atsiri merupakan minyak yang mudah menguap atau

minyak mudah terbang berwujud cairan atau padatan memiliki komposisi

maupun titik didih yang beragam, minyak ini dapat diperoleh dari bagian

tanaman yakni bagian akar, kulit, batang, daun, buah, biji dan bijinya.

Minyak atsiri memiliki nilai jual dan guna yang tinggi dalam kehidupan

sehari-hari, baik dilihat dari segi ekonomi minyak atsiri dapat digunakan

sebagai bahan pewangi, kosmetik, sabun, pembuatan parfum atau produk-

produk yang mengandung parfum lainnya. Minyak atsiri juga dapat


menetralisir bau yang tidak enak dari bahan tertentu contoh bau busuk

pada kuliy sintetik (Kirana Efruan et al., 2016).

G. Lilin Aromaterapi

Aromaterapi adalah istilah modern yang digunakan untuk proses

penyembuhan kuno yang menggunakan sari timbuhan aromatik murni.

Tujuannya adalah sebagai meningkatkan kesehatan tubuh, pikiran dan

jiwa. Beragam penyakit yang kini menyerang tubuh manusia dan

aromaterapi layaknya peninggalan masa lampau yang selalu dicari-cari

dan sangat dibutuhkan. Kajian etnofarmakologi secara empirik tentang

tumbuhan aromaterapi menunjukkan bahwa Indonesia memiliki 49 jenis

tumbuhan aromaterapi dan 22 jenis suku, 12 jenis diantaranya dapat

digunakan secara empiric sebagai aromaterapi dengan efek menenangkan

dan menyegarkan tubuh. Dengan banyaknya macam tumbuhan tersebut

makan berpotensi untuk Indonesia bisa mengembangkannya sebagai

produk farmasi yang bermanfaat, memiliki efek yang tinggi, dan

aromaterapi ini memiliki kemampuan yang baik untuk distimulasi oleh

tubuh khususnya melalui alat indra penciuman (Fitri kurniasari, Nila

Darmayanti, 2019).

Aromaterapi merupakan suatu metode pengobatan alternatif yang

asalnya dari bahan tanaman yang mudah menguap atau biasa disebut

minyak atsiri. Aromaterapi ini dapat memberikan efek menenangkan,

menyegarkan, menstabilkan jiwa dan raga serta dapat juga menjaga

kecantikan, dan bentuk aromaterapi kini sudah berbagai macam seperti


dalam bentuk penguapan, parfum, pijatan serta dalam bentuk lilin

(Hilmarni et al., 2021).

Lilin pada umumnya digunakan sebagai pengganti lampu, namun

sekarang lilin sudah dapat digunakan dengan tujuan aromaterapi dimana

pembuatannya ditambahkan minyak atsiri yang berkhasiat untuk

pengobatan, penyegar ruangan dan lainnya. Lilin aromaterapi merupakan

lilin yang mengandung bahan pewangi yang bisa digunakan sebagai

refresing, relaxing dan dapat menyembuhkan sakit kepala. Lilin

aromaterapi dapat juga digunakan dengan tujuan sebagai penghilang stres

dan kecemasan (Hilmarni et al., 2021; Shofi, 2019).

H. Ekstraksi

Ektraksi bahan aktif alami adalah suatu proses mendapatkan atau

memisahkan komponen aktif alami menggunakan pelarut selektif melalui

prosedur standar. Tujuan dari proses ekstraksi ini adalah untuk

memisahkan metabolit yang larut dengan memisahkannya dari seluler

yang tidak larut (residu) (Junaidi, 2019).

Ekstraksi dengan pelarut terbagi menjadi dua yaitu ekstraksi panas

dan ekstraksi dingin, dimana ekstraksi panas menggunakan cara refluks,

soxhlet, digesti, destilasi uap dan infusa. Untuk ekstrak dingin

menggunakan cara meserasi dan perlokasi (Irianti et al., 2021).


Ektraksi Panas

1. Refluks merupakan metode ekstraksi dengan pelarut pada temperatur

titik didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarutnya terbatas

yang relative konstan dengan adanya pendinginan baik (Prof. Dr. apt.

