Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN DASAR PROFESI (KDP)

AKTIVITAS FISIK DAN LATIHAN

Disusun Oleh :

GEDE HENDRA KUSUMA DARMAWAN

(20089142111)

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG
2021
2
KONSEP DASAR KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN

A. Pengertian

a) Aktivitas

Suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan untuk

dapat memenuhi kebutuhan hidup. Selain itu aktivitas suatu keadaan dimana

manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan kehidupan. Tiap

individu mempunyai pola atau irama dalam menjalani aktivitas. Dengan

beraktivitas tubuh akan menjadi sehat, system pernapasan dan sirkulasi tubuh

akan berfungsi dengan baik, dan metablisme tubuh dapat optimal. Kemampuan

aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem persarafan dan

muskuloskeletal. Aktivitas fisik yang kurang memadai dapat menyebabkan

berbagai gangguan pada system musculoskeletal seperti atrofi otot, sendi

menjadi kaku dan juga menyebabkan ketidakefektifan fungsi organ internal

lainnya. (Kasiati & Rosmalawati, 2016)

b) Latihan

Merupakan suatu gerakan tubuh secara aktif yang dibutuhkkan untuk

menjaga kinerja otot dan mempertahankan postur tubuh.Latihan dapat

memelihara pergerakan dan fungsi sendi sehingga kondisinya dapat setara

dengan kekuatan dan fleksibilitas otot. Selain itu, latihan fisik dapat membuat

fungsi gastrointestinal dapat bekerja lebih optimal dengan meningkatkan selera

makan orang tersebut dan melancarkan eliminasinya karena apabila seseorang

tidak dapat melakukan aktifitas fisik secara adekuat maka hal tersebut dapat

membuat otot abdomen menjadi lemah sehinga fungsi eliminasi kurang efektif.

1
Aktivitas sehari-hari (ADL) merupakan salah satu bentuk latihan aktif pada

seseorang termasuk didalamnya adalah makan/minum, mandi, toileting,

berpakaian, mobilisasi tempat tidur, berpindah dan ambulasi/ROM.

Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk

bergerak secara bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi

kebutuhan guna mempertahankan kesehatannya.Imobilitas atau imobilisasi

merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak secara bebas karena

kondisi yang mengganggu pergerakan misalnya mengalami trauma tulang

belakang, cedera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas dan sebagainya.

(Kasiati & Rosmalawati, 2016)

B. Pathway

Fraktur

Terputusnya Kontinuitas
Tulang

Terputusnya Fragmen Daya Topang Tobuh


Tulang Berkurang

Keterbatasan Dalam Gerak

Hambatan Mobilitas Fisik

2
C. FisiologiAktivitas dan Latihan

Untuk mampu memenuhi kebutuhan akan aktivitas dan latihan, maka

diperlukan serangkaian proses fisiologis yang kompleks yang melibatkan

metabolism dari sel-sel tubuh dan terutama sistem lokomotorik yaitu sistem otot

dan sistem rangka.

Aktivitas dan pergerakan memerlukan energy.Energi untuk sel-sel tubuh

manusia adalah dalam bentuk Adenosin Trifosfat (ATP) yang diperoleh dari

katabolisme glukosa dalam sel-sel tubuh. Glukosa akan dipecah menjadi energy

dan hal ini terutama ditentukan oleh suplai oksigen.

Aktivitas dan latihan adalah proses gerakan tubuh manusia yang

melibatkan sistem lokomotorik yaitu tulang dan otot. Tulang berperan sebagai

alat gerak pasif, memberikan kesetabilan dalam postur tubuh dan memberi

bentuk tubuh.Sedangkan otot berperan sebagai alat gerak aktif dimana tendon-

tendon otot melekat pada tulang dan berkontraksi untuk menggerakkan tulang.

