PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terapi musik merupakan sebuah proses interpersonal yang
dilakukan oleh seorang terapis dengan menggunakan musik untuk membantu
memulihkan kesehatan pasiennya. Terapi musik juga berarti pemakaian musik
sebagai sarana terapi untuk memperbaiki, menjaga, maupun meningkatkan
kesehatan fisik, mental, dan emosi seseorang. Terapi ini merupakan salah satu
cara yang mudah dan bermanfaat bagi kesehatan, kecerdasan serta interaksi
sosial. Sedangkan menurut al-Kindi, musik adalah sistem harmoni yang
berubungan dengan kesimbangan lahiriyah dan emosional yang dapat digunakan
sebagai terapi keseimbangan.
Terapi musik adalah terapi yang universal dan bisa diterima oleh semua orang
karena kita tidak membutuhkan kerja otak yang berat untuk menginterpretasi
alunan musik. Terapi musik sangat mudah diterima organ pendengaran kita dan
kemudian melalui saraf pendengaran disalurkan ke bagian otak yang memproses
emosi (sistem limbik).
Terapi musik ini mulai berkembang pada abad ke 9 M, dan menurut R Saoud
dalam tulisannya bertajuk The Arab Contribution to the Music of the Western
World menyebutkan bahwa al-Kindi lah yang pertama kali mempraktikkan terapi
musik, pada saat itu al-Kindi sudah menemukan adanya nilai-nilai pengobatan
pada musik. ''Dengan terapi musik, al-Kindi mencoba untuk menyembuhkan
seorang anak yang mengalami quadriplegic atau lumpuh total,''.
Kemudian terapi musik ini juga dikembangkan oleh ilmuwan Muslim lainnya yakni
al-Farabi (872-950 M). Alpharabius atau al-Farabi menjelaskan tentang terapi
musik dalam risalah yang berjudul Meanings of Intellect . Amber Haque (2004)
dalam tulisannya bertajuk Psychology from Islamic Perspective: Contributions of
Early Muslim Scholars and Challenges to Contemporary Muslim Psychologists",
Journal of Religion and Health mengungkapkan bahwa al-Farabi telah membahas
efek-efek musik terhadap jiwa.
Al-Farabi (873-950M) dalam bukunya Great Book About Musik, juga mengatakan
bahwa musik membuat rasa tenang, sebagai pendidikan moral, mengendalikan
emosi, pengembangan spiritual, menyembuhkan gangguan psikologis. Filsuf
sekaligus pemikir besar Islam, Ibnu Sina (980-1037) menulis, ia mendapatkan
banyak hal dari karya al-Farabi. Dia bahkan mengaku belajar musik dari al-Farabi
dan mempraktekkannya. „‟Salah satu perawatan terbaik dan paling efektif adalah
memperkuat kekuatan mental dan spiritual pasien, dan memberinya lebih banyak
keberanian untuk melawan penyakit.”
1
Beberapa gejala stres yang signifikan seperti gejala kognitif (29%) berupa kesulitan
berkonsentrasi dan mudah lupa, gejala behavioral (16%) seperti membentak orang
lain, gejala mental (18%) seperti menyalahkan diri, cepat marah, tidak tenang, mimpi
buruk, dan lain-lain, gejala fisik (19%) seperti sakit kepala, sakit punggung, sesak
nafas, diare, gatal-gatal dan lain-lain. Metode yang dapat digunakan untuk mengatasi
stres diantaranya melalui pendekatan farmakologis, perilaku, kognitif, meditasi,
hipnotis, dan musik (Hardjana, 1994).
Metode musik merupakan salah satu cara untuk mengatasi stres. Secara
keseluruhan musik dapat berpengaruh secara fisik maupun psikologis. Secara
psikologis, musik dapat membuat sesorang menjadi lebih rileks, mengurangi stres,
menimbulkan rasa aman dan sejahtera, melepaskan rasa gembira dan sedih, dan
membantu serta melepaskan rasa sakit (Djohan, 2006).
Musik klasik adalah komposisi musik yang lahir dari budaya Eropa sekitar tahun
1750-1825 yang memilki ciri-ciri penggunaan dinamika dari Keras menjadi Lembut,
crassendo dan decrasscendo, Perubahan tempo dengan accelerando (semakin
Cepat) dan Ritarteando (semakin lembut), pemakaian ornamentik dibatasi,
penggunaan Akord 3 nada (Envilia, 2013). Seiring dengan perkembangan zaman
ketertarikan para peneliti terhadap musik dan bagaimana pengaruhnya terhadap
kesehatan juga mengalami perkembangan.