Berna Elya et al., 2022).

2. Soxhlet merupakan ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang

selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat soklet sehinnga

terjadilah ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relative konstan

dengan adanya pendingin yang baik (Prof. Dr. apt. Berna Elya et al.,

2022).

3. Digesti merupakan metode maserasi kinetic dengan pengadukan

secara kontinu pada suhu di atas kamar yakni 40-50oC (Natsir et al.,

2019).

4. Destilasi uap adalah metode untuk menyari minyak atsiri yang

terkandung dalam tanaman dimana sampel dan air diletakkan ke

dalam labu destilasi lalu dipanaskan pada suhu 100oC, minyak atsiri

akan tertarik dengan uang air dan akan dingin melalui kondensor dan

uap air dan minyak atsiri yang tidak bercampur tadi akan ditampund

diburet dan akan dapat dikeluarkan melalui kran (Prof. Dr. apt. Berna

Elya et al., 2022).

5. Infusa adalah metode dengan pelarut air pada waktu lebih lama pada

temperatur titik didih 100oC (Natsir et al., 2019).


Ekstraksi Dingin

1. Maserasi sendiri merupakan suatu metode ekstraksi denngan cara

merendam simplisia dengan pelarut yang cocok pada suhu kamar

dengan beberapa kali pengocokan atau adukan hingga diperoleh

konsentrasi pada keadaan seimbang (Prof. Dr. apt. Berna Elya et al.,

2022).

2. Perlokasi adalah proses dengan menggunkan pelarut yang selalu baru

atau wadah tempat pelarut lebih dari satu atau wadah kontinu yang

dilakukan pada suhu kamar dan tidak terpapar sinar matahari (Natsir

et al., 2019).

I. Penyulingan

Salah satu cara dalam mendapatkan ekstrak minyak atsiri adalah

dengan metode penyulingan dimana hal ini lebih banyak digunakan baik

pengusaha skala kecil maupun menengah lebih banyak menggunakan

metode ini dikarekan lebih menguntungkan jika dilihat dari nilai rendemen

dan mutu yang dihasilkan karena bahan tidak langsung mengalami kontak

dengan air sehingga mengurangi kemungkinan akan terjadinya oksidasi

dan hidrolisis ester (Damayanti et al., 2020).

Penyulingan ini merupakan suatu proses pemisahan secara fisik

suatu campuran menjadi dua atau lebih produk yang mempunyai titik didih

yang berbeda, dengan cara menguapkan terlebih dahulu komponen yang

mempunyai titik didih rendah (Sumarmo & Lukas, 2021).


Minyak atsiri sendiri dapat dihasilkan melalui beberapa cara atau

metode salah satunya metode penyulingan (destilasi), dimana destilasi ini

merupakan suatu proses yang digunakan untuk memproduksi minyak atsiri

dari berbagai tanaman. Terdapat 3 jenis metode destilasi yakni metode

destilasi air (water distillation), metode kukus atau air-uap (water and

steam distillation) dan metode destilasi uap (steam distillation). Faktor

yang penting dalam mendapatkan mutu yang baik adalah dari metode dan

kondisi operasi dalam proses penyulingan (Tutuarima & Antara, 2020).

1. Destilasi Air

Keuntungan menggunakan metode ini adalah menggunakan alat

yang sederhana, mudah dilakukan dan kualitas minyak atsiri baik asal

suhunya diperhatikan agar tidak terlalu tinggi, namun terdapat pula

kerugiannya yakni tidak semua bahan dapat digunakan dengan metode ini,

adanya air sering terjadi hidrolisis, waktu penyulingan lama, dan alat yang

digunakan skala laboratorium (D. S. Putri et al., 2018).

2. Destilasi Air Uap

Destilasi dengan cara ini hanya menggunakan alat dapur seperti

dandang, metode ini baik untuk simplisia kering maupun basah yang rusak

dalam proses pendidihan. Untuk simplisia kering harus dimaserasi dulu

namun jika sampel basah atau baru dipetik tidak perlu melalui maserasi.