Tulang merupakan jaringan ikat yang tersusun oleh matriks organik dan

anorganik.Tulang secara histologist dapat dibagimenjadi

2 jenis, yaitu jaringan tulang keras (osteon) dan jaringan tulang rawan

(kartilago).Yang membedakan osteon dan kartilago adalah bahwa kartilago lebih

elastic dan lebih tahan terhadap adanya tekanan sehingga cenderung lebih tidak

mudah patah, dan osteon cenderung lebih eras tapi mudah patah.Jaringan tulang

rawan dapat dibagi menjadi 3 yaitu : kartilagohialin,

kartilago fibrosa, dan kartilago elastic. Tiap-tiap tipe tulang rawan membentuk

3
bagian tubuh yang berbeda.Tulang rawan hialin terutama menyusun bagian

persendian tulang sebagai sistem bantalan untuk melindungi dari friksi jika

terjadi pergerakan.Kartilago fibrosa terutama menyusun bagian diskus

intervertebralis, sedangkan kartilago elastic menyusun daun telinga.Matriks

organik terdiri atas sel-sel tulang osteoblast, osteosit, kondroblast, kondrosit, dan

osteoklas yang tersimpan pada sistem haverst.Sistem haverst adalah suatu saluran

yang didalamnya terdapat pembuluh darah, limfa, dan urat saraf untuk fisiologi

tulang.Matriks anorganik tulang tersusun oleh mineral-mineral terutama kalsium

dan phospat. Matrisk anorganik inilah yang memberikan massa dan kekuatan

pada tulang, sehingga kondisi yang mengganggu kandungan kalsium dan fosfor

dalam jaringan tulang akan menyebabkan tulang kehilangan kepadatannya dan

mudah patah. Faktor lain yang mempengaruhi kepadatan tulang adalah sistem

endokrin terutama hormone kalsitonin dan paratirohormon, serta metabolisme

vitamin D.

Hormon kalsitonin dan paratiro hormon bekerja saling berlawanan dan

bekerjasama untuk mengendalikan kadar kalsium dalam darah. Kalsitonin atau

disebut juga tirokalsitonin dihasilkan oelh sel parafolikular kelenjar tiroid dan

bekerja untuk menurunkan kadar kalsium dalam darah, terutama dengan

meningkatkan penyimpanan kalsium dalam matriks anorganik jaringan tulang,

menghambat aktivitas osteoklas dalam meresorpsi kalsium tulang, menghambat

reabsorpsi kalsium dari tubulus ginjal, menghambat absorpsi kalisum dari saluran

cerna. Sedangkan paratirohormon dihasilkan oleh kelenjar paratiroid dan bekerja

dengan meningkatkan kadar kalsium dalam darah, terutama dengan

meningkatkan absorpsi kalsium dalam saluran cerna, dan meningkatkan resorbsi


4
kalsium dari tulang melalui jalur aktivasi osteoklas, dan meningkatkan reabsorpsi

kalsium pada ginjal.

Jaringan otot merpakan sistem yang berperan sebagai alat gerak aktif.Hal

ini karena kemampuan jaringan otot untuk berontraksi dan relaksasi. Di balik

mekanisme otot yang secara eksplisit hanya merupakan gerak mekanikitu,

terjadilah beberapa proses kimiawi dasar yang berseri demi

(Windyastuti,2016)

D. Tanda Dan Gejala

Adapun tanda gejala pada gangguan mobilitas fisik yaitu :

a Gejala dan Tanda Mayor

 Subjektif : Mengeluh sulit menggerakkan ektremitas

 Objektif : Kekuatan otot menurun, rentang gerak (ROM) menurun

b Gejala dan Tanda Minor

Subjektif

 Nyeri saat bergerak

 Enggan melakukan pergerakan

 Merasa cemas saat bergerak

Objektif

 Sendi kaku
 Gerakan tidak terkoordinasi
 Gerakan terbatas

 Fisik lemah

5
 

E. Nilai-Nilai Normal

Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut

(Windyastuti, 2016) :

Tingkat aktivitas /
Kategori
mobilitas

Tingkat0
Tingkat1 Mampu merawat diri sendiri secara penuh
Memerlukan penggunaan alat
Tingkat2
Memerlukan bantuan atau pengawasan orang
lain
Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain
Tingkat3
dan peralatan
Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan
atau berpartisipasi dalam perawatan
Tingkat4

Keadaan postur yang seimbang sesuai dengan garis sumbu dengan

sentralnya adalah gravitasi. Kemampuan tubuh dalam mempertahankan

keseimbangan seperti kemampuan mangangkat beban, maksimal 57 %.