Dalam konferensi tahunan ke XVII Ikatan Dokter Amerika, wilayah Missuori AS,
Ahmad Al-Khadi melakukan presentasi tentang hasil penelitiannya dengan tema
pengaruh Al-Qur‟an pada manusia dalam perspektif fisiologi dan psikologi. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan hasil positif bahwa mendengarkan ayat suci Al-
Qur;an memiliki pengaruh yang signifikan dalam menurunkan ketegangan urat saraf
reflektif dan hasil ini tercatat dan terukur secara kuatitatif dan kualitatif oleh sebuah
alat berbasis computer (Remolda, 2009). Dengan tempo yang lambat serta harmonis
lantunan Al Qur‟an dapat menurunkan hormonhormon stres, mengaktifkan hormon
endorfin alami, meningkatkan perasaan rileks, dan mengalihkan perhatian dari rasa
takut, cemas dan tegang, memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga menurunkan
tekanan darah serta memperlambat pernafasan, detak jantung, denyut nadi, dan
aktivitas gelombang otak. Laju pernafasan yang lebih dalam atau lebih lambat
tersebut sangat baik menimbulkan ketenangan, kendali emosi, pemikiran yang lebih
dalam dan metabolisme yang lebih baik (Heru, 2008). Terapi musik klasik dan terapi
murotal memiliki manfaat yang sama dalam hal menurunkan tingkat stres. Akan
tetapi apakah musik klasik lebih efektif dibandingkan terapi murotal dalam hal
menurunkan tingkat stres belum diketahui. Maka dari itu, berdasarkan uraian di atas
peniliti tertarik untuk meneliti tentang keefektivan antara pemberian terapi musik
klasik dengan pemberian terapi pembacaan Al-Qur‟an (murotal) terhadap penurunan
tingkat stres.
2
B. Rumusan Masalah Pembuatan Makalah
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan
masalah :
Apakah musik klasik lebih efektif dibandingkan terapi murotal dalam hal mengurangi
tingkat stres ataupun penyakit.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran tingkat stres
b. Untuk mengetahui pengaruh terapi musik klasik dan murotal dalam hal
mengurangi tingkat stres.
c. Untuk mengetahui keefektivan antara musik klasik dan murotal dalam hal
mengurangi tingkat tingkat stres.
3
BAB II
PEMBAHASAN
”…Dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia
hanya mengatakan kepadanya: ‘Jadilah’. Lalu jadilah ia.” (QS: al-baqarah:117).
Setelah Islam bersemi di Turki, masyarakat negeri itu, masih tetap meyakini kekuatan
suara. Inilah yang membuat peradaban Islam di era Turki Usmani menyakini bahwa
musik dapat menjadi sebuah alat terapi yang dapat menyeimbangkan antara badan,
pikiran dan emosi – sehingga terbentuk sebuah harmoni pada diri seseorang.
Prof Nil Sari juga mengungkapkan, bahwa para ahli terapi musik di zaman Ottoman
menyakini bahwa pasien yang menderita penyakit tertentu atau emosi seseorang
dengan temperamen tertentu dipengaruhi oleh ragam musik tertentu. Ia
mengatakan ”Para ahli musik di era Turki Usmani menyatakan, makam (tipe melodi)
tertentu memiliki kegunaan pengobatan tertentu juga.”
Ada sekitar 80 ragam tipe melodi yang berkembang di masyarakat Turki Usmani.
Sebanyak 12 diantaranya bisa digunakan sebagai alat terapi. Menurut Prof Nil Sari,
dari teks-teks tua dapat disimpulkan bawa jenis musik tertentu dapat mengobati
penyakit tetentu atau perasaan tertentu. Pada era kejayaan Kesultanan Turki
Usmani, terapi musik biasanya digunakan untuk beberapa tujuan, seperti;
pengobatan kesehatan mental; perawatan penyakit organik, perbaikan harmoni
seseorang yakni menyeimbangkan kesehatan antara badan, pikiran dan emosi.
Musik juga diyakini mampu menyebabkan seseorang tertidur, sedih, bahagia dan
bisa pula memacu intelijensia.