Hidrosis hampir tidak terjadi sehingga kualitas minyak diperoleh cukup

baik, namun kekurangnnya adalah dengan cara ini hanya minyak dengan
titik didih lebih rendah dari air yang dapar terdestilasi sehingga destilat

tidak sempurna (D. S. Putri et al., 2018).

3. Destilasi Uap

Dalam penggunaan metode ini kualitas minyak yang dihasilkan

cukup baik, tekanan dan suhu dapat diatur, waktu destilasi pendek dan

hidrosis tidak terjadi, namun kelemahannya menggunakan peralatan yang

mahal dan yang melaksanakan harus tenaga ahli (D. S. Putri et al., 2018).

J. Mencit (Mus musculus)

Klasifikasi Menciti menurut (Samsinar, 2018) :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mamalia

Ordo : Rodentia

Famili : Muridae

Genus : Mus

Spesies : Mus musculus

Gambar 2.2 Mencit (Mus musculus) (Dayanti, 2018)


Mencit merupakan hewan noktural yang artinya hewan yang aktif

pada malam hari daripada di siang hari. Tidak memiliki kelenjar keringat,

rata-rata mencit dewasa memiliki berat badan 18-35 gram untuk betina dan

20-40 gram untuk jantan. Secara umum, mencit dewasa memiliki panjang

kisaran 7,5 - 10 cm (hidung sampai pangal ekor) dan ekornya dengan

panjang 5-10 cm. mencit mempunyai kaki yang pendek dan berjalan

mengeluarkan suara khas, yaitu mendecit. Organ reproduksinya mencit

betina terdiri atas sepasang ovarium, uterus, serviks, dan vagina. Mencit

betina memiliki lima pasang kelenjar mamae dan tiga diantaranya terletak

di bagian servikothoraks dan dua lainnya di bagian inguinoabdominalis.

Pengaruh lingkungan seperti suara keras, cahaya, kepadatan pada kandang

menjadi peran penting dalam proses reproduksi yang secara langsung

mempengaruhi fungsi ovarium dan testis. Tipe siklus estrus pada mencit

adalah poliestrus, yaitu selama 4 – 5 hari. Masa perkawinannya tidak

tergantung pada musim, periode kebuntingan singkat, masa hidupnya

pendek dan mudah berkembang biak. Mencit mempunyai metabolism

tinggi sehingga lebih sensitive dibandingkan dengan spesies lainnya, hal

ini juga menjadi penyebab mencit merupakan hewan uji coba yang sangat

sering digunakan dalam penelitian (Dayanti, 2018).


K. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Batang serai wangi (Cymbopogon - Sediaan lilin aromaterapi


Nardus L.) - Efek antistres

Variabel Terkendali

- Ekstraksi
- Berat badan hewan uji
- Jenis kelamin hewan uji
- Suhu
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium dengan

desain post test only control grup dengan menggunakan hewan uji mencit (Mus

musculus) jantan.

B. Waktu Dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Lab Fitokimia, Teknologi Sediaan Farmasi

dan Faramakologi & toksikologi Universitas Megarezky di Makassar.

C. Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu Gunting, batang

pengaduk, cawan porselin, cawan cruss, gegep kayu, gelas beker, hot plate,

cetakan lilin, pipa kapiler, stopwatch, wadah lilin aromaterapi, lemari es, toples air

(diameter 18 cm, tinggi 40 cm), perangkat destilasi (Labu destilasi, batu didih,

kondensor, selang, pemanas, thermometer, buret botol penampung), dan

timbangan analitik.

Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu batang serai

wangi (Cymbopogon Nardus L.), Na2SO4 anhidrat, aquadest, paraffin, white oil,

sumbu lilin dan mencit (Mus musculus) jantan.