Nilai Kekuatan Otot adalah sebagai berikut :

No. Nilai Kekuatan Otot Keterangan


1. 0 (0%) Paralisis, tidak ada kontraksi otot sama sekali
2. 1 (10%) Terlihat atau teraba getaran kontraksi otot tetapi
tidak ada gerak sama sekali
3. 2 (25%) Dapat menggerakan anggota gerak tanpa gravitasi
4. 3 (50%) Dapat menggerakkan anggota gerak untuk
menahan berat (gravitasi)
5. 4 (75%) Dapat menggerakkan sendi dengan aktif dan

6
melawantahanan
6. 5 (100%) Kekuatannormal

F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas dan latihan antara

lain (Kasiati & Rosmalawati, 2016):

a. Tingkat perkembangan tubuh: Usia seseorang mempengaruhi system muskuloskeletal

dan persarafan, Untuk itu, dalam melakukan tindakan keperawatan untuk membantu

memenuhi kebutuhan aktivitas, perawat harus memperhatikan aspek tumbuh kembang

klien sesuai kebutuhan.

b. Kesehatan fisik: Seseorang dengan penyakit (gangguan musculoskeletal, gangguan

kardiovaskuler, gangguan sistem respirasi), cacat tubuh dan imobilisasi akan dapat

menggangu pergerakan tubuh.

c. Keadaannutrisi: Seseorang dengan nutrisi kurang, hal ini menyebabkan kelemahan dan

kelelahan otot yang berdampak pada penurunan aktivitas dan pergerakan. Sebaliknya,

hal yang sama terjadi pada kondisi nutrisi lebih (obesitas).

d. Status mental: Seseorang mengalami gangguan mental cenderung tidak antusias dalam

mengikuti aktivitas, bahkan kehilangan energy untuk memenuhi kebutuhan personal

hygiene.

e. Gaya hidup: Seseorang dalam melalukan polaaktivitas sehari-hari dengan baik tidakakan

mengalami hambatan dalam pergerakan, demikian juga sebaliknya.

7
G. JenisGangguan

Mobilisasi sangat penting untuk kesehatan. Imobolisasi yang berkepanjangan

dan bedrest akan menyebabkan serangkaian komplikasi pada berbagai sistem

tubuh antara lain :

1. Kontraktur : Jaringan ikat kolagen pada otot dan persendian akan

digantikan oleh jaringan fibrosa yang tidak elastis sehingga akan

menyebabkan kekakuan pada pergerakan persendian. Hal ini karena untuk

sintesis kolagen diperlukan rangsanganpergerakan

2. Disuse Atrofi : Atrofi otot adalah berkurangnya massa otot karena

berkurangnya lapisan aktin dan myosin padamyofibril.

3. Konstipasi : Imobilisasi menyebabkan peristaltik menurun sehingga

menyebabkan absopsi cairan berlebihan padaintestinum.

4. Pressure Ulcer : Pasien imobilisasi berisiko untuk mengalami luka tekan

sebagai akibat adanya penekanan pada tulang menonjol (bony prominen),

keringat, lembab, deficit self care, dan friksi dengan tempat tidur.

5. Gastritis : Selama bedrest, sekresi bikarbonat lambung menurun sehingga

meningkatkan keasaman padalambung

6. Ketidakseimbangan mineral dan elektrolit : Imobilisasi dan bedrest yang

laka erhubungan dengan duresis dan kehilangan sodium, potassium, zinc,

phosphor, sulfur, dan magnesium. Hal ini berhubungan dengan penurunan

sekresi antidiuretik hormone selama bedrest

7. Kehilangan mineral tulang : Immobilisasi dan bedrest berhubungan

dengan demineralisasi tulang akibat aktivasi osteoklas dan peningkatan

8
kadar kalsiumdarah.

H. Pengkajian

1. Tingkat aktivitas sehari-hari

Pola aktivitassehari-hari

Jenis, frekuensi dan lamanya latihan fisik

2. Kemampuan melakukan ADL (Mandi, Keramas, Oral Care,Berpakaian,

Makan,Toileting)

3. Tingkatkelelahan

Aktivitas yang membuat lelah

Riwayat sesak napas

4. Gangguan pergerakan Penyebab

gangguan pergerakan Tanda dan

gejala

Efek dari gangguan pergerakan

5. Pemeriksaan fisik

Tingkatkesadaran

Pemeriksaan kekuatan otot

Postur/bentuk tubuh (Skoliosis, Kiposis, Lordosis, Cara berjalan)

Ekstremitas (Kelemahan, Gangguan sensorik, Tonus otot, Atropi, Tremor,

Gerakan tak terkendali, Kekuatan otot, Kemampuan jalan, Kemampuan

duduk, Kemampuan berdiri, Nyeri sendi, Kekakuansendi)

9
I. DiagnosaKeperawatan(NANDA)

1. Hambatan mobilitasfisik

J. RencanaKeperawatan (NICNOC) (Nurarif & Kusuma, 2015)

1 Hambatan Mobilitas NOC : NIC :


Fisik  MobilityLevel Exercise therapy :
 Self care :ADLs ambulation
 Transferperformance  Monitoring vital
Definisi : sign
Keterbatasan dalam Setelah di berikan asuhan  Kaji kemampuan
kebebasan untuk keperawatan selama …x… pasien dalam
pergerakan fisik tertentu jam diharapkan pasien mobilisasi
pada bagian tubuh atau meningkat dalam mobility  Latih pasien dalam
satu atau lebih level pemenuhan
ekstremitas secara kebutuhan ADLs
mandiri dan terarah Kriteria Hasil : secara mandiri
Batasan karakteristik :  Klien meningkat dalam sesuaikemampuan
- Postur tubuh aktivitasfisik  Ajarkan pasien atau
yang tidak stabil  Mengerti tujuan dari tenaga kesehatan
selama peningkatanmobilitas lain tentang teknik
melakukan  Memverbalisasikan ambulasi
kegiatan rutin perasaan dalam  Ajarkan pasien
harian meningkatkan kekuatan bagaimana
- Keterbatasan dan kemampuan merubah posisi dan
kemampuan berpindah berikan bantuan
untuk  Memperagakan jika diperlukan
melakukan penggunaan alat Bantu  Kolaborasi dengan
keterampilan untuk mobilisasi profesi rehab medic
Motorikkasar (walker) dalam perencanaan
latihan
Keterbatasan
kemampuan
untuk
melakukan
keterampilan
motorik halus
- Keterbatasan
ROM

10
- Usaha yang kuat .
untuk perubahan
gerak

Faktor yang
berhubungan :
- Kurang
pengetahuan
tentang
kegunaan
pergerakanfisik
- Tidak nyaman,
nyeri
- Kerusakan
muskuloskeletal
dan
neuromuskuler

K. Implementasi keperawatan

Tahap implementasi dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan nursing orders
untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Implementasi dilakukan sesuai dengan
rencana keperawatan dan keadaan pasien
L. Evaluasi keperawanan

Evaluasi ini dilakukan dengan cara membandingkan hasil akhir yang teramati dengan tujuan dan
kriteria hasil yang dibuat dalam rencana keperawatan. Hasil yang diharapkan adalah pasien
meningkat dalam mobility level dengan kriteria hasil :
 Klien meningkat dalam aktivitasfisik
 Mengerti tujuan dari peningkatanmobilitas
 Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah
Memperagakan

11
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/36038589/ASKEP_AktivitasFisik Dan Latihan

Kasiati, & Rosmalawati, N. W. (2016). Kebutuhan Dasar Manusia (1st ed., p. 160). Pusdik SDM
Kesehatan.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Diagnosa Medis & NANDA NIC
- NOC (3rd ed.). Mediaction.

Windyastuti. (2016). Modul Keperawatan Dasar I. Program Studi Ners Stikes Widya Husada
SEMARANG.

12

Anda mungkin juga menyukai