Anda di halaman 1dari 10

TERAPI KEPERAWATAN JIWA

CBT (COGNITIVE BEHAVIORAL THERAPY)

DISUSUN OLEH :
RIZKA PERMATASARI
YUNI ASNITAS DARI
ADE RENA WIDYANI
DOSEN PEMBIMBING: SRI MARYATUN, S.Kep., NS., M.Kep

ALIH PROGRAM 2015

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDRALAYA
TAHUN AJARAN 2015-2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan nikmat sehat yang telah
dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Keperawatan
Jiwa ini yang berjudul Terapi CBT tepat waktu yang telah ditentukan
Adapun tugas makalah Keperawatan Jiwa ini untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan mata kuliah Keperawatan Jiwa. Dalam penyusunan makalah ini, penulis
mengucapkan terima kasih atas dukungan serta bantuan dari semua pihak terutama untuk
kedua orang tua yang terus memberikan semangat akhirnya penulis dapat menyelesaikan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa didalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan,
baik dalam hal penulisan maupun penyusunan tata bahasa jauh dari kata sempurna. Untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Harapan penulis semoga
makalah ini bermanfaaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya (amin).

Inderalaya,

April 2016

Kelompok 1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang.............................................................................................4
Rumusan Masalah........................................................................................4
Tujuan Penulisan..........................................................................................5
Manfaat Penuisan.........................................................................................6
BAB II TINJAUAN TEORI
Pengertian CBT..........................................................................................7
Psikotaologi CBT ......................................................................................7
Indikasi CBT..............................................................................................8
Prosedure CBT ..........................................................................................9
CBT pada Skizofrenia................................................................................9
Teknik CBT pada Skizofrenia..................................................................10
CBT untuk Waham ..................................................................................10
CBT untuk Halusinasi..............................................................................11
CBT untuk Gejala Negatif.......................................................................11
Penjadwalan Aktifitas..............................................................................12
Pelatihan Keterampilan ...........................................................................12
Kerangka Berpikir ...................................................................................13
BAB III
1. Kesimpulan................................................................................................14
2. Saran..........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan jiwa merupakan suatu keadaan sejahtera dimana individu mampu
menyadari kemampuan dirinya, mampu memgatasi stress yang biasa terjadi dalam
kehidupannya, mampu bekerja secara produktif dan memenuhi kebutuhan hidupnya serta
mampu berperan serta dalam komunitasnya (WHO, 2003). Sedangkan menurut Stuart
dan Laraia (2005), kesehatan jiwa adalah suatu keadaan dimana individu mempunyai
penilaian positif pada diri sendiri, pertumbuhan, perkembangan dan aktualisasi diri,
mempunyai integritas diri, otonomi, persepsi yang realities dan mampu beradaptasi
dengan lingkungannya.
Kesehatan jiwa saat ini perlu menjadi fokus perhatian, hal ini karena banyaknya
faktor-faktor

yang

beresiko

mempengaruhi

kualitas

kesehatan

jiwa,

seperti

perkembangan informasi dan teknologi yang sangat cepat serta masalah-masalah sosial
lainnya seperti kemiskinan dan tingkat pendidikan yang rendah (WHO, 2001). Apabila
individu tidak mampu menyikapi dan beradaptasi dengan baik terhadap perubahan dan
dan kejadian yang terjadi, maka akan meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa pada
indvidu.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan jiwa pada pasien gangguan jiwa dapat dilakukan
oleh tenaga kesehatan jiwa baik dilayanan primer maupun di rumah sakit. Menurut
Yosep (2007). pemberian terapi kesehatan jiwa ditatanan kesehatan tidak hanya diberikan
oleh psikiater, tetapi dapat juga diberikan oleh seorang psikolog klinis, pekerja sosial
kesehatan jiwa, perawat dan juga konselor. Perawat yang memiliki keahlian sebagai
seorang register nurse dengan latar belakang master keperawatan atau diatasnya yang
telah mendapatkan latihan dapat melakukan psikoterapi secara mandiri dan memberikan
obat dibawah supervisi doktor keperawatan (Doebbling, 2007). Dengan demikian,
perawat spesialis jiwa merupakan salah satu tim kesehatan yang dapat memberikan
pelayanan kesehatan jiwa.
Pelayanan kesehatan jiwa tersebut juga telah dikembangkan di Indonesia. Hamid
(2000), menyebutkan bahwa perawat professional yang dapat memberikan nursing
treatmen adalah perawat yang berada pada level magister atau doktor keperawatan yang
tersertifikasi serta menjalankan peran sebagai pakar praktisi pada satu bidang tertentu
seperti jiwa dan lain sebagainya.