D. Penyiapan Formulasi Lilin Aromaterapi

1. Formula Lilin Aromaterapi

Tabel 3.1 Formulasi Lilin Aromaterapi

Formula
Bahan F1 F2 F3 F4 F5

Minyak Atsiri 2% 4% 6% -
serai wangi
Kontrol Positif
Parrafin 40% 40% 40% 40% (Sediaan Lilin
Aromaterapi
Asam Stearat 60% 60% 60% 60% Levender)
Keterangan :
F1 : Formula sediaan lilin aromaterapi minyak atsiri pandan wangi konsentrasi
2%
F2 : Formula sediaan lilin aromaterapi minyak atsiri pandan wangi konsentrasi
4%
F3 : Formula sediaan lilin aromaterapi minyak atsiri pandan wangi konsentrasi
6%
F4 : Formula sediaan lilin aromaterapi tanpa zat aktif sebagai control negatif
F5 : Formula sediaan lilin aromaterapi Lavender sebagai kontrol positif

E. Populasi Sampel

1. Populasi

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah batang serai

wangi (Cymbopogon Nardus L.),

2. Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah batang serai wangi

(Cymbopogon Nardus L.) segar yang berasal dari daerah Kabupaten

Bulukumba Kota Makassar Sulawesi selatan yang diambil pada waktu pagi

hari.
F. Prosedur Kerja

1. Preparas batang serai wangi (Cymbopogon Nardus L.)

Batang sereh wangi dibersihkan terlebih dari daun, batang dan akar

lalu dicuci dengan air hingga bersih kemudian sereh wangi dijemur hingga

kering. Kemudian dirajang/diiris dengan ukuran kecil. Potongan sereh yang

sudah berukuran kecil diblender untuk mendapatkan ukuran terkecil sekitar

100-120 mesh (Gultom Erdiana, 2020).

2. Destilasi batang serai wangi (Cymbopogon Nardus L.)

Untuk metode distilasi uap dan air dengan pemanasan microwave

prosedurnya adalah sebagai berikut, mula-mula menimbang daun / batang

serai wangi sebanyak 200 gram. Memasukkan daun / batang yang telah

ditimbang tersebut pada labu distilasi leher tiga dengan penambahan air

sebagai pelarut. Kemudian memanaskan air pada labu leher dua untuk

digunakan sebagai pembangkit steam, proses pemanasan menggunakan

heating mantle. Menyalakan pemanas microwave dan mengatur daya

microwave sesuai dengan variabel suhu dan bersamaan dengan itu diatur

putaran timernya. Menghitung waktu distilasi mulai tetes pertama keluar dari

condensor. Mengambil minyak tiap 20 menit dengan mengatur putaran timer

microwave. Lalu menghentikan proses setelah 120 menit. Menampung distilat

dalam corong pemisah dan memisahkan minyak dari air, kemudian

menampung minyak tersebut pada tabung reaksi dan di simpan dalam freezer

untuk mendapatkan minyak yang bebas dari air. Kemudian mengambil


minyak yang bebas dari kandungan air tersebut lalu melakukan analisa

terhadap minyak yang dihasilkan (Feriyanto dkk, 2013).

3. Pembuatan Sediaan Lilin Aromaterapi

4. Lilin dibuat dengan cara paraffin padat dicairkan terlebih dahulu pada suhu 50

– 60oC da lam cawan poselin, kemudian dimasukkan ke dalam mortar, lalu

ditambahkan white oil sambil diaduk hingga homogen, kemudian

ditambahkan minyak atsiri batang serai wangi (Cymbopogon Nardus L.)

sesuai masing-masing konsentrasi formula yang telah ditentukan, lalu

campuran dimasukkan ke dalam cetakan yang sebelumya telah dipasang

dengan sumbu lilin, diamkan selama 24 jam (Murniningsih & Trisnawati,

2022).