Prof Nil Sari mengungkapkan, para ilmuwan di era Turki Usmani meyakini bahwa
musik memiliki kekuatan dalam proses alam,. Musik dapat berfungsi meningkatkan
mood dan emosi secara keseluruhan. Uniknya, para ilmuwan di era Ottoman sudah
mampu menetapkan jenis musik tertentu untuk penyakit tertentu. Misalnya, jenis
musik huseyni dapat mengobati demam. Sedangkan, jenis musik zengule dan irak
untuk mengobati meningitis.
Masyarakat Barat baru mengenal terapi musik pada abad ke-17 M. Adalah Robert
Burton lewat karya klasiknya berjudul The Anatomy of Melancholy yang
mengembangkan terapi musik di Barat. Menurut Burton, musik dan menari dapat
menyembuhkan sakit jiwa, khususnya melankolia.
Bahkan, masyarakat Amerika Serikat (AS) baru mengenal terapi musik sekitar 1944.
Pada saat itu, Michigan State University membuka program sarjana teapi musik.
Sejak 1998, di Amerika telah berdiri The American Music Therapy Association
(AMTA). Organisasi ini merupakan gabungan dari National Association for Music
Therapy (NAMT, berdiri tahun 1950) dan the American Association for Music
Therapy (AAMT, berdiri 1971).
4
Terapi musik merupakan salah satu kontribusi peradaban Islam dalam dunia
kesehatan dan kedokteran. Di era modern ini, musik tetap menjadi salah satu alat
untuk menyembuhkan penyakit tertentu. Terapi musik menjadi salah satu bukti
pencapaian para ilmuwan Muslim di era keemasan.
Musik akan memberi pengaruh berbeda kepada pikiran dan tubuh kita.
Dalam terapi musik, komposisi musik disesuaikan dengan masalah atau tujuan
yang ingin kita capai.
2. Ritme
Jika hati seseorang sedang susah, cobalah mendengarkan musik yang
indah, yang memiliki irama (ritme) yang teratur, maka perasaan akan terasa
lebih baik. Bahkan di luar negeri, pihak rumah sakit
banyak memperdengarkan lagu-lagu indah untuk membantu
penyembuhan para pasiennya. Hal ini merupakan
suatu bukti, bahwa ritme sangat mempengaruhi jiwa manusia.
3. Harmony.
Harmoni sangat mempengaruhi roh. Jika menonton film
horor, selalu terdengar harmony (melodi) yang menyayat hati, yang membuat
bulu kuduk berdiri. Dalam ritual-ritual keagamaan juga banyak
digunakan harmony yang membawa roh manusia masuk ke dalam alam
penyembahan. Di dalam meditasi, manusia mendengar harmony dari suara-
suara alam di sekelilingnya.
5
Terapi Musik yang efektif menggunakan musik dengan komposisi
yang tepat antara beat, ritme dan harmony yang disesuaikan dengan tujuan
dilakukannya terapi musik. Jadi memang terapi musik yang efektif tidak bisa
menggunakan sembarang musik. Ada dua macam metode terapi music, yaitu :
a) Terapi Musik Aktif.
Dalam terapi musik aktif pasien diajak bernyanyi, belajar main menggunakan
alat musik, menirukan nada-nada, bahkan membuat lagu singkat. Dengan
kata lain pasien berinteraksi aktif dengan dunia musik. Dan
untuk melakukan Terapi Musik aktif tentu saja dibutuhkan bimbingan
seorang pakar terapi musik yang kompeten.
Musik adalah suara yang tertata dan teratur. Musik memiliki pengaruh mendalam
pada fisik dan mental seseorang. Mendengarkan musik secara teratur sangat
bermanfaat bagi kesehatan karena menghilangkan stress, depresi, pikiran dan tubuh
menjadi rileks sehingga tubuh kembali bertenaga.
Terapi musik dengan mendengarkan musik itu berbeda. Menurut Cheryl Dileo,
profesor musik serta Direktur Pusat Penelitian Seni dan Meningkatkan Kualitas
Hidup, Universitas Temple, Philadelphia, Amerika Serikat (AS) menyatakan bahwa,
manfaat terapi musik dibandingkan mendengarkan musik seorang diri sangat
berbeda jauh. “Mendengarkan musik seorang diri itu bukan terapi meski banyak
orang yang mendengarkan musik mendapatkan manfaat positif, seperti lebih rileks
dan memperbaiki mood.”
Dileo juga menambahkan, bahwa musik terapi membutuhkan bantuan orang lain
yang sudah teruji kemampuannya untuk mengelola sebuah terapi. “Meski banyak
orang yang mengaku paham bagaimana cara menikmati musik bagi diri sendiri, tapi
di bawah kendali seorang pakar akan memberikan manfaat yang lebih besar. Terapi
musik akan memberikan tenaga baru, mental yang segar, dan hubungan sosial yang
hangat.”