Perawat kesehatan jiwa sebagai salah satu tim pelayanan professional yang berada
24 jam bersama pasien , merupakan orang yang paling mengerti dan mengetahui keadaan
serta keunikan pasiennnya. Sebagai wujud profesionalismenya, maka perawat jiwa
diharapkan dapat memberikan asuhan keperawatan kepada klien melalui terapi-terapi
keperawatan, baik terapi generalis maupun terapi spesialis yang berorientasi untuk
membantu pasien dalam proses penyembuhannya, membantu mengatasi masalah,
memenuhi kebutuhan pasien, dan juga membantu pasien menuju kemandiriannya. Isaacs
(2005).
Salah satu terapi spesialis yang dapat diberikan oleh seorang perawat spesialis jiwa
adalah terapi perilaku-kognitif atau Cognitive Behavior Therapy (CBT). CBT merupakan
gabungan dari terapi kognitif dengan terapi perilaku. Melalui terapi kognitif, seseorang
belajar untuk mengerti serta mengubah pikiran dan keyakinan mereka. Hal ini didasarkan
pada gagasan bahwa pikiran kita mempengaruhi perasaan dan perilaku kita. Oleh karena
itu, dalam makalah singkat ini, penulis mencoba memaparkan tentang penerapan terapi
perilaku kognitif dengan menganalisis jurnal terkait dengan penerapan terapi tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1) Pengertian CBT ?
2) Jelakan psikotaologi CBT ?
3) Sebutkan indikasi CBT ?
4) Jelaskan prosedure CBT ?
5) Bagaimana CBT pada skizofrenia ?
6) Bagaimana teknik CBT pada skizofrenia ?
7) Bagaimana CBT untuk waham ?
8) Bagaimana CBT untuk halusinasi ?
9) Apa saja CBT untuk gejala negatif ?
10) Jelaskan penjadwalan Aktifitas CBT?
11) Sebutkan pelatihan keterampilan CBT?
12) Sebutkan kerangka berpikir dari CBT ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk menambah pengetahuan tentang terapi CBT pada pasien gangguan jiwa
yang merupakan cabang ilmu terapi keperawatan jiwa bagi klien.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui pengertian dari CBT ?
2) Untuk mengetahui psikotaologi CBT ?
3) Untuk mengetahui indikasi CBT ?
4) Untuk mengetahui prosedure CBT ?
5) Untuk mengetahui CBT pada skizofrenia ?
6) Untuk mengetahui teknik CBT pada skizofrenia ?

7) Untuk mengetahui CBT untuk waham ?


8) Untuk mengetahui CBT untuk halusinasi ?
9) Untuk mengetahui CBT untuk gejala negatif ?
10) Untuk mengetahui penjadwalan Aktifitas CBT?
11) Untuk mengetahui pelatihan keterampilan CBT?
12) Untuk mengetahui Kerangka berpikir dari CBT ?
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Penulis
Setelah menyelesaikan makalah ini kami harapkan dapat meningkatkan wawasan
dan pengetahuan tentang konsep terapi CBT yang dapat diberikan kepada klien
1.4.2

gangguan jiwa.
Bagi Pembaca
Dapat menambah wawasan serta pengetahuan pembaca tentang terapi CBT,
terutama bagi para pelayanan kesehatan untuk menambah wawasan dalam
memberikan terpi CBT kepada pasien jiwa, sehingga dapat mengembalikan
perilaku yang maladaptif pasien jiwa menjadi perilaku adaptif.

F. Teknik CBT Pada Skizofrenia


Terapi kognitif-perilaku untuk gangguan psikotik memerlukan derajat tilikan terhadap
penyakit yang paling tinggi dibandingkan dengan intervensi rehabilitasi lain. Pada CBT,
terapis melebel ulang peristiwa-peristiwa atau fenomena yang memerlukan patologi. Jadi,
walaupun intrvensi kognitif-perilaku terutama berdasarkan teknik pengajaran untuk
memahami dan memerlukan proses pikir yang spesifik, beberapa faktor yang tidak spesifik
tampaknya berpengaruh terhadap keberhasilan terapi, khususnya perkembangan aliansi
terapeutik pasien harus mampu memperoleh tilikan dalam kerangka hubungan suportif dan
empati dengan ahli profesionalnya yang berpengatahuan dan peduli. Yosep (2007). Karena
itu, CBT harus mengikuti urutan herarki yang spesifik, yang terdiri dari :
a) Menarik hati pasien agar mau terlibat dan menyetujui terapi
b) Memberikan pemahaman tentang proses kognitif dengan disertai suatu proses kognitif
dengan disertrai suatu proses sosialisasi (yaitu pasien menerima bahwa kepercayaan
atau perilaku yang sekarang tidak bekerja), dan akhirnya menunjukkan dan melatih
teknik intervensi tertentu. Perkembangan teknik yang demikian melibatkan tiga fase
kontrol diri seperti yang dijelaskan oleh Breier dan Strauss :
1) Pasein jadi menyadari adanya gejala-gejala psikotik dan pre-psikotik melalui
pengawasan diri dan identifikasi perilaku
2) Pasien mengenal maksud dari perilaku tersebut dan mengembangkan kapasitas
untuk evaluasi diri. Pada waktunya, mereka juga mempercayai orang lain untuk
membantu evaluasi
3) Mekanisme kontrol diri seperti instruksi diri dan aktifitas-aktifitas tertentu dipilih
(relaksasi atau sebaliknya, menjasi sibuk sebagai suatu pengalihan).
(Heydebrand, 2002)
1) CBT Untuk Waham
Model ini terfokus pada penyusunan ulang psikosis sebagai pikiran yang
terganggu, yang menunjukkan (salah) interpretasi pada pengalaman (misalnya
halusinasi, waham). Beberapa faktor diperlukan untuk keberhasilan outcome.
Faktor-faktor keberhasilan CBT untuk waham :
a) Kekeuatan kepercayaan, yang dapat berhubungan berapa lama kepercayaan
tersebut telah ada (dan keseluruhan sistem waham)