5. Uji Evaluasi Fisik

a. Uji Organoleptik

Pengujian dilakukan dengan mengamati warna dan aroma masing-

masing sediaan lilin aromaterapi (Siregar, 2019).

b. Uji Waktu Bakar

Pengujian dilakukan dengan membakar sumbu lilin sehingga

terbentuk nyala api pada lilin kemudian dinyalakan stopwatch, waktu

bakar diperoleh dari selisih antara waktu awal pembakaran dan waktu saat

sumbu lilin habis terbakar (padam) (Siregar, 2019).

c. Uji Titik Leleh

Pengujian dilakukan dengan metode pipa kapiler, dilelehkan lilin

terlebih dahulu kemudian dimasukkan lelehan lilin ke dalam pipa kapiler,


kemudian disimpan dalam lemari es selama 16 jam pada suhu 4 -10 oC, lalu

pipa kapiler diikatkan pada thermometer dan kemudian masukkan ke

dalam gelas kimia 500 mL berisi air setengah bagian, panaskan air

kemudian perhatikan gerakan pertama lilin dalam pipa kapiler, angka yang

terlihat pada thermometer dicatat sebagai titik leleh lilin (Siregar, 2019).

d. Uji Kesukaan

Pengujian dilakukan dengan membakar lilin aromaterapi yang

telah dibuat di dalam ruangan tertutup dengan jarak panelis ke lilin ±60 c,

dan siapkan panelis 10 orang untuk mengamati aroma yang keluar dari

lilin setelah dibakar dengan jarak yang telah ditentukan, dan masing-

masing panelis menilai secara subjektif apa yang mereka rasakan (Siregar,

2019).

6. Uji Antistres

a. Penyiapan dan Pengelompokan Hewan Uji

Disiapkan 15 ekor mencit (Mus musculus) jantan umur 2-3 bulan

dengan berat badan 20-30 g, kemudian dibagi menjadi 5 kelompok,

dimana masing-masing kelompok terdiri dari 3 ekor mencit. Pembagian

kelompok perlakuan hewan uji, yaitu :

Kelompok I : dipaparkan lilin aromaterapi minyak atsiri pandan

wangi konsentrasi 1%

Kelompok II : dipaparkan lilin aromaterapi minyak atsiri pandan

wangi konsentrasi 2%

Kelompok III : dipaparkan lilin aromaterapi minyak atsiri pandan


wangi konsentrasi 3%

Kelompok IV : dipaparkan lilin aromaterapi tanpa zat aktif sebagai

kontrol negative

Kelompok V : dipaparkan lilin aromaterapi minyak atsiri bunga

lavender sebagai kontrol positif

b. Uji Force Swimming Test

Sebelum diberi terapi semua mencit diberenangkan terlebih dahulu,

setelah itu dilakukan eliminasi pada mencit yang tidak bisa berenang dan

kemudian lanjut pada uji forced swimming test dengan melihat imobility

time pada mencit tersebut. Immobility time pada mencit ini dapat diartikan

sebagai suatu kondisi keputusasaan pada manusia dimana terjadi

penurunan minat dan motivasi (Damayanti et al., 2020; Pradiningsih et al.,

2017).

Selanjutnya mencit dibuat stres dengan meletakkannya diatas

ketinggian, tikus dibiarkan bebas menjelajah diatas platform, diamati

tanda-tanda stres pada mencit berupa pembekuan, pilorecting, buang air

besar, dan sesekali buang air kecil. Setelah itu mencitr dipaparkan dengan

lilin aromaterapi dalam kotak pengujian selama 1 jam. kemudian

dilakukan uji force swimming test dengan cara mencit dimasukkan ke

dalam toples (diameter 18 cm dan tinggi 40 cm) yang berisi air setinggi 15

cm dengan suhu 25oC, kemudian mencit direnangkan lalu immobility time

mencit dilihat dengan menyalakan stopwatch, perlakuan dilakukan selama


7 menit (Daeng et al., 2015; Murniningsih & Trisnawati, 2022;

Pradiningsih et al., 2017).

7. Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dalam

uji evaluasi fisik sediaan lilin aromaterapi yang dibuat kemudian, dilanjutkan

dengan metode observasi yakni mengadakan pengamatan langsung pada

hewan coba guna mendapatkan data tentang efek antistres lilin aromaterapi

minyak atsiri daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) terhadap

mencit (Mus musculus) jantan.

8. Analisis Data

Untuk melihat adanya efek antistres yang bermakna terhadap masing-

masing kelompok maka diuji statistik One Way ANOVA, dengan terlebih

dahulu dilakukan uji pra-syarat yakni uji normalitas data.

Anda mungkin juga menyukai