Manfaat terapi musik untuk kesehatan sesungguhnya sangat banyak. Berikut ini
adalah beberapa manfaatnya untuk kesehatan yang utama, yaitu :
Musik juga dapat menjadi makruh bahkan bisa haram ketika membuat orang yang
membuat atau mendengarkannya menjadi lalai akan kewajibannya kepada Allah swt.
Sama halnya dengan bermain game, jalan-jalan, nonton TV bahkan bekerja akan
menjadi haram jika menjadikan seseorang lalai akan kewajibannya kepada Allah.
Berbeda dengan judi, yang meskipun tidak mengganggu waktu shalat misalnya, tapi
tetap diharamkan. Karena sekalipun al-Quran tidak menyatakan hukum judi secara
tegas, tentu dilihat dari madharatnya, hukumnya adalah haram. Di sisi lain, kita tidak
dapat menghentikan arus globalisasi.
Musik sudah terdengar di setiap sudut ruang kehidupan kita. Jika kita tidak membuat
musik alternative yang dapat mendekatkan diri kepada Allah swt, seperti yang
dilakukan oleh Opick dkk, maka generasi kita hanya akan mendengarkan lagu-lagu
cinta dan bahkan lagu-lagu dengan lirik yang tidak mendidik. Begitu juga dengan
penyembuhan atau terapi dengan menggunakan musik, hukumnya tidak haram,
karena terapi dengan menggunakan musik ini juga berarti bahwa musik telah
memberikan manfaat terhadap penyembuhan suatu penyakit. Karena musik sebagai
terapi juga telah memberikan efek yang positif bagi seseorang, seperti
mencerdaskan otak, membuat rileks, dll. Sepanjang terapi musik ini tidak membuat
lupa kepada Allah, (seperti tetap beranggapan bahwa yang menyembuhkan adalah
tetap Allah, bukan karena mengikuti terapi musik itu sendiri ), maka diperbolehkan.
8
BAB III
KESIMPULAN
Terapi musik merupakan sebuah proses interpersonal yang dilakukan oleh seorang
terapis dengan menggunakan musik untuk membantu memulihkan kesehatan
pasiennya. Terapi musik juga berarti pemakaian musik sebagai sarana
terapi untuk memperbaiki, menjaga, maupun meningkatkan kesehatan fisik, mental,
dan emosi seseorang. Terapi ini merupakan salah satu cara yang mudah dan
bermanfaat bagi kesehatan, kecerdasan serta interaksi sosial.
Terapi musik ini mulai berkembang pada abad ke 9 M, dan menurut R Saoud dalam
tulisannya bertajuk The Arab Contribution to the Music of the Western
World menyebutkan bahwa al-Kindi lah yang pertama kali mempraktikkan terapi
musik, pada saat itu al-Kindi sudah menemukan adanya nilai-nilai pengobatan pada
musik. ''Dengan terapi musik, al-Kindi mencoba untuk menyembuhkan seorang anak
yang mengalami quadriplegic atau lumpuh total.''
Jenis terapi musik ada 2, yaitu: terapi music aktif dan pasif. Manfaatnya pun juga
banyak, diantaranya yaitu: Membuat fisik dan pikiran lebih rileks, dapat meningkatkan
kecerdasan, meningkatkan gairah dan motifasi, meningkatkan daya ingat,
mengurangi rasa sakit, menyeimbangkan otak kiri dan kanan, dll.
Hukum terapi musik adalah tidak haram atau diperbolehkan, karena terapi musik
telah memberikan efek yang baik, yaitu untuk penyembuhan suatu penyakit, seperti
penyakit stress dan lain-lain.
9
Daftar Pustaka
Praja, Juhaya. 2009. Pengantar Filsafat Islam (Konsep, Filsuf dan Ajarannya).
Bandung: CV Pustaka Setia..
Supriyadi, Dedy. 2009. Pengantar Filsafat Islam. Bandung : CV. Pustaka Setia.
http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia islam/khazanah/09/03/24/39702-terapi-
musik-dalam-peradaban-islam. Di akses pada 30 Oktober 2015.
https://forbetterhealth.wordpress.com/2009/01/16/konsep-terapi-musik/.
https://bpdiksusjateng.files.wordpress.com/2011/06/terapi-musik1.pptx
10