b) Konsekuensi melepaskan kepercayaan. Penerimaan sosial yang meningkat dapat


menjadi alasan untuk melepaskan kepercayaan, tetapi pertahanan terhadap citra
diri seseorang dapat mendorong timbunya resistensi. Akan tetapi banyak pasien
menyadari pada beberapa tingkat kerugian dari mengakui waham
c) Bersama-sama menemukan penjelasan lain. Faktor ini tergantung keterampilan
terapis dalam memahami kepercayaan tersebut dan yang mendahuluinya, dan
kemampuan terapis dalam mengembangkan strategi hubungan untuk menantang
mereka

melalui

rangkaian

yang

sesuai,

dan

juga

ketekunan

dalam

menindaklanjuti pasien
d) Bagaimana penjelasan diberikan. Terapis yang melakukan pendekatan sistem
waham dengan sikap modofikasi dan bukan konfrontasi cenderung lebih berhasil
e) Hubungan terapis-pasien. Pasien yang menyukai dan menghormati terapisnya
akan lebih mungkin untuk menerima penjelasan dan sabar menghadapi tantangan
dari terapisnya. (Heydebrand, 2002)
Dalam mengembangkan dan merencanakan suatu rencana terapi CBT untuk
mengubah kepercayaan, terapis harus mengikuti pedoman yang menyusun serangkain
target. Kepercayaan yang kurang dipegang kuat harus menjadi target yang pertama.
Karena eksplorasi dari kepercayaan-kepercayaan ini kurang cenderung menimbulkan
ansietas dan resistensi yang tinggi (seperti pada desensitasi sistemik). Konfrontasi
langsung sebaiknya dicegah. Sebaliknya, pasien diminta untuk mempertimbangkan
fakta-fakta dan mempunyai kepercayaan lain. Diskusi harus berfokus bukan pada
kepercayaan tetapi bukti dari kepercayaan itu. Akhirnya, pasien harus didorong untuk
mengembangkan dan menyuarakan pendapat yang menyauarakan pendapat yang
melawan kepercayaan dan bukan mendengarkan secara pasif saat terapis menjelaskan
ketidak logisan waham tersebut. (Burns David D. 1998)
Seperti tipe CBT lainnya, tantangan dilakukan selama periode minggu atau
bulan, dan gejala-gejala target dapat muncul kembali saat episode stress. Oleh karena
itu pernyataan klinis yang menyatakan bahwa sia-sia untuk berdebat dengan pasien
waham mungkin dapat dianggap benar pada situasi tertentu, tetapi penelitianpenelitian menunjukkan bahwa CBT dapat secara bertahap melemahkan kepercayaan
terhadap waham, yang kemungkin akan mengurangi kecenderungan untuk berlaku
seperti kepercayaan tersebut. (Heydebrand, 2002)

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Cognitif Behavior Therapy merupakan psikoterapi yang bertujuan untuk merubah
pola berfikir negatif menjadi positif sehingga perilaku maladaptif yang timbul akibat
pola pikir yang salah akan berubah menjadi perilaku adaptif. Berdasarkan banyaknya
penelitian, dan dari penelitian tersebut ada banyak referensi bahwa CBT bisa dilakukan
dengan jumlah sesi yang bervariasi. Pertemuan atau sesi antara terapis dan klien
tergantung dari apa yang akan diberikan pada klien, materi dan tujuan dari terapi, serta
kemampuan klien dalam menerapkan kemampuan yang telah diajarkan.
B. Saran
Diharapkan para petugas kesehatan dapat menerapkan terapi CBT sesuai dengan
tujuan dan manfaatnya secara maksimal sehingga membantu dalam proses rehabilitasi
klien dan membantu dalam proses interaksi klien dengan individu lain.

DAFTAR PUSTAKA

Burns David D, M.D. (1998). Terapi Kognitif Pendekatan Baru Bagi Penanganan Depresi.
Erlangga
Hamid, Achir Yani. (2000). Buku Pedoman Askep Jiwa-1 Keperawatan Jiwa Teori dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Hasdianah, dkk (2015). Buku Ajar Dasar-Dasar Riset Keperawatan. Jakarta. Nuha Medika
Isaacs, Ann. (2005). Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta: EGC
Yosep, Iyus. (2007). Keperawatan Jiwa. Jakarta: PT Refika Aditama
Stuart & Laraia. (2001). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. USA: Mosby
Company
Stuart & Laraia. (2005). Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 5. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai